Anda di halaman 1dari 3

A.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Stone, CK., Humphries, R., 2004 menyebutkan bahwa dalam pemeriksaan urinalisis
dapat ditemukan proteinuria, hemoglobinuria, dan ketonuria. Selain itu, asidosis metabolis selalu
terjadi pada korban tenggelam.
Pemeriksaan penunjang lainnya yang dilakukan pada korban tenggelam adalah :
- Pemeriksaan darah rutin untuk mengevaluasi elektrolit, kadar gula darah, dan fungsi
ginjal
- Pemeriksaan Analisis Gas Darah untuk menentukan oksigenasi dan keseimbangan asam
basa tubuh
- Tes toksikologi untuk mengetahui adanya penggunaan alkohol / penyalahgunaan obat
- Rontgen dada dan leher untuk mengetahui adanya trauma / adanya cairan di paru-paru
- CT-Scan untuk mengetahui adanya kerusakan otak
- EKG untuk mengetahui fungsi jantung (emedicinehealth.com, 2010).
Pemeriksaan tersebut hendaknya disesuaikan dengan kasus tenggelam yang terjadi.
B. PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan korban tenggelam dapat dibagi menjadi 2 yaitu tindakan darurat dan tindakan
definitif.
a. Tindakan darurat
- Tindakan terpenting dalam setiap peristiwa tenggelam adalah mengembalikan fungsi
ventilasi yang efektif dan mempertahankan sirkulasi (Purwadianto, A dan Sampurna, B.,
2000).
- Dalam Guidelines Adult Basic Life Support, AHA 2010 menyebutkan bahwa penolong
harus segera melakukan CPR (Cardiopulmonary Resuscitation), khususnya penyelamatan
pernapasan / ventilasi secepat mungkin jika tidak ditemukan denyut nadi pada arteri
karotis / arteri femoralis. Ketika menyelamatkan korban tenggelam (berapapun usianya),
jika hanya ada satu orang penolong maka ia harus melakukan CPR selama 5 cycles (kira-
kira 2 menit) sebelum memanggil bantuan EMS (Emergency Medical Services).
- Selain itu, dalam Guidelines Adult Basic Life Support, AHA 2010 juga menyebutkan
bahwa manuver untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat jalan napas pada
korban tenggelam tidak direkomendasikan karena dapat menyebabkan korban menjadi
muntah, trauma, aspirasi, dan penundaan untuk melakukan CPR.
b. Tindakan definitif
- Setelah kesadaran dan pernapasan spontan pulih, harus dijaga agar jalan napasnya selalu
bebas.
- Pernderita diletakkan miring dengan kepala lebih rendah.
- Pada tenggelam di air laut, tindakan pernapasan buatan harus dilanjutkan beberapa saat
untuk mencegah edema paru.
- Koreksi keseimbangan asam basa, elektrolit, dan pemberian obat:
Na bikarbonat 1-2 mEq/kgBB secara i.v
Antibiotik untuk mencegah/mengobati infeksi paru
Kortikosteroid untuk mencegah edema otak dan memperbaiki surfaktan paru,
misalnya kortison 4 x 100 mg/hari i.m dengan tapering off.
- Bila perlu lakukan tranfusi darah untuk mengatasi hemolisis akibat tenggelam di air tawar
atau pemberian plasma pada hemokonsentrasi akibat tenggelam di air laut (Purwadianto,
A dan Sampurna, B., 2000).
Cedera spinal sangat jarang terjadi pada korban tenggelam. Namun jika terdapat tanda-
tanda trauma yang jelas, riwayat intoksikasi alkohol sebelum tenggelam, atau riwayat menyelam
di perairan dangkal, penolong harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya trauma spinal
(AHA, 2010).
Korban tenggelam yang asimtomatis hendaknya tetap dimonitor karena dapat terjadi
peristiwa secondary drowning di mana manifetasi klinis akibat tenggelam baru muncul. Hal ini
dapat terjadi dalam 6-8 jam setelah peristiwa tenggelam. Jik hasil pemeriksaan fisik pasien
normal, nilai GCS (Glasgow Coma Scale) 13, dan saturasi oksigen > 95% maka pasien boleh
pulang setelah 6 atau 8 jam setelah peristiwa tenggelam (Stone, CK., Humphries, R., 2004).
Namun Shepherd, SM., dan Shoff, WH., 2010 menyebutkan bahwa setiap pasien
tenggelam harus dimonitor minimal selama 24 jam meskipun pasien sadar. Hal ini dilakukan
untuk memantau kemungkinan terjadinya manifestasi klinis yang muncul terlambat.
American Heart Association., 2010. Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiopulmonary Care, www.circ.ahajournals.org didownload pada Mei 2014
Anonim., 2010. Drowning Causes, http://www.emedicinehealth.com/drowning/page2_em. htm
#Drowning%20Causes didownload pada Mei 2014
Joenorham, J., dan Siregar, E., 1985, Kedaruratan dan Kegawatan Medik, Edisi ketiga, Gaya
Baru : Jakarta
Megawe, H., Sunartomo, T., Wahjuprajitno, B., Saleh, SC., 1979, Simposiu Ilmu Kedokteran
Darurat : Penanggulangan kasus gawat secara cepat, tepat, dan rasional, Airlangga Press :
Surabaya
Purwadianto, A dan Sampurna, B., 2000, Kedaruratan Medik : Pedoman Penatalaksanaan
Praktis, Binarupa Aksara : Jakarta Barat
Shepherd, SM., dan Shoff, WH., 2010. Drowning, http://emedicine.medscape.com/
article/772753-overview didownload pada tanggal Mei 2014
Stone, CK., Humphries, R., 2004. Current Emergency : Diagnosis & Treament, Edisi kelima,
The McGrw-Hill Companies, Inc : Amerika Serikat

Anda mungkin juga menyukai