Anda di halaman 1dari 17

Cardiac Arrest

Jantung merupakan organ vital yang bertugas memompa darah untuk semua organ-organ
badan. Henti jantung atau cardiac arrest adalah suatu keadaan berhentinya sirkulasi normal dari
darah dalam kaitannya dengan kegagalan jantung untuk berkontaksi secara efektif selama
systole. Kegagalan untuk berkontraksi dapat mengakibatkan kematian yang mendadak, bahkan
dapat terjadi kematian seketika (Instantaneous Death) dan disebut sudden cardiac death (SCD).
Cardiac arrest biasa disebut cardiorespiratory arrest, cardiopulmonary arrest, atau circulatory
arrest. Cardiac arrest berbeda dengan infark miokard, dimana aliran darah ke jantung yang masih
berdetak terganggu.1,2,3
Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh beberapa faktor,
diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan yang banyak, sengatan listrik,
kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam ataupun serangan asma yang berat), kelainan
bawaan, perubahan struktur jantung (akibat penyakit katup atau otot jantung) dan obat-obatan.
Penyebab lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax. 1,2
Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya peredaran darah
mencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan mulai berhenti
berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan
oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal.
Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan selanjutnya
akan terjadi kematian dalam 10 menit. Jika cardiac arrest dapat dideteksi dan ditangani dengan
segera, kerusakan organ yang serius seperti kerusakan otak, ataupun kematian mungkin bisa
dicegah. 1,2,4
Cardiac arrest dapat terjadi pada orang dewasa dan anak-anak. Hal ini dapat juga terjadi secara
tiba-tiba pada seseorang yang terlihat sehat, dan menyebabkan kematian yang mendadak atau
sudden cardiac death (SCD). Hal ini merupakan suatu kegawat daruratan medis, dapat berpotensi
untuk membaik jika ditangani seawal mungkin. Penanganan pertama untuk cardiac arrest adalah
cardiopulmonary resuscitation (biasa disebut CPR) yang akan mendukung sirkulasi peredaran
darah sampai tersedia perawatan medis yang pasti. Penanganan berikutnya sangat bergantung
pada irama jantung yang terlihat pada pemeriksaan lanjutan, apakah terdapat aritmia atau tidak,
tetapi sering kali diperlukan defibrillasi untuk mengembalikan irama jantung normal sebab
sebagian besar cardiac arrest terjadi akibat ventricular fibrillation dan ventricular tachicardia.
Saat ini, cardiac arrest masih merupakan penyebab utama kematian di dunia. Sekitar separuh dari
semua kematian akibat penyakit jantung digolongkan sebagai sudden cardiac death.2,5
DEFENISI
Cardiac arrest disebut juga cardiorespiratory arrest, cardiopulmonary arrest, atau circulatory
arrest, merupakan suatu keadaan darurat medis dengan tidak ada atau tidak adekuatnya kontraksi
ventrikel kiri jantung yang dengan seketika menyebabkan kegagalan sirkulasi. Gejala dan tanda
yang tampak, antara lain hilangnya kesadaran; napas dangkal dan cepat bahkan bisa terjadi apnea
(tidak bernafas); tekanan darah sangat rendah (hipotensi) dengan tidak ada denyut nadi yang
dapat terasa pada arteri; dan tidak denyut jantung.2,6
ETIOLOGI
Penyebab cardiac arrest yang paling umum adalah gangguan listrik di dalam jantung. Jantung
memiliki sistem konduksi listrik yang mengontrol irama jantung tetap normal. Masalah dengan
sistem konduksi dapat menyebabkan irama jantung yang abnormal, disebut aritmia. Terdapat
banyak tipe dari aritmia, jantung dapat berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau bahkan dapat
berhenti berdetak. Ketika aritmia terjadi, jantung memompa sedikit atau bahkan tidak ada darah
ke dalam sirkulasi.7
Aritmia dicetuskan oleh beberapa faktor, diantaranya: penyakit jantung koroner yang
menyebabkan infark miokard (serangan jantung), stress fisik (perdarahan yang banyak akibat
luka trauma atau perdarahan dalam, sengatan listrik, kekurangan oksigen akibat tersedak,
penjeratan, tenggelam ataupun serangan asma yang berat), kelainan bawaan yang mempengaruhi
jantung, perubahan struktur jantung (akibat penyakit katup atau otot jantung) dan obat-obatan.
Penyebab lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax. 1,2,6,7
ANATOMI
A.d.1. Suplai arteri pada Jantung
Arteri koronaria adalah yang
bertanggungjawab untuk mensuplai
jantung itu sendiri dengan darah
yang kaya oksigen. Arteri koronaria
adalah end-arteries yang diujung
dan bila terjadi penyumbatan, maka
suplai darah ke otot miokardium
akan terhambat (infark miokard).
Bila lumen pembuluh darah
menyempit karena perubahan
atheromatous pada dinding
pembuluh darah, pasien akan
mengeluh nyeri dada yang meningkat secara bertahap pada aktivitas berat (angina). Kondisi ini
tidak memungkinkan otot miokardium meningkatkan kontraksi untuk memenuhi kebutuhan
suplai darah, akibat berkurangnya suplai darah arteri.8
Terdapat variasi ukuran dan letak dari arteri koronaria. Sebagai contoh, pada sebagian orang,
cabang posterior interventikular dari arteri koronaria kanannya lebih besar dan menyuplai darah
ke sebagian besar bagian ventrikel kiri sedangkan pada kebanyakan orang tempat ini disuplai
oleh cabang anterior interventrikular dari arteri koronaria kiri. Contoh lain, nodus sino-atrial
umumnya disuplai oleh cabang nodus dari arteri koronaria kanan, akan tetapi pada 30-40%
populasi menerima suplai dari arteri koronaria kiri.8
A.d.2. Saluran darah vena jantung
Sistem aliran darah vena pada jantung sebagai berikut:
Vena-vena dan arteri-arteri koronaria mengalir ke dalam atrium kanan melalui sinus koronaria.
Sinus koronaria mengalir ke dalam atrium kanan ke arah kiri dari dan superior ke pembukaan
dari vena cava inferior. Great Cardiac Vein mengikuti cabang anterior interventrikular dari
koronaria kiri dan kemudian menjalar ke arah belakang kiri pada cabang-cabang atrioventrikular.
Pembuluh darah vena sedang mengikuti arteri interventrikular posterior dan bersamaan dengan
pembuluh darah vena kecil yang mengikuti arteri marginalis, mengalir ke dalam sinus koronaria.
Sinus koronaria mengalir ke pembuluh darah vena pada jantung.8
A.d.3. Sistem konduksi jantungekg
Terdapat 3 jenis sel dalam jantung yang berperan dalam proses impuls normal di dalam jantung,
yaitu:8,9
1. Sel perintis (pacemaker cells)? Sumber daya listrik jantung.
Nodus sino- atrial (SA) adalah pacemaker jantung. Ia terletak di atas krista terminalis, dibawah
pembukaan vena cava superior di dalam atrium kanan.
2. Sel konduksi listrik? Kabel jantung.
Impuls yang dihasilkan oleh nodus SA diantar melalui otot-otot atrial untuk menyebabkan
sinkronisasi kontraksi atrial. Impuls tiba ke nodus atrioventrikular (AV) yang terletak di septum
interatrial dibawah pembukaan sinus koronaria. Dari sini impuls diantar ke ventrikel melalui
serabut atrioventrikular (His) yang turun ke dalam septum interventrikular. Serabut His terbagi
menjadi 2 cabang kanan dan kiri. Cabang-cabang ini akan berakhir pada serabut-serabut Purkinje
dalam subendokardium dari ventrikel.
3. Sel miokardium? Mesin kontraksi jantung.
Jika sebuah gelombang depolarisasi mencapai sebuah sel jantung, kalsium akan dilepaskan ke
dalam sel sehingga sel tersebut berkontraksi. Sel jantung memiliki banyak sekali protein
kontraktil, yaitu aktin dan miosin.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi cardiac arrest tergantung dari etiologi yang mendasarinya. Namun, umumnya
mekanisme terjadinya kematian adalah sama. Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah
akan berhenti. Berhentinya peredaran darah mencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh.
Organ-organ tub
uh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia
cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti
bernapas normal. Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5
menit dan selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10 menit (Sudden cardiac death).1,2,4
Berikut akan dibahas bagaimana patofisiologi dari masing2 etiologi yang mendasari terjadinya
cardiac arrest.
A.d.1. Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner menyebabkan Infark miokard atau yang umumnya dikenal sebagai
serangan jantung. Infark miokard merupakan salah satu penyebab dari cardiac arrest. Infark
miokard terjadi akibat arteri koroner yang menyuplai oksigen ke otot-otot jantung menjadi keras
dan menyempit akibat sebuah materia(plak) yang terbentuk di dinding dalam arteri. Semakin
meningkat ukuran plak, semakin buruk sirkulasi ke jantung. Pada akhirnya, otot-otot jantung
tidak lagi memperoleh suplai oksigen yang mencukupi untuk melakukan fungsinya, sehingga
dapat terjadi infark. Ketika terjadi infark, beberapa jaringan jantung mati dan menjadi jaringan
parut. Jaringan parut ini dapat menghambat sistem konduksi langsung dari jantung,
meningkatkan terjadinya aritmia dan cardiac arrest.5,7
A.d.2. Stess fisik.
Stress fisik tertentu dapat menyebabkan sistem konduksi jantung gagal berfungsi,
diantaranya:1,7
perdarahan yang banyak akibat luka trauma atau perdarahan dalam
sengatan listrik
kekurangan oksigen akibat tersedak, penjeratan, tenggelam ataupun serangan asma yang berat
Kadar Kalium dan Magnesium yang rendah
Latihan yang berlebih. Adrenalin dapat memicu SCA pada pasien yang memiliki gangguan
jantung.
Stress fisik seperti tersedak, penjeratan dapat menyebabkan vagal refleks
akibat penekanan pada nervus vagus di carotic sheed.
A.d.3. Kelainan Bawaan
Ada sebuah kecenderungan bahwa aritmia diturunkan dalam keluarga. Kecenderungan ini
diturunkan dari orang tua ke anak mereka. Anggota keluarga ini mungkin memiliki peningkatan
resiko terkena cardiac arrest. Beberapa orang lahir dengan defek di jantung mereka yang dapat
mengganggu bentuk(struktur) jantung dan dapat meningkatkan kemungkinan terkena SCA.7
A.d.4. Perubahan struktur jantung
Perubahan struktur jantung akibat penyakit katup atau otot jantung dapat menyebabkan
perubahan dari ukuran atau struktur yang pada akhirnrya dapat mengganggu impuls listrik.
Perubahan-perubahan ini meliputi pembesaran jantung akibat tekanan darah tinggi atau penyakit
jantung kronik. Infeksi dari jantung juga dapat menyebabkan perubahan struktur dari jantung.7
A.d.5. Obat-obatan
Antidepresan trisiklik, fenotiazin, beta bloker, calcium channel blocker, kokain, digoxin, aspirin,
asetominophen dapat menyebabkan aritmia. Penemuan adanya materi yang ditemukan pada
pasien, riwayat medis pasien yang diperoleh dari keluarga atau teman pasien, memeriksa medical
record untuk memastikan tidak adanya interaksi obat, atau mengirim sampel urin dan darah pada
laboratorium toksikologi dapat membantu menegakkan diagnosis.2
A.d.6. Tamponade jantung
Cairan yang yang terdapat dalam perikardium dapat mendesak jantung sehingga tidak mampu
untuk berdetak, mencegah sirkulasi berjalan sehingga mengakibatkan kematian.2
A.d.7. Tension pneumothorax
Terdapatnya luka sehingga udara akan masuk ke salah satu cavum pleura. Udara akan terus
masuk akibat perbedaan tekanan antara udara luar dan tekanan dalam paru. Hal ini akan
menyebabkan pergeseran mediastinum. Ketika keadaan ini terjadi, jantung akan terdesak dan
pembuluh darah besar (terutama vena cava superior) tertekan, sehingga membatasi aliran balik
ke jantung.2
PENEMUAN AUTOPSI 10
Terdapat beberapa faktor yang dapat menuntun kita menegakkan diagnosis cardiac arrest
maupun sudden cardiac death(SCD), di antaranya adalah hasil temuan di TKP, menunjukkan
posisi kematian yang tidak wajar, khas untuk suatu kematian mendadak. Korban mungkin
ditemukan meninggal dalam keadaan hanya mengenakan pakaian dalam keadaan tertelungkup,
maupun tergeletak di samping kabel listrik.
Hasil pemeriksaan autopsi juga dapat menunjukkan adanya temuan penyakit-penyakit yang
mendasari terjadinya cardiac arrest, seperti penyakit jantung koroner, pembesaran jantung,
trombosis, maupun tanda-tanda kekerasan seperti penjeratan yang dapat memicu terjadinya
cardiac arrest.
ASPEK MEDIKOLEGAL
Setiap kematian mendadak harus diperlakukan sebagai kematian yang tidak wajar, sebelum dapat
dibuktikan bahwa tidak ada bukti-bukti yang mendukungnya. Dengan demikian dalam
penyelidikan kedokteran forensik pada kematian yang mendadak atau terlihat seperti wajar,
alasan yang sangat penting dalam otopsi adalah menentukan apakah terdapat tindak kejahatan.
Dari sudut kedokteran forensik, tujuan utama pemeriksaan kasus kematian mendadak adalah
menentukan cara kematian korban. KUHAP pasal 133 (1) menyatakan Dalam hal penyidik
untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang
diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya. 3,11
Pemeriksaan kasus kematian mendadak perlu beberapa alasan, antara lain:3
1. Menentukan adakah peran tindak kejahatan pada kasus tersebut
2. Klaim pada asuransi
3. Menentukan apakah kematian tersebut karena penyakit akibat industri atau merupakan
kecelakaan belaka, terutama pada pekerja industri
4. Adakah faktor keracunan yang berperan
5. Mendeteksi epidemiologi penyakit untuk pelayanan kesehatan masyarakat
Pada kasus kematian yang terjadi seketika atau tak terduga, khususnya bila ada tanda-tanda
penyakit sebelumnya dan kemungkinan sakit sangat kecil, untuk menentukan penyebabnya
hanya ada satu cara yaitu dilakukannya pemeriksaan otopsi pada jenazah, bila perlu dilengkapi
dengan pemeriksaan tambahan lain seperti pemeriksaan toksikologi. Hal ini sangat penting untuk
menentukan apakah termasuk kematian mendadak yang wajar.3
Adapun kepentingan otopsi antara lain:3
1. Untuk keluarga korban, dapat menjelaskan sebab kematian
2. Untuk kepentingan umum, melindungi yang lain agar dapat terhindar dari penyebab kematian
yang sama
Penentuan kasus kematian adalah berdasarkan proses interpretasi yang meliputi:3
1. Perubahan patologi anatomi, bakteriologi dan kimia
2. Pemilihan lesi yang fatal pada korban
Pada kasus kematian mendadak yang sering kita hadapi, tindakan yang mampu dilakukan pada
kematian mendadak adalah:3
1. Semua keterangan tentang almarhum dikumpulkan dari keluarga, teman, polisi, atau saksi-
saksi, yang meliputi: usia, penyakit yang pernah diderita, pernah berobat dimana, hasil
pemeriksaan laboratorium, tingkah laku yang aneh, dan lain-lain.
2. Keadaan korban dan sekitar korban saat ditemukan, pakaian yang ditemukan, tanda-tanda
kekerasan atau luka, posisi tubuh, temperatur, lebam mayat, kaku mayat, situasi TKP rapi atau
berantakan, adanya barang-barang yang mencurigakan.
3. Keadaan sebelum korban meninggal
4. Bila sebab kematian tidak pasti, sarankan kepada keluarga untuk melapor kepada polisi, jika
polisi tidak meminta visum et repertum dapat diberi surat kematian.
5. Dalam mengisi formulir B, pada sebab kematian bila tidak dketahui sebab kematiannya ditulis
tidak diketahui atau mati mendadak.
6. Bila dilakukan pemeriksaan dalam, buat preparat histopatologi bagian organ-organ tertentu,
diperiksa dan dilakukan pemeriksaan toksikologi
7. Sebaiknya jangan menandatangani surat kematian tanpa memeriksa korban, dan jangan
menyentuh apapun terutama yang dipakai sebagai barang bukti.
Dari hasil pemeriksaan kemungkinan:3
1. Korban meninggal secara wajar dan sebab kematian jelas misalnya coronary heart disease,
maka diberi surat kematian dan dikuburkan
2. Sebab kematian tidak jelas, keluarga/dokter lapor ke polisi, kemudian polisi minta visum et
repertum, setelah SPVR datang maka korban diotopsi unt
uk menentukan sebab kematian korban.
3. Korban meninggal secara tidak wajar, misalnya ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan,
maka keluarga atau dokter lapor ke polisi.
4. Korban diduga meninggal secara wajar, misalnya CVA tetapi juga ditemukan tanda-tanda
kekerasan, maka keluarga atau dokter lapor ke polisi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Janet M. Torpy, MD. The journal of the american medical assosiation. JAMA [serial online]
2006, Januari [cited 2008 July 18]; 295(1):[2 screen]. Availabel from: URL:http://jama.ama-
assn.org/cgi/citmgr?gca=jama;295/1/124
2. Cardiac arrest. [Online]. 2008 July 14 [cited 2008 july 18];[ 13screens]. Availabel from:
URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Sudden_cardiac_death
3. Mutahal, Apuranto H. Kematian mendadak. In: Apuranto H, Hoediyanto, editors. Buku ajar
ilmu kedokteran forensik dan medikolegal. Edisi 3. Surabaya: Airlangga; 2007. p.185-8.
4. Cardiac arrest, first aid. [Online]. 2007 August [cited 2008 july 18];[3 screens]. Available
from: URL: http://www.merck.com/mmhe/sec24/ch299/ch299a.html
5. Sudden cardiac death. [Online]. 2006 July 16 [cited 2008 july 18];[21 screens]. Available
from: URL: http://www.emedicine.com/med/topic276.htm#section~Differentials
6. Definition of cardiac arrest. [Online]. 2001 November [cited 2008 Jully 23];[2 screens].
Available from: URL: [http://www.medicinenet.com/script/main/hp.asp
7. Sudden cardiac arrest(SCA). [Online]. 2008 March [cited 2008 july 18];[4 screens]. Available
from: URL: http://www.medic8.com/blood-disorders/index.htm
8. Faiz O, Moffat D, editors. The heart II. In: Anatomi at a glance. USA: Blackwell
publishing;2002. P.23-24.
9. Thaler MS, editor. Dasar EKG. In: Satu-satunya EKG yang anda perlukan. Edisi 2. Jakarta:
EGC; 2000. p.10-4,20-2.
10. Dix J, editor. Cardiovascular disease (heart and blood vessels). In: Color atlas of forensik
patology. USA: CRC Press; 2000. p.54-60.
11. Abdul MI. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama. Jakarta: Binarupa Aksara.
1997. p.330-1.

CARDIAC ARREST
oleh PRAMITA Lab pada 14 Juli 2009 jam 20:07
Istilah cardiac arrest dikenal pula dengan istilah lain yaitu kegagalan sistem jantung paru
(cardiopulmonary arrest) atau kegagalan sistem sirkulasi (circulatory arrest). Disini terjadi akibat
berhentinya secara tiba tiba peredaran darah yang normal menyebabkan jantung gagal dalam
berkontraksi. Cardiac arrest dibedakan dengan serangan jantung (heart attact) walaupun sering
kali serangan jantung merupakan penyebab dari cardiac arrest. Berhentinya sirkulasi darah
menyebabkan terhentinya pengiriman oksigen ke seluruh organ tubuh. Gagalnya sirkulasi darah
ke otak menyebabkan hilangnya kesadaran dan terhentinya pernapasan. Otak hanya bertahan
5 menit saja akibat terhentinya pengiriman oksigen. Tindakan segera untuk menyelamatkan
keadaan darurat ini adalah dengan resusitasi (cardiopulmonary resuscitation = CPR).

Penyebab cardiac arrest :

Penyebab utama cardiac arrest adalah penyakit jantung sendiri seperti penyakit jantung
koroner, gangguan irama jantung dan kelainan otot jantung. Kekurangan cairan tubuh
mendadak (hypovolemia) atau kehilangan sejumlah darah seperti pada kecelakaan atau waktu
tindakan operasi akan menyebabkan jantung berhenti berdenyut. Kekurangan oksigen secara
mendadak menyebabkan organ penting seperti otak dan jantung berhenti berfungsi.
Penurunan derajat keasaman tubuh (asidosis) pada ketoasidosis diabetes, gagal ginjal dan
pemakaian obat obat tertentu secara berlebihan seperti salisilat, etanol, alkohol, antidepresan
akan menyebabkan asidosis. Kadar kalium (K) berlebih atau sangat rendah dapat menyebabkan
jantung berhenti mendadak. Penurunan kadar gula darah dan bahkan kadar gula darah yang
terlampau tinggi sering dianggap penyebab berhentinya jantung berdenyut. Trauma paru yang
menyebabkan perdarahan di paru dan emboli udara ke paru (pulmonary embolisme) juga akan
menyebabkan jantung berhenti berdenyut.

Pengobatan :

Tindakan penyelamatan perlu waktu yang amat minimal. Diagnosa segera diikuti dengan
tindakan resusitasi (CPR) dan defibrilisasi jantung perlu dilakukan segera sebagai penyelamat
nyawa.


Pencegahan :

Karena sebagian besar penyebab cardiac arrest adalah penyakit jantung maka pencegahan
terbaik adalah dengan memelihara jantung kita sebaik mungkin. Kontrol tekanan darah,
menjaga gula darah tetap stabil normal, mencegah terjadinya dislipidemia yaitu peningkatan
lemak darah. Konsumsi magnesium (Mg) dalam jangka panjang diduga efektif dalam menjaga
kesehatan jantung



Henti Jantung
Henti Jantung adalah suatu keadaan dimana jantung berhenti sehingga
tidak dapat memompakan darah ke seluruh tubuh.
Beberapa penyebab yang dapat memungkinkan terjadinya henti jantung
adalah :
- Cardiac cause
o
Acute Myocard Infarction
o
SA Node paralyze
o
AV Block
o
Ventricular Fibrillation
- Non-cardiac cause
o
Excessive Vagal stimulation Neurologic cause
o
Toxicity of Digitalis Drug cause
o
Toxicity of Beta Blocker Drug cause
o
Trauma Outer environment cause
Pada keadaan ini, jantung tidak dapat memompakan darah ke seluruh tubuh sehingga aliran
darah sistemik berhenti. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan organ karena suplai darah ke
seluruh organ tubuh berhenti atau tidak tercapai.
Organ yang paling pertama menerima efek buruk dari keadaan ini adalah Otak. Otak terdiri atas
banyak sel sel saraf dan sangat rentan akan masalah kekurangan suplai oksigen. Diperkirakan
jika sekitar dalam 5 10 menit suplai oksigen darah ke arah Otak berhenti, maka Otak sudah
mengalami kematian atau Brain Death.
Henti Jantung dapat dibagi 2, yaitu menurut keadaan jantung itu sendiri,
dan fungsi jantung
- Keadaan jantung
Pada keadaan ini, jantung berhenti total, tidak berdenyut, dan tidak memompakan darah.
Keadaan ini sering terjadi pada Acute Myocard Infarction, dimana terjadinya infark atau
kematian akut pada sel sel otot jantung yang mengakibatkan fungsi jantung turun mendadak
dan berhenti. Acute Myocard Infarction biasanya diakibatkan oleh oklusi akut pembuluh darah
koroner jantung, ataupun beberapa ramus-nya. Ramus yang paling akut dalam menimbulkan
henti jantung mendadak dan kematian mendadak saat terjadi obstruksi pada pambuluh tersebut
adalah Ramus Descendens Anterior Sinistra atau biasa dikenal sebagai Artery of Sudden Death
- Fungsi Jantung
Pada keadaan ini, jantung masih dapat berdenyut, namun tidak dapat memompakan darah secara
optimal, sel sel otot jantung dapat ditemukan dalam keadaan sehat, konduksi listrik jantung
terganggu. Keadaan ini sering ditemukan pada Ventricular Fibrillation, dimana konduksi listrik
jantung amat sangat tidak beraturan, dan jantung hanya tampak seperti bergetar, bukan
berdenyut. Sehingga, jantung tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, meskipun, secara
kasar, keadaan sel sel otot jantung itu sendiri normal.
Manifestasi Klinis
Keadaan keadaan yang mendahului terjadinya Henti Jantung adalah :
- Nyeri dada hebat mendadak
- Sesak nafas hebat
- Bradicardia ataupun Tachicardia menetap yang lama
- Penurunan kesadaran progresif cepat ataupun mendadak
Sedangkan keadaan keadaan yang biasanya ditemukan saat terjadinya
Henti Jantung adalah :
- Pingsan mendadak
- Apnea
- Otot otot seluruh tubuh lemas
Diagnosis
Diagnosis Henti Jantung adalah dengan menilai langsung kondisi pasien saat terjadi serangan,
ataupun pada rekaman EKG pada pasien yang dirawat inap
Tatalaksana
Tindakan pertama yang harus dilakukan saat menemukan kasus Henti Jantung, adalah resusitasi
Jantung Paru untuk mengembalikan fungsi jantung. Lakukan cepat dalam batas waktu paling
lama 10 menit, sambil menunggu datangnya pertolongan medis lebih lanjut
Jika berhasil, stabilkan vital sign, lalu lakukan observasi pada pasien untuk menemukan sebab
Henti Jantungnya, dan tegakkan diagnosis bila ada penyakit penyerta, namun dengan tetap
menkonservasi keadaan umum pasien
Perlu diingat bahwa keadaan Henti Jantung bukan merupakan diagnosis pasti dari Kematian.
Kematian lebih didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seluruh organ, utamanya Otak, telah
mengalami kehilangan fungsinya secara total dan irreversible Henti Jantung perlu dibedakan
dengan Gagal Jantung. Pada keadaan Henti Jantung, jantung tidak berfungsi dan tidak bergerak
atau tidak berdenyut baik untuk memompakan darah, dan manifestasinya lebih akut sedangkan
pada keadaan Gagal Jantung, jantung masih bisa berdenyut, namun tidak optimal, manifestasi
dan perjalanan penyakitnya lebih ke arah progresif kronik
Jadi, Henti Jantung secara tidak langsung menyebabkan Gagal Jantung,
namun Gagal Jantung tidak selalu mengakibatkan keadaan Henti Jantung
Resusitasi Jantung Paru
Resusitasi Jantung Paru adalah tindakan untuk mengembalikan fungsi Jantung dan Paru ke
keadaannya semula yang bertujuan untuk mengembalikan sirkulasi sistemik.
Beberapa langkah langkah yang harus diperhatikan untuk melakukan
resusitasi Jantung Paru adalah sebagai berikut :
1. Saat melihat korban yang terjatuh dan diperkirakan karena keadaan Henti Jantung, amankan
daerah sekitar kejadian/dimana korban tergeletak
2. Teriaklah untuk meminta datangnya petolongan medis lebih lanjut
3. Nilai 3 keadaan korban, yaitu Airway, Breathing, dan Circulation. Dan cobalah raba leher korban
untuk memeriksa denyut Arteri Carotis Communis
4. Singkirkan segala benda asing yang mengobstruksi jalan napas sang korban dengan cara
memiringkan tubuh korban, lalu korek isi mulut dan tenggorokannya
5. Pukul dada korban dengan menggunakan kepalan tangan sebanyak
2 kali
6. Jika belum berhasil, lakukan resusitasi dengan cara memberi
pernafasan buatan dan masase jantung eksterna.
a. Beri pernafasan dengan cara mulut ke mulut. Angkat dahi korban, lalu tarik sedikit dagunya.
Tempelkan mulut Anda sehingga menutupi mulut korban lalu tiupkan udara. Perhatikan gerak
dada, jika dada menggembung saat ditiupkan udara, maka cara pemberian nafas sudah benar
b. Beri masase jantung dengan cara menekan daerah tengah sekitar garis proyeksi Papilla
Mammae dengan menggunakan tangan. Tenaga yang dikerahkan bukan tenaga otot tangan,
melainkan tenaga berat tubuh kali pernafasan buatan. Jika penolong ada 2 orang, maka lakukan
30 kali masase jantung, dan 2 kali pernafasan buatan, secara bergantian
d. Resusitasi dilakukan selama maksimal 6 7 menit
e.Resusitasi dihentikan jika penolong sudah tidak dapat
melakukan tindakan resusitasi lagi, respon dari korban tidak ditemukan selama lebih dari 10
menit sejak serangan terjadi, pupil berdilatasi, Artery Carotis tidak teraba, dan Apnea
7. Jika berhasil, miringkan tubuh korban, lipat salah satu kaki dan
tangannya
8.Jika belum berhasil, dan pemberian resusitasi sudah cukup
sebagaimana seharusnya, maka hentikan tindakan resusitasi, dan
diagnosis sebagai Kematian Jantung
Beberapa jenis obat obatan yang bisa dipakai untuk resusitasi jantung :
- Nitrogliserin
- Lidokain
- Prokainamid
- Bretilium
Langkah langkah diatas adalah Basic dan Advanced Life Support, yang
bertujuan untuk memulihkan fungsi sirkulasi sistemik.
Jika pertolongan medis yang lebih lengkap sudah dapat dilakukan, maka perlu dilakukan
observasi lebih lanjut akan penyebab henti jantung, penyakit yang menyertai, penstabilan kondisi
pasien, serta perencanaan terapi yang diberikan
Pasien dirawat inap apabila keadaannya masih labil atau adanya indikasi medis yang
menandakan probabilitas tinggi untuk terjadinya relaps Henti Jantung. Pasien rawat inap
mendapat pengawasan yang cukup ketat akan tanda tanda vital umum selama pemeriksaan
ataupun selama terapi
Pasien dinyatakan boleh pulang apabila penyakit dasar yang mengakibatkan Henti Jantung-nya
sudah teratasi, dan kondisi vital sudah lebih stabil selama masa perawatan. Tentunya, tidak lupa
akan masalah edukasi apabila penyebab Henti Jantung tersebut berkaitan dengan masalah gaya
hidup, kebiasaan, lingkungan, ataupun pekerjaan.
Dikutip dari : Petunjuk Praktis Anestesi dari EGC, Buku Skill Lab Semester
4 tentang Resusitasi Jantung Paru,http://www.s cribd.com

c.Jika penolong hanya satu orang, maka lakukan 15 kali masase
jantung dengan kecepatan kira kira 60 kali per menit, dan 2

Henti jantung (Cardiac Arrest)
Terhentinya denyut jantung dan sirkulasi darah secara tiba-tiba pada seseorang yang sebelumnya tidak
Pmengalami gangguan apa2.
Merupakan keadaan kegawatdaruratan Pkardiovaskuler
gawat darurat
Keadaan ini kemudian diikuti dengan Pberhentinya fungsi pernafasan dan hilangnya kesadaran secara
refleks.
Resusitasi kardiopulmonal dan serebral harus segera dimulai segera Psetelah diagnosis ditegakkan.
DELAY.!!! Dengan membuangPDONT buang waktu dengan mengukur tekanan darah, menilai keadaan
nadi dan membuta EKG.
Diagnosis cukup didasarkan atas gejala klinis sebagai
berikut :
Gerakan pernafasan dan angin pernafasan yang menghilang atau Psangat lemah ; gasping.
Denyut nadi dan suara jantung menghilang Patau sangat lemah, bradikardia atau takikardia yang sangat
menyolok.
PHilangnya kesadaran. Dilatasi pupil
PDeath like appearance
Etiologi
Etiologi henti jantung antara lain karena :
1. Terhentinya sistem pernafasan secara tiba-tiba yang dapat disebabkan karena :
- penyumbatan jalan nafas ; aspirasi cairan lambung atau benda asing
- Sekresi air yang terdapat dijalan nafas
seperti yg terjadi pada keadaan tenggelam,
edema paru, lendir yang banyak.
- Edema atau spasme saluran pernafasan
bagian atas atau bagian bawah
- Kelainan anatomik seperti atresia choanal


- Depresi susunan saraf pusat, yang dapat disebabkan karena :
- Obat-obatan
- Racun
- Rudapaksa
- Arus listrik tegangan tinggi
- Edema otak
- Hipoksia berat
- Hiperkapnia
- Penyakit SSP ; ensefalitis, poliomielitis,
SGB, dll.


2. Terhentinya peredaran darah secara tiba-tiba, yang disebabkan karena :
- Hipoksia, Asidosis, hiperkapnia karena penyakit
paru atau karena henti pernafasan secara tiba-tiba.
- Rangsangan vagus misalnya karena penghisapan
tenggorok, endoskopi, dilatasi rektum, operasi mata
- Arus listrik tegangan tinggi
- Obat-obatan, terutama digitalis, kuinidin, kalium obat
anastesia.
- Aritmia yang hebat, karena obat-obatan, penyakit
jantung, kateterisasi jantung, dll
- Shock (trauma, perdarahan, sepsis, pada operasi
dan pasca operasi, dehidrasi, dll)
- Keadaan terminal berbagai penyakit.
- Efusi perikardium dengan tamponade jantung.

3. Terganggunya fungsi sistem saraf, yang terjadi sebagai akibat terganggunya sistem pernafasan dan
peredaran darah
Dalam susunan saraf pusat terjadi iskemia, hipoksi dan hiperkapnia, asidosis dan hipoglikemia, yang
berakibat terganggunya metabolisme otak disertai dengan terjadinya edema serebri dan di ikuti dengan
infark serebri.
Susunan saraf pusat sangat rentan terhadap keadaan
diatas, urutan kerentan tersebut adalah :
Korteks serebri akan menderita kerusakan setelah 3 P 5
menit
PPusat pupil dan palpebr, setelah 5 10 menit
PSerebelum, setelah 10 15 menit
Pusat peredaran darah dan Ppernafasan, setelah 20 30
menit
Medula spinalis, setelah 45 Pmenit
PGanglion simpatik, setelah 60 menit.
Penatalaksanaan :
Segera lakukan resusitasi !!!
Langkah langkah tindakan pada
Resusitasi dapat dibagi menjadi
tiga tahapan, yaitu :
Tahapan 1 : Bantuan hidup dasar /
BLS
Tahapan 2 : Bantuan hidup
lanjutan / ALS
Tahapan 3 : Bantuan hidup terus
menerus / PLS
Prinsip
Jangan mencelakakan korban dengan metode yang salah.
Jangan membuang waktu untuk prosedur diagnostik yang tidak berguna
Jangan memulai usaha apapun yang memakan biaya untuk menunda kematian bila kasus telah
irreversibel
Merupakan suatu kondisi dimana jantung berhenti memompakan darah (berkontraksi) yang ditandai
dengan
y ketidaksadaran yang terjadi sebagai kolaps yang tiba-tiba,
y tidak ada denyut nadi yang teraba pada nadi karotis, radialis dan femoralis,
y apnoe atau gerakan napas tidak efektif,
y pupil dilatasi,
y kulit keabuan atau putih atau sianosis,
y tampak seperti mati. (Skeet, 1995 & Jusrafli).
Penanganan Penanganan pasien yang mengalami henti jantung yaitu pertama dilakukan resusitasi
jantung paru dengan prinsip ABC. Urutan tindakan dalam melakukan resusitasi jantung paru yaitu :
a.Pastikan keselamatan penolong dan pasien terjamin b.Periksa pasien dan lihat responsnya Goyang
bahunya dan bertanya cukup keras. Siapa namamu ?, Coba buka matanya. Bila pasien menjawab
atau bergerak, biarkan pasien tetap pada posisinya, periksa keadaan pasien secara berkala dan teratur.
Bila pasien tidak memberi respons, berteriaklah mencari bantuan, buka jalan napas dengan mendorong
dahi dan mengangkat dagu. Posisikan telapak tangan pada dahi sambil mendorong dahi ke belakang
(head tilt). Ibu jari dan telunjuk harus bebas agar dapat digunakan menutup hidung jika perlu
memberikan napas buatan. Pada waktu yang sama ujung-ujung jari tangan yang lain mengangkat dagu
(chin lift). Jika ada kecurigaan trauma leher jangan melakukan head tilt. c.Sambil mempertahankan jalan
napas bebas, lihat, dengar raba ada tidaknya udara pernapasan keluar masuk dengan cara melihat
pergerakan dada turun naik, mendengar suara napas pada mulut pasien dan meraba gerak hawa
pernapasan dengan pipi. Jika pernapasan memadai, posisikan pasien pada recovery position (jika tidak
ada kecurigaan trauma leher), pastikan pernapasan tetap ada, bila ada beri oksigen 100 % dan carilah
bantuan. Jika pasien tidak bernapas, carilah bantuan, telentangkan pasien, singkirkan semua sumbatan
yang terlihat dari mulut pasien (misal gigi yang terlepas), beri 2 napas buatan yang efektif, setiap napas
harus disertai ekshalasi. Jika mengalami kesulitan dalam memberikan napas buatan yang efektif, periksa
lagi apakah mulut pasien sudah bersih dari sumbatan, periksa apakah posisi head tilt chin lift sudah
benar. Usahakan lagi memberi sampai 5 kali napas buatan untuk mendapatkan paling sedikit 2 napas
buatan yang efektif. d.Periksa tanda-tanda sirkulasi (meskipun napas buatan belum berhasil), cari
apakah ada gerakan pasien (gerakan menelan atau bernapas), dan raba nadi karotis. Jika yakin ada
tanda-tanda sirkulasi, lanjutkan napas buatan sampai pasien bisa bernapas sendiri, tiap menit periksa
lagi tanda-tanda sirkulasi. Jika pasien mulai bernapas tetapi tetap tidak sadar, posisikan pada recovery
position. Periksalah kondisi dan siap mengembalikan pada posisi terlentang untuk diberi napas buatan.
Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, mulai dilakukan pijat jantung dengan cara
1).Tentukan lokasi pijatan setengah-bagian bawah tulang dada (sternum) dengan telunjuk dan jari
tengah menyusur batas bawah iga sampai titik temu dengan sternum.
2).Tambahkan 1 jari kemudian tempatkan tumit tangan satunya di atas sternum tepat disamping
telunjuk tersebut. Itu adalah titik tumpu pijat jantung, 2 jari di atas procexus xyphoideus.
3).Tumit satunya diletakkan di atas tangan yang sudah berada tepat di titik pijat jantung
4).Jari-jari kedua tangan dirapatkan dan diangkat agar tidak ikut menekan.
5).Penolong mengambil posisi tegak lurus di atas dada pasien dengan siku lengan lurus, menekan
sternum sedalam 4 5 cm (1,5 2 inci).
6).Ulangi gerakan pijat, lepas, pijat, lepas sekitar 100 kali/menit (kira-kira 2 pijatan/detik).
7).Setiap setelah 15 kali pijat jantung lakukan head tilt chin lift dan beri 2 napas buatan efektif. Lalu
pijat jantung lagi 15 kali dan seterusnya (15 : 2). e.Lanjutkan resusitasi sampai ada tanda-tanda
kehidupan kembali atau bantuan yang lebih mampu datang atau penolong kelelahan sehingga kalau
diteruskan akan membahayakan penolong. f.Bilamana mencari bantuan, 1).Sangat penting bagi
penolong untuk sesegera mungkin mencari bantuan, 2).Jika ada dua penolong salah satu melakukan
resusitasi sedangkan lainnya mencari bantuan. 3).Jika hanya ada satu penolong, lakukan resusitasi
minimal 1 menit (satu siklus) dulu sebelum berusaha mencari bantuan.

Anda mungkin juga menyukai