Anda di halaman 1dari 23

59

BAB IV
PEMBAHASAN

IV.1 Pemilihan Metode
Metode yang digunakan untuk melakukan penelitian terhadap penilaian
saham adalah Dividend Discount Model (DDM) dan Price Earning Ratio (PER)
atau biasa disebut juga dengan pendekatan Multiplier. Metode Dividend
Discount Model merupakan metode penilaian saham dengan menggunakan
dividen yang dibagikan oleh perusahaan setiap tahun. Sedangkan Price Earning
Ratio menggambarkan perbandingan harga saham terhadap laba bersih
perusahaan. Alasan penulis tidak menggunakan metode Free Cash Flow to Firm
(FCFF) dan Operating Free Cash Flow (OFCF) di dalam penilaian saham adalah
dikarenakan dengan penggunaaan metode tersebut, terdapat cara perhitungan
yang berbeda-beda pada setiap perusahaan dan hal ini akan menyulitkan penulis
untuk melakukan penelitian. Oleh karena itu, penulis menggunakan metode
DDM, karena metode ini dapat mencakup semua sektor perusahaan yang akan
diteliti, tanpa melihat adanya perbedaan bisnis/operasi dalam perusahaan.

IV.2 Dividend Discount Model (DDM)
IV.2.1 Tingkat Pertumbuhan yang Digunakan.
Peneliti menggunakan metode Dividend Discount Model dengan
pertumbuhan yang stabil (stable growth), dengan beberapa asumsi yaitu:
60

1. Dari segi jangka waktu yang digunakan, penulis hanya menggunakan
periode 4 tahun. Sedangkan jika menggunakan pertumbuhan non konstan,
metode tersebut harus menggunakan jangka waktu lebih dari 4 tahun.
2. Tingkat penjualan atau pendapatan dari masing-masing perusahaan masih
terlihat stabil. Berikut adalah laporan penjualan atau pendapatan dari tahun
2008-2010.
SAHAM 2010 2009 2008
BBCA 12.936.828 14.899.725 12.356.348
BMRI 19.518.609 16.777.115 14.799.620
BBRI 32.888.603 23.049.495 19.651.054
INDF 38.403.360 37.397.319 38.799.279
MYOR 7.224.165 4.777.175 3.907.674
PTBA 7.909.154 8.947.854 7.216.228
ITMG 1.645 1.508 1.316
INTP 11.137.805 10.576.456 9.780.498
*satuan yang didalam tabel adalah rupiah, kecuali saham ITMG yang satuannya
dolar amerika.

3. Untuk sektor perbankan, adanya sistem keuangan dari Bank Indonesia yang
perannya adalah untuk menjaga stabilitas keuangan, contohnya dalam
menetapkan suku bunga kredit, tabungan atau deposito sehingga bank swasta
dan bank pemerintah tidak menaikan secara sepihak suku bunga kredit,
tabungan atau deposito diatas suku bunga Bank Indonesia. Hal ini dengan
tujuan agar semua bank yang ada di Indonesia tidak saling menjatuhkan.
4. Perjanjian AFTA (Asean Free Trade Area) memberikan dampak bagi sektor-
sektor yang ada di Indonesia termasuk sektor makanan dan minuman.
Barang impor yang masuk ke Indonesia kebanyakan adalah dari sektor
61

makanan dan minuman. Hal ini membuat persaingan semakin berat sehingga
pertumbuhan yang sebelumnya tinggi akan menjadi lebih stabil.
5. Dari sektor pertambangan, batu bara merupakan salah satu produk yang
paling banyak diekspor oleh Indonesia. Karena banyaknya permintaan akan
ekspor ini, maka pemerintah ingin menetapkan pembatasan ekspor batu bara
yaitu dengan dibuatnya ketetapan oleh pemerintah dalam melakukan
pembatasan terhadap ekspor batu bara sehingga pertumbuhan ekspor
menjadi stabil.
6. Dari Industri dasar dan kimia, sektor semen merupakan salah satu produk
utama didalam pembangunan properti dan infrastruktur. Stabilnya kenaikan
penjualan produk semen disebabkan bunga bank yang relatif stabil. Suku
bunga bank yang stabil ini membuat para pengembang tertarik untuk
membangun properti.

IV.2.2 Analisis Dividen.
Dividen yang digunakan adalah Dividend per Share yang dibagikan
setiap tahun ataupun dibagikan secara interim dan final untuk melakukan
penelitian mengenai penilaian harga saham di akhir Desember tahun 2011.
Dalam hal ini, dividen yang digunakan adalah estimasi dividen pada tahun
2012, yaitu dengan cara: dividen tahun 2011 dikalikan dengan tingkat
pertumbuhan dividen konstan. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk
melakukan penilaian harga saham di tahun 2011:

62

Keterangan:
:Estimasi harga wajar saham di tahun 2011.
:Dividend per Share yang akan diterima oleh investor di
akhir tahun 2011 dikalikan dengan tingkat pertumbuhan
dividen konstan.
:Tingkat pengembalian yang diharapkan investor yang
dikurangi dengan tingkat pertumbuhan dividen konstan.

Agar dapat mengestimasi dividen 2012, maka dividen tahun 2011 harus
terlebih dahulu dicari. Ada 3 cara yang dapat dilakukan untuk menentukan
Dividend per Share yaitu:
1. Dividen per Share yang terdapat pada Annual Report perusahaan;
2. Melakukan perhitungan kembali dengan menggunakan rumus rasio;
3. Mendapatkan data dari website yang telah menyediakan data seperti: e-bursa
dan yahoo finance. Berikut adalah dividen tahun 2011 yang diestimasikan
menjadi dividen tahun 2012.

Tabel IV.2.2
Hasil estimasi dividen di tahun 2012.

SAHAM
DIVIDEN
2011
GROWTH
ESTIMASI
DIVIDEN 2012
BBCA 114 5,73% 120,5322
BMRI 122 5,73% 128,9906
BBRI 74,08 5,73% 78,32478
INDF 133 5,73% 140,6209
MYOR 130 5,73% 137,449
63

PTBA 556 5,73% 587,8588
INTP 263 5,73% 278,0699
ITMG 1168 5,73% 1234,93

Tingkat pertumbuhan/growth yang digunakan adalah GDP Indonesia
yang dimana tingkat pertumbuhannya adalah sebesar 5,73%. Alasan penulis
menggunakan tingkat pertumbuhan GDP adalah karena lebih mencerminkan
tingkat pertumbuhan ekonomi di negara dimana perusahaan tersebut berada.

IV.2.3 Tingkat Pertumbuhan.
Selama periode tahun 2008-2011, delapan (8) saham-saham ini selalu
membagikan dividennya setiap tahun. Berikut adalah tingkat pertumbuhan
dividen yang diberikan:
Tabel IV. 2. 3. 1
Tingkat Pertumbuhan dividen yang tidak konstan
YEAR BBCA % BMRI % BBRI % INDF %
2011 114 -26% 122 -13% 74 -36% 133 43%
2010 155 41% 140 17% 116 -35% 93 98%
2009 110 10% 119,37 34% 178 5% 47 9%
2008 100 88,9 168,82 43
YEAR MYOR % PTBA % INTP % ITMG %
2011 130 30% 556 6% 263 17% 0,12 -8%
2010 100 100% 523 -2% 225 50% 0,13 -38%
2009 50 25% 532,73 44% 150 275% 0,21 75%
2008 40 371,05 40 0,12


64

Dari perhitungan growth tahunan diatas didapatkan hasil pertumbuhan
dividen yang tidak konstan sehingga menyulitkan penulis untuk mengestimasi
growth dividend tahun 2011. Karena itu penulis hanya menggunakan satu
metode tingkat pertumbuhan dividen yaitu Gross Domestic Product (GDP)
yang menjadi suatu acuan bagi banyak para analisis untuk menilai tingkat
pertumbuhan suatu negara untuk mencerminkan tingkat pertumbuhan
perusahaan di negara tersebut. Dengan adanya kenaikan GDP mengindikasikan
bahwa semakin baiknya tingkat aktivitas di negara tersebut.
Berikut adalah GDP Indonesia dari tahun 2008-2011.

Tabel IV. 2. 3. 2
Tingkat Rata-rata Pertumbuhan
GDP Indonesia tahun 2008-2011
YEAR GDP
2008 6,00%
2009 4,60%
2010 6,10%
2011 6,20%
Average 5,73%
sumber: http://www.gfmag.com


Di tahun 2009 terjadi penurunan GDP menjadi 4,60% yang dikarenakan
oleh adanya pengaruh atau dampak buruk dari krisis ekonomi global yang
mengancam pada akhir tahun 2008. Dari hasil perhitungan, digunakan fungsi
average pada Microsoft Excel untuk merata-ratakan dari tahun 2008-2011 dan
hasilnya adalah 5,73%. Hasil tersebut digunakan untuk semua tingkat
pertumbuhan perusahaan.
65

IV.2.4 Tingkat Pengembalian.
Required Rate of Return yang digunakan adalah dengan menggunakan
metode Capital Asset Pricing Model (CAPM).
Data-data yang digunakan dalam perhitungan CAPM adalah Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) mingguan, beta, risk free rate (BI rate).
Berikut adalah langkah-langkah perhitungan CAPM:
Langkah pertama, untuk mencari beta penulis melakukan perhitungan
tingkat pengembalian harga saham (Ri), dan tingkat pengembalian pasar (Rm)
untuk masing-masing perusahaan. Tingkat pengembalian dapat dihitung
menggunakan dua cara yaitu fungsi natural logarithm (LN) yang ada pada di
Microsoft Excel atau menggunakan rumus return. Adapun perhitungan tingkat
pengembalian tersebut ialah:

Fungsi Natural Logaritma:
Ri =
Rm = )

Rumus return:
Ri =
Rm =


Cara perhitungan:
66

Fungsi Natural Logaritma:
Ri bbca = LN( Harga saham 7 Januari 2008/ Harga saham 2 Januari 2008)
= LN(3625/ 3600)
= 0,69%

Ri indf = LN( Harga saham 7 Januari 2008/ Harga saham 2 Januari 2008)
= LN(3175/ 2675)
= 18,69%

Rm bbca = LN(IHSG penutupan 7 Jan 2008/ IHSG penutupan 2 Jan 2008)
= LN(2830/ 2765)
= 2,33%
Rumus return:

Ri bbca = (Harga saham 7 Januari 2008 - Harga saham 2 Januari 2008)
2
= (3625 - 3600)
2
= 0,69%
Ri indf = (Harga saham 7 Januari 2008 - Harga saham 2 Januari 2008)
2
= (3175 - 2675)
2
= 18,69%

Rm bbca = (IHSG penutupan 7 Jan 2008 - IHSG penutupan 2 Jan 2008)
2
= (2830 - 2765)
2
= 2,33%

67

Dari perhitungan diatas, dapat dilihat hasil dari fungsi natural logarithm
(LN) dan rumus return memiliki hasil yang sama. Ini bisa dilihat dari kedua
saham seperti BBCA dan INDF, yang dimana hasil perhitungan LN dan rumus
return adalah 0,69 (BBCA) dan 18,69 (INDF) dan return IHSG sebesar 2,33%.
Hal ini membuktikan bahwa dalam menghitung return saham dan IHSG dapat
digunakan dengan menggunakan dua cara tersebut. Tetapi penulis hanya
memilih salah satu cara dari kedua metode dengan alasan agar metode yang
digunakan lebih konsisten dalam melakukan semua perhitungan. Metode yang
digunakan penulis adalah natural logarithm (LN). Berikut adalah hasil
perhitungan tingkat pengembalian dengan menggunakan fungsi LN dan untuk
perhitungan lengkapnya ada di Lampiran 1-10.
Tabel IV.2.4.1
Hasil Tingkat pengembalian Harga saham dan IHSG.

Tingkat Pengembalian Harga Saham
o = LN(3625/3600) = 0,69%
o = LN(3400/3400) = 0,00%
o = LN(3900/3750) = 3,92%
o = LN(3175/2675) = 17,14%
o = LN(1740/1750) = -0,57%
o = LN(12100/12200) = -0,82%
o = LN(8500/8050) = 5,44%
o = LN(20850/18750) = 10,62%
Tingkat Pengembalian IHSG
o = LN( 2830/2765) =2,33%
68

Dari hasil perhitungan tabel IV.2.4.1, menunjukkan bahwa adanya tingkat
pengembalian harga saham yang bernilai postif dan negatif, dimana saham yang
bernilai positif memberikan pengaruh yang sangat baik bagi tingkat
pengembalian harga pasar saham (IHSG) menjadi 2,33% (bernilai positif).
Meskipun IHSG adalah saham gabungan, tetapi setidaknya saham-saham yang
diatas telah memberikan sedikit pengaruh terhadap pergerakan harga pasar
saham.
Dari hasil perhitungan tingkat pengembalian harga saham dari tahun
2008-2011, terjadi adanya stock split pada 2 saham, yaitu Bank Central Asia
(BBCA) pada tanggal 28 Januari 2008 dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) pada
tanggal 11 Januari 2011. Terjadinya stock split dikarena harga saham yang
ditawarkan ke pasar saham sudah terlalu tinggi. Untuk itu kedua perusahaan
tersebut melakukan stock split 1:2, dimana harga saham Bank BCA dan Bank
BRI sebelum stock split adalah sebesar Rp.7200 dan Rp.9800. Setelah adanya
stock split, harga saham BCA dan BRI adalah Rp. 3550 dan Rp. 4700. Dengan
adanya selisih yang cukup besar pada saat perhitungan tingkat pengembalian,
maka penulis mengasumsikan bahwa harga saham sebelum stock split harus
dibagi dua semua. Sehingga harga saham sebelum dan sesudah stock split tidak
terlalu jauh angkanya pada saat perhitungan tingkat return saham, dan hasil uji
sensitivitas betanya tidak akan menimbulkan bias.
Setelah melakukan perhitungan tingkat pengembalian IHSG. Dapat
langsung dihitung rata-rata return market periode 2008-2011. Berikut adalah
hasil perhitungan return market.
69

RETURN MARKET 2008-2011
0,16%
8,25%
Rm/Mingguan
Rm/Tahunan


Dari hasil perhitungan yang ada, tingkat return market dari tahun 2008-
2011 adalah sebesar 8,25%. Ini membuktikan bahwa investor layak untuk
berinvestasi di pasar modal, karena jika hasil return market lebih kecil dari BI
rate, maka investor lebih baik menanamkan uangnya di bank.
Langkah kedua adalah menghitung beta dengan menggunakan fungsi
Slope yang terdapat pada Microsoft Excel dan hasil dari langkah pertama
diatas, dimasukan ke rumus slope tersebut.



Tabel IV. 2. 4. 2
Hasil Average Beta tahun 2008-2011.
BBCA BMRI BBRI INDF MYOR PTBA INTP ITMG
0,65 1,20 1,10 1,12 0,52 1,59 1,11 1,64
BETA TAHUN 2008-2011
Average


Hasil beta yang terendah adalah saham MYOR dan beta yang tertinggi
adalah saham ITMG. Artinya, jika pasar saham naik atau turun sebesar 5%,
berarti untuk saham MYOR akan naik atau turun sebesar 2,6%. Sedangkan
untuk saham ITMG akan naik atau turun sebesar 8,2%. Dengan kata lain,
semakin besar nilai beta, semakin besar pula resiko saham terebut.
70

Dari hasil beta diatas, yang memiliki beta lebih dari 1 adalah Bank
Mandiri, Bank BRI, Indofood, Tambang Batubara Bukit Asam, Indo
Tambangraya Mega, Indocement Tunggal Prakarsa. Ini berarti bahwa saham-
saham tersebut memiliki tingkat sensitifitas yang cenderung cukup tinggi
terhadap pergerakan harga saham dan memiliki resiko yang tinggi. Sedangkan
untuk beta yang berada di bawah 1 adalah Bank BCA, dan Mayora Indah, yang
berarti harga saham tersebut tidak akan sensitif atau cenderung lambat dalam
mengikuti pergerakan harga pasar saham dan memiliki resiko yang rendah.
Langkah ketiga adalah menentukan risk free rate. Penulis menggunakan
BI rate sebagai risk free rate, karena BI rate telah menjadi acuan bagi bank-
bank di Indonesia dalam menentukan suku bunga deposito, kredit, dan
tabungan. Berikut hasil BI rate periode 2008-2011.

Tabel IV. 2. 4. 3
BI Rate dari Tahun 2008-2011.

BI RATE
2008 2009 2010 2011
JAN 8,00% 8,75% 6,50% 6,50%
FEB 8,00% 8,25% 6,50% 6,75%
MAR 8,00% 7,75% 6,50% 6,75%
APR 8,00% 7,50% 6,50% 6,75%
MEI 8,25% 7,25% 6,50% 6,75%
JUN 8,50% 7,00% 6,50% 6,75%
JUL 8,75% 6,75% 6,50% 6,75%
AGUST 9,00% 6,50% 6,50% 6,75%
SEP 9,25% 6,50% 6,50% 6,75%
OKT 9,50% 6,50% 6,50% 6,50%
NOP 9,50% 6,50% 6,50% 6,00%
DES 9,25% 6,50% 6,50% 6,00%
Sumber: http://www.bi.go.id/web/id

71

Setelah mendapatkan BI rate/bulan dari tahun 2008-2011, penulis
melakukan perhitungan BI rate/minggu dengan tujuan agar perhitungannya
sama dengan return market dan return saham. Selain itu, penulis juga
mengasumsikan BI rate harus dibagi dengan 52 karena meskipun Bank
Indonesia mengeluarkan BI rate per bulan, tetapi dalam perhitungan perbankan,
BI rate dihitung per tahun. Setelah mendapatkan BI rate/minggu, langkah
selanjutnya adalah menyesuaikannya dengan tanggal IHSG. Berikut contoh
cara mengestimasi BI rate/minggu. Perhitungan lengkapnya ada di Lampiran 1-
10

Tabel IV.2.4.4
Contoh Perhitungan BI Rate yang disesuaikan dengan Tanggal IHSG
TANGGAL
IHSG
BULAN BI RATE
(EST).BI RATE
BI Rate/52
2 Jan 2008
Januari 8%
0,154%
7 Jan 2008 0,154%
14 Jan 2008 0,154%
28 Jan 2008 0,154%
2 Jun 2008
Juni 8,50%
0,163%
10 Jun 2008 0,163%
16 Jun 2008 0,163%
23 Jun 2008 0,163%
30 Jun 2008 0,163%

72

Langkah selanjutnya adalah mencari rata-rata BI rate/minggu. Hal ini
dapat dilakukan dengan menggunakan fungsi average pada Microsoft Excel.
Setelah mendapatkan hasil rata-rata BI rate/minggu, dapat langsung dikalikan
dengan 52 untuk mendapatkan rata-rata BI rate/tahun. Berikut adalah hasil BI
rate/minggu dan tahun.


0,14%
7,22%
Average/Mingguan
Average/tahunan
BI RATE 2008 2011


Dari tabel perhitungan di atas, didapatkan BI rate sebesar 0,14 per
minggu dan 7% per tahunnya. Jika dibandingkan dengan hasil perhitungan
return market, maka rata-rata BI rate lebih kecil daripada tingkat pengembalian
pasar saham (Rm). Sehingga dapat disimpulkan bahwa investor layak untuk
berinvestasi di pasar modal saham.
Setelah memperoleh hasil dari perhitungan ketiga komponen tersebut,
yaitu tingkat pengembalian pasar (Rm), beta rata-rata () dan BI rate (RFR),
kita dapat menghitung CAPM.
Perhitungan CAPM dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel IV.2.4.5
Perhitungan CAPM dan Premi Resiko
BBCA BMRI BBRI INDF MYOR PTBA INTP ITMG
Rm 8,25% 8,25% 8,25% 8,25% 8,25% 8,25% 8,25% 8,25%
B 0,65 1,20 1,10 1,12 0,52 1,59 1,11 1,64
RFR 7,22% 7,22% 7,22% 7,22% 7,22% 7,22% 7,22% 7,22%
CAPM(Ks) 7,89% 8,46% 8,35% 8,37% 7,75% 8,86% 8,36% 8,91%
Premi Resiko 0,67% 1,24% 1,13% 1,15% 0,53% 1,64% 1,14% 1,69%

73

Dari tabel diatas, ada dua komponen utama dari perhitungan CAPM yaitu
tingkat return bebas resiko dan premi resiko. Untuk mengetahui tingkat premi
resiko sekuritas dapat dihitung dengan mengalikan beta dan market risk
premium/(Rm-RFR). Hasil premi resiko sekuritas, saham yang memiliki tingkat
resiko saham yang paling beresiko dalam berinvestasi adalah saham ITMG
karena memiliki tingkat premi resiko paling tinggi, sedangkan saham yang
kurang beresiko dalam berinvestasi adalah saham MYOR karena memiliki
tingkat premi resiko paling rendah .
Jadi alasan penulis menggunakan CAPM sebagai tingkat pengembalian
yang diinginkan oleh investor adalah lebih dikarenakan dua komponen tersebut
dapat menggambarkan tingkat return yang akan didapatkan oleh investor
dengan berinvestasi tanpa resiko yang berpatokan pada tingkat suku bunga
ditambah resiko yang didapatkan oleh investor dalam berinvestasi saham.

IV.2.5 Perhitungan Dividen Discount Model
Setelah mendapatkan tingkat pertumbuhan, tingkat pengembalian dan
estimasi dividen di tahun 2012. Berikut adalah cara perhitungannya.

P bbca 2011 =

= 114 x (1+5,73%)
7,89% - 5,73%

= Rp 5.580

74

P indf 2011 =

= 133 x (1+5,73%)
8,37% - 5,73%

= Rp 5.327

Untuk mendapatkan hasil estimasi yang benar, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan ketika mengestimasi diantaranya:
Ketika menentukan dividen yang akan digunakan, dividen yang
digunakan adalah dividen hasil estimasi dari dividen tahun 2011 yang
dikalikan dengan tingkat pertumbuhan dividen (GDP) sehingga menjadi
dividen estimasi tahun 2012. Estimasi yang salah adalah jika
menggunakan dividen tahun 2010 untuk mengestimasi harga wajar saham
tahun 2011 yang akan dibandingkan dengan harga saham yang ada di
pasar tahun 2011.
Dalam menentukan tingkat pertumbuhan dividen, kita harus berhati-hati
karena jika terdapat kesalahan dalam menentukan tingkat pertumbuhan
dividennya, maka hasil estimasi harga wajar akan semakin tinggi.
Ketika menentukan required rate of return. Banyak para analis ingin
menambahkan 1-2% dari tingkat imbal hasil yang sudah dihitung dengan
asumsi ingin mendapatkan tingkat return yang lebih tinggi. Pada
prinsipnya, saat menambahkan 1-2% tingkat imbah hasil, maka harga
wajar yang akan diestimasi semakin rendah. Contohnya, pada tabel di
bawah ini, dimana penulis mensimulasikan penambahan 1-2% dari
perhitungan CAPM pada saham BBCA dan INDF.
75

Tabel IV. 2. 5. 1
Perhitungan Simulasi CAPM atas Penambahan 1-2%.






Dari hasil tabel diatas, penulis tetap menggunakan perhitungan CAPM
tanpa menambahkan atau mengurangkan 1-2% dari tingkat imbal hasil
dengan alasan bahwa penulis ingin mendapatkan estimasi hasil wajar
saham yang murni dari perhitungan yang sudah ada.
Berikut adalah tabel hasil perhitungannya:















Kode Saham Required Rate
of Return
Harga Wajar Saham
BBCA 7,89% 5580
8,89% 3814
9,89% 2897

INDF 8,37% 5327
9,37% 3863
10,37% 3031
76

Tabel IV. 2. 5. 2
Perhitungan Estimasi Harga Wajar Saham 2011 dengan Pendekatan DDM
SAHAM
DIVIDEN
2011
DIVIDEN
2012
REQUIRED
RATE OF
RETURN
ESTIMASI
HARGA
SAHAM
HARGA
SAHAM 31
DEC 2011
Overpriced or
Underpriced
5.580 8000
8,46%
EXPECTED
GROWTH
BBCA 114 120,5322 GDP 5,73% 7,89%
8,37%
4.725 6750
BBRI 74,08 78,324784 GDP 5,73% 8,35% 2.989 6750
BMRI 122 128,9906 GDP 5,73%
8,86%
5.327 4600
MYOR 130 137,449 GDP 5,73% 7,75% 6.804 14250
INDF 133 140,6209 GDP 5,73%
8,91%
18.781 17350
INTP 263 278,0699 GDP 5,73% 8,36% 10.573 17050
PTBA 556 587,8588 GDP 5,73%
Estimasi Harga Wajar Saham 2011, dengan Pendekatan DDM
38.834 38650
Underpriced
Overpriced
Overpriced
Overpriced
Overpriced
Overpriced
Underpriced
Underpriced ITMG 1168 1234,93 GDP 5,73%

Dari hasil tabel perhitungan, menunjukkan adanya perbandingan antara
estimasi harga wajar saham dengan harga saham di akhir tahun 2011. Dimana
dapat disimpulkan bahwa adanya harga saham yang tergolong Overpriced
(mahal) dan masih ada yang tergolong Underpriced (murah). Saham yang
tergolong overpriced, jika hasil estimasi harga wajar saham harga saham
yang ditawarkan di pasar saham. Begitu pula sebaliknya. Saham yang tergolong
overpriced adalah saham BBCA, BMRI, BBRI, MYOR, dan INTP. Sedangkan
saham yang tergolong underpriced adalah saham INDF, PTBA, dan ITMG.

77

IV.3 Metode Price Earning Ratio (PER)
Pendekatan ini juga digunakan oleh investor untuk mengestimasi harga
wajar saham. Untuk dapat menghitung estimasi harga wajar saham, data yang
diperlukan adalah Price Earning Ratio (PER) dan Earning per Share (EPS).
Langkah pertama, untuk mendapatkan PER penulis mengasumsikan dengan
menggunakan rata-rata PER yang dihitung berdasarkan pada masing-masing
sektor, yang dimana setiap sektor perbankan, makanan dan minuman, dan
pertambangan terdapat 5 perusahaan dan pada sektor semen terdapat 3
perusahaan. Perusahaan yang menjadi pembandingnya adalah perusahaan yang
sebanding dalam artian memiliki tingkat ROE yang sama atau lebih tinggi dari
perusahaan yang menjadi objek penelitian. ROE yang dilihat hanya di tahun
2011. Alasan penulis menggunakan ROE sebagai alat pembanding karena jika
menggunakan saham yang aktif di pasar modal atau saham yang memiliki
market cap yang besar belum tentu saham itu bagus secara fundamental. Tetapi
sebaliknya kalau melihat ROE, rasio tersebut lebih menggambarkan seberapa
besar kemampuan perusahaan dalam memberikan tingkat pengembalian atau
return dalam modal perusahaannya.
Berikut adalah hasil PER/sektor.









78

Tabel IV. 3. 1. 1
PER/sektor di Tahun 2011
BANK PER
TAMBANG
BATU BARA
PER
BBCA 18 KKGI 14,3
BMRI 12,8 PTBA 13
BBRI 10,7 ITMG 9,1
BJBR 9,2 HRUM 13,1
BDMN 10,8 BYAN 29,5
Sektor 12,3 Sektor 15,8
Makanan &
Minuman
PER SEMEN PER
DLTA 17,8 INTP 18,4
INDF 13,3 SMGR 17,7
MLBI 14,9 SMCB 18,9
MYOR 31,6 Sektor 18,3
CEKA 8,4
Sektor 17,2
Sumber: http://www.ipotindonesia.com


Dari hasil perhitungan diatas, rata-rata PER pada sektor perbankan adalah
12,3x , untuk makanan dan minuman adalah 17,5x, tambang batu bara adalah
15,8x dan terakhir sektor semen memiliki PER yaitu 18,3x. Pada prinsipnya,
PER yang rendah adalah mencerminkan harga saham itu murah dan dari hasil
tabel diatas, PER per sektor yang rendah adalah perbankan dan yang kedua
adalah tambang batu bara.
Setelah mendapatkan perhitungan PER, langkah kedua adalah
menentukan EPS. EPS yang digunakan adalah EPS di tahun 2011 dimana
penulis ingin membandingkan harga saham dengan hasil estimasi harga wajar
saham dengan pendekatan PER di tahun 2011 saja.
Rumus EPS yang digunakan adalah

Earning Per Share = Net income Dividend on Preferred Stock
Number of Common Shares Outstanding
79

EPS bbca = 10.819.309.000.000
24.365.243.000
= Rp 444/lembar saham

EPS indf = 3.077.180.000.000
8.780.426.500
= Rp 350/lembar saham

Dari hasil perhitungan di atas, pada prinsipnya kenaikan EPS dapat terjadi
karena:
- Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
- Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
- Laba laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
Sedangkan penurunan EPS dapat terjadi karena:
- Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.
- Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
- Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.

Data EPS dapat dilihat di tabel sebagai berikut:

Tabel IV. 3. 1. 2
Earning Per Share di Tahun 2011
2011 BBCA BMRI BBRI INDF MYOR PTBA INTP ITMG
EPS 444 529,33 628,91 350 641 1339 977,1 4352
Earning Per Share


80

Dari perhitungan diatas, EPS tertinggi adalah saham ITMG dengan laba per
lembar saham sebesar Rp 4.352. Sedangkan untuk EPS terendah adalah saham
INDF dengan laba per lembar saham Rp 350. Semakin besar Earning per Share
(EPS), semakin banyak investor yang akan tertarik pada saham tersebut karena
dividen yang akan diberikan oleh perusahaan. Tetapi hal ini tergantung pada
keputusan perusahaan itu sendiri seberapa besar Dividend Payout Ratio yang
akan dibagikan oleh perusahaan dari EPS nya.
Langkah ketiga dalam metode ini adalah mengestimasi hasil perhitungan
dengan data-data yang sudah dijelaskan diatas. Caranya adalah dengan
mengalikan PER/sektor dan EPS 2011.


Dari rumus diatas, berikut adalah tabel hasil perhitungannya

Tabel IV. 3. 1. 3
Perhitungan Estimasi Harga Wajar Saham 2011 dengan Pendekatan PER
BBCA BMRI BBRI INDF MYOR PTBA INTP ITMG
PER/sektor 12,30 12,30 12,30 17,2 17,2 15,8 18,40 15,8
EPS 444 529,33 628,91 350 641 1339 977,1 4352
ESTIMASI
HARGA
SAHAM
5.461 6.511 7.736 6.020 11.025 21.156 17.979 68.762
HARGA
SAHAM 31 DEC
2011
8.000 6.750 6.750 4.600 14.250 17.350 17.050 38.650
Overprice or
Underprice
Overpriced Overpriced Underpriced Underpriced Overpriced Underpriced Underpriced Underpriced
ESTIMASI HARGA WAJAR SAHAM DI TAHUN 2011 METODE PER


Dari hasil perhitungan, dapat disimpulkan ada saham yang tergolong
Overpriced (mahal) dan ada saham yang masih tergolong underpriced (murah).
81

Saham yang tergolong overpriced, jika hasil estimasi harga wajar saham
harga saham yang di awarkan di pasar saham dan begitu pula sebaliknya.
Berikut adalah daftar saham yang tergolong overpriced, antara lain: BBCA,
BMRI, MYOR. Sedangkan untuk saham yang tergolong underpriced, antara
lain: BBRI, INDF, PTBA, ITMG dan INTP.

Anda mungkin juga menyukai