Biasanya kontrak akad al-Mudharabah di bank syariah dipakai untuk banyak
produk baik itu produk penghimpunan dana seperti tabungan, giro, deposito atau pun produk penyaluran dana seperti produk pembiayaan. Secara teknik, al mudharabah adalah akad kerjasama syarikat antara dua pihak, di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal (100%), sedangkan pihak lainnya menjadi pengurusnya (mudharib). Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepahaman yang tertulis dalam kontrak, sedangkan bila mengalami kerugian maka akan ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola (Antonio, S. 2002). Karakteristik pembiayaan Mudharabah dalam kajian ini menjelaskan mengenai ciri-ciri khusus pada pembiayaan mudharabah, yaitu : 1) Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang dikeluarkan oleh Institusi Keuangan Islam kepada pihak lain untuk suatu perniagaan yang produktif. 2) Dalam kontrak pembiayaan ini Institusi Keuangan Islam sebagai shahibul maal (pemilik dana) membiayai 100% keperluan sesuatu projek syarikat, sedangkan peniaga (nasabah) bertindak sebagai mudharib atau pengurus syarikat. 3) Jangka waktu usaha, tatacara pengembalian dana, dan pembahagian keuntungan ditentukan berasaskan kesepahaman kedua belah pihak (Institusi Keuangan Islam dan peniaga). 4) Mudhorib boleh melakukan berbagai usaha yang telah disepakati bersama dan sesuai dengan syariah, dan Institusi Keuangan Syariah tidak ikut serta dalam pengurusan syarikat atau projek tetapi mempunyai hak untuk memberikan pelatihan kemahiran dan pengawasan. 5) Bilangan dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai dan bukan hutang. 6) Institusi Keuangan Islam sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesilapan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian. 7) Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan. Namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, Institusi Keuangan Syariah dapat meminta jaminan daripada mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat digunakan atau dijual apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad. 8) Perbelanjaan Operasinal dibebankan kepada mudharib. 9) Sebagai penyandang dana iaitu Institusi Keuangan Syariah tidak melakukan kewajiban atau melakukan pelanggaran terhadap kesepahaman, mudharib berhak mendapat ganti rugi atau perbelanjaan yang telah dikeluarkan. Ada dua tipe mudharabah, yaitu Mutlaqah (tidak terikat) dan Muqayyadah (terikat); 1. Mudharabah Muthlaqah adalah Mudharabah untuk kegiatan usaha yang cakupannya tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis sesuai permintaan pemilik dana. 2. Mudharabah Muqayyadah adalah Mudharabah untuk kegiatan usaha yang cakupannya dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis sesuai permintaan pemilik dana. Beberapa ketentuan hukum pembiayaan mudharabah antara lain: 1) Kontrak Mudharabah boleh dibatasi pada tempoh waktu. 2) Kontrak tidak boleh dikaitkan (muallaq) dengan sebuah kejadian di waktu depan yang belum tentu terjadi. 3) Pada asasnya, dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena pada asasnya akad ini bersifat amanah (yad al-amanah), kecuali akibat dari kesilapan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepahaman. 4) Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepahaman melalui musyawarah.
Kontrak al-Musyarakah (Joint Venture Profit Sharing Biasanya kontrak akad al-Musyarakah di bank syariah dipakai untuk produk- produk pembiayaan proyek dan modal ventura. Kontrak Musyarakah yaitu pembiayaan berasaskan kontrak kongsi antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha perniagaan tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahawa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepahaman. Pembiayaan Musyarakah memiliki keunggulan dari segi kebersamaan dan keadilan, baik dalam berbagi keuntungan mahupun resiko kerugian, kini telah dilakukan oleh Institusi Keuangan Syariah iaitu Bank Islam. Terdapat banyak manfaat dari kontrak al-Musyarakah ini, diantaranya yaitu: 1. bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan nasabah meningkat. 2. bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread. 3. pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah. 4. bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent)mencari usha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan. Hal ini karena keuntungan yang riil dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan. 5. prinsip bagi hasil dalam kontrak al-Musyarakah/al-Mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap di mana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi. Adapun risiko yang terdapat dalam kontrak al-Musyarakah, terutama pada penerapannya dalam pembiayaan, relatif tinggi, yaitu sebagai berikut: 1. Risiko Pembiayaan yang disebabkan oleh nasabah wanprestasi atau default. 2. Risiko Pasar yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar jika pembiayaan atas dasar akad musyarakah diberikan dalam valuta asing. 3. Risiko Operasional yang disebabkan oleh internal fraud antara lain pencatatan yang tidak benar atas nilai posisi, penyogokan/ penyuapan, ketidaksesuaian pencatatan pajak (secara sengaja), kesalahan, manipulasi dan mark up dalam akuntansi/ pencatatan maupun pelaporan.
Kontrak Murabahah Murabahah adalah perjanjian jual-beli antara bank dengan nasabah. Bank syariah membeli barang yang diperlukan nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah. Adapun risiko yang terdapat dalam kontrak bai al-Murabahah, terutama pada penerapannya dalam pembiayaan, relatif tinggi, yaitu sebagai berikut:[17] 1. Risiko Pembiayaan (credit risk) yang disebabkan oleh nasabah wanprestasi atau default. 2. Risiko Pasar yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar jika pembiayaan atas dasar akad murabahah diberikan dalam valuta asing.
Dalam teknis perbankan, murabahah adalah akad jual-beli antara bank selaku penyedia barang (penjual) dengan nasabah yang memesan untuk membeli barang. Bank memperoleh keuntungan dari jual-beli yang disepakati bersama. Rukun dan syarat murabahah adalah sama dengan rukun dan syarat dalam fiqih, sedangkan syarat-syarat lain seperti barang, harga dan cara pembayaran adalah sesuai dengan kebijakan bank yang bersangkutan. Harga jual bank adalah harga beli dari pemasok ditambah keuntungan yang disepakati bersama. Jadi nasabah mengetahui keuntungan yang diambil oleh bank.
Ketentuan umum murabahah dalam bank syari'ah: a. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. b. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam. c. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. d. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. e. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang. f. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah beserta biaya tambahan yang diperlukan, misal ongkos angkut barang. g. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu. h. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah. i. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang.
Kontrak Prinsip al-Ijarah (Operational Lease And Financial Lease)
Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri. Karakteristik akad/kontrak al-Ijarah yaitu 1. al-Ijarah merupakan akad yang objeknya adalah manfaat, bukan benda (al-ain) 2. manfaat yang menjadi objek al-Ijarah adalah manfaat terhadap sesuatu yang diperbolehkan berdasarkan ketentuan syara 3. hak memanfaatkan dalam al-Ijarah harus disertai dengan imbalan
iRuL uZuMaKy ChaZtSu 23 juni 2009 http://iruluzumaky.blogspot.com/2009/06/macam-macam-kontrak-dalam-perbankan.html
7 February 2012\ http://heibilon.blogspot.com/2012/02/gambaran-umum-kontrak-produk-perbankan.html