Anda di halaman 1dari 3

Pendidikan Politik di Dunia Pendidikan

Oleh :
Muhammad Fatkhan Ashari
1


Pembatasan-pembatasan pengetahuan politik yang dilakukan
saat Orde Baru memiliki efek yang tidak baik dan cenderung
mengarah kepada pembodohan politik. Alhasil, di Era Reformasi ini
masyarakat menjadi tidak siap diajak untuk berdemokrasi karena
belum dewasa secara politik. Rendahnya pemahaman politik serta
seringnya terjadi kesalahpahaman dalam memaknai kata politik
menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang tidak cerdas secara
politik dan sering menganggap bahwa politik itu bukan konsumsi
yang sehat apalagi bagi generasi muda yang terkenal dengan
makhluk yang cenderung mempertahankan idealismenya.
Pemahaman politik yang demikian inilah yang
pada akhirnya menyesatkan masyarakat, khususnya
generasi muda. Hal ini menjadikan banyaknya
generasi muda yang tidak tertarik dengan politik
karena menganggap bahwa politik itu hanya
kepentingan dan kekuasaan semata. Sehingga
berpikiran bahwa politik itu khusus bagi orang-
orang yang haus akan kekuasaan. Akibatnya
banyak generasi muda yang menamakan dirinya
sebagai generasi yang anti politik, karena menganggap politik sebagai sesuatu yang kotor dan
jahat. Sudah menjadi tugas dunia pendidikan meluruskan kembali pemahaman politik yang
bengkok ini.
Secara sosiologis dunia pendidikan akan selalu berjalan seiring perkembangan
dinamika politik. Pendidikan dan kehidupan politik bak dua mata koin yang tidak dapat
dipisahkan, baik secara sistem, filosofi, maupun teknisnya. Bagaimanapun kondisi
pendidikan senantiasa ditentukan atas kebijakan politik, misalnya mengenai undang-undang
dan pengamalannya, anggaran dan distribusinya, kurikulum dan implementasinya, hingga
guru dan teknis pengajarannya.
Pendidikan dalam sistem yang demokratis menempatkan posisi yang sangat sentral.
Secara ideal, pendidikan dimaksudkan untuk mendidik warga negara tentang kebajikan dan
tanggung jawab sebagai anggota civil society. Proses pendidikan yang berlangsung di sekolah
dan perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan dapat membangun kesadaran peserta didik
mengenai pentingnya hidup berbangsa dan bernegara. Salah satu peran dari proses
pendidikan di sekolah dan perguruan tinggi juga dapat mengajarkan pandangan yang lebih
kongkrit tentang lembaga-lembaga politik dan hubungan politik, dimana peserta didik
diajarkan mengenali nilai, norma, serta atribut politik. Dengan demikian, akan menjadi sangat
penting penerapan pendidikan politik bagi peserta didik sebagai pemilih pemula, yang dalam
hal ini adalah siswa Sekolah Menengah Atas dan mahasiswa Perguruan Tinggi.
Kemampuan intelektual dan pengembangan ketrampilan sebagai insan politik, jelas
harus dimiliki siswa SMA dan mahasiswa sebagai pemilih pemula. Artinya, bahwa siswa
SMA dan mahasiswa sebagai pemilih pemula secara mental siap mengembangkan daya nalar
kritisnya, dan siap pula menghadapi pergulatan-pergulatan kehidupan politik yang semakin
kompleks, serta pada akhirnya memiliki kapabiltas politik yang menjadi asset dalam proses

1
- Alumni Prodi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang
- Mahasiswa Magister Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya
politik. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka pendidikan politik bagi siswa SMA dan
mahasiswa sebagai pemilih pemula merupakan sebuah keniscayaan.
Sebuah alasan mengapa harus memberikan pendidikan politik di SMA dan Perguruan
Tinggi yang notabene merupakan institusi pendidikan adalah bahwa melalui institusi
pendidikan inilah dapat secara intensif dilaksanakanya transfer nilai-nilai dan pengetahuan
termasuk nilai-nilai dan pengetahuan politik. Siswa SMA dan mahasiswa sebagai pemilih
pemula dengan jumlah yang relatif cukup signifikan, memang secara politik sudah barang
tentu menjadi modal (asset), akan tetapi dapat pula menjadi beban. Menjadi asset karena baik
itu untuk kepentingan suara partai politik dalam pemilu maupun dalam kehidupan politik
negara bangsa, dianggap strategis secara potensi. Ini berarti bahwa siswa SMA dan
mahasiswa sebagai pemilih pemula mempunyai kemampuan berpikir analitis untuk
kepentingan kehidupan politik negara bangsa yang baik. Tidak dapat dielakkan bahwa siswa
SMA dan mahasiswa sebagai pemilih pemula memiliki kecakapan untuk berpikir alternatif
untuk berkontribusi bagi kehidupan politik.
Pendidikan politik mengupayakan penghayatan atau pemilikan siswa dan mahasiswa
terhadap nilai-nilai yang meningkat dan akan terwujud dalam sikap dan tingkah laku sehari-
hari dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta berpartisipasi dalam
usaha-usaha pembangunan sesuai dengan fungsi masing-masing. Dengan kata lain
pendidikan politik menginginkan agar siswa berkembang menjadi warga negara yang baik,
yang menghayati nilai-nilai dasar yang luhur dari bangsanya dan sadar akan hak dan
kewajibannya di dalam kerangka nilai-nilai tersebut.
Pendidikan politik bertujuan untuk mewujudkan atau menyiapkan kader-kader yang
dapat diandalkan untuk memenuhi harapan masyarakat luas, dalam arti yang benar-benar
memahami semangat yang terkandung di dalam perjuangan sebagai kader bangsa. Orang
yang terpelajar lebih sadar akan pengaruh pemerintah terhadap kehidupan mereka, lebih
memperhatikan kehidupan politik, memperoleh lebih banyak informasi tentang proses-proses
politik dan lebih kompeten dalam tingkah laku politiknya.
Pendidikan politik akan menjadi sangat penting manakala dihadapkan pada persoalan
teknis pelaksanaan agenda rutinitas demokrasi prosedural, yakni pemilihan umum, pemilihan
kepala daerah tingkat propinsi maupun kabupaten kota. Pendidikan politik secara langsung
atau tidak langsung akan mempengaruhi perilaku politik pemilih pemula dalam menggunakan
hak pilihnya, sehingga juga akan mempengaruhi tingkat partisipasi politik pemilih pemula
pada seebuah proses pemilu.
Pendidikan politik diperlukan bukan saja bagi para pemilih yang kurang (belum)
memiliki pemahaman tentang persoalan politik tetapi juga bagi para pemilih yang sudah
memiliki pengetahuan tentang persoalan politik. Hal demikian dikarenakan sikap apatis pada
aktivitas politik dimungkinkan dapat muncul dari kalangan masyarakat yang memiliki
pengetahuan yang mendalam dan luas pada persoalan politik. Hal ini juga dikarenakan
frustasi, kecewa dengan realitas politik yang jauh dari idealitas.
Dengan kata lain pendidikan politik memiliki makna yang penting dan strategis dalam
rangka mendorong agar warga negara (para pemilih) untuk memiliki pengetahuan politik
yang memadai, sekaligus kesadaran akan suatu pentingnya sistem politik yang ideal. Di sisi
lain, pendidikan politik juga memberikan pemahaman pada warga negara bahwa untuk
merubah realitas politik yang ada menuju suatu sistem politik yang ideal, yang antara lain
ditandai adanya perubahan kebudayaan politik baru. Kondisi seperti ini yang sering
menggoda kalangan masyarakat yang idealis menjadi apatis dan sebagian lagi golput
(golongan putih). Disinilah letak urgensi pendidikan politik. Disatu sisi ia dapat berfungsi
sebagai sosialisasi politik (pelestarian nilai-nilai politik) lama yang dianggap baik. Disisi lain,
pendidikan politik dapat berfungsi untuk melakukan pembaharuan politik (reformasi politik),
suatu perubahan politik yang predictable, dan terencana.
Satu hal yang kemudian menjadi pertanyaan adalah, bagaimana pendidikan politik itu
dilaksanakan di dunia pendidikan? Haruskah dengan menjadikan politik sebagai sebuah mata
pelajaran tersendiri di sekolah dan mata kuliah tersendiri di perguruan tinggi? Untuk
perguruan tinggi khususnya di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, politik memang
merupakan salah satu mata kuliah yang diajarkan, bahkan politik merupakan salah satu
program studi, namun bagaimana dengan fakultas selain itu? Apakah ada mata kuliah politik
di fakultas yang lain? apalagi di tingkat Sekolah Menengah Atas? Apakah dengan ketiadaan
mata kuliah politik dan/atau mata pelajaran politik kemudian serta merta siswa dan
mahasiswanya tidak diberikan pendidikan politik?
Pendidikan politik pada dasarnya tidak harus selalu diberikan melalui mata pelajaran
politik ataupun mata kuliah ilmu politik. Namun lebih jauh dari pada itu, bahwa pendidikan
politik dapat diberikan dalam proses interaksi dan aktivitas lain di semua institusi pendidikan.
Pendidikan politik tidak harus diberikan melalui kegiatan pembelajaran formal di kelas.
Meskipun demikian tetap saja untuk memberikan dasar-dasar pemahaman teori-teori dan
proses dinamika politik dapat pula diberikan melalui mata pelajaran PKn dan Sejarah di SMA
serta mata kuliah ilmu politik di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, namun untuk
memberikan pendidikan politik yang lebih luas dapat diberikan melalui proses interaksi dan
aktivitas ekstrakurikuler di sekolah maupun perguruan tinggi.
Ketika siswa atau mahasiswa berinteraksi antar sesamanya, disadari atau tidak, diakui
atau tidak, sesungguhnya mereka telah melalui proses pendidikan politik. Terlebih melalui
kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di sekolah maupun perguruan tinggi, siswa maupun
mahasiswa berinteraksi secara intensif dalam sebuah wadah organisasi tertentu yang
didalamnya setiap individu secara alamiah akan mengalami proses pendidikan politik melalui
organisasi yang menaungi aktivitas ekstrakurikuler masing-masing. Dengan organisasi
tersebut, siswa dan mahasiswa akan belajar bagaimana menjadi insan politik dalam lingkup
yang lebih sempit. Keterlibatan siswa dan mahasiswa dalam sebuah organisasi akan melatih
siswa dan mahasiswa dalam memahami dan mengaplikasikan nilai-nilai politik sebagai
bagian dari dinamika politik dalam cakupan yang lebih luas dalam kehidupan politik praktis.
Dengan memberikan pendidikan politik di institusi pendidikan, bukan berarti
kemudian melegalkan praktek politik praktis di institusi pendidikan, karena institusi
pendidikan bukan tempat untuk berpolitik praktis. Pendidikan politik yang diberikan di
institusi pendidikan hanya sebatas untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman politik
yang baik dan benar dalam rangka membentuk kesadaran politik atas pemilih pemula yang
dalam hal ini adalah siswa dan mahasiswa. Dengan demikian, permasalahan politik dalam
generasi muda dapat diatasi dengan memberikan pencerdasan politik yang baik melalui
pendidikan politik.


Identitas Diri Penulis
Nama Lengkap : Muhammad Fatkhan Ashari
Pendidikan : S1 Program Studi Pendidikan Sejarah FIS Unnes
S2 Program Magister Ilmu Politik FISIP Unair
Email : ashari.fatkhan@gmail.com
Blog : fatkhan-ashari-fisip11.web.unair.ac.id

Anda mungkin juga menyukai