Anda di halaman 1dari 36

Analisis Laporan Keuangan:

Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan


Universitas Putera Batam
1
ANALISIS RASIO KEUANGAN

A. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. (S)


Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
2
1. Rasio Likuiditas
a) Rasio lancar (Current Ratio)
Merupakan kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan
dengan melihat aset lancar perusahaan relatif terhadap liabilitas
lancar. Rasio lancar untuk perusahaan yang normal berkisar sekitar
angka 2 atau 200%. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Rasio yang
rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi, sedangkan rasio
yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aset lancar, yang akan
mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas
perusahaan.
Berikut interpretasinya berdasarkan data di atas yaitu setiap
Rp1,00 liabilitas lancar dijamin oleh Rp1,1609 (2009), Rp2,0365
(2010), Rp1,9095 (2011), Rp2,0032 (2012), Rp1,6673 (2013) aset
lancar. Dari hasil interpretasi di atas, maka dapat simpulkan bahwa
rasio lancar pada perusahaan ini untuk tahun 2010 mengalami
peningkatan sekitar 88% dari tahun sebelumnya dan mengalami
penurunan pada tahun 2011. Pada tahun 2012 mengalami peningkatan
sekitar 9% dari tahun 2011 dan mengalami penurunan pada tahun
2013, berarti perusahaan pada rasio ini tergolong kurang likuid karena
berada di bawah tingkat likuiditas rasio lancar.
b) Rasio Quick (Acid Test Ratio)
Rasio ini hampir sama dengan rasio lancar, hanya saja jumlah
persediaan atau inventory tidak diikutsertakan. Tingkat rasio quick
yang dianggap cukup baik adalah 100%. Berikut perhitungan rasio
quick untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 berserta
interpretasinya adalah sebagai berikut:


Dari rasio tersebut pada tahun 2009 dapat diinterpretasikan yaitu
setiap Rp1,00 liabilitas lancar dijamin oleh Rp0,70 aset lancar di luar
persediaan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik.
Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
3


Dari rasio tersebut untuk tahun 2010: setiap Rp1,00 liabilitas lancar
dijamin oleh Rp1,46 aset lancar di luar persediaan.


Dari rasio tersebut untuk tahun 2011: setiap Rp1,00 liabilitas lancar
dijamin oleh Rp1,40 aset lancar di luar persediaan.


Dari rasio tersebut untuk tahun 2012: setiap Rp1,00 liabilitas lancar
dijamin oleh Rp1,41 aset lancar di luar persediaan.


Dari rasio tersebut untuk tahun 2013: setiap Rp1,00 liabilitas lancar
dijamin oleh Rp1,25 aset lancar di luar persediaan.
Dari hasil interpretasi, maka dapat disimpulkan bahwa rasio
quick untuk tahun 2010 mengalami peningkatan sekitar 76% dari
tahun 2009 dan mengalami penurunan pada tahun 2011. Pada tahun
2012 mengalami sedikit peningkatan sekitar 0,81% dari tahun 2011
dan mengalami penurunan pada tahun 2013, berarti perusahaan pada
rasio ini tergolong likuid karena nilai rasio ini telah mencapai tingkat
likuiditas quick ratio.
c) Rasio Kas (Cash Ratio)
Yaitu rasio yang membandingkan antara kas dan aset lancar
yang paling likuid (surat berharga) dengan liabilitas lancar. Berikut
perhitungan rasio kas untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2013
beserta interpretasinya adalah sebagai berikut:


Dari rasio tersebut untuk tahun 2009 dapat diinterpretasikan yaitu
setiap Rp1,00 liabilitas lancar dijamin oleh Rp0,40 kas dan ekuivalen
kas. Semakin tinggi rasio ini semakin baik.
Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
4


Dari rasio tersebut untuk tahun 2010 yaitu setiap Rp1,00 liabilitas
lancar dijamin oleh Rp1,06 kas dan ekuivalen kas.


Dari rasio tersebut untuk tahun 2011 yaitu setiap Rp1,00 liabilitas
lancar dijamin oleh Rp1,02 kas dan ekuivalen kas.


Dari rasio tersebut untuk tahun 2012 yaitu setiap Rp1,00 liabilitas
lancar dijamin oleh Rp1,02 kas dan ekuivalen kas.


Dari rasio tersebut untuk tahun 2013 yaitu setiap Rp1,00 liabilitas
lancar dijamin oleh Rp0,70 kas dan ekuivalen kas.
Dari hasil interpretasi, maka dapat disimpulkan bahwa rasio
kas pada tahun 2010 mengalami peningkatan sekitar 66% dari tahun
2009 dan mengalami penurunan pada tahun 2011. Pada tahun 2012,
nilai rasio ini sama dengan tahun 2011 dan mengalami penurunan
dratis pada tahun 2013, berarti perusahaan pada rasio ini tergolong
kurang likuid karena perusahaan ini mengalami kekurangan kas
(ekuivalen kas).
2. Rasio Aktivitas
a. Perputaran Piutang (Receivable Turmover)
Merupakan pengukuran efektivitas pengelolaan piutang. Rata-
rata umur piutang merupakan seberapa lama yang diperlukan untuk
melunasi piutang. Semakin cepat perputaran piutang maka semakin
efektif perusahaan dalam mengelola piutangnya dan semakin kecil
rata-rata umur piutang, maka semakin baik dalam mengubah piutang
menjadi kas. Berikut perhitungan untuk tahun 2009 s/d 2013 yaitu:


Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
5
Rata-rata umur piutang = 365 / 16,17x = 22,57 hari
Dari perhitungan di atas pada tahun 2009, piutang dalam setahun
berputar 16,17 kali dan diperlukan waktu selama 22,57 hari untuk
mengubah piutang menjadi kas.


Rata-rata umur piutang = 365 / 14,30x = 25,52 hari
Dari perhitungan di atas pada tahun 2010, piutang dalam setahun
berputar 14,3 kali dan diperlukan waktu selama 25,52 hari untuk
mengubah piutang menjadi kas.


Rata-rata umur piutang = 365 / 12,35x = 29,55 hari
Dari perhitungan di atas pada tahun 2011, piutang dalam setahun
berputar 12,35 kali dan diperlukan waktu selama 29,55 hari untuk
mengubah piutang menjadi kas.


Rata-rata umur piutang = 365 / 14,36x = 25,42 hari
Dari perhitungan di atas pada tahun 2012, piutang dalam setahun
berputar 14,36 kali dan diperlukan waktu selama 25,42 hari untuk
mengubah piutang menjadi kas.


Rata-rata umur piutang = 365 / 11,64x = 31,38 hari
Dari perhitungan di atas pada tahun 2013, piutang dalam setahun
berputar 11,64 kali dan diperlukan waktu selama 31,38 hari untuk
mengubah piutang menjadi kas.
Dari hasil interpretasi, maka disimpulkan bahwa rasio rata-rata
umur piutang pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 26
hari dari tahun 2009. Pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi
25 hari dari tahun 2011 dan mengalami peningkatan pada tahun 2013,
Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
6
berarti perusahaan ini tergolong efektif dalam pengelolaan piutang
berdasarkan penjualan.
b. Perputaran Persediaan (I nventory Turnover)
Merupakan pengukuran efektivitas permanfaatan persediaan
yang dimiliki perusahaan. Rata-rata umur persediaan berarti seberapa
lama yang diperlukan untuk melakukan penjualan. Semakin besar
perputaran persediaan, maka semakin efektif perusahaan dalam
mengelola persediaannya dan semakin lama rata-rata umur
persediaan, maka semakin tidak baik dalam melakukan penjualan.


Rata-rata umur persediaan = 365 / 5,28x = 69.13 hari
Dari perhitungan di atas pada tahun 2009, dalam satu tahun persediaan
berputar 5,28 kali dan dalam satu kali penjualan, perusahaan
memerlukan waktu selama 69,13 hari.


Rata-rata umur persediaan = 365 / 4,59x = 79,52 hari
Pada tahun 2010, dalam satu tahun persediaan berputar 4,59 kali dan
dalam satu kali penjualan, perusahaan memerlukan waktu selama
79,52 hari.


Rata-rata umur persediaan = 365 / 5,01 = 72,85 hari
Pada tahun 2011, dalam satu tahun persediaan berputar 5,01 kali dan
memerlukan waktu selama 72,85 hari.


Rata-rata umur persediaan = 365 / 4,69 = 77,83 hari
Pada tahun 2012, dalam satu tahun persediaan berputar 4,69 kali dan
memerlukan waktu selama 77,83 hari.


Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
7
Rata-rata umur persediaan = 365 / 5,32 = 68,61 hari
Pada tahun 2013, dalam satu tahun persediaan berputar 5,32 kali dan
memerlukan waktu selama 68,61 hari.
Dari hasil interpretasi, maka disimpulkan bahwa rasio rata-rata
umur persediaan pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 80
hari dan mengalami penurunan pada tahun 2011. Pada tahun 2012
mengalami peningkatan menjadi 78 hari dan pada tahun 2013
mengalami penurunan menjadi 69 hari, berarti perusahaan pada rasio
ini tergolong kurang efektif dalam pengendalian persediaannya
berdasarkan harga pokok penjualan.
c. Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets Turnover)
Untuk mengukur efektivitas pemanfaatan aset tetap dalam
menghasilkan penjualan. Semakin besar perputaran aset tetap, maka
semakin efektif perusahaan dalam mengelola aset tetapnya.


Dalam satu tahun perusahaan mampu menghasilkan penjualan
sebanyak 3,44 kali berdasarkan aset tetap yang dimiliki. (2009)


Dalam satu tahun perusahaan mampu menghasilkan penjualan
sebanyak 3,27 kali berdasarkan aset tetap yang dimiliki. (2010)


Dalam satu tahun perusahaan mempu menghasilkan penjualan
sebanyak 3,51 kali berdasarkan aset tetap yang dimiliki. (2011)


Dalam satu tahun perusahaan mampu menghasilkan penjualan
sebanyak 3,17 kali berdasarkan aset tetap yang dimiliki. (2012)


Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
8
Dalam satu tahun perusahaan mampu menghasilkan penjualan
sebanyak 2,51 kali berdasarkan aset tetap yang dimiliki. (2013)
Dari hasil interpretasi, maka disimpulkan bahwa rasio ini pada
tahun 2010 mengalami penurunan dari tahun 2009 dan mengalami
peningkatan pada tahun 2011. Pada tahun 2012 mengalami penurunan
menjadi 3,17x dari tahun 2011 dan terjadi penurunan menjadi 2,51x
pada tahun 2013, berarti perusahaan pada rasio ini tergolong kurang
efektif dalam pengelolaan aset tetapnya berdasarkan penjualan.
d. Perputaran Total Aset (Total Assets Turnover)
Untuk mengukur efektivitas pemanfaatan aset dalam
menghasilkan penjualan. Semakin besar perputaran aset, maka
semakin efektif perusahaan dalam mengelola asetnya.


Dalam satu tahun perusahaan mampu menghasilkan penjualan
sebanyak 0,92 kali berdasarkan aset yang dimiliki. (2009)


Dalam satu tahun perusahaan mampu menghasilkan penjualan
sebanyak 0,81 kali berdasarkan aset yang dimiliki. (2010)


Dalam satu tahun perusahaan mampu menghasilkan penjualan
sebanyak 0,85 kali berdasarkan aset yang dimiliki. (2011)


Dalam satu tahun perusahaan mampu menghasilkan penjualan
sebanyak 0,84 kali berdasarkan aset yang dimiliki. (2012)


Dalam satu tahun perusahaan mampu menghasilkan penjualan
sebanyak 0,74 kali berdasarkan aset yang dimiliki. (2013)
Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
9
Dari hasil interpretasi, maka dapat disimpulkan bahwa rasio ini
pada tahun 2010 terjadi penurunan dari tahun 2009 dan pada tahun
2011 terjadi sedikit peningkatan. Pada tahun 2012 mengalami sedikit
penurunan dan pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 0,74x,
berarti perusahaan pada rasio ini kurang efektif dalam pengelolaan
total aset yang dimilikinya berdasarkan penjualan.
3. Rasio Solvabilitas
a. Rasio Total Hutang terhadap Total Aset (Debt to Aset Ratio)
Yaitu persentase jumlah dana dari hutang yang digunakan
untuk membiayai aset perusahaan. Tingkat rasio ini dianggap baik
adalah 50% dari aset. Semakin tinggi rasio ini semakin tidak baik.
Berikut interpretasinya yaitu setiap Rp1,00 aset perusahaan yang
dimiliki sebanyak 62% (2009), 47% (2010), 41% (2011), 42% (2012),
dan 51% (2013) bersumber dari kreditur. Dari hasil interpretasi, maka
disimpulkan bahwa perusahaan tergolong solvabel walaupun
mengalami peningkatan pada tahun 2013, tetapi rasio ini masih
dikatakan baik pada posisi neraca.
b. Rasio Total Hutang terhadap Modal Sendiri (Debt to Equity Ratio)
Yaitu perbandingan antara hutang yang dimiliki perusahaan
dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin tidak baik.
Berikut interpretasinnya berdasarkan data di atas yaitu setiap Rp1,00
modal sendiri yang dimiliki sebanyak 2,45x (2009); 1,34x (2010);
0,7x (2011); 0,74x (2012); dan 1,04x (2013) untuk dijadikan jaminan
untuk keseluruhan utang. Dari hasil interpretasi, dapat disimpulkan
bahwa perusahaan tergolong tidak solvabel karena total liabilitas yang
dimiliki perusahaan lebih besar dibandingkan dengan modal sendiri
meskipun pada tahun 2011 dan 2012 lebih kecil dari modal sendiri,
tetapi pada tahun 2013 mengalami peningkatan 0,3x dan membuat
perusahaan tergolong tidak solvabel.
4. Rasio Profitabilitas
a. GPM, OPM, dan NPM
Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
10
GPM (Gross Profit Margin) merupakan persentase laba kotor
dibandingkan dengan penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik
kinerja keuangan perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa HPP
relatif lebih rendah daripada penjualan. Berikut interpretasinya
berdasarkan data di atas, yaitu perusahaan menghasilkan laba kotor
sebesar 27,25% (2009); 32,47% (2010); 27,76% (2011); 27,10%
(2012); dan 24,82% (2013) dari penjualan. Dari hasil interpretasi,
dapat disimpulkan bahwa perusahaan tergolong sehat kinerja
keuangan meskipun pada tahun 2013 mengalami penurunan yang
tidak terlalu besar yaitu 24,82%.
OPM (Operating Profit Margin) merupakan persentase laba
kotor sebelum bunga dan pajak (EBIT) dibandingkan dengan
penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik kinerja keuangan
perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa biaya operasi
perusahaan relatif lebih rendah daripada penjualan. Berikut
interpretasinya berdasarkan data di atas, yaitu perusahaan
menghasilkan laba operasional sebesar 13,47% (2009); 17,52%
(2010); 15,11% (2011); 13,72% (2012); dan 11,64% (2013) dari
penjualan. Dari hasil interpretasi, dapat disimpulkan bahwa
perusahaan tergolong sehat kinerja keuangan meskipun pada tahun
2013 mengalami penurunan yaitu 11,64%.
NPM (Net Profit Margin) berguna untuk menghitung sejauh
mana perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan
tertentu. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Berikut
interpretasinya berdasarkan data di atas, yaitu perusahaan
menghasilkan laba bersih sebesar 7,69% (2009); 10,25% (2010);
10,79% (2011); 9,55% (2012); dan 5,92% (2013) dari penjualan. Dari
hasil interpretasi, dapat disimpulkan bahwa perusahaan tergolong
sehat kinerja keuangan meskipun pada tahun 2013 mengalami
penurunan yaitu menjadi 5,92%.

Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
11
b. ROA dan ROE
Rasio ROA untuk mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih berdasarkan aset yang dimilikinya. Semakin
tinggi nilai rasio ini semakin baik keadaan kinerja keuangan. Berikut
interpretasinya berdasarkan data di atas, yaitu perusahaan
menghasilkan laba bersih sebesar 7,07% (2009); 8,32% (2010); 9,13%
(2011); 8,06% (2012); dan 4,38% (2013) dari total aset. Dari hasil
interpretasi, maka disimpulkan bahwa perusahaan tergolong sehat
pada keadaan kinerja keuangan.
Rasio ROE untuk mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih berdasarkan modal saham yang dimilikinya.
Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan kinerja keuangan.
Berikut interpretasinya, yaitu perusahaan menghasilkan laba bersih
sebesar 28,13% (2009); 23,44% (2010); 15,47% (2011); 14% (2012);
dan 8,9% (2013) dari modal saham. Dari hasil interpretasi, maka
disimpulkan bahwa perusahaan tergolong kurang sehat kinerja
keuangan karena rasio ROE dari tahun ke tahun makin menurun.
c. EPS (Earning Per Share)
Merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan per lembar saham perusahaan. Semakin
tinggi rasio ini semakin baik keadaan kinerja keuangan. Berikut
interpretasinya, yaitu perusahaan menghasilkan keuntungan sebesar
Rp236,42 (2009); Rp336,30 (2010); 350,46 (2011); Rp371,41 (2012);
dan Rp285,16 (2013) per lembar saham perusahaan. Dari hasil
interpretasi, maka disimpulkan bahwa nilai EPS pada tahun 2010 s/d
tahun 2012 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya dan pada
tahun 2013 mengalami penurunan, berarti perusahaan untuk rasio ini
tergolong sehat kinerja keuangan.
5. Rasio Pasar
a. PER dan P/BV
Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
12
PER (Price Earning Ratio) memperlihatkan seberapa besar
harga saham bagi para investor untuk membayar tiap laba yang
dilaporkan. Semakin tinggi rasio ini, semakin tumbuh suatu
perusahaan. Berikut interpretasinya, yaitu harga saham perusahaan
sebesar 14,5x (2010); 8,05x (2011); 10,54x (2012); 22,61x (2013);
dan 23,9x (Jan2014) dari laba per lembar saham. Dari hasil
interpretasi, maka dapat disimpulkan bahwa nilai PER pada tahun
2011 mengalami penurunan sekitar 6,45x dari tahun sebelumnya dan
tahun 2012 mengalami peningkatan sekitar 2,49x dari tahun 2011 dan
terus meningkat sampai dengan Januari 2014, berarti perusahaan pada
rasio ini mempunyai pertumbuhan yang tinggi.
PBV (Price Book Value) mengukur seberapa besar tingkat
pengembalian atas ekuitas perusahaan. Semakin tinggi nilai rasio ini,
semakin tumbuh suatu perusahaan. Berikut interpretasinya, yaitu
harga saham perusahaan sebesar 2,55x (2010); 1,28x (2011); 1,5x
(2012 dan 2013); dan 1,59x (Jan 2014) dari nilai buku saham. Dari
hasil interpretasi, maka dapat disimpulkan bahwa nilai PBV pada
tahun 2011 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dan pada
tahun 2012 mengalami peningkatan sekitar 0,22x dari tahun 2011.
Sedangkan pada tahun 2013 memiliki nilai PBV yang sama dengan
tahun 2012 dan meningkat pada Januari 2014, berarti perusahaan pada
rasio ini mempunyai pertumbuhan yang tinggi.
b. Dividend, DividendPayout Ratio dan Dividend Yield
Berikut interpretasinya untuk dividen yaitu investor menerima
dividen sebesar Rp93,00 (2009); Rp113,00 (2010); Rp175,00 (2011);
Rp185,00 (2012) dan Rp0 (2013) dari jumlah saham yang beredar.
Dari hasil interpretasi dapat disimpulkan bahwa rasio ini pada tahun
2010 terjadi peningkatan dari tahun 2009 dan tahun 2011 mengalami
peningkatan menjadi Rp175,00. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan
dari tahun 2011 dan terjadi penurunan dratis pada tahun 2013, berarti
perusahaan pada rasio ini mempunyai pertumbuhan yang tinggi.
Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
13
Dividend payout ratio melihat bagian pendapatan yang
dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Semakin rendah rasio ini,
semakin tumbuh tinggi suatu perusahaan. Berikut interpretasinya,
yaitu investor menerima dividen sebesar 39,34% (2009); 39,55%
(2010); 49,93% (2011); 49,81% (2012); dan 0% (2013) dari laba per
saham. Dari hasil interpretasi, maka disimpulkan bahwa nilai rasio ini
pada tahun 2010 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya dan
pada tahun 2012 mengalami penurunan dari tahun 2011 serta pada
tahun 2013 mengalami penurunan dratis yaitu 0%, berarti perusahaan
mempunyai pertumbuhan yang tinggi pada tahun 2013 dan
pertumbuhan yang rendah pada tahun 2011.
Dividend yield merupakan sebagian dari total return yang akan
diperoleh investor. Semakin rendah rasio ini, semakin tumbuh tinggi.
Berikut interpretasinya, yaitu investor akan menerima 2,62% (2009);
2,73% (2010); 3,8% (2011); 3,16% (2012); dan 0% (2013) dari
return. Dari hasil interpretasi, maka disimpulkan bahwa nilai rasio ini
pada tahun 2010 mengalami peningkatan dan terus meningkat sampai
dengan tahun 2012 serta terjadi penurunan dratis pada tahun 2013,
yang berarti perusahaan mempunyai pertumbuhan yang tinggi yaitu
tahun 2013 karena memiliki nilai PER yang tinggi.
B. Gudang Garam, Tbk.

Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
14

1. Rasio Likuiditas
a. Current Ratio
Berikut interpretasinya berdasarkan data di atas, yaitu setiap
Rp1,00 liabilitas lancar dijamin oleh Rp2,46 (2009); Rp2,70 (2010);
Rp2,24 (2011); Rp2,17 (2012); dan Rp1,72 (2013) aset lancar. Dari
hasil interpretasi, dapat disimpulkan bahwa rasio ini pada tahun 2010
mengalami peningkatan sekitar 14% dari tahun 2009 dan terjadi
penurunan sekitar 46% pada tahun 2011. Pada tahun 2012 terjadi
penurunan menjadi 217,02% dari tahun sebelumnya dan pada tahun
2013 terjadi penurunan menjadi 172,21%, berarti perusahaan pada
rasio ini tergolong likuid adalah tahun 2009 s/d 2012 dan tergolong
kurang likuid yaitu pada tahun 2013 karena tidak mencapai tingkat
likuiditas current ratio.
b. Quick Ratio (Acid Test Ratio)
Berdasarkan data di atas, berikut ini merupakan perhitungan
dan interpretasi dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013.


Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
15
Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2009 yaitu
setiap Rp1,00 liabilitas lancar dijamin oleh Rp0,34 aset lancar di luar
persediaan.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2010 yaitu
setiap Rp1,00 liabilitas lancar dijamin oleh Rp0,32 aset lancar di luar
persediaan.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2011 yaitu
setiap Rp1,00 liabilitas lancar dijamin oleh Rp0,17 aset lancar di luar
persediaan.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2012 yaitu
setiap Rp1,00 liabilitas lancar dijamin oleh Rp0,24 aset lancar di luar
persediaan.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2013 yaitu
setiap Rp1,00 liabilitas lancar dijamin oleh Rp0,22 aset lancar di luar
persediaan.
Dari hasil interpretasi, dapat disimpulkan bahwa rasio ini pada
tahun 2010 terjadi penurunan sekitar 2% dari tahun 2009 dan terjadi
penurunan pada tahun 2011. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan
sekitar 7% dari tahun 2011 dan terjadi penurunan pada tahun 2013,
berarti perusahaan pada rasio ini tergolong tidak likuid.
c. Cash Ratio
Berikut ini merupakan perhitungan dan interpretasi untuk
tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 berdasarkan data di atas.


Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
16
Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2009 yaitu
setiap Rp1,00 liabilitas lancar dijamin oleh Rp0,15 kas dan ekuivalen
kas.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2010 yaitu
setiap Rp1,00 liabilitas lancar dijamin oleh Rp0,15 kas dan ekuivalen
kas.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2011 yaitu
setiap Rp1,00 liabilitas lancar dijamin oleh Rp0,08 kas dan ekuivalen
kas.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2012 yaitu
setiap Rp1,00 liabilitas lancar dijamin oleh Rp0,09 kas dan ekuivalen
kas.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2013 yaitu
setiap Rp1,00 liabilitas lancar dijamin oleh Rp0,07 kas dan ekuivalen
kas.
Dari hasil interpretasi, dapat disimpulkan bahwa rasio ini pada
tahun 2010 dengan tahun 2009 kurang lebih sama dan terjadi
penurunan menjadi 8,09% pada tahun 2011. Pada tahun 2012 terjadi
sedikit peningkatan dari tahun 2011 dan terjadi penurunan pada tahun
2013, berarti perusahaan pada rasio ini tergolong tidak likuid.
2. Rasio Aktivitas
a. Receivable Turnover
Berikut perhitungan dan interpretasi untuk tahun 2009 sampai
dengan tahun 2013 berdasarkan data di atas.
Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
17


Rata-rata umur piutang = 365 / 31,74 = 11,50 hari
Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2009 yaitu
dalam setahun piutang berputar sebanyak 31,74 kali dan memerlukan
waktu selama 11,50 hari untuk satu kali penagihan piutang.


Rata-rata umur piutang = 365 / 41,19 = 8,86 hari
Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2010 yaitu
dalam setahun piutang berputar sebanyak 41,19 kali dan memerlukan
waktu selama 8,86 hari untuk satu kali penagihan piutang.


Rata-rata umur piutang = 365 / 44,65 = 8,17 hari
Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2011 yaitu
dalam setahun piutang berputar sebanyak 44,65 kali dan memerlukan
waktu selama 8,17 hari untuk satu kali penagihan piutang.


Rata-rata umur piutang = 365 / 35,46 = 10,29 hari
Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2012 yaitu
dalam setahun piutang berputar sebanyak 35,46 kali dan memerlukan
waktu selama 10,29 hari untuk satu kali penagihan piutang.


Rata-rata umur piutang = 365 / 25,24 = 14,46 hari
Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2013 yaitu
dalam setahun piutang berputar sebanyak 25,24 kali dan memerlukan
waktu selama 14,46 hari untuk satu kali penagihan piutang.
Dari hasil interpretasi, dapat disimpulkan bahwa rasio rata-rata
umur piutang pada tahun 2010 terjadi penurunan sekitar 3 hari dari
tahun 2009 dan terjadi penurunan pada tahun 2011. Pada tahun 2012
Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
18
terjadi peningkatan sekitar 2 hari dari tahun 2011 dan terjadi
peningkatan pada tahun 2013 menjadi 14 hari, berarti perusahaan pada
rasio ini tergolong efektif dalam pengelolaan piutangnya.
b. I nventory Turnover
Berikut ini merupakan perhitungan dan interpretasi untuk
tahun 2009 sampai dengan 2013 berdasarkan data di atas berserta rata-
rata umur persediaan.


Rata-rata umur persediaan = 365 / 1,53 = 238,56 hari
Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2009 yaitu
dalam setahun persediaan berputar sebanyak 1,53 kali dan
memerlukan waktu selama 238,56 hari untuk satu kali penjualan.


Rata-rata umur persediaan = 365 / 1,43 = 255,24 hari
Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2010 yaitu
dalam setahun persediaan berputar sebanyak 1,43 kali dan
memerlukan waktu selama 255,24 hari untuk satu kali penjualan.


Rata-rata umur persediaan = 365 / 1,13 = 323,01 hari
Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2011 yaitu
dalam setahun persediaan berputar sebanyak 1,13 kali dan
memerlukan waktu selama 323,01 hari untuk satu kali penjualan.


Rata-rata umur persediaan = 365 / 1,5 = 243,33 hari
Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2012 yaitu
dalam setahun persediaan berputar sebanyak 1,5 kali dan memerlukan
waktu selama 243,33 hari untuk satu kali penjualan.


Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
19
Rata-rata umur persediaan = 365 / 1,47 = 248,3 hari
Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2013 yaitu
dalam setahun persediaan berputar sebanyak 1,47 kali dan
memerlukan waktu selama 248,3 hari untuk satu kali penjualan.
Dari hasil interpretasi, dapat disimpulkan bahwa rasio rata-rata
umur persediaan pada tahun 2010 terjadi peningkatan sekitar 16 hari
dari tahun 2009 dan terjadi peningkatan pada tahun 2011. Pada tahun
2012 terjadi penurunan sekitar 80 hari dari tahun 2011 dan terjadi
peningkatan pada tahun 2013, berarti perusahaan pada rasio ini
tergolong tidak efektif dalam pengelolaan persediaannya karena
memerlukan waktu yang cukup lama untuk satu kali penjualan dalam
setahun.
c. Fixed Assets Turnover
Berikut perhitungan dan interpretasi untuk tahun 2009 sampai
dengan 2013.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2009 yaitu
dalam setahun perusahaan menghasilkan penjualan sebanyak 4,7 kali
berdasarkan aset tetap yang dimilikinya.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2010 yaitu
dalam setahun perusahaan menghasilkan penjualan sebanyak 5,09 kali
berdasarkan aset tetap yang dimilikinya.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2011 yaitu
dalam setahun perusahaan menghasilkan penjualan sebanyak 5,11 kali
berdasarkan aset tetap yang dimilikinya.


Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
20
Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2012 yaitu
dalam setahun perusahaan menghasilkan penjualan sebanyak 4,72 kali
berdasarkan aset tetap yang dimilikinya.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2013 yaitu
dalam setahun perusahaan menghasilkan penjualan sebanyak 3,75 kali
berdasarkan aset tetap yang dimilikinya.
Dari hasil interpretasi, dapat disimpulkan bahwa rasio ini pada
tahun 2010 terjadi peningkatan sekitar 0,39x dari tahun 2009 dan
terjadi peningkatan pada tahun 2011. Pada tahun 2012 terjadi
penurunan menjadi 4,72x dari tahun 2011 dan terjadi penurunan pada
tahun 2013, berarti perusahaan pada rasio ini tergolong efektif.
d. Total Assets Turnover
Berikut perhitungan dan interpretasi untuk tahun 2009 sampai
dengan tahun 2013 berdasarkan data di atas.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2009 yaitu
dalam setahun perusahaan menghasilkan penjualan sebanyak 1,21 kali
berdasarkan total aset yang dimilikinya.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2010 yaitu
dalam setahun perusahaan menghasilkan penjualan sebanyak 1,23 kali
berdasarkan total aset yang dimilikinya.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2011 yaitu
dalam setahun perusahaan menghasilkan penjualan sebanyak 1,07 kali
berdasarkan total aset yang dimilikinya.


Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
21
Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2012 yaitu
dalam setahun perusahaan menghasilkan penjualan sebanyak 1,18 kali
berdasarkan total aset yang dimilikinya.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2013 yaitu
dalam setahun perusahaan menghasilkan penjualan sebanyak 1,09 kali
berdasarkan total aset yang dimilikinya.
Dari hasil interpretasi, dapat disimpulkan bahwa rasio ini pada
tahun 2010 terjadi peningkatan sekitar 0,02x dari tahun 2009 dan
terjadi penurunan menjadi 1,07x pada tahun 2011. Pada tahun 2012
terjadi peningkatan sekitar 0,11x dari tahun 2011 dan terjadi
penurunan pada tahun 2013, berarti perusahaan pada rasio ini
tergolong efektif dalam pengelolaan keseluruhan asetnya dan
manajemen perlu meningkatkannya.
3. Rasio Solvabilitas
a. Debt to Total Assets Ratio
Berikut interpretasinya untuk tahun 2009 sampai dengan tahun
2013 yaitu setiap Rp1,00 aset perusahaan yang dimiliki sebanyak 32%
(2009), 31% (2010), 37% (2011), 36% (2012), dan 42% (2013)
bersumber dari kreditur. Dari hasil interpretasi, maka disimpulkan
bahwa pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 31% dari
tahun 2009 dan terjadi peningkatan menjadi 37% pada tahun 2011.
Pada tahun 2012 terjadi sedikit penurunan dari tahun 2011 dan
mengalami peningkatan menjadi 42% pada tahun 2013, berarti
perusahaan pada rasio ini tergolong solvabel.
b. Debt to Total Equity Ratio
Berikut interpretasinya yaitu setiap Rp1,00 modal sendiri yang
dimiliki perusahaan sebanyak 48% (2009), 44% (2010), 59% (2011),
56% (2012), dan 73% (2013) untuk dijadikan jaminan untuk
keseluruhan liabilitas. Dari hasil interpretasi, maka dapat disimpulkan
Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
22
bahwa rasio ini pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 44%
dari tahun 2009 dan terjaddi peningkatan pada tahun 2011. Pada tahun
2013 terjadi peningkatan yang besar yaitu menjadi 73%, berarti
perusahaan pada rasio ini tergolong solvabel.
4. Rasio Profitabilitas
a. GPM, OPM, dan NPM
Berikut interpretasi untuk GPM yaitu perusahaan
menghasilkan laba kotor sebesar 21,73% (2009); 23,52% (2010);
24,18% (2011); 18,73% (2012); dan 19,61% (2013) dari penjualan.
Dari hasil interpretasi, maka disimpulkan bahwa rasio ini pada tahun
2010 terjadi peningkatan dari tahun 2009 dan terjadi penurunan pada
tahun 2012. Pada tahun 2013 terjadi sedikit peningkatan dari tahun
2012, berarti perusahaan pada rasio ini tergolong sehat kinerja
keuangan.
Berikut interpretasi untuk OPM yaitu perusahaan
menghasilkan laba operasional sebesar 15,79% (2009); 15,54%
(2010); 15,79% (2011); 12,29% (2012); dan 12,07% (2013) dari
penjualan. Dari hasil interpretasi, maka disimpulkan bahwa rasio ini
pada tahun 2010 terjadi sedikit penurunan dari tahun 2009 dan terjadi
penurunan pada tahun 2012. Pada tahun 2013 terjadi penurunan
menjadi 12,07%, berarti perusahaan pada rasio ini tergolong sehat.
Berikut interpretasi untuk tahun NPM yaitu perusahaan
menghasilkan laba bersih sebesar 10,57% (2009); 11,18% (2010);
11,84% (2011); 8,3% (2012); dan 7,91% (2013) dari penjualan. Dari
hasil interpretasi, maka disimpulkan bahwa rasio ini terjadi
peningkatan sedikit demi sedikit dari tahun 2009-2011 dan terjadi
penurunan pada tahun 2012 dan 2013, berarti perusahaan pada rasio
ini tergolong sehat kinerja keuangannya dan perlu ditingkatkan lagi.
b. ROA, ROE, dan EPS
Berikut interpretasinya untuk ROA yaitu perusahaan
menghasilkan laba bersih sebesar 12,80% (2009); 13,71% (2010);
Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
23
12,68% (2011); 9,8% (2012); dan 8,63% (2013) dari total aset. Dari
hasil interpretasi, maka disimpulkan bahwa rasio ini pada tahun 2010
terjadi peningkatan menjadi 13,71% dari tahun 2009 dan terjadi
penurunan pada tahun 2011 serta terjadi penurunan pada tahun 2013
menjadi 8,63%, berarti perusahaan pada rasio ini tergolong kurang
sehat kinerja keuangan dan perlu ditingkatkan.
Berikut interpretasinya untuk ROE yaitu perusahaan
menghasilkan laba bersih sebesar 19,05% (2009); 19,88% (2010);
20,2% (2011); 15,29% (2012); dan 14,9% (2013) dari modal saham.
Dari hasil interpretasi, maka disimpulkan bahwa rasio ini pada tahun
2010 terjadi peningkatan menjadi 19,88% dari tahun 2009 dan terjadi
peningkatan pada tahun 2011. Pada tahun 2012 terjadi penurunan dari
tahun 2011 dan terjadi penurunan pada tahun 2013 menjadi 14,9%,
berarti perusahaan pada rasio ini tergolong sehat kinerja keuangan.
Berikut interpretasinya untuk EPS yaitu perusahaan
menghasilkan keuntungan sebesar Rp1.811,72 (2009); Rp2.154,93
(2010); Rp2.543,57 (2011); Rp2.086,06 (2012); dan Rp2.249,76
(2013) dari per lembar saham perusahaan. Dari hasil interpretasi dapat
disimpulkan bahwa rasio ini pada tahun 2010 terjadi peningkatan dari
tahun 2009 dan terjadi peningkatan menjadi RP2.543,57 pada tahun
2011. Pada tahun 2012 terjadi penurunan dari tahun 2011 dan terjadi
peningkatan menjadi Rp2.249,76 pada tahun 2013, berarti perusahaan
pada rasio ini tergolong sehat kinerja keuangannya.
5. Rasio Pasar
a. PER dan PBV
Berikut interpretasinya untuk PER yaitu harga saham
perusahaan sebesar dari 18,56x (2010); 24,08x (2011); 26,62x (2012);
18,73x (2013); dan 18,68x (Jan 2014) laba per lembar saham. Dari
hasil interpretasi, maka dapat disimpulkan bahwa rasio ini pada tahun
2011 terjadi peningkatan sekitar 6x dari tahun 2010 dan terjadi
peningkatan pada tahun 2012. Pada tahun 2013 terjadi penurunan
Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
24
sekitar 8x dari tahun 2012 dan terjadi sedikit penurunan pada Jan
2014, berarti perusahaan mempunyai pertumbuhan yang tinggi.
Berikut interpretasinya untuk P/BV yaitu harga saham
perusahaan sebesar 3,63x (2010); 4,86x (2011); 4,07x (2012); 2,85x
(2013-Jan 2014) dari nilai buku saham. Dari hasil interpretasi, maka
disimpulkan bahwa rasio ini pada tahun 2011 terjadi peningkatan
sekitar 1,2x dari tahun 2010 dan terjadi penurunan pada tahun 2012.
Pada tahun 2013 terjadi penurunan sekitar 1,15x dari tahun 2012,
berarti perusahaan mempunyai pertumbuhan yang tinggi.
b. Dividend, Dividend Payout dan Dividend Yield
Berikut interpretasinya untuk dividen yaitu investor menerima
dividen sebesar Rp650,00 (2009); Rp880,00 (2010); Rp1.000,00
(2011); Rp800,00 (2012); dan Rp0 (2013) dari jumlah saham yang
beredar. Dari hasil interpretasi dapat disimpulkan bahwa rasio ini pada
tahun 2010 terjadi peningkatan dari tahun 2009 dan terjadi
peningkatan pada tahun 2011. Pada tahun 2012 terjadi penurunan
menjadi Rp800,00 dari tahun 2011 dan terjadi penurunan dratis pada
tahun 2013, berarti perusahaan mempunyai pertumbuhan yang tinggi.
Berikut interpretasinya untuk dividend payout yaitu investor
akan menerima dividen sebesar 35,88% (2009); 40,84% (2010);
39,31% (2011); 38,35% (2012); dan 0% (2013) dari laba per lembar
saham. Dari hasil interpretasi, maka disimpulkan bahwa rasio ini pada
tahun 2010 mengalami peningkatan sekitar 5% dari tahun 2009 dan
terjadi penurunan pada tahun 2011. Pada tahun 2012 terjadi
penurunan yaitu menjadi 38,35% dan terjadi penurunan dratis pada
tahun 2013 menjadi 0%, berarti perusahaan mempunyai pertumbuhan
yang tinggi pada tahun 2012-2013 dan pertumbuhan yang rendah pada
tahun 2010.
Berikut interpretasinya untuk dividend yield yaitu investor
akan menerima dividen sebesar 3,02% (2009); 2,20% (2010); 1,61%
(2011); 1,42% (2012); dan 0% (2013) dari return. Dari hasil
Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
25
interpertasi dapat disimpulkan bahwa rasio ini pada tahun 2010 terjadi
penurunan sekitar 1,18% dari tahun 2009 dan terjadi penurunan pada
tahun 2011 menjadi 1,61%. Pada tahun 2012 terjadi penurunan dari
tahun 2011 dan terjadi penurunan dratis pada tahun 2013 menjadi 0%,
berarti perusahaan tergolong pertumbuhan yang tinggi karena
memiliki nilai PER yang tinggi.
C. Unilever Indonesia Tbk. (S)


1. Rasio Likuiditas
Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
26
a. Current Ratio
Berikut interpretasinya yaitu setiap Rp1,00 liabilitas lancar
dijamin oleh Rp1,04 (2009); Rp0,85 (2010); Rp0,69 (2011); Rp0,67
(2012); dan Rp0,70 (2013) aset lancar yang dimiliki. Dari hasil
interpretasi dapat disimpulkan bahwa rasio ini pada tahun 2010 terjadi
penurunan sekitar 19% dari tahun 2009 dan terjadi penurunan menjadi
68,67% pada tahun 2011. Pada tahun 2012 terjadi penurunan sekitar
2% dari tahun 2011 dan terjadi peningkatan pada tahun 2013, berarti
perusahaan pada rasio ini tergolong tidak likuid karena nilai rasio ini
menunjukkan liabilitas lancar jauh lebih besar dibandingkan aset
lancar.
b. Quick Ratio
Berikut perhitungan dan interpretasi untuk tahun 2009 sampai
dengan tahun 2013.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2009 yaitu
setiap Rp1,00 liabilitas lancar dijamin oleh Rp0,65 aset lancar di luar
persediaan.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2010 yaitu
setiap Rp1,00 liabilitas lancar dijamin oleh Rp0,49 aset lancar di luar
persediaan.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2011 yaitu
setiap Rp1,00 liabilitas lancar dijamin oleh Rp0,41 aset lancar di luar
persediaan.


Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
27
Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2012 yaitu
setiap Rp1,00 liabilitas lancar dijamin oleh Rp0,39 aset lancar di luar
persediaan.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2013 yaitu
setiap Rp1,00 liabilitas lancar dijamin oleh Rp0,45 aset lancar di luar
persediaan.
Dari hasil interpretasi dapat disimpulkan bahwa rasio ini pada
tahun 2010 terjadi penurunan sekitar 16% dari tahun 2009 dan terjadi
penurunan pada tahun 2011. Pada tahun 2012 terjadi penurunan
sekitar 2% dari tahun 2011 dan terjadi peningkatan pada tahun 2013,
berarti perusahaan pada rasio ini tergolong tidak likuid.
c. Cash Ratio
Berikut interpretasinya untuk tahun 2009 sampai dengan 2013.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2009 yaitu
setiap Rp1,00 liabilitas lancar dijamin oleh Rp0,25 kas dan ekuivalen
kas.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2010 yaitu
setiap Rp1,00 liabilitas lancar dijamin oleh Rp0,07 kas dan ekuivalen
kas.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2011 yaitu
setiap Rp1,00 liabilitas lancar dijamin oleh Rp0,05 kas dan ekuivalen
kas.


Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
28
Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2012 yaitu
setiap Rp1,00 liabilitas lancar dijamin oleh Rp0,03 kas dan ekuivalen
kas.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2013 yaitu
setiap Rp1,00 liabilitas lancar dijamin oleh Rp0,03 kas dan ekuivalen
kas.
Dari hasil interpretasi dapat disimpulkan bahwa rasio ini pada
tahun 2010 terjadi penurunan sekitar 18% dari tahun 2009 dan terjadi
penurunan pada tahun 2011. Pada tahun 2012 terjadi penurunan
sekitar 2% dari tahun 2011 dan terjadi peningkatan pada tahun 2013,
berarti perusahaan pada rasio ini tergolong tidak likuid.
2. Rasio Aktivitas
a. Receivable Turnover
Berikut perhitungan dan interpretasinya pada tahun 2009
sampai dengan 2013.


Rata-rata umur piutang = 365 / 13,56 = 26,92 hari
Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2009 yaitu
dalam setahun piuang berputar sebanyak 13,56 kali dan memerlukan
waktu selama 26,92 hari untuk satu kali penagihan piutang.


Rata-rata umur piutang = 365 / 11,23 = 32,50 hari
Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2010 yaitu
dalam setahun piuang berputar sebanyak 11,23 kali dan memerlukan
waktu selama 32,50 hari untuk satu kali penagihan piutang.


Rata-rata umur piutang = 365 / 10,72 = 34,05 hari
Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
29
Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2011 yaitu
dalam setahun piuang berputar sebanyak 10,72 kali dan memerlukan
waktu selama 34,05 hari untuk satu kali penagihan piutang.


Rata-rata umur piutang = 365 / 12,07 = 30,24 hari
Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2012 yaitu
dalam setahun piuang berputar sebanyak 12,07 kali dan memerlukan
waktu selama 30,24 hari untuk satu kali penagihan piutang.


Rata-rata umur piutang = 365 / 9,38 = 38,91 hari
Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2013 yaitu
dalam setahun piuang berputar sebanyak 9,38 kali dan memerlukan
waktu selama 38,91 hari untuk satu kali penagihan piutang.
Dari hasil interpretasi, maka disimpulkan bahwa rasio rata-rata
umur piutang pada tahun 2010 terjadi peningkatan sekitar 6 hari dari
tahun 2009 dan terjadi peningkatan pada tahun 2011. Pada tahun 2012
terjadi penurunan sekitar 4 hari dari tahun 2011 dan terjadi
peningkatan pada tahun 2013, berarti perusahaan pada rasio ini
tergolong efektif dalam pengelolaan piutangnya.
b. I nventory Turnover
Berikut perhitungan dan interpretasinya untuk tahun 2009
sampai dengan tahun 2013.


Rata-rata umur persediaan = 365 / 6,87 = 53,13 hari
Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2009 yaitu
dalam setahun persediaan berputar sebanyak 6,87 kali dan
memerlukan waktu selama 53,13 hari untuk satu kali penjualan.


Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
30
Rata-rata umur persediaan = 365 / 6,03 = 60,53 hari
Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2010 yaitu
dalam setahun persediaan berputar sebanyak 6,03 kali dan
memerlukan waktu selama 60,53 hari untuk satu kali penjualan.


Rata-rata umur persediaan = 365 / 6,32 = 57,75 hari
Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2011 yaitu
dalam setahun persediaan berputar sebanyak 6,32 kali dan
memerlukan waktu selama 57,75 hari untuk satu kali penjualan.


Rata-rata umur persediaan = 365 / 6,51 = 56,07 hari
Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2012 yaitu
dalam setahun persediaan berputar sebanyak 6,51 kali dan
memerlukan waktu selama 56,07 hari untuk satu kali penjualan.


Rata-rata umur persediaan = 365 / 1,78 = 205,06 hari
Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2013 yaitu
dalam setahun persediaan berputar sebanyak 1,78 kali dan
memerlukan waktu selama 205,06 hari untuk satu kali penjualan.
Dari hasil interpretasi, maka disimpulkan bahwa rasio rata-rata
umur persediaan pada tahun 2010 terjadi peningkatan sekitar 8 hari
dari tahun 2009 dan terjadi penurunan pada tahun 2011. Pada tahun
2012 terjadi penurunan sekitar 1,68 hari dari tahun 2011 dan terjadi
peningkatan pada tahun 2013, berarti perusahaan pada rasio ini
tergolong kurang efektif dalam pengelolaan persediaannya.
c. Fixed Assets Turnover
Berikut perhitungan dan interpretasinya untuk tahun 2009
sampai dengan tahun 2013.
Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
31


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2009 yaitu
dalam setahun perusahaan menghasilkan penjualan sebanyak 266,88
kali berdasarkan aset tetapnya.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2010 yaitu
dalam setahun perusahaan menghasilkan penjualan sebanyak 4,75 kali
berdasarkan aset tetapnya.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2011 yaitu
dalam setahun perusahaan menghasilkan penjualan sebanyak 4,42 kali
berdasarkan aset tetapnya.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2012 yaitu
dalam setahun perusahaan menghasilkan penjualan sebanyak 4,35 kali
berdasarkan aset tetapnya.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2013 yaitu
dalam setahun perusahaan menghasilkan penjualan sebanyak 4,47 kali
berdasarkan aset tetapnya.
Dari hasil interpretasi, maka disimpulkan bahwa rasio ini pada
tahun 2010 terjadi penurunan dratis menjadi 4,75x dari tahun 2009
dan terjadi penurunan pada tahun 2011. Pada tahun 2012 terjadi
penurunan sekitar 0,07x dari tahun 2011 dan terjadi peningkatan pada
tahun 2013, berarti perusahaan pada rasio ini tergolong efektif.
d. Total Assets Turnover
Berikut perhitungan dan interpretasinya untuk tahun 2009
sampai dengan tahun 2013.
Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
32


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2009 yaitu
dalam setahun perusahaan menghasilkan penjualan sebanyak 2,44 kali
berdasarkan total aset.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2010 yaitu
dalam setahun perusahaan menghasilkan penjualan sebanyak 2,26 kali
berdasarkan total aset.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2011 yaitu
dalam setahun perusahaan menghasilkan penjualan sebanyak 2,24 kali
berdasarkan total aset.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2012 yaitu
dalam setahun perusahaan menghasilkan penjualan sebanyak 2,28 kali
berdasarkan total aset.


Dari perhitungan di atas, bisa diinterpretasikan untuk tahun 2013 yaitu
dalam setahun perusahaan menghasilkan penjualan sebanyak 4,11 kali
berdasarkan total aset.
Dari hasil interpretasi, maka disimpulkan bahwa rasio ini pada
tahun 2010 terjadi sedikit penurunan sekitar 0,18x dari tahun 2009 dan
terjadi sedikit penurunan pada tahun 2011. Pada tahun 2012 terjadi
sedikit peningkatan sekitar o,o4x dari tahun 2011 dan terjadi
peningkatan pada tahun 2013, berarti perusahaan pada rasio ini
tergolong efektif dalam pengelolaan total aset yang dimiliki.
3. Rasio Solvabilitas
a. DAR
Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
33
Berikut interpretasinya untuk DAR yaitu setiap Rp1,00 aset
perusahaan yang dimiliki sebesar 50% (2009), 53% (2010), 65%
(2011), 67% (2012), dan 121% (2013) bersumber dari kreditur. Dari
hasil interpretasi dapat disimpulkan bahwa rasio ini pada tahun 2010
terjadi peningkatan sekitar 3% dari tahun 2009 dan terjadi
peningkatan terus menerus menjadi 121% (2013), berarti perusahaan
pada rasio ini tergolong tidak sovabel.
b. DER
Berikut interpretasinya untuk DER yaitu setiap Rp1,00 modal
sendiri yang dimiliki perusahaan sebesar 1,02x (2009); 1,15x (2010);
1,85x (2011); 2,02x (2012); dan 2,14x (2013) sebagai jaminan untuk
keseluruhan liabilitasnya. Dari hasil interpretasi dapat disimpulkan
bahwa rasio ini pada tahun 2010 terjadi peningkatan sekitar 0,13x dari
tahun 2009 dan terjadi peningkatan pada tahun 2011. Pada tahun 2012
terjadi peningkatan menjadi 2,02x dari tahun 2011 dan terjadi
peningkatan pada tahun 2013, berarti perusahaan pada rasio ini
tergolong tidak solvabel karena liabilitas lebih besar dibandingkan
dengan modal sendiri.
4. Rasio Profitabilitas
a. GPM, OPM, dan NPM
Berikut interpretasinya untuk GPM yaitu perusahaan
menghasilkan laba kotor sebesar 49,58% (2009); 51,83% (2010);
51,16% (2011); 50,87% (2012); dan 51,30% (2013) dari penjualan.
Dari hasil interpretasi, maka disimpulkan bahwa rasio ini pada tahun
2010 terjadi peningkatan sekitar 2% dari 2009 dan terjadi sedikit
penurunan sekitar 0,67% pada tahun 2011. Pada tahun 2012
mengalami penurunan menjadi 50,87% dan terjadi peningkatan pada
tahun 2013, berarti perusahaan pada rasio ini tergolong sehat.
Berikut interpretasinya untuk OPM yaitu perusahaan
menghasilkan laba operasional sebesar 23,1% (2009); 23,07% (2010);
23,75% (2011); 23,8% (2012); dan 23,29 (2013) dari penjualan. Dari
Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
34
hasil interpretasi, maka disimpulkan bahwa rasio ini pada tahun 2010
mengalami sedikit penurunan sekitar 0,03% dari tahun 2009 dan
terjadi peningkatan menjadi 23,75% pada tahun 2011. Pada tahun
2012 terjadi sedikit peningkatan sekitar 0,05% dari tahun 2011 dan
terjadi penurunan pada tahun 2013, berarti perusahaan pada rasio ini
tergolong sehat kinerja keuangannya.
Berikut interpretasinya untuk NPM yaitu perusahaan
menghasilkan laba bersih sebesar 16,68% (2009); 17,19% (2010);
17,74% (2011); 17,72% (2012); dan 17,4% (2013) dari penjualan.
Dari hasil interpretasi, maka disimpulkan bahwa rasio ini pada tahun
2010 terjadi peningkatan sekitar 0,5% dari tahun 2009 dan terjadi
peningkatan menjadi 17,74% pada tahun 2011. Pada tahun 2012
terjadi sedikit penurunan sekitar 0,02% dari tahun 2011 dan terjadi
penurunan pada tahun 2013, berarti perusahaan pada rasio ini
tergolong sehat kinerja keuangannya.
b. ROA, ROE, dan EPS
Berikut interpretasinya untuk ROA yaitu perusahaan
menghasilkan laba bersih sebesar 40,66% (2009); 38,9% (2010);
39,73% (2011); 40,38% (2012); dan 71,51% (2013) dari total aset.
Dari hasil interpretasi, maka disimpulkan bahwa rasio ini pada tahun
2010 terjadi penurunan sekitar 2% dari tahun 2009 dan terjadi
peningkatan pada tahun 2011. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan
menjadi 40,38% dari tahun 2011 dan terjadi peningkatan yang cukup
besar pada tahun 2013, berarti perusahaan pada rasio ini tergolong
sehat kinerja keuangannya.
Berikut interpretasinya untuk ROE yaitu perusahaan
menghasilkan laba bersih sebesar 82,19% (2009); 83,67% (2010);
113,13% (2011); 121,94% (2012); dan 125,81% (2013) dari modal
saham. Dari hasil interpretasi, maka disimpulkan bahwa rasio ini pada
tahun 2010 terjadi sedikit peningkatan 1,5% dari tahun 2009 dan
terjadi peningkatan pada tahun 2011. Pada tahun 2012 terjadi
Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
35
peningkatan terus-menerus sampai dengan tahun 2013, berarti
perusahaan pada rasio ini tergolong sehat keungannya.
Berikut interpretasinya untuk EPS yaitu perusahaan
menghasilkan keuntungan sebesar Rp398,87 (2009); Rp443,90 (2010)
Rp545,66 (2011); Rp634,24 (2012); dan Rp701,52 (2013) dari per
lembar saham perusahaan. Dari hasil interpretasi, maka disimpulkan
bahwa rasio ini pada tahun 2010 terjadi peningkatan sekitar Rp45 dari
tahun 2009 dan terjadi peningkatan pada tahun 2011. Pada tahun 2012
terjadi peningkatan menjadi Rp634,24 dan terjadi peningkatan pada
tahun 2013, berarti perusahaan pada rasio ini tergolong sehat kinerja.
5. Rasio Pasar
a. PER dan P/BV
Berikut interpretasinya untuk PER yaitu harga saham
perusahaan sebesar 37,17x (2010); 34,45x (2011); 32,87x (2012);
36,37x (2013); dan 39,94x (Jan 2014) ari laba per lembar saham. Dari
hasil interpretasi, maka disimpulkan bahwa rasio ini pada tahun 2011
terjadi penurunan sekitar 2,7x dari tahun 2010 dan terjadi penurunan
pada tahun 2012. Pada tahun 2013 terjadi peningkatan sekitar 3,5x
dari tahun 2012 dan terjadi peningkatan pada Jan 2014, berarti
perusahaan pada rasio ini mempunyai pertumbuhan yang tinggi.
Berikut interpretasinya untuk P/BV yaitu harga saham
perusahaan sebesar 31,12x (2010); 38,97x (2011); 40,09x (2012); 36x
(2013); dan 39,53x (Jan 2014) ari nilai buku saham. Dari hasil
interpretasi, maka disimpulkan bahwa rasio ini pada tahun 2011
terjadi peningkatan sekitar 7,9x dari tahun 2010 dan terjadi
peningkatan pada tahun 2012. Pada tahun 2013 terjaadi penurunan
sekitar 4x dari tahun 2012 dan terjadi peningkatan pada Jan 2014,
berarti perusahaan mempunyai pertumbuhan yang tinggi.
b. Dividend, Dividend Payout dan Dividend Yield
Berikut interpretasinya untuk dividen yaitu investor menerima
dividen sebesar Rp399,00 (2009); Rp444,00 (2010); Rp546,00 (2011);
Analisis Laporan Keuangan:
Analisis Rasio Keuangan pada Tiga Jenis Perusahaan
Universitas Putera Batam
36
Rp634,00 (2012); dan Rp330,00 (2013) dari jumlah saham yang
beredar. Dari hasil interpretasi, maka disimpulkan bahwa rasio ini
pada tahun 2010 terjadi peningkatan sekitar Rp45,00 dari tahun 2009
dan terjadi peningkatan pada tahun 2011. Pada tahun 2012 terjadi
peningkatan sekitar Rp88,00 dari tahun 2011 dan terjadi penurunan
pada tahun 2013, berarti perusahaan mempunyai pertumbuhan tinggi.
Berikut interpretasinya untuk dividend payout yaitu investor
akan menerima dividen sebesar 100,03% (2009); 100,02% (2010);
100,06% (2011); 99,96% (2012); dan 47,04% (2013) dari laba per
lembar. Dari hasil interpretasi, maka disimpulkan bahwa rasio ini pada
tahun 2010 terjadi sedikit penurunan sekitar 0,01% dari tahun 2009
dan terjadi peningkatan pada tahun 2011. Pada tahun 2012 terjadi
penurunan sekitar 0,1% dari tahun 2011 dan terjadi penurunan dratis
pada tahun 2013, berarti perusahaan pada rasio ini mempunyai
pertumbuhan yang tinggi.
Berikut interpretasinya untuk dividend yield yaitu investor
akan menerima dividen sebesar 3,61% (2009); 2,69% (2010); 2,9%
(2011); 3,04% (2012); dan 1,27% (2013) dari return. Dari hasil
interpretasi, maka disimpulkan bahwa rasio ini pada tahun 2010
terjadi penurunan sekitar 1% dari tahun 2009 dan terjadi peningkatan
pada tahun 2011. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan sekitar 0,15%
dari tahun 2011 dan terjadi penurunan pada tahun 2013, berarti
perusahaan pada rasio ini mempunyai pertumbuhan yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai