IDENTITAS PASIEN Nama : An. FI. Umur : 10 Bulan 29 hari Jenis Kelamin : Laki-laki Tanggal masuk : 06 September 2013 Tanggal Pemeriksaan : 07 September 2013
2 ANAMNESIS alloanamnesis terhadap ibu pasien data dari rekam medis rumah sakit.
Keluhan Utama Demam naik turun sejak 6 hari sebelum masuk Rumah Sakit (SMRS).
3 Riwayat Perjalanan Penyakit Demam mulai 2/9/2013 hari senin+diare+mata merah Demam hari ke-3 , ke klinikPCT Demam hari ke-5, diare, ruam kemerahan(+), batuk(+) pilek(+) Masuk RS Koja 4 Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur Alergi - Difteri - Jantung - Cacingan - Diare - Ginjal - Demam berdarah + ( 2 mggu yll) Kejang - Darah - Demam typhoid - Kecelakaan - Radang paru - Otitis - Morbili - Tuberkulosi s - Parotitis - operasi - Batuk, pilek - Kesan : Tidak ditemukan adanya RPD yg berhubungan dengan penyakit yg dialami pasien 5 Riwayat Pemeriksaan Kehamilan dan Prenatal ANC rutin di Puskesmas dengan bidan Usia Ibu saat hamil - 26 tahun kehamilan yang pertama kali
6 Riwayat Kelahiran Bayi FI lahir cukup bulan (9 bulan) di Rumah Sakit seksio cesarea ec cephalopelvic disproportion oleh dokter kebidanan Pasien adalah anak pertama dari ibu P1A0. BBL 3500 gram PBL 48 cm.
7 Riwayat Pemeriksaan Post Natal Pemeriksaan bayi setelah lahir dilakukan di Puskesmas dan Posyandu setempat. Saat bayi berusia 0-2 bulan, diperiksa 2x dalam setiap bulannya pada usia 2 bulan hingga 10 bulan -1x dalam setiap bulannya. pasien dikatakan mengalami kekurangan gizi 8 Riwayat Imunisasi
Jenis vaksin /Bulan Lahir 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan 6 bulan 9 bulan BCG / Hepatitis / / / DPT / / / Polio / / / / Campak - Kesan : Riwayat imunisasi dasar pasien tidak lengkap 9 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Motorik Kasar Mengangkat kepala : 3 bulan Tengkurap kepala tegak : 4 bulan Duduk sendiri : 7 bulan Bangkit terus duduk : 7,5 bulan Motorik halus Memegang benda 3bulan Meraih : 5 bulan Mengambil benda : 7 bulan Bahasa Bersuara aah/ooh : 1,5 bulan Berkata (tidak spesifik) : 8 bulan Berkata jelas (Mam untuk Makan) : 1 Tahun Personal sosial Tersenyum : 1 bulan Mulai makan : 1 Tahun Tepuk tangan : 6 bulan
Kesan : Riwayat tumbuh kembang sesuai dengan usianya 10 Riwayat Makan Minum Anak Usia 0-6 bulan : ASI saja frekuensi minum ASI tiap kali bayi menangis atau minta minum sehari biasanya lebih dari 10 kali lama menyusui antara 30-45 menit, bergantian kiri-kanan
Usia 6 bulan - sekarang : ASI (+) pasien mulai mengkonsumsi nasi tim sebanyak 2 kali sehari sebanyak 1-3 sendok makan, sebagai selingan dari ASI jika bayi lapar 11 Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungan Pasien adalah anak pertama dari 3 anggota keluarga Ayah seorang buruh , ibu sebagai ibu rumah tangga. Pasien tinggal pada perumahan padat penduduk. Rumah memiliki jamban khusus untuk buang air dan lengkap Terdapat parit atau selokan di depan tempat tinggal, lingkungan kumuh, terdapat banyak sampah, walaupun tidak berbau.
Kesan : Kebersihan lingkungan tempat tinggal pasien kurang baik 12 Keluarga Berencana Keluarga tidak mengikuti program Keluarga Berencana (KB).
13 PEMERIKSAAN FISIK Telah dilakukan pada tanggal 7/9/2013 di ruang isolasi tim C bangsal anak. Keadaan Umum : tampak sakit sedang Derajat Kesadaran : Compos mentis Status gizi : Kesan gizi kurang
14 Vital Sign S : 37,4 o C N : 160 x/menit RR : 32 x/menit
15 Status Gizi BB : 8,5 kg TB : 76 cm Status gizi : Berdasarkan CDC 2000 BB/U : 8,5/9,4 x 100 % = 90,4 % (-2SD < BB/U < 0 SD) TB/U : 76,0/70 x 100 % = 105,5 % (2SD < TB/U < 3SD) BB/TB : 8,5/10,4 x 100 % = 81,7 %(BB/TB= -3SD) Gizi kurang BMI : 8,5/(0,76) 2 = 14,71 Kesan : Gizi kurang
16 Kulit : terdapat bintik-bintik kemerahan di daerah badan dan ekstremitas atas, warna kulit sawo matang, kelembapan baik, turgor baik, tekstur halus Kepala : bentuk normocephali, UUB sudah menutup, UUB cekung (-), rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah rontok dan sukar dicabut. Mata : mata cekung (-/-), air mata (+/+), conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), RC (+/+), isokor (2mm/2mm), bulu mata hitam lurus tidak rontok. Hidung : bentuk normal, napas cuping hidung (-), sekret (-), darah (-), deformitas(-). Mulut : mukosa basah (+), sianosis(-),gusi berdarah (-).
17 Tenggorokan : uvula di tengah, tonsil T 1 T 1 , faring hiperemis(+), pseudomembran (-), post nasal drip (-). Telinga : bentuk normal, kelainan MAE (-), membrana timpani utuh, prosesus mastoideus tidak nyeri tekan, tragus pain (-), sekret (-). Leher : bentuk normal, trachea ditengah, kelenjar thyroid tidak membesar. Limfonodi : kelenjar limfe auricular, submandibuler, servikalis, suparaklavikularis, aksilaris, dan inguinalis tidak membesar.
18 Thorax : Bentuk normochest, retraksi (-), gerakan simetris ka=ki Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat Perkusi : Batas jantung kesan tidak membesar Kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis Sinistra Kiri bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra Kanan atas: SIC II Linea Para Sternalis Dextra Kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
19 Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri Palpasi : Fremitus raba sde Perkusi : Sonor / Sonor di semua lapang paru Batas paru-hepar : SIC V kanan Batas paru-lambung : SIC VI kiri Redup relatif di : SIC V kanan Redup absolut : SIC VI kanan (hepar) Auskultasi : SD vesikuler (+/+), RBK (-/-), RBH (-/-)
20 Abdomen : Inspeksi : dinding dada setinggi dinding perut Auskultasi : Bising usus (+) normal Perkusi : tympani Palpasi : nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor kembali cepat. Urogenital : dalam batas normal Ekstremitas: akral hangat Kuku : sianosis (-)
21 PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Laboratorium Darah Pemeriksaan Laboratorium darah 5 September 2013
GDS: 100 mg/dl
Elektrolit Na : 134 mmol/L K : 160 mmol/L Cl : 98 mmol/L
JENIS PEMERIKSAAN HASIL PEMERIKSAAN NILAI NORMAL Hemoglobin 9,4 g/Dl 13,7 17,5 g/dL Hematokrit 29% 41-53% Lekosit 7,700 rb/uL 4100-10,900/Ul Trombosit 218,000 rb/Ul 140,000-400,000 rb/uL 22 RESUME Seorang anak laki-laki, umur 10 bulan 29 hari dengan berat badan 8,1 kg dengan gizi kurang keadaan umum nya tampak sakit sedang kesadaran compos mentis keluhan adanya demam naik turun sejak 6 hari SMRS. Demam dirasakan tinggi pada mulanya
23 Pasien juga mencret sebanyak 1 kali keluar air dan ampas berwarna kuning. Volume diperkirakan hanya aqua gelas. Pada hari ke 4 demam, muncul bintik-bintik merah di daerah dada pasien dan leher, tangan dan kaki dan juga batuk pilek. Pada hari ke 5 pasien mencret lagi sebanyak 1 kali dengan keluar air dan ampas berwarna kuning lalu di rawat.
24 Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, compos mentis dan kesan gizi kurang, Tanda Vital : tekanan darah 100/60 mmHg, suhu 37,4 0 C, nadi : 160x/menit, reguler, simetris, isi dan tegangan cukup. nafas: 32 x/menit.
26 DIAGNOSA BANDING Morbili Eritema infeksiosum Anemia Gizi kurang
DIAGNOSA KERJA Morbili Anemia Gizi kurang
27 PENATALAKSANAAN Terapi IVFD Kaen 1B 800 cc/24 jam Inj Anbacim 2 x 200 mg PCT 3 x 1 ml drip Carnevit 1 x 1,5 amp dalam NaCl 0,9% 100 cc Vectrin (Erdostein) 3 x cth
28 Edukasi Motivasi keluarga tentang penyakitnya Edukasi tentang pentingnya makanan berkualitas untuk gizi seimbang PROGNOSIS Ad vitam : bonam Ad sanam : bonam Ad fungsionam : bonam
29 8 September 2013 S Demam naik turun terus menerus, batuk (+), pilek (+), muntah 1 kali (+) O Tss, CM, gizi kesan kurang N : 120x/ , RR : 32x/, S : 36,5 0 C. Mata: Conjungtiva anemis (-/-), air mata (+/+) Abdomen : turgor membaik, peristaltik (+) normal Ext. Atas & bawah lembab (-), akral dingin (-), maculopapular rash (+) A Morbili Anemia Gizi kurang P Kaen 1B 800 cc/24 Jam Inj Anbacim 2 x 200 mg PCT 3x1 ml drip Carnevit 1 x 1,5 amp dalam Nacl 0,9% 100cc 9 September 2013 Demam (-), batuk (+), pilek (+), muntah (- Tss, CM, gizi kesan kurang N : 124x/ , RR : 20x/, S : 37,5 0 C. Mata: Conjungtiva anemis (-/-), air mata (+/+) Abdomen : turgor membaik, peristaltik (+) normal Ext. Atas & bawah lembab (-), akral dingin (-). maculopapular rash (+) Morbili Anemia Gizi kurang Kaen 1B 800 cc/24 Jam Inj Anbacim 2 x 400 mg PCT 3x1 ml drip Carnevit 1 x amp dalam Nacl 0,9% 100cc Vectrin 3 x cth 10 September 2013 Demam (-), batuk (+), pilek (+), muntah (-) Tss, CM, gizi kesan kurang N : 110x/ , RR : 20x/, S : 37,1 0 C. Mata: Conjungtiva anemis (-/-), air mata (+/+) Abdomen : turgor membaik, peristaltik (+) normal Ext. Atas & bawah lembab (-), akral dingin (-), maculopapular rash (+) hiperpigmentasi Morbili Anemia Gizi kurang PCT 3x1 cth Vectrin 3 x cth 30 ANALISIS KASUS Pasien merupakan seorang anak laki-laki berusia 10 bulan 29 hari yang menderita demam campak/morbili anemia gizi kurang 31 Demam Naik turun dan kadang- kadang demam tinggi. muncul sejak 6 hari SMRS Batuk (+) Pilek (+) mata merah (+) Stadium Prodromal : Demam tinggi 4-7 hari Malaise Anoreksia Konjungtivitis (Conjungtivitis) batuk (Cough) Coryza Fotofobia, Edema di periorbital Myalgia bercak koplik 3C 32 Demam hari ke 4, muncul bintik-bintik merah di daerah dada pasien dan seterusnya ke daerah leher, tangan dan kaki Stadium akhir
Ruam timbul -/+ 14 hari selepas terpapar infeksi Didahului dengan suhu badan yang meningkat. menyebar secara cephalocaudal mengalami hiperpigmentasi dan mengelupas dalam 48 jam Patognomonik 33 data antropometri 81,7 % kesan gizi kurang Gizi kurang Malnutrisi Infeksi virus Campak Anoreksia Intake kurang 34 Anemia Infeksi Diare Proses penyerapan usus terganggu Kadar Ferritin terganggu 35 Gizi kurang Malnutrisi Anemia 36 Terapi IVFD KAEN 3B 800 cc/24 jam - Mengandung Natrium 38,5 mEq/L, Klorida 38,5 mEq/L, Dextrose 37,5 gr/L. Digunakan sebagai sebagai initial solution pada pasien untuk suplai air dan elektrolit. Kebutuhan cairan rumatan : 100 x BB = 100 x 8,5 kg = 850 cc/24 jam Terapi kenaikan suhu Oleh karena pasien menderita demam maka + 12 % untuk setiap kenaikan 1C (mulai dari 37.5C).
37 Inj Anbacim 2 x 200 mg - pencegahan infeksi bakteri/nosokomial PCT 3 x 1 ml drip - Penurun panas Carnevit 1 x 1,5 amp dalam NaCl 0,9% 100 cc - Suplemen vitamin Vectrin (Erdostein) 3x cth - obat mukolitik sebagai pengencer lendir pada gangguan saluran pernapasan akut dan kronik.
38 Diagnosa kerja pasien : Morbili Anemia ringan ec defisiensi Fe Gizi Kurang
39 Tinjauan Pustaka Definisi Morbili Penyakit akut yang sangat menular 3 stadium : 1. Stadium masa tunas berlangsung kira-kira 10-12 hari 2. Stadium prodormal dengan gejala pilek dan batuk yang meningkat, bercak koplik, peradangan mukosa, faring dan konjungtiva 3. Stadium akhir dengan keluarnya ruam selanjutnya menjadi menghitam dan mengelupas.
40 Epidemiologi Di Indonesia, menurut survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) campak menduduki tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%), anak usia 1-4 tahun (0,77%).
41 Etiologi Penyebab : virus campak - manusia adalah host alami. Virus tetap aktif minimal 34 jam pada suhu kamar Virus tidak aktif pada pH rendah.
42 Faktor resiko untuk infeksi virus campak Anak-anak dengan immunodefisiensi Anak yang habis berpergian ke daerah endemis campak. Malnutrisi Defisiensi vitamin A.
43 Patogenesis Penularan secara droplet melalui udara limfatik lokal, KGB regional. virus memperbanyak diri , ke sel jaringan limforetikular , (sel warthin +, sel limfosit T >> ) fokus infeksi ke epitel orofaring, konjungtiva, sal.nps H+9/10,nekrosis pembuluh darahbatuk pilek Respon imun proses peradangan epitel, bercak koplik Daya tahan tubuh menurunruam( H+14)Ab humoral (+) Epitel nekrotikinfeksi bakteri sekunder 44 45 Ruam Bercak Koplik 46 Penyulit Laringitis akut Bronkopneumonia Kejang demam Ensefalitis SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis) Otitis media
47 Pengobatan Terapi supportif - memelihara Tanpa penyulit - berobat jalan Pengobatan asimtomatik Supplementasi vitamin A 48 Vitamin A kekurangan vitamin A telah dibuktikan merupakan kesan daripada demam campak yang berat, WHO telah merekomendasikan semua anak dengan demam campak harus diberikan supplementasi vitamin A berdasarkan usia
Anak usia < 6 bulan 50.000 IU/hari PO untuk 2 dosis Anak usia 6 -11 bulan 100.000 IU/hari PO untuk 2 dosis Anak usia > 1 tahun 200.000 IU/hari PO untuk 2 dosis Anak dengan tanda-tanda klinis kekurangan vitamin A 2 dosis pertama berdasarkan umur, setelah itu dosis ketiga berdasarkan umur spesifik diberikan 2-4 minggu kemudian. 2
49 Pencegahan Imunisasi campak. Di Indonesia termasuk Imunisasi dasar yang wajib untuk anak usia 9 bulan dengan ulangan saat anak berusia 6 tahun Dpt diberikan bersama Mumps dan Rubela(MMR) pd usia 12-15 bln. Anak yg telah mendapat MMR tidak perlu imunisasi ulangan usia 6 thn Pencegahan dengan cara isolasi penderita kurang bermakna
50 Anemia Anemia penurunan kadar Hb di bawah normal sehingga terjadi penurunan kemampuan darah untuk menyalurkan oksigen ke jaringan bukanlah suatu diagnosis 51 Anemia dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian Anemia defisiensi anemia yang terjadi akibat kekurangan faktor-faktor pematangan eritrosit, seperti defisiensi besi, asam folat dll Anemia aplastik yaitu anemia yang terjadi akibat terhentinya proses pembuatan sel darah oleh sumsum tulang. Anemia hemorhagik Anemia hemolitik 52 anemia yang terjadi akibat proses perdarahan masif atau perdarahan yang menahun.
akibat penghancuran sel darah merah yang berlebihan. Bisa bersifat intrasel atau bersifat ektrasel
Menurut morfologi eritrosit
Anemia defisiensi besi Thalassemia Anemia akibat penyakit kronis Anemia sideroblastik
Anemia pasca perdarahan akut Anemia aplastik-hipoplastik Anemia hemolitik Anemia akibat penyakit kronik Anemia pada gagal ginjal kronik Anemia pada leukemia akut
54 Anemia Normokromik Normositik
MCV 80-95 fl MCH 27-34 pg)
Anemia megaloblastik disebabkan oleh gangguan pembentukan DNA pada inti eritroblast akibat defisiensi vitamin B 12 dan asam folat sering dijumpai, terutama pada wanita hamil.
55 Anemia Makrositik (MCV>100) Anemia pada penyakit hati kronik Anemia pada hipotiroid
56 Nonmegaloblastik menurut World Health Organization (WHO) Anak didiagnosa menderita anemia, jika kadar Hb kurang dari 12 g/dL usia > 6 tahun Kadar Hb kurang dari 11 g/dL usia < 6 tahun.
57 Tanda dan gejala yang sering timbul Sakit kepala Pusing Lemah Gelisah diaforesis (keringat dingin) Takikardi sesak napas Syok pucat (dilihat dari warna kuku, telapak tangan, membran mukosa mulut dan konjungtiva).
58 Untuk menegakkan diagnosa dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium :
pemeriksaan sel darah merah secara lengkap, pemeriksaan kadar besi elektroforesis hemoglobin biopsi sumsum tulang 59 ANEMIA DEFISIENSI BESI (ADB)
anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoiesis karena cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang 60 Sebelum timbul gejala, terdapat 2 stadium awal yaitu
stadium deplesi besi (iron depletion state) penurunan kadar ferritin serum tanpa penurunan kadar besi serum (SI) maupun Hb stadium kekurangan besi (iron deficiency state) penurunan ferritin serum dan besi serum (SI) tanpa penurunan kadar hemoglobin 61 Epidemiologi Menurut laporan WHO (2008), prevalensi anemia pada tahun 1993-2005 di dunia paling tinggi pada anak balita yaitu 47,4%. Prevalensi pada anak usia sekolah 25,4%, pada wanita hamil 41,8%, wanita tidak hamil 30,2%, laki-laki 12,7%, dan pada kelompok lanjut usia 23,9%. 7
62 Beberapa penyebab anemia defisiensi besi menurut umur:
Bayi umur < 1 tahun Persediaan besi yang kurang : BBLR atau bayi kembar, ASI eksklusif tanpa supplementasi besi, susu formula rendah besi, pertumbuhan cepat, anemia semasa kehamilan Anak umur 1-2 tahun Masukan besi kurang (hanya minum susu) Kebutuhan meningkat : infeksi berulang/menahun Malabsorbsi Anak umur 2-5 tahun Masukan besi kurang karena jenis makanan kurang mengandung Fe-heme Kebutuhan meningkat karena infeksi menahun/berulang Perdarahan hebat
63 Anak umur 5 tahun - masa remaja Kehilangan besi akibat perdarahan: infeksi parasit dan polip Usia remaja dewasa Pada wanita, karena menstruasi berlebihan
64 Faktor resiko
65 Diet Prenatal/perinatal Sosial Minum susu sapi Susu formula rendah besi ASI eksklusif tanpa supplementasi besi Anemia semasa hamil Bayi berat badan lahir rendah Prematuritas Kehamilan kembar Sosial ekonomi rendah Pertumbuhan cepat Metabolisme dalam tubuh 66 67 Penyerapan Zat besi
Kebutuhan tubuh akan besi = penyerapan meningkat Adanya vitamin C gugus SH (sulfidril) dan asam amino sulfur = penyerapan meningkat Rendahnya asam klorida pada lambung = penyerapan meningkat
Protein hewani = penyerapan meningkat Kelebihan fosfat di dalam usus = penyerapan menurun Adanya fitat = penyerapan menurun Fungsi usus yang terganggu, infeksi = penyerapan menurun 68 Pada bayi absorbsi zat besi dari ASI meningkat dengan bertambah tuanya umur bayi Walaupun jumlah zat besi dalam ASI rendah, tetapi absorbsinya paling tinggi. Sebanyak 49% zat besi dalam ASI dapat diabsorbsi oleh bayi 69 Prevalensi anemia yang tinggi pada anak balita umumnya disebabkan makanannya tidak cukup banyak mengandung zat besi, terutama pada negara sedang berkembang Faktor budaya juga berperanan penting, bapak mendapat prioritas pertama mengkonsumsi bahan makanan hewani, sedangkan anak dan ibu mendapat kesempatan yang belakangan. Selain itu serat yang biasanya terdapat dalam makanannya turut pula menghambat absorbsi zat besi.
70 Patofisiologi Deplesi Fe ditandai dengan penurunan cadangan Fe peningktan absorpsi Fe akibat menurunnya level Fe tubuh eritropoeisis defisiensi Fe (defisiensi Fe tanpa anemia), cadangan Fe menipis dan produksi Hb terganggu jumlah suplai Fe ke sumsum tulang tidak cukup meningkatnya konsentrasi eritrosit protoporfirin karena kekurangan Fe untuk membentuk Hb. anemia ditandai dengan konsentrasi Hb atau hematokrit di bawah batas normal 71 Gejala klinis
Lemas, pucat dan cepat lelah
Sering berdebar-debar
Sakit kepala dan iritabel
Pucat pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan dan
dasar kuku
Konjungtiva okuler berwarna kebiruan atau putih mutiara
(pearly white)
Adanya koilnikia, glositis dan stomatitis angularis
72 Diagnosis Ada beberapa kriteria diagnosis yang dipakai untuk menentukan suatu anemia defisiensi Fe :
73 Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata menurun Kadar Fe serum menurun Saturasi transferin <15 % (N : 20-50 %) Menurut WHO Anemia hipokrom mikrositer Saturasi transferin menurun Nilai FEP > 100 ug/dl eritrosit Kadar feritin serum menurun
Untuk kepentingan diagnosis minimal 2 dari 3 kriteria harus dipenuhi. Menurut Cook dan Monsen Pemeriksaan apus darah tepi hipokrom mikrositer yang dikonfirmasi dengan kadar MCV, MCH, dan MCHC yang menurun FEP meningkat Feritin serum menurun Fe serum menurun, TIBC meningkat, ST menurun Respon terhadap pemberian preparat besi o Retikulositosis mencapai puncak pada hari ke 5-10 setelah pemberian besi. o Kadar Hb meningkat 0,25-0,4 g/dl atau PCV meningkat 1 %/hari Sumsum tulang o Tertundanya maturasi sitoplasma o Pada pewarnaan tidak ditemukan besi Menurut Lankowsky Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan darah tepi lengkap, MCV, MCHC,MCH Kadar Hb rendah, Ht menurun dengan penurunan nilai MCV dan MCH Jumlah eritrosit umumnya normal, tapi kadang menurun Jumlah leukosit dan hitung jenis biasanya normal kecuali disertai infeksi. Peningkatan trombosit jarang ditemukan Sediaan apus darah tepi (SADT) Mikrositik hipokrom Serum iron dan ferittin rendah, TIBC meningkat Pewarnaan besi pada jaringan sumsum tulang 74 75 Penatalaksanaan : Pemberian zat besi diberikan sampai kadar Hb normal cadangan besi terpenuhi. Sebaiknya dalam bentuk ferro karena lebih mudah di serap Dapat diberikan secara oral atau parentral dengan dosis 3-5mg/kgBB di bagi dalam dua dosis, segera sesudah makan. Pemberiaan parentral dilakukan jika ada malabsorbsi atau efek samping yang berat pada saluran cerna. Evaluasi hasil pengobatan dinilai dengan pemeriksaan Hb dan retikulosit seminggu sekali serta pemeriksaan SI dan ferritin sebulan sekali Terapi harus diteruskan sampai 2 bulan setelah Hb normal Sulfas ferosus : 3 x 10mg/kgBB Vitamin C : 3x100mg/hari untuk meningkatkan absorpsi besi 76 Transfusi darah Hb < 6g/dl Hb > 6g/dl disertai lemah, gagal jantung, infeksi berat atau menjalani operasi Dalam bentuk suspensi sel darah merah (PRC)
77 Diet Sumber hewani : hati, daging, ikan Sumber nabati : bayam,gandum, kacang kedelai, beras Kadar besi pada sumber hewani lebih tinggi di bandingkan dengan nabati karena penyerapan besi nabati dihambat oleh tannin, kalsium dan serat dan di percepat oleh vitamin C, HCl, asam amino dan fruktosa Makanan tinggi vitamin C : jeruk
78 Edukasi
79 Pencegahan
Primer : pemberian ASI saja setelah usia 6 bulan dapat menyebabkan defisiensi besi, dan perlu supplementasi besi sebagai pencegahan. Bila menggunakan susu formula, pilihlah formula yang di fortifikasi dengan besi
80 Sekunder : Bayi yang memiliki satu atau lebih faktor resiko harus menjalani skrining ADB. Skrining tersebut meliputi pemeriksaan darah tepi lengkap, kadar ferritin dalam serum dan saturasi ferritin
81 Gizi : Berikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama setelah lahir. Bayi usia kurang dari 1 tahun yang tidak mendapatkan ASI, sebaiknya diberikan susu formula dengan kandungan zat besi 12 mg/L. Bayi usia 6 bulan ke atas bisa diberikan sereal dengan tambahan zat besi serta vitamin C secukupnya untuk membantu penyerapan zat besi. Pertimbangkan juga untuk memberikan anak usia di atas 6 bulan bubur dengan daging yang dihaluskan.
82 Prognosis Prognosa baik bila penyebab anemianya hanya kekurangan besi saja dan diketahui penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat. Gejala anemia dan manifestasi klinisnya akan membaik dengan pemberian preparat besi.
83 Penyebab anemia pada pasien ini (Morbili + Anemia + Gizi kurang Persediaan besi yang kurang : ASI eksklusif tanpa supplementasi besi, makanan kurang mengandung Fe Kebutuhan meningkat : infeksi berulang/menahun Fungsi usus yang terganggu Malabsorbsi Kekurangan vitamin c penyerapan zat besi terganggu Sosioekonomi yang rendah