Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN TEORI TENTANG PROSES PENUAAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA


LAPORAN PENDAHULUAN
TEORI TENTANG PROSES PENUAAN

1. Pengertian lanjut Usia

Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang. Batasan
orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah 60 tahun.

2.Teori tentang Proses menua

Teori Biologik
Teori Genetik dan Mutasi

Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul /DNA dan
setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi
Pemakaian dan Rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
Autoimune

Pada proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Sad jaringan tubuh
tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
teori stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
dipakai.
Teori radikal bebas

Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan bahan organik seperti
karbohidrat dan protein . radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

2.2. Teori Sosial

a. Teori ktifitas

Lanjut usuia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial

b. Teori Pembebasan

Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik
secara kwalitas maupun kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni :

a) Kehilangan peran

b) Hambatan kontrol sosial

c) Berkurangnya komitmen

c. Teori Kesinambungan

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan
demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat
ini menjadi lansia.

Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :

a) lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan, akan
tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan
atau dihilangkan

b) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti

c) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi

2.3 Teori Psikologi

a. Teori Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow

Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang memotivasi
seluruh perilaku manusia (Maslow 11111954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang
berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya
pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai.

b. Teori individual jung

Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian dari seluruh fase
kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa muda dan masa dewasa muda, usia
pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan
ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan terhadap dunia luar atau ke
arah subyektif. Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert). Keseimbangan antara
kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi
kesehatan mental

3. Perubahan Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

3.1. Perubahan fisik
a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra dan extra
seluler

b. Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon waktu untuk
meraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi membran
timpani, terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya keratin

c. Sistem penglihatan : spnkter pupil timbul sklerosis dan hlangnya respon terhadap sinaps,
kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatny ambang pengamatan sinar, hilangnya
daya akomodasi, menurunnya lapang pandang.

d. Sistem Kardivaskuler. : katup jantung menebal dan menjadi kaku , kemampuan jantung
memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga
menyebabkanmenurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan
darah meningg.

e. Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan menurunnya
aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat.
Kedalaman pernafasan menurun.

f. Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk , indera pengecap
menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap sampai 80 %, kemudian
hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin

g. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa
menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun
sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat
retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi
atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang
dan menjadi alkali.

h. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun, sedangkan
fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan
basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan
testosteron.

i. Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kepala
dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal.
Kuku menjadi keras dan rapuh.

j. Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi kiposis,
tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut
dan atropi serabut erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot kam dan tremor.

3.2 Perubahan Mental

faktor-faktyor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :

a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

b. Kehatan umum

c. Tingkat pendidikan

d. Keturunan

e. Lingkungan

Kenangan (memori) ada 2 :

a. kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu

b. kenangan jang pendek : 0-10 menit, kenangan buruk

Intelegentia Question :

a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal

b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya
membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.

3.3 Perubahan Perubahan Psikososial

a. Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan peranan dalam
pekerjaan

b. Merasakan atau sadar akan kematian

c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.
MASALAH NUTRISI

1. Pengertian

Gizi kurangs adalah kekurangan zat gizi baik mikro maupun makro

2. Penyebab

a. Penurunan ataau kehilangan sensitifitas indra pengecap &penciuman

b. Penyakit periodental ( terjadi pada 80% lansia) atau kehilangan gigi

c. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencernaan

d. Penurunan mobilitas saluran pencernaan makanan

e. Penggunaan obat-obatan jangka panjang

f. Gangguan kemampuan motorik

g. Kurang bersosialisasi, kesepian

h. Pendapatan yang menurun (pensiun)

i. Penyakit infeksi kronis

j. Penyakit keganasan



3. Patofisiologi







Pengkajian

A. Fisiologis/fisik

1. Stratus gizi

IMT = Kg BB normal laki laki = 18 -25

(TB)2 wanita = 17 23

2. Intake cairan dalam 24 jam

3. Kondisi kulit

4. Kondisi bibir , mukosamulut, gigi

5. Riwayat pengobatan, alkhohol, zat adiktif lainnya

6. Evaluasi kemampuan penglihatan , pendengaran dan mobilitas

7. Keluhan yang berhubungan dengan nutrisi : gangguan sistem digestif, nafsu makan, makanan
yang disukai dan tidak disukai, rasa dan aroma

8. Kebiasaan waktu makan ( 2 3 X sehari, snak dlll)

B. Psikososial/afektif

1. Kebiasaan saat makan ( makan sendiri, sambil nonton TV,dll)

2. situasi lingkungan(kapasitas penyediaan makanan, pengolahan dan penyimpanan makanan)

3. sosiokultural yang berlaku yang mempengaruhi pola nutrisi dan eleminasi

4. Kondisi depresi yang dapat mengganggu pemenuhan nutrisi

C. Pemeriksaan tambahan/laborat

Analisa darah :

Kreatinin : indekz massa otot

Serum protein khususnya untuk sintesa antibodi dan limfosit, dalam kekebalan seluler, enzym,
hormon, struktur sel yang luas, struktur jaringan

Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan nutrisi yang tidak adekuat akibat
anoreksia

2. Resiko tinggi infeksi b.d penurunan asupan kalori dan protein

3. Kerusakan mobilitas fisik b/d deformitas skleletal,, nyeri, intoleransi aktifitas

4 Nyeri b. d proses inflamasi, destruksi sendi

5. Resiko cedera (dislokasi sendi) b.d otot hilang kekuatannya, rasa nyeri sendi
Rencana Asuhan Keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d asupan nutris kurang adekuat akibat anoreksia

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat

Kriteria : - Meningkatkan masukan oral

- Menunjukkan peningkatan BB

Intervensi :

a. Buat tujuan BB ideal dan kebutuhan nutrisi harian yang adekuat

R/ Nutrisi yang adekuat menghindari adanya malnutrisi

c. Timbang setiap hari , pantau hasil pemeriksaan laborat

R/ Deteksi dini perubahan BB dan masukan nutrisi

d. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat

R/ Dengan pemahaman yang benar akan memotivasi klien untuk masukan nutrinya

e. Ajarkan individu menggunakan penyedap rasa (seperti bumbu)

R/ aroma yang enak akan membangkitkan selera makan

f. Beri dorongan individu untuk makan bersama orang lain

R/ Dengan makan bersama sama secara psikologis meningkatakan selera makan

g. Pertahankan kebersihan mulut yang baik (sikat gigi) sebelum dan sesudah mengunyah
makanan

R/ dengan situasi mulut yang bersih meningkatkan kenyamanan .

i. Anjurkan makan dengan porsi yang kecil tapi sering

R/ Mengurangi perasaan tegang pada lambung

j. Instruksikan individu yang mengalami penurunan nafsu makan untuk :

1 ) Makan-makan kering saat bangun tidur

2) Hindari makanan yang terlalu manis, berminyak

3) Minum sedikit-sdikit melalui sedotan

4) Makan kapan saja bila dapat toleransi

5) Makan dalam porsi kecil rendah lemak dan makan sering

R/ Meningkatkan asupan makanan

2. Resiko tinggi infeksi b/d penurunan asupan kalori dan protein

Tujuan : Klien akan memperlihatkan kemampuan terhindar dari tanda-tanda infeksi

Kriteria : tanda-tanda peradangan tidak ditemukan : panas, bengkak, nyeri, merah,gangguan
fungsi

Intervensi :

a. Kaji tanda-tanda radang umum secara teratur

R/ Mendeteksi dini untuk mencegah terjadinya radang

b. Ajarkan tentang perlunya menjaga kebersihan diri dan lingkungan

R/ Mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dan kebersihan diri yang kurang sehat

c. Tingkatkan kemampuan asupan nutris TKTP

R/ meningkatkan kadar protein dalam dalam tubuh sehingga meningkatkan kemampuan
kekbalan dalam tubuh

d. Perhatikan penggunaan obat-obat jangka panjang yang dapat menyebabkan imunosupresi

R/ Menurunkan resiko terjadinya infeksi

3.Kerusakan mobilitas fisik b.d deformitas skeletal, nyeri

Tujuan : klien dapat mobilisasi dengan adekuat

Kriteria : Mendemontrasikan tehnik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktifitas

Intervensi :

a. Evaluasi pemantauan tingkat inflamasi/rasa sakit

R/ tingkat aktifitas tergantung dari perkembangan /resolusi dari proses inflamasi

b. bantu dengan rentang gerak aktif/pasif

R/ mempertahankan fungsi sendi, kekuatan otot

c. ubah posisi dengan sering dengan personal cukup

R/ Menhilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi

d. Berikan lingkungan yang nyaman misaal alat bantu

R/ menghindari cedera

4. Nyeri ( akut/kronis) b.d proses inflamasi, destruksi sendi

Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang/hilang

Kriteria : terlihat rileks , dapat tidur dan berpartisipasi dala aktifitas

Intervensi :

kaji keluhan nyeri, catat lokasi nyeri dan intensitas. Catat faktor yang mempercepat tanda tanda
neri

R/ membantu dalam menentukan managemen nyeri

Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu istirahat ataupun tidur

R/ Pada penyakit berat tirah baring sangat diperlukan untuk membatasi nyeri

Anjurkan klien mandi air hangat , sediakan waslap untuk kompres sendi

R/ panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan kekakuan sendi.

berikan masase lembut

R/ meningkatkan relaksasi/mengurangi ketegangan otot

kolaborasi pemberian obat-obatan seperti : aspirin, ibuprofen, naproksin, piroksikam, fenoprofen

R/ sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan.

5. Resiko cedera b.d hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri

Tujuan : klien terhindar dari cedera

Kriteria : klien berada pada perilaku yang aman dan lingkungan yang nyaman

Intervensi :

a. kaji tingkat kekuatan otot

R / mengatur tindakan selanjutnyab

b.. Kaji tingkat pergerakan pasif

c Beri alat bantu sesui kebutuhan

d. Ciptakan lingkungan yang aman (lantai tidak licin)

e.Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan yang tidak bisa dilakukan secara mandiri


DAFTAR PUSTAKA
Capernito Lynda juall ( 1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 , Alih Bahasa Yasmin
Asih EGC jakarta
C. Long barbara ( 1996) Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses) Unit IV, V, VI
Alih bahasa Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, IAPK
Bandung
Donges Marilyn E (2000), Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, Alih bahasa I Made Kariasa,
EGC Jakarta
Wahyudi Nugroho ( 2000), Keperawatan Gerontik Edisi 2 , EGC Jakarta
Description: LAPORAN PENDAHULUAN TEORI TENTANG PROSES PENUAAN Rating:
4.5 Reviewer: Ningsih iyya - ItemReviewed: LAPORAN PENDAHULUAN TEORI TENTANG
PROSES mENUA

ASUHAN KEPERAWATAN
REMATIK (OSTEOARTRITIS) PADA LANSIA

A. Pengertian
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada
sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248). Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-
kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi
Darmojo, 1999).
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya adalah
poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006).
Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana terjadi kerusakan tulang rawan
sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dnegan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan
dan sendi besar yang menanggung beban
Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi dan hambatangerak
pada sendi-sendi tangan dan sendi besar. Seringkali berhubungan dengan trauma maupun mikrotrauma
yang berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh dan penyakit-penyakit sendi lainnya.
B. Penyebab (etiologi)
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko yang diketahui
berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
1. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang terkuat. Akan tetapi
perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada
penuaan berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.
2. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih sering terkena
osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi
psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah
menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya
peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.



3. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal ini mungkin
berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan tulang.
4. Genetik
5. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis,
baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan oateoartritis pada
sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain (tangan atau
sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban
mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.
6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan dengan
peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang
berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
7. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya oateoartritis paha pada
usia muda.
8. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya osteoartritis. Hal ini
mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan beban
yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.
C. Jenis Reumatik
Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:
a. Reumatik Sendi ( Artikuler )
Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik sendi (reumatik artikuler). Penyakit ini
ada beberapa macam yang paling sering ditemukan yaitu:
1) Artritis Reumatoid
Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahun yang tersebar diseluruh tubuh,
mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ di luar persendian.Peradangan kronis
dipersendian menyebabkan kerusakan struktur sendi yang terkena.Peradangan sendi biasanya
mengenai beberapa persendian sekaligus.Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang selaput
sendi) serta pembentukan pannus yang mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan tulang di
sekitarnya, terutama di persendian tangan dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi pada kedua
sisi).Penyebab Artritis Rematoid belum diketahui dengan pasti. Ada yang mengatakan karena
mikoplasma, virus, dan sebagainya. Namun semuanya belum terbukti. Berbagai faktor
termasuk kecenderungan genetik, bisa mempengaruhi reaksi autoimun. Bahkan beberapa kasus Artritis
Rematoid telah ditemukan berhubungan dengan keadaan stres yang berat, seperti tiba-tiba kehilangan
suami atau istri, kehilangan satu-satunya anak yang disayangi, hancurnya perusahaan yang dimiliknya
dan sebagainya. Peradangan kronis membran sinovial mengalami pembesaran (Hipertrofi) dan menebal
sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan kematian (nekrosis) sel dan respon
peradanganpun berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang disebut
panus. Panus dapat menyebar keseluruh sendi sehingga semakin merangsang peradangan dan
pembentukan jaringan parut. Proses ini secara perlahan akan merusak sendi dan menimbulkan nyeri
hebat serta deformitas (kelainan bentuk).
2) Osteoatritis
Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab yang belum diketahui, namun
mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan keluaran klinis yang sama.Proses penyakitnya berawal
dari masalah rawan sendi (kartilago), dan akhirnya mengenai seluruh persendian termasuk tulang
subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial, serta jaringan ikat sekitar persendian
(periartikular). Pada stadium lanjut, rawan sendi mengalami kerusakan yang ditandai dengan adanya
fibrilasi, fisur, dan ulserasi yang dalam pada permukaan sendi. Etiologi penyakit ini tidak diketahui
dengan pasti. Ada beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, yaitu : Usia
lebih dari 40 tahun, Jenis kelamin wanita lebih sering, Suku bangsa, genetik, kegemukan dan penyakit
metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga, kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-
lain.
3) Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah (hiperurisemia) . Reumatik gout merupakan
jenis penyakit yang pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila diabaikan, gout juga dapat
menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul akibat kristal monosodium urat di persendian
meningkat. Timbunan kristal ini menimbulkan peradangan jaringan yang memicu timbulnya reumatik
gout akut. Pada penyakit gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan
dengan kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang
dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya
pengeluaran asam urat dari tubuh. Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya
produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi. Purin
adalah salah satu senyawa basa organic yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk
dalam kelompok asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat meningkat juga bisa karena
penyakit darah (penyakit sumsum tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obatobat kanker, vitamin
B12). Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis), kadar trigliserida yang
tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda
keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-benda keton yang meninggi akan
menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.

b. Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)
Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak di luar sendi (soft tissue
rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar sendi (ekstra artikuler rheumatism). Jenis jenis
reumatik yang sering ditemukan yaitu:
1) Fibrosis
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan anggota gerak. Fibrosis lebih
sering ditemukan oleh perempuan usia lanjut, penyebabnya adalah faktor kejiwaan.


2) Tendonitis dan tenosivitis
Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri lokal di tempat perlekatannya.
Tenosivitis adalah peradangan pada sarung pembungkus tendon.
3) Entesopati
Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang. Entesis ini dapat mengalami
peradangan yang disebut entesopati. Kejadian ini bisa timbul akibat menggunakan lengannya secara
berlebihan, degenerasi, atau radang sendi.
4) Bursitis
Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau otot ke tulang. Peradangan
bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout dan pseudogout.

5) Back Pain
Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses degenerarif diskus intervertebralis,
bertambahnya usia dan pekerjaan fisik yang berat, atau sikap postur tubuh yang salah sewaktu berjalan,
berdiri maupun duduk. Penyebab lainnya bisa akibat proses peradangan sendi, tumor, kelainan
metabolik dan fraktur.
6) Nyeri pinggang
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah mengalaminya. Nyeri terdapat
kedaerah pinggang kebawah (lumbosakral dan sakroiliaka) Yng dapat menjalar ke tungkai dan kaki.
7) Frozen shoulder syndrome
Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal lengan atas yang bisa menjalar ke
lengan atas bagian depan, lengan bawah dan belikat, terutama bila lengan diangkat keatas atau
digerakkan kesamping. Akibat pergerakan sendi bahu menjadi terbatas.
D. Manifestasi klinik
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, etrutama waktu bergerak.
Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang
berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,
pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul belakangan, mungkin dijumpai karena
adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna
kemerahan, antara lain;
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit
berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang
lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya
rasa nyeri.
3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk dari kursi, atau
setelah bangun dari tidur.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang paling sering) secara
perlahan-lahan membesar.
6. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang menjadi
pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk
kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).
E. Patofisioligi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan
infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi
artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang
menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang
menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat
luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu
(ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa
menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan
osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya serangan dan tidak
adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak
terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid)
gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes serologi
Sedimentasi eritrosit meningkat
Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Pemerikasaan radiologi
Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi
Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis
3. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa
secara makroskopik.

G. Penatalaksanaan/ perawatan Osteoartritis, antara lain;
1. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik. Obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu
menghentikan proses patologis
2. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
3. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
4. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
5. Dukungan psikososial
6. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat
7. Diet untuk emnurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
8. Diet rendah purin:
Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam urat dan menurunkan berat
badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya dalam batas normal. Bahan makanan yang boleh
dan yang tidak boleh diberikan pada penderita osteoartritis:
Golongan bahan
makanan
Makanan yang boleh diberikan Makanan yang tidak boleh
diberikan
Karbohidrat
Protein hewani



Protein nabati


Lemak


Sayuran





Buah-buahan

Minuman

Bumbu, dll
Semua
Daging atau ayam, ikan tongkol,
bandeng 50 gr/hari, telur, susu,
keju

Kacang-kacangan kering 25 gr atau
tahu, tempe, oncom

Minyak dalam jumlah terbatas.


Semua sayuran sekehendak
kecuali: asparagus, kacang polong,
kacang buncis, kembang kol,
bayam, jamur maksimum 50 gr
sehari

Semua macam buah

Teh, kopi, minuman yang
mengandung soda
Semua macam bumbu
--
Sardin, kerang, jantung, hati, usus,
limpa, paru-paru, otak, ekstrak
daging/ kaldu, bebek, angsa,
burung.
--


--


Asparagus, kacang polong, kacang
buncis, kembang kol, bayam,
jamur maksimum 50 gr sehari


--

Alkohol

Ragi


H. Proses Keperawatan
Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan
merasakan adanya perubahan pada sendi.

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit, ukuran,
lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
o Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
o Catat bila ada krepitasi
o Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
o Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
Ukur kekuatan otot
Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
3. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pada pasien yang
mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada
dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian
terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.

Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien dengan artritis ditambah dengan adanya data
dari pemeriksaan diagnostik, maka diagnosa keperawatan yang sering muncul yaitu:
Tabel Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
1 Keluhan nyeri,
ketidaknyamanan,
kelelahan, berfokus pada
diri sendiri, Perilaku
distraksi/ respons
autonomic
Distensi jaringan akibat akumulasi
cairan/proses inflamasi, destruksi
sendi
Nyeri Akut
2 Distensi jaringan akibat
akumulasi cairan/proses
inflamasi, destruksi sendi
deformitas skeletal,
nyeri, penurunan kekuatan otot
Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan.
3 Perubahan fungsi dari
bagian-bagian yang sakit.
deformitas skeletal,
nyeri, penurunan kekuatan otot
Gangguan Citra Tubuh
4 Ketidakmampuan untuk
mengatur kegiatan sehari-
hari.
kerusakan musculoskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan,
nyeri pada waktu bergerak,
depresi
Defisit perawatan diri

Anda mungkin juga menyukai