Investasi dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung maupun
investasi tidak langsung. Investasi aktiva langsung dapat dilakukan dengan pembelian langsung aktiva keuangan suatu perusahaan. Sedangkan investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham (surat-surat berharga) dari perusahaan investasi yang diperdagangkan di pasar modal. Beberapa penulis memberikan sumbangan pemikiran terhadap model dalam menganalisis dan menilai saham dengan istilah yang beragam; Karen (191) menyebut dengan istilah a flow diagram of stock price determination; !usnan (199") menyebut dengan analisis teknikal; sedangkan Sharpe# $le%ander dan Bailey (1999) menyebut dengan istilah the big picture. &ari ketiga analisis tersebut# se'ara umum bah(a untuk menganalisis dan menilai harga saham dapat dilakukan dengan memperhatikan kondisi ekonomi atau kondisi pasar yang terdiri dari variabel makroekonomi maupun kondisi spesi)ik perusahaan. Indikator ekonomi adalah salah satu )aktor yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan bagian penting dari keseluruhan )aktor )undamental itu sendiri. Indikator yang berupa In)ormasi-in)ormasi kondisi makro ekonomi diperlukan investor untuk melakukan investasi. Kondisi makro ekonomi se'ara keseluruhan akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat# pengusaha dan investor. Kondisi makro ekonomi yang baik akan men'iptakan iklim investasi yang baik. Beberapa variabel ekonomi nasional yang biasanya digunakan adalah tingkat pertumbuhan ekonomi yang biasanya dilihat dari Produk Domestik Bruto, tingkat inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar rupiah. $nalisis ekonomi perlu dilakukan karena adanya ke'enderungan hubungan yang kuat antara apa yang ter*adi pada lingkungan ekonomi makro dengan kiner*a suatu pasar modal. +erubahan kiner*a pasar modal akan men'erminkan apa yang ter*adi pada perubahan perekonomian makro. +erubahan kiner*a pasar modal tidak bisa dipisahkan dengan perubahan yang ter*adi pada prospek yang berbagai perusahaan yang ada di pasar yang selan*utnya bisa mempengaruhi aliran kas yang bisa diperoleh dari suatu perusahaan di masa datang. &engan demikian# *ika ingin mengestimasi aliran kas# bunga atau premi risiko dari suatu sekuritas maka kita harus mempertimbangkan analisis ekonomi makro. Produk Domestik Bruto +roduksi domestik bruto (+&B) adalah pen*umlahan seluruh barang dan *asa yang diproduksi oleh suatu negara baik oleh perusahaan dalam negeri maupun oleh perusahaan asing yang beroperasi di dalam negara tersebut pada suatu (aktu, periode tertentu. +engertian lain dari +&B yang sering disebut *uga +roduk nasional bruto (+-B) adalah total produksi barang dan *asa yang diproduksi oleh penduduk negara tersebut baik yang bertempat tinggal, berdomisili di dalam negeri maupun yang berada di luar negeri dalam suatu periode tertentu. Kaitan dengan analisis sekuritas dan pertumbuhan investasi dapat di*elaskan# pertama pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Kedua# semakin baik tingkat perekonomian suatu negara# maka semakin baik pula tingkat kemakmuran penduduknya. .ingkat kemakmuran yang lebih tinggi ini umumnya ditandai dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan masyarakatnya. Ketiga# dengan adanya peningkatan pendapatan tersebut# maka akan semakin banyak orang yang memiliki kelebihan dana# kelebihan dana tersebut dapat diman)aatkan untuk disimpan dalam bentuk tabungan atau diinvestasikan dalam bentuk surat-surat berharga yang diperdagangkan dalam pasar modal. Tingkat inflasi In)lasi merupakan suatu indikator ekonomi makro yang menggambarkan kenaikan harga-harga barang dan *asa dalam suatu periode tertentu. Bagi sebuah negara# keadaan perekonomian yang baik umumnya di(akili dengan tingkat in)lasi yang relati) rendah dan terkendali. +enggunaan tingkat in)lasi sebagai salah satu indikator )undamental ekonomi adalah untuk men'erminkan tingkat +&B dan +-B ke dalam nilai yang sebenarnya. -ilai +&B dan +-B riil merupakan indikator yang sangat penting bagi seorang investor dalam membandingkan peluang dan resiko investasinya di man'anegara. Indikator-indikator in)lasi yang biasanya digunakan oleh para investor antar lain/ Indeks harga produksi atau Producer Price Index (PPI) adalah indeks yang mengukur rata-rata perubahan harga yang diterima oleh produsen domestik untuk setiap output yang dihasilkan dalam setiap tingkat proses produksi. &ata ++I dikumpulkan dari berbagai sektor ekonomi terutama dari sektor manu)aktur# pertambangan# dan pertanian. Indeks harga konsumen atau Consumer Price Index (CPI) adalah digunakan untuk mengukur rata-rata perubahan harga e'eran dari sekelompok barang dan *asa tertentu. Inde% 0+I dan ++I digunakan oleh seorang .rader sebagai indikator untuk mengukur tingkat in)lasi yang ter*adi. -era'a pembayaran atau balance of payment adalah suatu nera'a yang terdiri dari keseluruhan aktivitas transaksi perekonomian internasional suatu negara# baik yang bersi)at komersial maupun )inansial# dengan negara lain pada suatu periode tertentu. -era'a pembayaran ini men'erminkan seluruh transaksi antara penduduk# pemerintah# dan pengusaha dalam negeri dan pihak luar negeri# seperti transaksi ekspor dan impor# investasi porto)olio# transaksi antar Bank Sentral# dan lain-lain. &engan adanya nera'a pembayaran ini kita mengetahui kapan suatu negara mengalami surplus maupun de)isit. Se'ara garis besar Balance of Payment dibagi men*adi 1 bagian# yaitu / o Neraca Perdagangan yang merupakan selisih antara total ekspor dan impor barang# *asa# dan trans)er. &alam perhitungannya# nera'a perdagangan ini tidak men'akup transaksi-transaksi asset )inansial dan ke(a*iban (hutang). &ata ini merupakan indikator tren perdagangan luar negeri yang merupakan aliran bersih dari total ekspor dan impor barang dan *asa sebagai penerimaan atau penghasilan. &engan adanya transaksi ekspor maka akan diterima se*umlah uang yang nantinya akan menambah permintaan terhadap mata uang negara eksportir. Begitu pula sebaliknya pada impor barang dan *asa dimana se*umlah uang harus dikeluarkan guna membayar barang dan *asa yang diimpor# hal ini akan menambah pena(aran akan mata uang negara importir. o Aliran odal yaitu investasi langsung dan investasi tidak langsung# dimana pada investasi langsung# investor dari luar negeri melakukan penanaman modal dalam aset riil misalnya sa*a membangun pabrik# gedung perkantoran dan lain-lain. Investasi ini biasanya bersi)at *angka pan*ang. Sedangkan investasi tidak langsung dapat ditemui di dalam investasi instrument keuangan. 2isalnya seorang investor melakukan pembelian saham atau obligasi di bursa Indonesia. 2aka investor tersebut harus menukarkan mata uangnya ke rupiah supaya dapat membeli saham ataupun obligasi di Indonesia. .ingkat pengangguran adalah suatu indikator yang dapat memberikan gambaran tentang kondisi rill berbagai sektor ekonomi. Indikator ini dapat di*adikan alat untuk menganalisa sehat,tidaknya perekonomian suatu negara. $pabila perekonomian berada dalam kondisi baik maka akan ter'apai tingkat pengangguran yang rendah. .etapi *ika perekonomian dalam keadaan lesu maka tingkat pengangguran pun meningkat. Kurs valuta asing adalah nilai perbandingan atau bisa *uga disebut nilai tukar antara suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Kurs ini biasanya digunakan sebagai indikator utama untuk melihat kekuatan ekonomi ataupun tingkat kestabilan perekonomian suatu negara. 3ika kurs mata uang negara tersebut tidak stabil maka dapat dikatakan bah(a perekonomian negara tersebut tidak baik atau sedang mengalami krisis ekonomi. 4ntuk itu perlu bagi suatu negara untuk memiliki mata uang yang stabil agar perekonomian negara tersebut dapat ber*alan dengan lan'ar dan membentuk suatu tren pertumbuhan. +S-05 - Public !ector Net Cash "e#uirement atau kebutuhan tunai sektor publik yaitu *umlah uang yang harus dipin*am pemerintah untuk membiayai pengeluaran- pengeluarannya. Sebab pemerintah kerapkali mengeluarkan lebih dari yang mereka terima dari penerimaan pa*ak# dan satu-satunya 'ara untuk menambah kekurangannya adalah dari memin*am. .eori yang dapat men*elaskan )enomena hubungan tingkat in)lasi dan return saham pada khususnya dan pasar modal pada umumnya tidak berdasar hanya pada satu sisi. 2inimal ada tiga teori yang dapat men*elaskan )enomena hubungan tersebut / 1) teori makroekonomi yang dipelopori oleh 6ama (19"1/787) disatu kubu dan teori 9eske dan 5oll (19":/"7;) di kubu lain. &ua teori ini ikut mempertimbangkan pengaruh variabel ekonomi riil seperti $ross %omestic Product (9&+)# *umlah uang beredar# tingkat harga umum# tingkat bunga dan pa*ak; Saham merupakan klaim terhadap 'ash )lo(s yang dihasilkan dari aset riil. Investasi saham menghasilkan returns yang dihitung dari selisih harga pada dua titik (aktu yang berbeda dan deviden. $pabila pasar modal e)isien# maka ada hubungan antara return saham dengan variabel ekonomi riil (6ama# 1991/1;<9). $da dua teori makroekonomi yang men*elaskan tentang korelasi harga saham dengan tingkat in)lasi# yaitu teori yang dipelopori oleh =ugene 6. 6ama (19"1/787) dan teori 9eske dan 5oll (19":/"7;). Kedua teori tersebut menyatakan bah(a harga saham adalah indikator yang baik tentang aktivitas ekonomi riil# sehingga return saham dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan $ross %omestic Product (9&+) riil# kiner*a industri# corporate earnings dan employment. .eori makroekonomi yang dipelopori oleh 6ama (19"1/787) menga*ukan suatu proposisi bah(a hubungan negati) antara return saham dan tingkat in)lasi adalah karena )aktor permintaan uang. &engan menggunakan teori permintaan uang tradisional# 6ama mengklaim bah(a *ika anticipated 9&+ rendah berarti ex ante sto'k riil return rendah. &engan tingkat pena(aran uang yang tetap# anticipated 9&+ yang rendah ini menyebabkan tingkat harga umum 'enderung naik atau in)lasi. 3adi menurut 6ama# penurunan ex ante sto'k riil return adalah suatu tanda penurunan 9&+. 3ika *umlah uang beredar 'enderung tetap maka akan mengakibatkan kenaikan tingkat in)lasi. 9eske dan 5oll (19":/"7;) melihat hubungan antara return saham dan tingkat in)lasi berdasarkan pena(aran uang. +rinsip model 9eske-5oll adalah bah(a penurunan anticipated 9&+ yang berarti penurunan ex ante sto'k riil return dapat mengakibatkan penurunan penerimaan pa*ak. 3ika tingkat pengeluaran pemerintah tetap# penurunan penerimaan pa*ak ini akan mengakibatkan kenaikan de)isit anggaran yang berakibat pada in)lasi. !al ini karena pemerintah akan melakukan hutang untuk menutup de)isit anggaran. 1) teori 6isher tentang tingkat bunga yang diaplikasikan pada saham sebagai aset yang beresiko# dikembangkan oleh 3a))e dan 2andelker (19;/88); Irving 6isher mengemukakan bah(a tingkat bunga bisa diuraikan men*adi tingkat bunga riil dan premi resiko in)lasi. Berdasarkan asumsi rasionalitas# orang *uga akan menghendaki hal yang sama pada return lainnya# atau berlakunya generalisasi 6isher =))e't pada semua aset. 3a))e dan 2andelker (19;/87<) menyebut hal ini sebagai 9enerali>ed 6isher =))e't. 3a))e dan 2andelker mengu*i 6isher !ypothesis pada saham sebagai aset yang beresiko# hal yang sama dilakukan pula oleh -elson (19;/81) dan 6irth (199/8:). $sumsi yang digunakan 3a))e dan 2andelker dalam menentukan anticipated inflation adalah menggunakan 2arkov In)lationary =%pe'tation dengan beberapa modi)ikasi. :) teori yang dikembangkan oleh Bodie (19;/879) yang menganggap bah(a saham seharusnya dapat digunakan sebagai hedge terhadap in)lasi. 2asing-masing teori telah dibuktikan se'ara empirik terutama di negara ma*u yang memiliki pasar modal mapan. .elaah teori mengungkapkan bah(a in)lasi akan 'enderung meningkatkan biaya produksi dari perusahaan. Berarti margin keuntungan dari perusahaan men*adi lebih rendah dan dampak lebih lan*ut men*adikan harga sahamnya di bursa e)ek men*adi menurun. 3ika ter*adi demikian# maka penurunan tersebut 'enderung tidak akan berlangsung seketika tetapi melalui proses (aktu. &ilihat dari sisi investor# tingginya in)lasi akan mengurangi nilai keuntungan dan *uga mengurangi daya beli modal investasinya. &engan demikian *ika angka in)lasi naik# maka I!S9 akan menurun dan demikian sebaliknya. Se'ara teoretis# investasi pada saham dapat memberikan perlindungan nilai (hedge) yang baik dari pengaruh in)lasi karena saham merupakan klaim terhadap aset- aset riil. .eori tersebut dikemukakan antara lain oleh Bodie (?0ommon sto'ks as a hedge against in)lation?# 3ournal o) 6inan'e# :1# 879-8<# 19;) serta 6ama dan S'h(ert (?$sset returns and in)lation?# 3ournal o) Business# 77# 1<1-1:1# 19). Berdasarkan teori tersebut# tingkat pengembalian riil dari saham seharusnya tidak terpengaruh oleh perubahan harga-harga barang dan *asa. Berla(anan dengan harapan dari teori tersebut# kenyataan empiris di $merika Serikat ($S) menun*ukkan bah(a in)lasi dan tingkat pengembalian investasi pada saham berkorelasi se'ara negati) dalam arti in)lasi yang sangat tinggi 'enderung disertai dengan tingkat pengembalian investasi pada saham yang rendah. Kenyataan empiris di $S pada periode 197:-191 tersebut dikemukakan 6ama (?Sto'k returns# real a'tivity# in)lation and money?# $meri'an ='onomi' 5evie(# 1# 787-7;7# 19"1). Kenyataan empiris yang berla(anan dengan teori tersebut di*elaskan oleh 6ama (19"1) dengan menggunakan hipotesa pendekatan (pro%y) yang men*elaskan bah(a karena tingkat pengembalian investasi pada saham berkorelasi positi) dengan aktivitas ekonomi riil dan aktivitas ekonomi riil berkorelasi negati) dengan perubahan harga-harga barang dan *asa (in)lasi)# maka tingkat pengembalian investasi pada saham berkorelasi negati) dengan in)lasi. !ipotesa tersebut menyiratkan bah(a tingkat pengembalian investasi pada saham lebih erat terkait dengan aktivitas ekonomi riil daripada dengan in)lasi. &i sisi yang lain# studi yang dilakukan oleh Spyrou (?$re sto'ks a good hedge against in)lation@ =viden'e )rom emerging markets?# $pplied ='onomi's# :;# 81-8"# 1<<8) menyimpulkan bah(a di beberapa negara berkembang# selain Indonesia# kenyataan empiris menun*ukkan bah(a pada beberapa emerging stock markets in)lasi berkorelasi se'ara positi) dengan tingkat pengembalian investasi pada saham. Kenyataan tersebut mengindikasikan bah(a dengan tingkat in)lasi yang tinggi dapat diharapkan tingkat pengembalian investasi pada saham yang tinggi pula. 2enurut Spyrou (1<<8)# indikasi tersebut kemungkinan disebabkan oleh korelasi positi) antara in)lasi dan aktivitas ekonomi riil di banyak emerging 'ountries serta kemungkinan adanya keterkaitan erat antara kebi*akan moneter dengan kebi*akan sektor riil di negara-negara tersebut +enelitian empiris di B=3 Indonesia melalui analisis regresi dengan menghubungkan se'ara langsung (dirrect effect) antara in)lasi dengan I!S9 dalam kurun (aktu tahun 1<<: sampai 1<<7-1<<;# ternyata hasilnya tidak ditemukan bukti yang signi)ikan bah(a in)lasi berpengaruh terhadap I!S9. $rtinya penurunan I!S9 bukan karena pengaruh se'ara langsung dari kenaikan in)lasi. Sebagai ilustrasi# pada akhir 2aret 1<<8# tingkat in)lasi tahunan di Indonesia adalah sebesar 7#11 persen# suatu tingkat yang relati) rendah sepan*ang se*arah in)lasi di Indonesia se*ak tahun 199. Se*ak akhir Aktober 1<<:# I!S9 telah membukukan kenaikan yang signi)ikan# dari level ;17#77 ke level :7#;" pada akhir 2aret 1<<8. +ada periode tersebut# tingkat in)lasi di Indonesia mulai terkendali dan berada di ba(ah angka enam persen. Karena kedua hal tersebut ter*adi se'ara bersamaan# keterkaitan antara in)lasi dengan kenaikan I!S9 men*adi hal yang menarik untuk dika*i. Indonesia sebagai salah satu negara dalam kelompok emerging 'ountries memiliki kaitan antara in)lasi tahunan dan kiner*a tahunan indeks saham yang menarik untuk dika*i. Se'ara keseluruhan dalam periode 3anuari 199 hingga 2aret 1<<8# I!S9 mengalami apresiasi nilai dalam 81 dari " bulan yang diamati. 5ata-rata tingkat pengembalian investasi pada saham dan tingkat in)lasi tahunan dalam periode tersebut adalah berturut-turut sebesar 7#" persen dan 1 persen. +ada periode yang sama menun*ukkan bah(a apresiasi nilai I!S9 melebihi la*u in)lasi tahunan dalam delapan dari sepuluh bulan ketika la*u in)lasi berada di ba(ah angka empat persen. Ketika la*u in)lasi tahunan berada di antara empat sampai dengan enam persen# apresiasi nilai I!S9 melebihi la*u in)lasi dalam 1: dari 1; bulan yang diamati. Sedangkan ketika la*u in)lasi tahunan melebihi angka enam persen# apresiasi nilai I!S9 hanya melebihi la*u in)lasi dalam sepuluh dari ;1 bulan yang diamati. !asil studi yang dlakukan oleh Buki Indrayadi# tentang kaitan antara in)lasi dan kiner*a I!S9 dalam periode 3anuari 199 sampai dengan 2aret 1<<8 mengindikasikan bah(a dengan in)lasi tahunan sebesar 7#91 persen pada akhir bulan $pril 1<<8# investasi pada saham dapat diharapkan untuk memberikan tingkat pengembalian yang lebih menarik dibandingkan dengan penyimpanan uang di bank. -amun# perlu diingat bah(a investasi di bursa saham adalah investasi yang mengandung riesiko# Sebagai 'ontoh# I!S9 yang ditutup di level tertinggi baru "1"#1; pada tanggal 1 $pril 1<<8 mengalami penurunan nilai sebesar 8#1 persen men*adi 9#;< dalam empat hari perdagangan# (alaupun la*u in)lasi masih terkendali di ba(ah angka enam persen. .erlepas dari lebih sederhananya metode yang digunakan dan pendeknya rentang data dalam studi# hasil studi ini mengindikasikan bah(a pola kiner*a bursa saham Indonesia mirip dengan pola kiner*a bursa saham di $merika Serikat seperti yang dikemukakan oleh 6ama (19"1) di mana kiner*a positi) dari investasi pada saham didorong oleh tingkat in)lasi yang terkendali dan meningkatnya aktivitas ekonomi riil. .erlepas dari sentimen negati) terhadap saham-saham di B=3 yang disebabkan instabilitas politik men*elang pemilu presiden di bulan 3uli 1<<8# mulai pulihnya aktivitas ekonomi riil Indonesia tampak dari membaiknya pro)itabilitas dari emiten-emiten di B=3 pada kuartal pertama tahun 1<<8. -amun demikian# sekali lagi# pengaruh in)lasi terhadap kiner*a bursa tidak hanya dilihat pengaruh se'ara langsung tetapi *uga harus dilihat pengaruhnya se'ara tidak langsung. Se'ara metodologis dikenal pengaruh se'ara langsung (direct effect)# pengaruh se'ara tidak langsung (indirect effect) dan pengaruh total (total effect). +engaruh tidak langsung dalam hal ini yaitu in)lasi akan berpengaruh pada tingginya suku bunga dan lebih lan*ut suku bunga akan berpengaruh pada kiner*a bursa. Tingkat suku bunga Salah satu 'ara pemerintah dalam menanggulangi in)lasi adalah dengan melakukan kebi*akan menaikkan tingkat suku bunga. .ingkat suku bunga merupakan ukuran keuntungan investasi yang dapat diperoleh oleh investor dan *uga merupakan ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk menggunakan dana dari investor. !ubungan antara tingkat bunga dengan pergerakan harga saham adalah berla(anan. $pabila ter*adi kenaikan tingkat suku bunga# maka pergerakan harga saham akan menurun# sebaliknya apabila ter*adi penurunan tingkat suku bunga# maka harga saham akan naik (Bodie# et.al.# 1<<1) Semakin tinggi tingkat bunga perbankan# akan menyebabkan investor mengalihkan investasinya pada investasi di perbankan# obligasi atau aset-aset keuangan berpendapatan tetap. Karena investor mengurangi porto)olio saham dengan melepas saham maka supplay saham di bursa saham atau pasar modal meningkat dan selan*utnya akan menyebabkan penurunan harga saham tersebut. &ari berbagai )aktor ekonomi# untuk saat ini suku bunga merupakan )aktor kun'i terhadap perkembangan Bursa =)ek 3akarta. +ada tingkat suku bunga seperti sekarang ini# merupakan level yang sudah 'ukup menarik bagi investor untuk menanamkan modalnya pada investasi yang menghasilkan bunga. &ilihat dari segi risiko relati) ke'il# tetapi hasilnya yang berupa bunga sudah 'ukup menarik untuk dinikmati. 3ika suku bunga naik lagi maka akan 'enderung ter*adi pengalihan investasi dari bursa e)ek kepada alternati) investasi yang menghasilkan bunga. 2enariknya investasi dalam bursa saham *uga didorong oleh rendahnya suku bunga penyimpanan di perbankan. Suku bunga penyimpanan tersebut dapat dilihat dari dua aspek# yaitu nominal dan riil. Suku bunga penyimpanan nominal adalah suku bunga penyimpanan per tahun yang dipublikasikan oleh bank-bank setiap harinya# sedangkan suku bunga penyimpanan riil adalah suku bunga nominal dikurangi dengan la*u in)lasi pada saat yang bersangkutan. Se'ara teoretis# apabila suku bunga penyimpanan riil di suatu negara mengalami penurunan# maka investasi di bursa saham men*adi lebih menarik karena investor 'enderung untuk men'ari tingkat pengembalian yang lebih tinggi. !asil penelitian yang dilakukan oleh Sar(ono (1<<:) menun*ukkan bah(a tingkat suku bunga merupakan variabel yang mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Akty# (1<<1) yang menyebutkan bah(a )aktor ekstern yang mempunyai pengaruh besar terhadap harga saham adalah tingkat suku bunga dan in)lasi!asil penelitian empiris tentang pengaruh suku bunga terhadap I!S9 dalam kurun (aktu tahun 1<<: sampai 1<<8 di B=3# terdapat bukti yang signi)ikan bah(a suku bunga berpengaruh negati) terhadap I!S9. Semakin tinggi kenaikan suku bunga berarti akan semakin melemahkan kiner*a B=3. $ngka sensitivitasnya sekitar <#7 berarti *ika suku bunga naik 1C maka indeks harga saham gabungan akan turun <#7C. Sebaliknya *ika suku bunga turun sebesar 1C maka I!S9 akan naik sebesar <#7C. +erubahan lebih lan*ut dari suku bunga merupakan )aktor kun'i yang perlu di(aspadai. &engan menga'u hasil penelitian dengan angka sensitivitas <#7# maka *ika sampai ter*adi suku bunga naik lagi dari 11C men*adi 1:C maka 'enderung akan ter*adi penurunan kiner*a bursa e)ek atau penurunan I!S9 kembali posisi menu*u 97<-an. -amun demikian *ika suku bunga membaik atau turun kembali dari 11C ke posisi 11C atau lebih rendah lagi# maka I!S9 akan naik kembali menu*u posisi 1.1<< atau lebih tinggi lagi.