Anda di halaman 1dari 3

1.

Arti kultur jaringan


Pelaksanaan teknik kultur jaringan ini berdasarkan teori sel seperti yang ditemukan
oleh scheiden dan schwann, yaitu bahwa sel mempunyai kemampun autonom, bahkan
mempunyai kemampuan totipotensi. Totipotesi adalah kemampuan setiap sel, dari mana
saja sel tersebut diambil, apabila diletakan dalam lingkungan yang sesuai akan dapat
tumbuh menjadi tanaman yang sempurna (suryowinoto, 1991).
Kultur adalah budidaya sementara jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai
bentuk dan fungsi yang sama. Sehingga kultur jaringan adalah membudidayakan jaringan
tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya. (Daisy. P dan
Wijayani. A: 1994).
Kultur jaringan adalah suatu metode penanaman protoplas, sel, jaringan, dan organ
pada media buatan dalam kondisi aseptik sehingga dapat beregenerasi menjadi tanaman
lengkap. Salah satu aplikasi kultur jaringan yang telah dikenal secara meluas dan telah
banyak diusahakan untuk tujuan komersial adalah perbanyakan tanaman. Perbanyakan
melalui kultur jaringan yang banyak diusahakan secara komersial pada saat ini terutama di
negara-negara maju seperti Amerika, Jepang, dan Eropa.
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif.
Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian
tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media
buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup
yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi
menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan
tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang
dilakukan di tempat steril. (Daisy. P dan Wijayani. A: 1994).
Menurut (suryowinoto, 1991), kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai
tissue culture, weefsel cultuus atau gewebe kultur. Kultur adalah budidaya dan jaringan
adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Maka, kultur
jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang
mempunyai sifst seperti induknya.
Teknik kultur jaringan akan dapat berhasil dengan baik apabila syarat-syarat yang
diperlukan terpenuhi. Syarat-syarat tersebut meliputi pemilihan eksplant sebagai bahan
dasar untuk pembentukan kalus, pengunaan medium yang cocok, keadaan yang aseptik dan
pengaturan udara yang baik terutama untuk kultur cair. Meskipun pada perinsipnya semua
jenis sel dapat di tumbuhkan, tetapi sebiknya dipilih bagian tanaman yang masih muda dan
mudah tumbuh yaitu bagian meristem, misalnya: daun muda, ujung akar, ujung batang,
keping biji dan sebagainya.
Kultur jaringan akan lebih besar persentase keberhasilanya bila mengunakan
jaringan meristem. Jaringan meristem adalah jaringan muda, yaitu jaringan yang terdiri
dari sel-sel yang selalu membelah, dindingnya tipis, belum mempunyai penebalan dari zat
pektin, plasmanya penuh dan vkuolanya kecil-kecil. Kebanyakan orang mengunakan
jaringan ini untuk tissue culture. Sebab, jaringan meristem keadaanya selalu membelah,
sehingga diperkirakan mempunyai zat yang mengatur pembelahan.
Embriogenesis dimulai dengan pembelahan gel yang tidak seimbang (kalus). Kalus
biasanya terbentuk setelah eksplan dikulturkan dalam media yang mengandung auksin
Banyak faktor yang mempengaruhi embriogenesis antara lain auksin eksogen, sumber
eksplan, komposisi nitrogen yang ditambahkan dalam media dan karbohidrat (sukrosa).
Selanjutnya gel membelah terus hingga memasuki tahap globular. Pada saat tersebut sel
aktif membelah kesegala arah dan membentuk lapisan terluar yang akan menjadi
protoderm (bakal epidermis), kelompok sel yang merupakan prekursor jaringan dasar dan
jaringan pembuluhpun mulai terbentuk. Pembelahan kesegala arah tersebut terhenti ketika
pembentukan primordia kotiledon, pada saat embrio matang sudah autotrof. Embrio yang
matang akan berkecambah dan tumbuh menjadi tumbuhan yang baru pada kondisi yang
cocok (Bajaj, 1994; Dodeman dkk. 1997;Lits, 1985).
Proses pembentukan dan perkembangan embrio (embriogenesis) menentukan pola
pertumbuhan, yaitu meristem pucuk ke atas, meristem akar ke bawah, dan pola-pola dasar
jaringan lainnya berkembang pada 'axis' pucuk -akar ini, namun pada tiap tumbuhan
terdapat variasi pada proses embriogenesis.
Selanjutnya proses embriogenesis adalah bagian dari metode kultur jaringan untuk
memperoleh bibit yang banyak dan bebas virus. Planlet yang dihasilkan pada mulanya
beragam. Selanjutnya tanaman akan ditanam dilapang dan diadakan seleksi sesuai dengan
metoda pemuliaan berkali-kali sehingga diperoleh tanaman-tanaman yang unggul.
Tanaman inilah yang digunakan sebagai sumber eksplan yang bisa diperbanyak dengan
berbagai cara dilaboratorium kultur jaringan sehingga didapat bibit dalam jumlah banyak
dan seragam, metoda yang digunakan antara lain menginduksi tunas majemuk dan sub
kultur. Jika sudah diperoleh sumber eksplan yang unggul dan media yang sesuai maka
prosesnya akan berlangsung dalam waktu yang singkat dengan penambahan hormon
tumbuh dalam konsentrasi rendah.
Metode perbanyakan cepat kultur jaringan dapat dilakukan melalui:
a) Perangsangan tunas lateral untuk membentuk tunas ganda dalam jumlah yang melebihi
pertumbuhan normal. Bahan tanaman yang digunakan umumnya berupa batang yang
mempunyai 1 buku. Cara ini lebih mudah dan aman dalam mempertahankan sifat
pohon induknya.
b) Inisiasi tunas adventif langsung dari eksplan atau melalui kalus.
c) Embrio somatik.
Cara kedua dan ketiga banyak dilaporkan menyebabkan ketidakstabilan pada
turunannya karena pembentukan melalui fase kalus. Tetapi di masa mendatang, cara
embrio somatik banyak mendapat perhatian para pakar karena mempunyai segi analitis dan
komersialisasi yang sangat potensial (Watimena, 1988).

Anda mungkin juga menyukai