Anda di halaman 1dari 5

My Name is North

aku bangkit menuju lemari pendingin dan mencomot sekaleng cola dan beberapa kue kering..
rrr...rrr...
handphoneku bergetar, siapa yg mengganggu ku kali ini? Kulihat tidak ada nomor yang
tertera disana hanya tulisan private number
kudekatkan handphoneku ke telinga
hallo?
Aku menjawab dengan agak kasar,
North? sahut suara lawan bicaraku.
Suaranya serak tertahan, aku kenal dengan suara ini, aku mulai serius, dan perasaanku mulai
mengatakan ada yang tak beres diluar sana.
Yeah, ada apa, Rouge?
Dia mulai berbicara, aku diam, mataku membelalak tak percaya, cola yg ku genggam lepas
dari tanganku begitu saja. tangan ku bergetar.
ti...tidak mungkin

aku hanya bisa berkata itu.Tubuhku mulai menggigil hebat seolah tak percaya akan apa yg
barusan ku dengar. Semenit kemudian aku tersadar, aku harus cepat-cepat pergi, dan
mengemas barang-barangku. Ya.. pergi dari sini.

==================================================================

My name is North. i come from Indonesia..bla..bla..
kata-kata itu masih terngiang saat pertama kali aku menjejakan kakiku di tanah New England
ini, 5 tahun yg lalu. Dulu aku masih sekolah di SMK Negri 3 Kuningan (Jawa barat), dan
setelah kelas 2 aku dikirim ke inggris.Aku siswa yg cukup pandai. itu di buktikan dengan aku
siswa terpilih dari Indonesia untuk mengikuti program pertukaran pelajar, ini adalah bentuk
kerjasama antara Inggris dan Indonesia dalam bidang pendidikan. Tak terasa semua kejadian
itu seperti baru kemarin.
Sekarang Aku melanjutkan sekolahku ketingkat perguruan Tinggi, Oxford University.
hey you broked my pen
seorang mahasiswa culun dengan kacamata besar,rambut terbelah dua.berkulit putih, dia
sedang berhadapan dengan orang yang sengaja menjahilinya.
is it a problem?
tanya seorang Mahasiswa lain nya - yg lebih tepat di sebut sebgai tukang pukul daripada
mahasiswa- dengan nada menantang. Pria yg bertubuh tinggi besar itu mulai membuat si
culun ketakutan, akhrnya si culun pergi dan lebih memilih merelakan pulpen nya yg rusak
daripada harus berurusan dengan si 'tukang jagal'. Pria besar itupun tertawa terpingkal-
pingkal bersama teman-temannya. Huh.. pemandangan biasa yang tidak terlalu menarik
bagiku. Aku lebih memilih duduk di taman, membaca buku, atau hanya sekedar menunggu
masuk ke kelas Psikologi.

-----------------------------------------------------------------------------------------------


aku berjalan sendirian di Fourth Avenue street. hanya beberapa org yg kulihat di sepanjang
jalan itu. dan sesekali anak-anak punk meluncur sambil beratraksi dengan skateboard nya.
Para penjaga toko kadang merasa terganggu dengan kehadiran mereka yg suka berteriak
seenaknya, dan merusak beberapa bagian depan toko mereka, atau hanya sekedar mengambil
buah dan tak membayarnya. Memuakkan.
handphone ku bergetar, aku mengangkatnya dengan sedikit malas.
'hallo?'
Do you still remember me, North?' sahut suara diseberang sana.
ah.. ya bagaimana aku lupa suara itu? Sarah, seorang wanita muda seangkatanku,
berkewarganegaraan Inggris, berkulit putih, bola matanya yang biru seperti mata elang,
Tajam, dan dihiasi dengan eyeshadow di pinggiran matanya, Menunjukan bahwa dirinya
sangat begitu percaya diri dan anggun , perawakannya yang indah, rambutnya panjang
dengan warna pirang kecoklatan berkilau, digerai, dan bagian depannya dibentuk mengikuti
gaya Avril Lavigne, wajar jika banyak yang mengajaknya kencan jika malam minggu tiba,
bahkan tidak hanya malam minggu. Beberapa bulan yang lalu kami dekat, tapi sudah 2 bulan
ini kami jadi jarang bertukar kabar, mungkin dia sibuk dengan pacarnya, dan baru kali ini dia
menghubungiku lagi. ah ya.. aku harus menjawab pertanyaan nya..
'yeah. ofcourse. how are you, Sarah?'
Sepanjang perjalanan menuju apartemen, ku habiskan dengan telpon darinya, apa yang kami
bicarakan? Hal-hal tak penting yang tidak perlu kalian tahu.

----------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku menuruni tangga apartemenku dengan tertatih-tatih,aku harus cepat sebelum para Agen
itu menangkapku dan menjebloskanku ke neraka. agh... tempat itu.. aku tak sudi memasuki
nya bahkan untuk membayangkan hidup disana aku tak ingin. mengerikan. sepuluh orang
lebih rekan sekelompokku sudah menjadi budak disana, dan aku tak berminat mengikuti jejak
mereka.
Beberapa hari yang lalu, Rouge mendapatkan telephone misterius. Entah apa yang orang
misterius itu katakan, alat pendeteksi signal tak sempat menemukan lokasi keberadaannya.
Terlalu singkat.
Aku menuju dimana sekarang Rouge berada. Sebuah rumah yang agak jauh dari perkotaan,
dan terletak di antara rumah-rumah yang lainnya. Tidak ada yang mengetahui tempat ini
sebagai markas kami.
Kulihat sekitar terlihat aman dan tak ada tanda-tanda kekacauan. Aku berinisiatif memasukan
mobilku ke dalam garasi. Aku mengetuk pintu. Lalu seorang pria berumur sekitar 50 tahunan
membukakan pintu. Penampilannya terlihat biasa, dan sama seperti kebanyakan pria
seumurannya, dengan perut agak mengembung dan rambut yang mulai memutih serta syal
warna merah marun yang selalu ia pakai. Ia adalah Rouge. Jauh dari kesan penampilannya
yang seperti tua renta itu, ia adalah senior yang mengajariku semua tentang organisasi ini.

Soal penampilannya pernah suatu kali aku menertawakannya. Pada saat itu musim panas dan
tak seorangpun menggunakan jaket ataupun pakaian hangat. Tetapi ia tetap saja memakai
syal itu. Dan tentu saja pakaian musim panasnya sama sekali tidak cocok ia pakai.
Rouge, apakah kau serius dengan syal itu? Pffft..
Ia menanggapi sambil tersenyum
North, mungkin kau harus belajar sedikit tentang cara mencintai seseorang yang sudah di
surga
Lalu ia pun memacu mobilnya.

Rouge menghela nafas panjang, sesekali ia melihat keluar jendela memastikan semuanya
aman.
kau yakin tak ada yang mengikutimu?
Sahut Rouge setengah sangsi.
kau masih saja menganggapku masih pemula, Rouge
bukan, bukan seperti itu, akhir-akhir ini polisi mulai mencium dan serius menangani
kelompok kita, Kau tahu, kan? Kita harus tetap waspada pada orang-orang sekitar kita
Rouge menceramahiku lagi.
ya benar, aku tak tahu kenapa mereka bisa mendapatkan informasi apartemenku.
Aku menyalakan sebatang rokok.
Rouge kembali melihat ke luar jendela.
lalu, kira-kira apa yang akan kita katakan pada Morza?
Morza, adalah pimpinan tertinggi kelompok, kami tak pernah tau wajahnya. Rouge pernah
bertemu dengannya sekali. Menurut kabar, ia pemimpin yang buruk. Pembunuhan, Narkoba,
penyelundupan senjata, semua itu adalah bisnisnya.


BRAK!!
MANA MUNGKIN DIA SUDAH TIDAK ADA!!?
Komandan Gordon memukul meja di depannya, suaranya begitu menggelegar hingga
membuat kelima mata-mata di depannya sedikit terjengkang.

Kau, Raymond! Bukankah seharusnya kau yang menjaga pintu belakang apartemen?

Raymmond, ia membetulkan letak kacamatanya, ia tak tahu harus menjawab apa. Entah
kenapa ada sisi belakang lain yang tak terawasi olehnya, apakah dia begitu cepat hingga tak
terlihat olehku?

Robert! Sedang apa kau sebenarnya? Apa teropong itu sudah tak berfungsi?!
Robert menghembuskan asap rokok yang terasa pahit kali ini. Teropong yang menggantung
di lehernya ia goyang-goyangkan.

dan kalian bertiga, Joseph, Burges, Barto, sudah ku katakan bukan? kalian jangan lengah!?
Dia adalah kunci menuju Morza!

Gordon memandang kelima mata-mata itu satu persatu.
dimana Aero? kata Gordon kemudian.
Kelima orang di depan Gordon saling berpandangan, mereka bahkan tak tahu kemana teman
mereka yang satunya pergi.
Sialan itu, seharusnya dia tahu posisi nya tadi
Gordon menggeram.
Kejar bajingan itu sekarang, jangan sampai kita kehilangan jejak, tanyai jika ada saksi yang
melihat pergerakannya. Jangan lengah lagi. Gordon mengakhiri sesi kemarahanya, lalu pergi
keluar apartemen itu dengan menggunakan mobilnya.

Sial, apa aku salah liat? Dia lihai sekali ujar Raymond sambil memandang keluar jendela.
padahal kita sudah mengepungnya, dia keluar sebelum polisi kita mengepung apartemen ini
Burges mengamati kaleng Cola yang tergeletak di meja itu, isinya berhamburan kemana-
mana seperti habis dijatuhkan oleh pemiliknya.

Baiklah, tak mungkin kita terus menunggu disini, dia tak akan datang sendiri. Barto berdiri
dari tempat duduknya lalu keluar.
Mau kemana kau Barto? Burges merasa tersinggung.
menurutmu? Apa kau akan terus menunggu disini?
Barto berlalu.
Hey Barto, Aku ikut! Joseph mengikutinya dari belakang.
jangan lupa, bawa semua barang bukti itu, Burges. Kata Joseph kemudian berlari menuju
mobil dimana Barto berada.
Cih! Barto mendelik.

Robert mematikan rokoknya, dia pun ikut keluar,
Ayo kita kejar mereka.






































CHAPTER 2

CRUSH!!
Lelaki itu menyalakan pemantik api dan menyalakan rokoknya.
Bingo!
Ia sedang mengamati mobil yang baru saja masuk ke dalam garasi yang sedari tadi ia ikuti.
Telepon di sampingnya bordering.
ya? Ada apa komandan?
Aero! Dimana kau? Sebaiknya kau memberikan alasan yang masuk akal kenapa kau tidak
ada di gedung itu?
aku akan memberikan laporan yang bagus komandan, beberapa menit lagi aku akan ke
markas
Sahut Aero dengan nada tenang. Kemudian ia memacu mobilnya dengan kencang.

Anda mungkin juga menyukai