Anda di halaman 1dari 57

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejang Demam atau febrile convulsion merupakan bangkitan kejang
yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38C) yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.Kejang demam merupakan
kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada
golongan umur 6 bulan sampai tahun. !ampir 3" dari pada anak yang
berumur diba#ah $ tahun pernah
menderitanya. Kejang demam jarang
terjadi setelah usia $ tahun, anak laki%laki lebih sering menderita kejang
demam dengan insiden sekitar dua kali lipat lebih sering dibandingkan anak
perempuan.!al tersebut disebabkan karena pada #anita didapatkan maturasi
serebral yang lebih &epat dibandingkan laki%laki ('gastiyah, ())$).
*
+enyebab kejang demam masih belum dapat dipastikan. +ada sebagian
besar anak, tingginya suhu tubuh menjadi ,aktor pen&etus serangan kejang
demam. -iasanya suhu demam lebih dari 38,8
)
C dan terjadi pada saat suhu
tubuh naik dan bukan pada saat setelah terjadinya kenaikan suhu tubuh yang
lama. Kadang%kadang kejadian ini menjadi petunjuk a#al terjadinya sakit
yang dramatis. Kejang demam biasanya menyertai in,eksi saluran na,as atau
in,eksi gastrointestinal. .elain itu kejang demam juga sering disebabkan
2
in,eksi saluran perna,asan atas, otitis media, pneumonia, gastroentheritis, dan
in,eksisaluran kemih (Donna / 0ong, ())8).
Kejang demam terdiri dari demam kejang sederhana, dan demam kejang
kompleks. Kejang demam sederhana tidak menyebabkan kelumpuhan,
meninggal atau gangguan kepandaian. 1esiko untuk menjadi epilepsi
dikemudian hari juga sangat ke&il, sekitar (" hingga 3". 1isiko terbanyak
adalah berulang demam kejang, yang dapat terjadi pada 3)" sampai $)"
anak. 1isiko%risiko tersebut lebih besar pada demam kejang kompleks
(.abrina, ())8)
.etiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung
dari tinggi rendahnya ambang kejangnya seorang anak pada kenaikan suhu
tertentu.+ada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang sudah terjadi
pada suhu 38C sedangkan pada anak yang ambang kejang yang tinggi, kejang
baru terjadi pada suhu )C atau lebih. (2aulana, ())3)
+enelitian terhadap 3* pasien dengan demam sederhana , tidak terdapat
kelainan pada 45, tetapi pada pasien kejang demam yang sebelumnya kelainan
bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan
kerusakan sel%sel otak. .alah satu masalah dapat mengakibatkan &a&at ,isik,
perkembangan pada anak. +asien dengan kejang demam, tidak ditemukan
kelainan pada 45, tetapi pada pasien kejang demam sebelumnya yang
mengalami kejang demam ditemukan gangguan perkembangan atau kelainan
neurologis akan di dapat 45 yang lebih rendah dibandingkan dengan
3
saudaranya. 6ika kejang demam diikuti dengan terulangnya kejang tanpa
demam, retardasi mental akan terjadi $ kali lebih besar. ('gastiyah, ())$)
0orld !ealth 7rgani8asion (0!7) memperkirakan pada tahun ()))
terdapat lebih dari (*,6$ juta penderita kejang demam dan lebih dari (*6 ribu
diantaranya meninggal. Kejadian kejang demam diperkirakan (%" di
9merika .erikat dan :ropa -arat. Di 9sia dilaporkan lebih tinggi, kira%kira
()" kasus merupakan kejang demam kompleks. ;mumnya kejang demam
timbul pada tahun dua kehidupan (*<%(3 bulan). (2ansjoer, ()))).
-erdasarkan hasil prasur=ey di 4ndonesia pada bulan 9pril ())3 terdapat
*$ kasus kejang demam, 8)" (** kasus) disebabkan oleh in,eksi saluran
perna,asan, ( pasien kejang demam meninggal dengan obser=asi 2eningitis
dan :n&heoalitis. (>eguh .ubianto,())3). Di 4ndonesia khususnya didaerah
tegal, 6a#a >engah ter&atat 6 balita meninggal akibat serangan demam
kejang, dari 6( kasus penderita demam kejang (Kun&oro, ())3)
-erdasarkan hasil sur=ey di .umatra -arat di dapatkan kejang demam
yang terjadi sebanyak 6)" dan yang meninggal *)" dan setelah itu
berdasarkan dari data penelitian di rumah sakit 1.;+. Dr. 2. D6924/
+9D9'? pada tiga tahun terakhir,anak yang terkena kejang demam pada
tahun ()** perempuan sebanyak (,8" dan laki%laki sebanyak $<,*",
sedangkan pada tahun ()*( perempuan sebanyak 33,(" dan laki%laki
sebanyak 66,8" dan pada tahun ()*3
4
Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan
pertolongan segera. Diagnosa se&ara dini serta pengelolaan yang tepat sangat
diperlukan untuk menghindari &a&at yang lebih parah, yang di akibatkan
bangkitan kejang yang sering. ;ntuk itu tenaga pera#at @ paramedi& di tuntut
untuk berperan akti, dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu
memberikan asuhan kepera#atan kepada keluarga dan penderita yang meliputi
aspek promoti,, pre=enti,, kurati,, dan rehabilitas se&ara terpadu dan
berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh
se&ara bio%psiko%sosial%spiritual. +eran pera#at sebagai promoti, yaitu
memberikan penyuluhan atau pengarahan pada keluarga tentang &ara
mengatasi demam kejang dengan menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
serta akibat dari demam kejang, sedangkan peran per#at sebagai pre=enti,
yaitu melakukan pen&egahan terhadap demam kejang yaitu dengan &ara bila
anak mengalami demam segera kompres dengan air hangat, berikan
pakaianyang tipis pada anak dan berikan anak banyak minum air putih.
-erbeda lagi dengan peran pera#at sebagai kurati, yaitu memberikan
pengobatan dengan asuhan kepera#atan tetapi biasanya dalam memberikan
pengobatan pera#at berkolaborasi dengan tim medis lainnya untuk
pengobatan yang lebih maksimal. Contoh obat tradisionalnya yaitu Daun
6eruk manis yang besar se&ukupnya, &uka en&er se&ukupnya, diremas%remas
lalu dikompres di kepala dan diperbarui bila kepala sudah kering. +eran
pera#at yang terakhir sebagai rehabilitati, yaitu proses penyembuhan dari
5
demam kejang yitu dengan &ara menjaga kesehatan anak dari penyebab
demam kejang. (?rande 4/, ())3).
2elihat peranan pera#at diharapkan untuk mensosialisasikan
pen&egahan terhadap kejang demam dengan &ara mengadakan penyuluhan
kesehatan dan memberikan pendidikan kesehatan tentang kejang demam
kepada ibu%ibu balita agar berpatisipasi akti, dalam menanggulangi penyakit
dan pen&egahan penyakit. Dan berdasarkan data indeks penyakit di instalansi
ra#at inap 1.;+ Dr.2.Djamil banyak anak menderita penyakit Kejang
Demam.>ingginya angka kejadian Kejang Demam membuat penulis tergerak
untuk melakukan studi kasus dengan judul Asuhan Keperawatan Pada
Anak dengan Kejang Demam Di RUP Dr! "!Djamil Padang!#
B. Rumusan "asalah
-erdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada laporan
kasus, bagaimana asuhan kepera#atan yang komprehensi, pada anak dengan
Kejang Demam di bangsal anak 1.;+ Dr. 2.Djamil +adang.
C. $ujuan
1. $ujuan Umum
2engaplikasikan ilmu yang sudah didapat se&ara nyata dalam memberikan
asuhan kepera#atan pada anak dengan Kejang Demam se&ara
komprehensi, di -angsal 9nak 1.;+ Dr. Djamil +adang.
6
2. $ujuan Khusus
a. 2ampu melaksanakan pengkajian se&ara menyeluruh pada anak
dengan Kejang Demam.
b. 2ampu menganalisa dan menentukan masalah kepera#atan pada anak
Kejang Demam.
c. 2ampu merumuskan inter=ensi kepera#atan yang timbul pada anak
denan Kejang Demam.
d. 2ampu menerapkan implementasi kepera#atan pada anak dengan
Kejang Demam.
e. 2ampu menge=aluasi tindakan kepera#atan pada anak dengan Kejang
Demam.
f. 2ampu mendokumentasikan setiap tindakan yang diberikan pada anak
dengan Kejang Demam.
D. "an%aat
.tudi kasus berman,aat se&ara praktis sebagai berikut A
*. Bagi Penulis
.tudy kasus bergunan untuk menerapkan ilmu yang telah didapat dan
untuk menambah #a#asan penulis.
(. Bagi Klien
7
Dengan adanya study kasus ini, klien bisa mendapatkan asuhan
kepera#atan yang komprehensi,.
3. Bagi RUP Dr! "! Djamil Padang
.ebagai bahan re,erensi bagi tenaga kepera#atan yang bertugas di -angsal
9nak 1.;+ Dr. 2.Djamil +adang.
. Bagi Akademik
.ebagai bahan re,erensi bagi mahasis#a%mahasis#i .>4Kes
2:1C;-9K>469B9 +adang dalam menerapkan 9suhan Kepera#atan
pada anak dengan Kejang Demam.
BAB II
$IN&AUAN PU$AKA
A. K'nsep Dasar
1. Pengertian
Kejang (kon=ulasi) merupakan akibat dari pembebasan listrik yang
tidak terkontrol dari sel sara, korteks serebral yang ditanda dengan
serangan tiba%tiba, terjadi gangguan kesadaran ringan, akti,itas motorik ,
dan atau gangguan ,enomea sensori. +enyebab kejang pada anak dapat
disebabkan karena in,eksi, kerusakan jaringan otak dan ,aktor lain yang
dapat menyebabkan gangguan pada ,ungsi otak. (Doengus,())))
8
Demam Kejang atau febril convulsion adalah bangkitan kejang
yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38C) yang
disebabkan oleh proses ekstrakranium. ('gastiyah,())$)
Kejang Demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering
dijumpai pada anak, terutama pada golongan umur 6 bulan sampai $
tahun. !ampir " dari pada anak yang berumur diba#ah $ tahun pernah
menderitanya. Kejang demam jarang terjadi setelah usia $ tahun, anak
laki%laki lebih sering menderita kejang demam dengan insiden sekitar dua
kal4 lipat lebih sering dibandingkan anak perempuan (Donna /. 0ong,
())8)
<
Kejang Demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya
terjadi antara umur 3 bulan sampai $ tahun, berhubungan dengan demam
tetapi tidak pernah terbukti adnya in,eksi intrakranial atau penyebab
tertentu. 9nak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang
dari minggu tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang demam harus
dibedakan dengan epilepsi,yaitu yang ditandai denagn kejang berulang
tanpa demam. (9ri, 2ansjoer, ())))
(. Eti'l'gi
!ingga kini penyebab kejang demam masih belum dapat
dipastikan .+ada sebagian besar anak, tingginya suhu tubuh, bukan
ke&epatan kenaikan suhu menjadi ,aktor pen&etus serangan kejang demam.
-iasanya suhu demam lebih dari 38,8C dan terjadi pada saat suhu tubuh
9
naik dan bukan pada saat setelah terjadinya kenaikan suhu yang lama.
Kadang%kadang kejadian ini menjadi petunjuk a#al terjadinya sakit yang
dramatis. Kejang demam biasanya sering disebabkan oleh hipoksia
pranatal atau perinatal, in,eksi (in,eksi saluran atas atau in,eksi
gastrointestinal), mal,ormasi kongenital, gangguan metabolik, pneumonia,
&idera kepala, penyalah gunaan obat%obatan, in,eksi saluran kemih,
roseola, otitis media akut. 4munisasi juga merupakan ,aktor pen&etus
serangan a#al kejang demam pada anak yang mudah menderita kejang
demam. ( Donna /. 0ong, ())8)
9da beberapa ,aktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan
kejang demam, misalnya A
a. Caktor +resdiposisi A
*. Keturunan, orang tua yang memiliki ri#ayat kejang sebelumnya
dapat diturunkan pada anaknya.
(. ;mur, (lebih sering pada umur D $ tahun), karena sel otak pada
anak belum matang sehingga mudah mengalami perubahan
konsentrasi ketika mendapatkan rangsangan tiba%tiba.
b. Caktor +resipitasi
*. Demam itu sendiri.
(. :,ek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan =irus)
terhadap otak.
3. 1espon alergik atau keadaan imun yang abnormal dan in,eksi.
10
. Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan elektrolit
sehingga mengganggu homeostatis kimia#i neuron sehingga
terjadi kelainan depolarisasi neuron misalnya hiponatremia,
hypernatremia, hipoglikemia, hipokalsemia,hipomagnesemia.
$. :nse,alitis =iral (radang otak akinat =irus) yang ringan yang tidak
di ketahui
6. Demam yang disebabkan oleh imunisasi juga dapat mempro=okasi
kejang demam, terutama didapatkan setelah imunisasi pertusis
(D+>) dan 2orbili (&ampak). (+ro,.Dr. /umantobing, ()))
2enurut sta, pengajar ilmu kesehatan anak CK;4, ,aktor presipitasi
kejang demam &enderung timbul ( jam pertama pada #aktu demam atau
dimana demam mendadak tinggi karena in,eksi perna,asan bagian atas.
Demam lebih sering di sebabkan oleh =irus dari pada bakterial.
3. "ani%estasi Klinis
>anda dan gejala yang biasa mun&ul pada penderita kejang demam
adalah A
a. .uhu tubuh anak (suhu rektal) lebih dari 38
)
C.
b. ;mumnya kejang demam berlangsung singkat
&. >imbulnya kejang yang bersi,at tonik, klonik, ,okal atau akinetik.
-eberapa detik setelah kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi
11
apapun tetapi beberapa saat kemudian anak terbangun dan sadar
kembali tanpa de,isit neurologis dan tanpa kelainan persara,an.
d. .aat kejang anak tidak berespon terhadap rangsangan seperti A
panggilan dan &ahaya, mata anak terbalik keatas dengan disertai
kekakuan atau kelemahan. (9ri, 2ansjoer,())))
.elain itu pedoman mendiagnosis demam kejang menurut /i=ing
.tone (dimodi,ikasi oleh .ubbagian 9nak CK;4%1.C2 6akarta) juga
dapat kita jadikan pedoman untuk menentukan mani,estasi klinik demam
kejang, antara lainA
a) ;mur anak saat kejang antara 6 bulan sampai tahun.
b) Kejang hanya berlangsung tidak lebih dari *$ menit.
&) Kejang bersi,at umum (tidak hanya pada satu bagian tubuh seperti otot
rahang saja).
d) Kejang timbul *6 jam pertama setelah timbulnya demam.
e) +emeriksaan system persara,an sebelum dan setelah kejang tidak ada
kelainan.
,) +emeriksaan elektro en&hephaloghrapy (::?) dalam kurun #aktu *
minggu atau lebih setelah suhu normal tidak di jumpai kelainan.
g) Crekuensi kejang dalam #aktu * tahun tidak lebih dari kali.
('gastiyah, ())$)
4. Anat'mi (isi'l'gi

12
( ?ambar *. 9natomi susunan sara, (+ear&e, ())3)
.eperti yang dikemukakan .yai,uddin (())6), bah#a system sara,
terdiri dari system sara, pusat (sentral ner=ous system) yang terdiri dari
&erebellum, medulla oblongata dan pons (batang otak) serta medulla
spinalis (sumsum tulang belakang), system sara, tepi (peripheral ner=ous
system) yang terdiri dari ner=us &ranialis (sara,%sara, kepala) dan semua
&abang dari medulla spinalis, system sara, gaib (autonomi& ner=ous
system) yang terdiri dari sympatis (sistem sara, simpatis) dan
parasymphatis (sistem sara, parasimpatis).
7tak berada di dalam rongga tengkorak (&a=um &ranium) dan
dibungkus oleh selaput otak yang disebut meningen yang ber,ungsi untuk
melindungi struktur sara, terutama terhadap resiko benturan atau
gun&angan. 2eningen terdiri dari 3 lapisan yaitu duramater, ara&hnoid dan
piamater.
.istem sara, pusat (Central 'er=ous .ystem) terdiri dari A
13
a. Cerebrum (otak besar)
2erupakan bagian terbesar yang mengisi daerah anterior dan
superior rongga tengkorak di mana &erebrum ini mengisi &a=um
&ranialis anterior dan &a=um &ranialis media.
Cerebrum terdiri dari dua lapisan yaitu A Corteks &erebri dan
medulla &erebri. Cungsi dari &erebrum ialah pusat motorik, pusat
bi&ara, pusat sensorik, pusat pendengaran @ auditorik, pusat penglihatan
@ =isual, pusat penge&ap dan pembau serta pusat pemikiran.
.ebagian ke&il substansia gressia masuk ke dalam daerah
substansia alba sehingga tidak berada di &orteks &erebri lagi tepi sudah
berada di dalam daerah medulla &erebri. +ada setiap hemis,er &erebri
inilah yang disebut sebagai ganglia basalis.
Bang termasuk pada ganglia basalis ini adalah A
*) >halamus
2enerima semua impuls sensorik dari seluruh tubuh, ke&uali
impuls pembau yang langsung sampai ke korteE &erebri. Cungsi
thalamus terutama penting untuk integrasi semua impuls sensorik.
>halamus juga merupakan pusat panas dan rasa nyeri.
() !ypothalamus
>erletak di in,erior thalamus, di dasar =entrikel 444
hypothalamus terdiri dari beberapa nukleus yang masing%masing
mempunyai kegiatan ,isiologi yang berbeda. !ypothalamus
14
merupakan daerah penting untuk mengatur ,ungsi alat demam
seperti mengatur metabolisme, alat genital, tidur dan bangun, suhu
tubuh, rasa lapar dan haus, sara, otonom dan sebagainya. -ila
terjadi gangguan pada tubuh, maka akan terjadi perubahan%
perubahan. .eperti pada kasus kejang demam, hypothalamus
berperan penting dalam proses tersebut karena ,ungsinya yang
mengatur keseimbangan suhu tubuh terganggu akibat adanya
proses%proses patologik ekstrakranium.
3) Cormation 1eti&ularis
>erletak di in,erior dari hypothalamus sampai daerah batang
otak (superior dan pons =aroli) ia berperan untuk mempengaruhi
akti,itas &orteE &erebri di mana pada daerah ,ormatio reti&ularis ini
terjadi stimulasi @ rangsangan dan penekanan impuls yang akan
dikirim ke &orteE &erebri.
b. .erebellum
2erupakan bagian terbesar dari otak belakang yang menempati
,ossa &ranial posterior. >erletak di superior dan in,erior dari &erebrum
yang ber,ungsi sebagai pusat koordinasi kontraksi otot rangka.
.ystem sara, tepi (ner=us &ranialis) adalah sara, yang langsung
keluar dari otak atau batang otak dan mensara,i organ tertentu. 'er=us
&ranialis ada *( pasang A
*) '. 4 A 'er=us 7l,aktorius (!ilangnnya daya penghiduan)
() '. 44 A 'er=us 7ptikusm (>ajam penglihatan)
15
3) '. 444 A 'er=us 7kulamotorius (+ergerakan bola mata)
) '. 4F A 'er=us >roklearis (+ergerakan bola mata kearah
ba#ah dalam)
$) '. F A 'er=us >rigeminus (+emeriksaan motorik)
6) '. F4 A 'er=us 9bdu&en (+ergerakan bola mata ke lateral
atau samping)
<) '. F44 A 'er=us Casialis (+emeriksaan ,ungsi motorik)
8) '. F444 A 'er=us 9kustikus (+edengaran dan dan
keseimbangan)
3) '. 4G A 'er=us ?losso,aringeus (+emeriksaan motorik)
*)) '. G A 'er=us Fagus (+emeriksaan bersamaan dengan ner=us
4G)
**) '. G4 A 'er=us 9&&esorius (2emeriksa tonus)
*() '. G44 A 'er=us !ipoglosus.(?angguan pergerakan lidah)
.ystem sara, otonom ini tergantung dari system sistema sara, pusat
dan system sara, otonom dihubungkan dengan urat%urat sara, a,erent
dan e,,erent. 2enurut ,ungsinya system sara, otonom ada ( di mana
keduanya mempunyai serat pre dan post ganglionik yaitu system
simpatis dan parasimpatis.
Bang termasuk dalam system sara, simpatis adalah A
*) +usat sara, di medulla ser=ikalis, torakalis, lumbal dan seterusnya
() ?anglion simpatis dan serabut%serabutnya yang disebut trunkus
symphatis
16
3) +leksus pre =ertebral A +ost ganglionik yg di&abangkan dari
ganglion kolateral.
.ystem sara, parasimpatis ada ( bagian yaitu A
.erabut sara, yang di&abagkan dari medulla spinalisA
*. .erabut sara, yang di&abangkan dari otak atau batang otak
(. .erabut sara, yang di&abangkan dari medulla spinalis.
( /ynn .. -i&kley, ())3 )
$. Pat'%isi'l'gi
;ntuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak
diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. -ahan baku untuk
metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. .i,at proses itu adalah
oksidasi dengan perantaraan ,ungsi paru%paru dan diteruskan ke otak
melalui sistem kardio=askular.
Dari uraian tersebut dapat diketahui bah#a sumber energi otak adalah
glukosa yang melalui proses oksidasi dipe&ah menjadi C7H dan air. .el
dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid
dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel
neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K
I
) dan sangat sulit
dilalui oleh ion natrium ('9
I
) dan elektrolit lainnya, ke&uali ion klorida
(C/). 9kibatnya kosentrasi K
I
dalam sel neuron tinggi dan kosentrasi 'a
I
rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaaan sebaliknya. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat
perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari
17
neuron. ;ntuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan
energi dan bantuan en8im 'a%K 9>+%ase yang terdapat pada permukaan
sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah olehA
a. +erubahan kosentrasi ion diruang ekstraseluler.
b. 1angsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis,kimia#i
atau aliran listrik dari sekitarnya.
&. +erubahan pato,isiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan.
+ada keadaan demam kenaikan suhu *J C akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal *)%*$" dan kebutuhan oksigen akan
meningkat ()".+ada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak
men&apai 6$" dari seluruh tubuh di bandingka dengan orang de#asa yang
hanya *$$. 7leh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam #aktu yang singkat
terjadi di,usi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran
tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. /epas muatan listrik
ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke
membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut
KneurotransmitterL dan terjadi kejang. >iap anak mempunyai ambang
kejang yang berbeda dan tergantung tinggi rendahnya ambang kejang
seseorang anak akan menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. +ada
anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu
18
38J C sedangkan pada anak yang ambang kejang tinggi kejang baru terjadi
bila suhu men&apai )J C atau lebih. Dari kenyataan ini dapat disimpukan
bah#a berulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan
ambang kejang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu
memperhatikan pada tingkat suhu beberapa pasien menderita kejang.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak
berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. >etapi kejang yang
berlangsung lama (lebih dari *$ menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet
yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan
oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung
yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan
makin meningkatnya akti=itas otot dan selanjutnya menyebabkan
metabolisme otak meningkat. 1angkaian kejadian diatas adalah ,aktor
penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya
kejang lama. Caktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan
timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.
Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat
serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi KmatangL
dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Karena
itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan
anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi. ('gastiyah, ())$)
19
20
6. )*+
um,er -Ngasti.ah/ 0112
21
<. Klasi%ikasi
a) Kejang parsial (,okal,lokal)
1) Kejang parsial sederhana
Kesadaran tidak terganggu, dapat men&akup satu atau lebih hal
berikut ini A
>anda%tanda motoris, kedutan pada #ajah, atau salah satu sisi
tubuh, umumnya gerakan setiap kejang sama.
>anda dan gejala otonomik A muntah, berkeringat, muka merah,
dilatasi pupil.
?ejala somatosensoris atau sensoris khusus A mendengar musik,
merasa seakan jauh dari udara, parestesia. ?ejala psikis A rasa
takut, =isi panoramik.
2) Kejang parsial kompleks
>erdapat gangguan kesadaran, #alaupun pada a#alnya sebagai
kejang parsial simpleks. Dapat men&akup otomatisme atau gerakan
otomatik A menge&ap % nge&apkan bibir, mengunyah, gerakan
menongkel yang berulang%ulang pada tangan dan gerakan tangan
lainnya. Dapat tanpa otomatisme A tatapan terpaku.
b) Kejang umum (kon=ulsi atau non kon=ulsi)
1) Kejang absens
22
?angguan ke#aspadaan dan responsi=itas. Ditandai dengan
tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari *$ detik.
9#itan dan akhiran &epat, setelah itu kembali #aspada dan
konsentrasi penuh.
2) Kejang mioklonik
Kedutan % kedutan in=olunter pada otot atau sekelompok otot yang
tejadi se&ara mendadak. .ering terlihat pada orang sehat selama
tidur tetapi bila patologik berupa kedutan%kedutan sinkron dari
bahu, leher, lengan atas dan kaki. ;mumnya berlangsung kurang
dari $ detik dan terjadi dalam kelompok. Kehilangan kesadaran
hanya sesaat.
3) Kejang tonik klonik
Dia#ali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum
pada otot ekstremitas, batang tubuh dan #ajah yang berlangsung
kurang dari * menit. Dapat di sertai hilangnya kontrol usus dan
kandung kemih. .aat tonik diikuti klonik pada ekstremitas atas dan
ba#ah. .erta tanda /etergi, kon=ulsi dan tidur dalam ,ase posti&tal.
4) Kejang atonik
!ilangnya tonus se&ara mendadak sehingga dapat menyebabkan
kelopak mata turun, kepala menunduk, atau jatuh ke tanah. .ingkat
dan terjadi tanpa peringatan. (Ce&ily /. -et8, ())3)
23
8. Penatalaksanaan
a. +enatalaksanaan dirumah
Karena penyakit demam kejang sulit di ketahui kapan mun&ulnya,
maka orang tua atau pengasuh anak perlu di beri bekal untuk di beri
tindakan a#al pada anak yang mengalami demam kejang. >indakan
a#al antara lain A
1) .aat timbul serangan kejang segera pindah kan anak ketempat yang
aman seperti di lantai yang di beri alas lunak tapi tipis, jauh dari
benda M benda berbahaya seperti gelas dan pisau
2) +osisi kepala anak hiperektensi, pakaian di longgarkan. Kalau takut
lidah anak tergigit di berikan tong spatel yang di bungkus dengan
kasa atau kain, kalau tidak ada dapat di berikan sendok makan
yang di balut dengan kasa atau air bersih
3) Fentilasi ruangan harus &ukup. 6endela dan pintu di buka supaya
terjadi pertukaran oksigen lingkungan.
4) Kalau anak mulutnya masih dapat di buka sebagai pertolongan
a#al dapat di berikan antipiretik seperti aspirin dengan dosis 6) mg
@ tahun @ kali (maksimal 3 kali)
5) Kalau memungkinkan sebaiknya orang tua atau pengasuh dirumah
menyediakan dia8epam (melalui dokter keluarga) peranus sehingga
saat serangan kejang anak dapat segera di berikan. Dosis peranus $
24
mg untuk berat badan kurang dari *) kg, kalau berat badan lebih
dari *) kg maka akan di berikan dosis *) mg. ;ntuk dosis rata%rata
pemberian peranus adalah ), M ),6 mg @ kg--.
6) Kalau beberapa menit kemudian tidak membaik atau tidak
tersedianya dia8epam maka segera ba#a anak kerumah sakit.
b. +enatalaksanaan Di 1umah .akit
1) .aat timbul kejang maka penderita diberikan obat dia8epam
intra=ena se&ara perlahan dengan panduan dosis ),$ M ),<$ mg@kg
-- untuk berat badan kurang dari *) kg, kalau berat badan di atas
() kg maka akan di berikan dosis ),$ mg@kg --. ;ntuk dosis rata%
rata pemberi adalah ),$ mg@kg--@kali pemberian dengan maksimal
dosis pemberian $ mg pada anak kurang dari $ tahun. +emberian
tidak boleh melebihi $) mg suntikan.
2) +embebasan jalan na,as dengan &ara kepala posisi hiperektensi
miring, pakaian di longgarkan dan pengisapan lendir. -ila tidak
membaik dapat dilakukan intubasi endotrakel atau trakeostomi.
3) +emberian oksigen, untuk membantu ke&ukupan per,usi jaringan.
4) +emberian &airan intra=ena untuk men&ukupi kebutuhan dan
memudahkan dalam pemberian terapi intra=ena. Kebutuhan &airan
rata%rata untuk anak terlihat pada tabel berikut A
25
5) +emberian kompres hangat untuk membantu menurunkan suhu
tubuh.
6) 9pabila terjadi peningkatan tekanan intrakranial maka perlu obat%
obatan untuk mengurangi edem otak
7) ;ntuk pengobatan rumahan setelah pasien terbebas kejang pas&a
pemberian dosis dia8epam, maka perlu diberikan obat ,enobarbital
8) +engobatan penyebab. Karena yang menyebabkan terjadinya
kejang adalah kenaikan suhu tubuh. ('gastiyah, ())$)
9. K'mplikasi
Komplikasi tergantung pada A
a. 1i#ayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
b. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan sara, sebelum anak
menderita demam kejang
c. Kejang berlangsung lama atau kejang tikal
-ila terdapat paling sedikit ( atau 3 ,aktor tersebut di atas, maka
kemudian hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar *3"
dibandingkan bila hanya * atau tidak ada sama sekali ,aktor tersebut.
.erangan kejang tanpa demam hanya (%3 " saja
26
!emiparesis biasanya terjadi pada klien yang mengalami kejang lama
(berlangsung lebih dari 3) menit). Demam kejang yang berlangsung lama
dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsy.
Bang sering terjadi pada kejang demam adalah ('gastiyah, ())$)
a. +neumonia 9spirasi
b. :pilepsi
c. 1etardasi 2ental, terjadi pada pada penderita kejang lama (biasanya
kejang berlangsung lebih dari 6 jam) baik bersi,at umum atau lokal.
d. Cedera ,isik,khususnya laserasi dahi dan dagu. (Ce&ily /. -et8, ())3)
10. Pemeriksaan Diagn'stik
a. +emeriksaan laboratorrium
1. :lektrolit A elektrolit tidak seimbang dapat berpengaruh @ menjadi
predisposisi pada akti=itas kejang.
2. ?lukosa A hipoglikemi ('ormal 8)%*() mg@dl)
3. ;reum @ kreatinin meningkat (;reum normal *)%$) mg@dl dan
kreatinin normal D * , mg@dl)
4. .el darah merah ( !- ) menurun (*%*8 gr@dl, *(%*6 gr@dl)
5. /umbal pungsi A tes ini memperoleh &airan &erebrospinal , tes ini
dapat mendeteksi demam kejang atau mendeteksi kejang karena
27
in,eksi pada otak pada kejang demam tidak terdapat gambaran
patologis , pada kejang oleh in,eksi pada otak di temukan A
0arna &airan &erebrospinal ber#arna kuning , menunjukan
pigmen kuning santokrom
6umlah &airan dalam serebrospinal meningkat lebih dari normal
('ormal bayi )%6) ml , anak%anak 6)%*)) ml , remaja 8)%*()
ml , dan de#asa *3)% *$) ml)
+erubahan biokimia A kadar kalium meningkat ('ormal
de#asa 3,$%$) m:N@l , bayi 3,6%$,8 m:N@l )
b. ::? (:le&troen&ephalography)
2erupakan &ara untuk merekam akti=itas listrik otak melalui
tengkorak yang utuh untuk menentukan adanya kelainan pada susunan
sara, pusat ::? di lakukan sedikitnya * minggu setelah suhu normal
tidak menunjukan kelainan pada kejang demam sederhana gelombang
::g yang lambat, di daerah belakang dan unilateral menunjukan
kejang demam kompeks.
c. C> .&an
>idak di anjurkan pada kejang demam yang baru pertama kali
d. +emeriksaan 1adiologis
28
Coto tengkorak di perhatikan simetris tulang tengkorak , destruksi
tulang peningkatan tekanan intra&ranial.
+neumonse,alogra,i dan =entrikulogra,i, di lakukan atas indikasi
tertentu yaitu untuk melihat gambaran system =entrikel, rongga
subaraknoid serta gambaran otak sehingga dapat di ketahui adanya
atro,i otak, tumor serebri, hidrose,alus arakoiditis
9rtenogra,i untuk melihat keadaan pembuluh darah di otak, apakah
ada penyumbatan atau peregangan.
(-et8 , Ce&ily / , ())3)
29
B. Asuhan Keperawatan $e'ritis
1. Pengkajian
+engkajian merupakan tahap a#al dari landasan proses kepera#atan
tahap pengkajian terdiri dari 3 kegiatan yaitu A +engumpulan Data,
+engelompokan Data, +erumusan Diagnosa Kepera#atan.
a. 4dentitas
a) 4dentitas Klien
4dentitas klien meliputi A nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, agama, kebangsaan, suku,
tanggal dan jam masuk 1., no.register ruangan, &ara masuk 1.,
alasan masuk 1., serta ri#ayat alergi.
b) 4dentita 7rang >ua
-iasanya meliputi, nama orang tua, umur, pendidikan, pekerjaan,
sumber penghasilan, agama dan alamat.
c) 4dentitas .audara Kandung
-iasanya meliputi nama, usia, hubungan dan status kesehatan.
b. 1i#ayat Kesehatan
1) 1i#ayat Kehamilan dan Kelahiran
a) +renatal Care
30
;sia saat hamil sangat menentukan status kesehatan bayi
yang akan di lahirkan , ;sia ibu kurang dari () tahun atau lebih
dari 3$ tahun dapat mengakibatkan berbagai komplikasi
kehamilan dan persalinan , komplikasi kehamilan di antaranya
adalah hipertensi dan ekslamsia, komplikasi ini dapat
menyebabkan premature, --/1, dan partus lama pada kasus
a,iksia akan terjadi hipoksia dan iskemia, dapat mengakibatkan
rusaknya ,a&tor inhibisi@ meningkatnya ,ungsi neuron eksitasi,
sehingga mudah timbul kejang (1ani ., ()**)
1i#ayat pemakaian obat tertentu seperti obat penenang
(C>2, Dia8epam, Falium, dll) selama kehamilan juga
berpengaruh terhadap kehamilan, sehingga anak akan
mengalami komplikasi dan dapat menyebabkan kejang.
(1ani ., ()** ).
b) 4ntranatal
-ayi premature beresiko terjadinya kejang karena
perkembangan alat%alat tubuh kurang sempurna sehingga
belum ber,ungsi dengan baik, selain itu hasil penelitian yang di
lakukan oleh Chan KK, ())<, di K#ong 0ah !ospital
!ongkok, dalam penelitiannya mengidnti,ikasikan bah#a
terdapat ((,(") bayi yang lahir dalam partus lama mengalami
kejang demam (1ani ., ()**)
31
1i#ayat persalinan dengan plasenta pre=ia dapat
menyebabkan perdarahan berat pada kehamilan atau persalinan
dan bayi sunsang sehingga tindakan se&sio &aesaria, keadaan
ini dapat menyebabkan trauma lahir dan dapat berakibat
terjadinya kejang (1ani ., ()**)
c) +ostnatal
-ayi yang mengalami as,iksia berat dan sindrom gangguan
perna,asan sehingga menjadi hipoksia, keadaan ini
menyebabkan darah keotak bertambah bila kedaan ini sering
timbul dan setiap serangan lebih dari () detik kemungkinan
kerusakan otak yang permanen lebih besar dan menyebabkan
kejang, (1ani .. ()**)
2) 1i#ayat +enyakit .ekarang
-iasanya klien pernah mengalami peningkatan suhu tubuh
O38J C, penigkatan nadi, apnea, keletihan dan kelemahan umum,
inkontinesia urine, napsu makanan berkurang, mual @ muntah yang
berhubungan dengan akti,itas kejang. Klien akan merasa nyeri otot,
tegang pada tungkai dan ,leksi pada kedua lengan, berkeringat dan
sakit kepala ( -et8 , Ce&ily / , ())3 )
3) 1i#ayat +enyakit Dahulu.
-iasanya klien pernah dira#at dengan penyakit yang sama,
adanya keluarga klien ri#ayat penyakit yang sama, umur klien
32
yang kurang dari $ tahun. 9danya klien ri#ayat terjatuh @ trauma
pada kepala, ,raktur, adanya ri#ayat alergi, adanya ri#ayat
penyakit in,eksi, dan adanya kelainan dalam perkembangan atau
kelainan sara, sebelum anak menderita demam kejang (-runner
dan .uddarth, ())( )
4) 1i#ayat +enyakit Keluarga
-iasanya keluarga klien ada menderita penyakit yang sama
diderita oleh klien seperti kejang tanpa demam dan epilepsi.
5) 1i#ayat 4munisasi
-iasanya klien dengan demam kejang imunisasi yang
diberikan tidak lengkap, jenis imunisasi yang sudah di dapatkan
dan yang belum ditanyakan serta umur mendapatkan imunisasi dan
reaksi dari imunisasi. +ada umumnya setelah mendapat imunisasi
D+> e,ek sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan
kejang.
6) 1i#ayat >umbuh Kembang
+ada pasien kejang demam terdapat gangguan perkembangan
atau kelainan neurologis akan didapat 45 yang lebih rendah, dan
retardasi mental lebih besar. ('gastiyah, ())$)
a. +ertumbuhan
33
-iasanya pertambahan -- ( kg @ tahun pada usia (* bulan,
kelihatan kurus, tapi akti,itas motorik tinggi, sistem tubuh
matang (berjalan dan melompat), >- 6%< &m @ tahun, kesulitan
makan, eliminasi mandiri, kogniti, berkembang, membutuhkan
pengalaman belajar, inisiati, dan mampu identi,ikasi identitas
diri.
b. +erkembangan
-iasanya anak pada usia 3%6 bulan mengangkat kepala dengan
tegak dan posisi telungkup, pada usia 3%*( bulan anak bisa
berjalan dan berpegangan, pada usia *(%*8 bulan anak sudah
bisa minum sendiri dari gelas tanpa bantuan, setelah itu anak
usia *8%( bulan sudah bisa men&oret%&oret dengan alat tulis,
kemudian anak pada usia (%3 tahun anak dapat berdiri dengan
satu kaki tanpa pegangan dan melepas pakaian sendiri, anak
pada usia 3% tahun dapat mengenal dan menyebutkan paling
sedikit satu #arna dan anak pada usia %$ tahun biasanya
men&u&i dan mengeringkan tangan tanpa bantuan.
(.oetjiningsih, *33$)
c. +emeriksaan Cisik
1) Keadaan ;mum Klien
>ingkat kesadaran A ?C. biasanya berkisar antara $ sampai *(
?C.. -iasanya kesadaran klien apatis
sampai samnolen atau mungkin dapat koma.
34
-erat -adan A kg
>inggi -adan A &m
>anda%>anda Fital
>D P ( 'Q3)@<) mmhg )
'adi P ( 'Q'adi **) M *() E@menit )
.uhu P ( 'Q36,$ M 3<,$J C )
Crekuensi na,as P ( 'Q(%(8 E@menit )
2) Kepala
-iasanya bentuk kepala klien bulat, tidak terdapat luka, tidak
adanya oedema, Kening klien diraba terasa panas. >erdapat
pembengkakan dan kemerahan pada telinga.
1ambut A -iasanya keadaan kulit kepala dan rambut bersih,
tidak ada ketombe dan tidak ada bekas luka.
0ajah A -iasanya muka memerah, pu&at, sianosis, tidak
terdapat oedema @ hematoma,tidak ada bekas luka
pada #ajah.
35
2ata A -iasanya simetris kiri dan kanan, dilatasi pupil,
tatapan terpaku, kelopak mata turun, konjungti=a
anemis. pandangan yang menyatu atau di=ergen
!idung A -iasanya bentuk hidung simetris, dan perna,asan
menggunakan &uping hidung
-ibir A -iasanya menggigit bibir saat kejang, bibir terlihat
pu&at, mukosa bibir kering,
?igi A -iasanya gigi klien lengkap, dan gigi terlihat bersih.
/idah A -iasanya lidah klien terlihat melipat kedalam.
biasanya menggigit bibir saat kejang terjadi bahkan
terdapat luka pada lidah, produksi sili=a meningkat
( 0ong, ())8 )
3) /eher
-iasanya bentuk leher klien simetris, kaku kuduk (I) @ lunglai,
tidak terdapat pembesaran kelenjer thyroid, kelenjer getah bening,
tidak adanya bekas operasi.
4) Dada @ >horaE
4nspeksi A -iasanya bentuk dada klien simetris kiri dan kanan,
+erna,asan menurun@&epat, ,rek#ensi perna,asan
meningkat, menggunakan otot bantu perna,asan.
+alpasi A Cremitus pada paru%paru kiri dan kanan.
36
+erkusi A 4rama perna,asan &epat dan dangkal, bunyi yang di
hasilkan sonor (normal)
9uskultasi A 2endengarkan suara perna,asan klien,&atat yang
dihasilkan saat inspirasi dan ekspirasi, biasanya
terdengar bunyi #hee8ing dan rhonki dan &atat
bunyi yang di hasilkan.
5) 6antung
4nspeksi A -iasanya i&tus &ordis tidak terlihat
+alpasi A -iasanya i&tus &ordis teraba dengan 44%444%4F
telapak jari dan dirasakan kekuatan pukul.
+erkusi A 2enentukan batas%batas jantung.
9uskultasi A -iasanya mendengarkan irama denyut jantung,
keteraturannya dan apakah ada bunyi tambahan.
6) +erut @ 9bdomen
4nspeksi A -iasanya bentuk perut klien tidak membun&it, dan
tidak ada bekas operasi.
9uskultasi A 2endengarkan bunyi bising usus dan &atat
,rekuensi dalam * menit. -iasanya bising usus (I)
+alpasi A 2eraba ketegangan kulit perut, tidak adanya
pembesaran hepar, dan adanya kelebihan &airan.
+erkusi A Dengarkan bunyi yang dihasilkan dari kekuatan
rongga abdomen dan bandingkan bunyi normalnya.
-iasanya terdengar tympani.
37
7) ?enitourinaria
-iasanya keadaan genetalia klien bersih dan perhatikan adanya
pemasangan kateter.
8) :kstremitas
-iasanya melakukan gerakan menendang yang berulang%ulang
pada tangan, dan umumnya kaku pada ekstremitas otot serta
perubahan kekuatan otot
9) .istem integumen
-iasanya #arna kulit klien pu&at, suhu tubuh meningkat 38 J C,
dan keadaan turgor kulit kering.
10) .istem neurologi
?las&o# Coma .&ore A .uatu &ara yang di gunakan pada klien
gangguan system sara,, &ara ini di dasarkan atas tiga aspek
yaitu respon mata, bi&ara dan motorik yang masing%masing
mempunyai nilai tertentu terburuk adalah 3 (:
*
2
*
F
*
), dan nilai
terbaik adalah *$ (:

2
6
F
$
) , nilai kurang atau sama dengan 6
di sebut koma. +ada pasien demam kejang status kesadaran
tidak bereaksi, tanpak mengantuk berkisar antara $ sampai *(
?C.
>ingkat Kesadaran A biasanya tingkat kesadaran klien apatis
sampai samnolen atau mungkin dapat koma. (-i&kley , ())3 ).
38
a. Cungsi Cranial
a. 'er=us 4 A -iasanya penghiduan klien tidak peka
terhadap benda yang berbau saat klien
mengalami kejang.
b. 'er=us 44 A -iasanya ketajaman penglihatan klien
berkurang
c. 'er=us 444,4F,F4 A -iasanya gerakan bola mata dan
kelopak mata &epat, dilatasi pupil
d. 'er=us F A -iasanya mulut klien saat kejang
membuka dan menutup, kekuatan
gigitan klien meningkat.
e. 'er=us F44 A -iasanya klien mengerutkan dahi,
mengangkat alis.
f. 'er=us F444 A -iasanya pendengaran berkurang,
keseimbangan pendengaran menurun
g. 'er=us 4G A -iasanya dilakukan perabaan pada
dinding pharinE kanan dan kiri dan bila
ada gangguan sensibilitas maka tidak
terjadi re,lek muntah.
39
h. 'er=us G A -iasanya gerakan u=ula ketika muntah
bergerak keatas.
i. 'er=us G4 A -iasanya dilakukan pemeriksaan tonus
dengan menekan pundak klien bantu
klien untuk mengarahkan mengangkat
pundaknya.
j. 'er=us G44 A -iasanya pergerakan lidah saat kejang
melipat kedalam (0ong /,dkk , ())8 )
b. 1e,leks
a) 1e,lek ,isiologis
-iseps A -iasanya klien susah untuk di
arahkan duduk, dan susah untuk
meletakkan tangan di atas paha.
1espon yang terjadi biasanya
kontraksi otot biseps.
>riseps A -iasanya melakukan ketukan pada
otot triseps, dan posisi lengan ,leksi
pada sendi siku. 1espon yang terjadi
biasanya ekstensi pada lengan ba#ah
pada sendi siku.
40
-ra&hioradialis A -iasanya meletakkan tangan klien di
atas paha dengan posisi pronasi.
1espon yang terjadi biasanya ,leksi
dan supinasi telapak tangan.
b) 1e,lek patologis
-abinski A -iasanya penggoresan telapak kaki
bagian lateral dari posterior ke
anterior. 1espon yang terjadi
biasanya ekstensi ibu jari kaki dan
pengembangan jari%jari kaki.
Chaddo&k A -iasanya terjadi penggoresan kulit
dorsum pedis bagian lateral. 1espon
yang terjadi sama seperti babinski.
7ppenheim A -iasanya pengerutan krista anterior
tibia dari atas ke ba#ah. 1espon
yang terjadi sama seperti babinski.
?ardon A -iasanya penekanan betis se&ara
keras. 1espon yang terjadi sama
dengan babinski.
41
.&hae,,er A -iasanya memen&et tendon a&hilles
se&ara keras. 1espon yang terjadi
sama dengan babinski.
?onda A -iasanya melakukan penekukan
(planta ,leksi) maksimal jari kaki
keempat. 1espon yang terjadi sama
dengan babinski
d. +ola Kebiasaan .ehari%hari
1. 'ursisi
Karena akti,itas kejang , kerusakan jaringan lunak@gigi@
(&edera selama kejang), adanya hiperplasia gingi=al (e,ek samping
pemakaian dilantin jangka panjang). Klien akan mengeluh sensiti,
dengan makanan yang merangsang, mual@ muntah yang
berhubungan dengan akti=itas kejang (Dongoes , ())) ).
2. :liminasi
4nkontinensia episodi&, peningkatan tekanan kantung kemih dan
tonus spinkter.
3. 4stirahat dan >idur
42
+ada klien dengan demam kejang , setelah mengalami
kejang biasanya akan merasakan rasa mengantuk , dan akan tidur
lebih lama karena merasakan rasa lelah yang berlebihan.
4. 9kti,itas .ehari%hari
+ada klien dengan demam kejang klien mengalami &epat
lelah, letih, kelemahan umum, perubahan kekuatan otot. -iasanya
pada pasien dengan demam kejang pola akti=itas terganggu
(Dongoes , ())) ).
e. .o&ial :konomi
2enanyakan pekerjaan orang tua klien, perubahan yang terjadi sejak
klien dira#at dan masalah keuangan yang di alami keluarga klien
selama sakit.
f. +sikososial
-iasanya klien terlihat tidak mau berinteraksi dengan orang di
sekitar, dan ibu klien biasanya sering mengalami rasa kha#atir yang
berlebihan dan merasaa takut dengan keadaan anaknya.
g. +emeriksaan Diagnostik
a. :lektrolit
Ketidak seimbangan elektrolit dapat berpengaruh pada akti=itas
kejang A
43
Kalium R dari normal ( 'Q38)%$)) mg@dl )
'atrium R dari normal ( 'Q*3$%* mg@dl )
-;' P ( 'Q$%() mg@dl )
Kretinin P ( 'QD*, mg@dl )
b. Darah
?lukosa A !ipoglekimia ( normal A 8)%*() m:N@/ ) dapat menjadi
presipitasi kejang
!iperglekimia
Kalsium R ( 'Q3,$%$$ 2ol@dl )
!b A ' (*(%*$ g@dl )
!t A '@R ( 3*%$3 " )
c. /umbal Cungsi
;ntuk mendeteksi tekanan abnormal dari C.., tanda in,eksi
perdarahan (!emoragik) subarahnoid Ssubdural sehingga
menyebabkan kejang
d. Coto 1ontgen Kepala
;ntuk mengindenti,ikasi ,raktur
e. ::?
44
2elakolisasi daerah serebral yang tidak ber,ungsi dengan
baik, mengukur akti,itas dan gelombang otak, untuk menentukan
karakteristik dari gelombang otak pada masing%masing tipe dari
akti,itas kejang
f. C> .&an
2engidenti,ikasi letak lesi serebral, in,ark, hematom,
edema, serebral truma, abses atau tumor.
g. 9D?
2enilai +7
(
, +C7
( ,
+!C7
3
Bang paling penting peran pera#at selama pasien kejang
adalah obser=asi kejangnya dan gambarkan kejadiannya. .etiap
episode kejang mempunyai karakteristik yang berbeda misal
adanya halusinasi (aura), motorik e,ek separti pergerakan bola
mata, kontraksi otot lateral harus di dokumentasikan termasuk
#aktu kejang di mulai dan lamanya kejang (Doengoes , ()))) .
h. >herapy
2en&atat program terapi yang diinstruksikan oleh tim kesehatan,
seperti pemberian &airan melalui intra=ena, obat Dia8epam, antipiretik
prometa8on, dan lain%lain.
45
2. Diagn'se Keperawatan
1. 1esiko tinggi &edera berhubungan dengan spasme gigitan pada lidah,
trauma mus&uloskeletal, penurunan tingkat kesadaran sekunder dari
kejang. (9ri, 2uttaNin, ())$)
2. 1esiko terjadinya kejang berulang berhubungan dengan hipertermi.
(9ri, 2uttaNin, ())$)
3. >idak e,ekti, bersihan jalan na,as berhubungan dengan penutupan
,aring oleh lidah, spasme otot bronkus. (Capernito, ())()
4. !ipertermi berhubungan dengan ektra&ranium. (Doengoes, ())$)
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekut. (Doengoes, ())))
46
3. Ren3ana Keperawatan
N
'
Diagn'se
keperawatan
$ujuan dan
kriteria hasil
Inter4ensi
keperawatan
Rasi'nal
5 1esiko tinggi
&edera
berhubungan
dengan spasme
gigitan pada lidah,
trauma
mus&uloskeletal,
penurunan tingkat
kesadaran sekunder
dari kejang.
>ujuan A setelah
dilakukan asuhan
kepera#atan
selama * E ( jam
klien bebas dari
&edera yang di
sebabkan oleh
kejang demam
dan penurunan
kesadaran.
Criteria hasil A
klien bebas pada
lidah dan
terhindar dari
&edera
mus&uloskeletal.
1. -erikan pri=asi
dan
perlindungan
pada klien dan
orang lain yang
ingin tahu
2. /etakkan dan
amankan klien
ke lantai, bila
memungkinkan
1. 9danya pri=asi
yang optimal
menurunkan
sensasi aura
(penanda an&aman
kejang) yang
memerlukan
#aktu untuk
men&ari tempat
yang aman dan
pribadi
2. 2enghindari
resiko &edera
mus&uloskeletal
aakibat
ke&endrungan
klien untuk jatuh
47
3. /indungi kepala
dengan bantal
4. /epaskan
pakaian klien
yang ketat
5. .ingkirkan
perabot
terdekat yang
berbahaya
6. 6ia klien di
tempat tidur,
singkirkan
bantal dan
tinggikan pagar
tempat tidur
7. 6ika aura
terdeteksi
dari tempat tidur
3. 2en&egah &edara
akibat benturan
kepala ke lantai
4. 2elindungi klien
dari ,iksasi
abdomen yang
ketat
5. 2enghindari
resiko &edera
yang berlebihan
dan tidak perlu
terjadi
6. 2engurangi
resiko jatuh
7. 2enghindari
trauma gigitan
48
sebelum
kejang, pasang
spatel lidah
8. 6angan berusaha
membuka
rahang yang
terkatup pada
saat spasme
untuk
memasukkan
sesuatu
9. /etakkan klien
pada posisi
miring
1. 7bser=assi
kejang dan
dokumentasikan
karakteristiknya A
a#itan dan
durasi, kejadian
pra kejang dan
pada lidah pada
saat terjadi
kejang
8. 2enghindari
patahnya gigi
dan trauma pada
bibir
9. 2emudahkan
pengeluaran
sali=a dan mu&us
1. ;ntuk
mengetahui
kejang se&ara
dini dan jjika ada
kelainan saat
kejang
49
0
1esiko terjadinya
kejang berulang
berhubungan
dengan hipertermi.
>ujuan A setelah di
lakukan asuhan
kepera#atan
selama *E( jam
di harapkan
kejang tidak
terjadi lagi
Criteria hasil A
suhu tubuh
normal, tidak
kejang, tidak ada
dilatasi pupil,
tidak ada sianosis,
tidak terjadinya
tonus otot se&ara
mendadak
pas&a kejang.
2. /onggarrkan
pakaian,
berikan pakaian
tipis yang
menyerap
keringat.
3. -eri kompres
dingin
4. -eri ekstra
&airan (air,
susu, sari buah
dan lain%lain)
5. 7bser=asi
kejang dan
tanda =ital
setiap jam
6. Kolaborasi
dalam
2. +roses kon=eksi
akan terhalang
oleh pakaian
yang ketat dan
tidak menyerap
keringat.
3. +erpindahan
panas se&ara
konduksi.
4. .aat demam
kebutuhan &airan
tubuh meningkat

5. +emantauan yang
tertatur dan
menetukan
tindakan yang
akan dilakukan
6. 2enurunkan
panas pada pusat
50
>idak e,ekti,
bersihan jalan na,as
berhubungan
dengan penutupan
,aring oleh lidah,
spasme otot
bronkus
>ujuan A jalan
na,as kembali
normal.
Kriteria !asil A
pemberian
antibioti&,
antipiretik
1. 2onitor jalan
na,as,,rekuensi
perna,asan,iram
a perna,asan
tiap *$ menit
pada saat
penurunan
kesadaran.
2. >empatkan
anak pada
posisi semi
,o#ler dengan
kepala
hipotalamus dan
sebagai
propilaksis
1. Crekuensi
perna,asan yang
meningkat tinggi
dengan irama
yang &epat
sebagai salah
satu indikasi
sumbatan jalan.
2. +osisi semi
,o#ler akan
menurunkan
tekanan%tekanan
intraabdominal
51
6
,rekuensi
perna,asan
meningkat (8%3$
E@menit,irama
perna,asan reguler
dan tidak
&epat,anak terlihat
tidak terengan%
engah.
hiperekstensi.
3. +asang
tongspatel saat
serangan
kejang.
4. -ebaskan anak
dari pakaian
yang ketat.
5. Kalaborasi
pemberian ati
kejang,&ontoh A
pemberian
itra=ena,dia8ep
am dengan
dosis ),$%),<$
mg@kg --.
terhadap paru%
paru.
3. 2en&egah lidah
tertekuk yang
dapat menutup
jalan na,as.
4. 2engurangi
tekanan terhadap
rongga thorak
sehingga terjadi
keterbatasan
pengembangan
paru.
5. Dia8epam
bekerja
menurunkan
tingkat ,ase
depolarisasi yang
&epat di sistem
persara,an pusat
sehingga terjadi
penurunan
52
!ipertermi
berhubungan
dengan
ektra&ranium.
>ujuan A suhu
normal 36%3<J C
dan kening klien
diraba tidak
panas.
1. +antau suhu
tubuh klien tiap
setengah jam.
2. Kompres klien
dengan air
dingin.
spasma pada otot
dan persara,an
peri,er.
1. +eningkatan suhu
tubuh yang
berlebihan 33 J C
dapat beresiko
terjadinya
kerusakan syara,
pusat karena
meningkatkan
neurotransmiter
yang dapat
meningkatkan
eksitensi neuron.
2. +ada saat
dikompres panas
tubuh klien akan
berpindah ke
media yang
digunakan untuk
mengompres
53
7
Kriteria !asil A
suhu tubuh
perektal 36%3< J
C,kening klien
tidak teraba
panas.>idak
terdapat &edera
otot pada skeletal.
3. -eri pakaian
klien yang tipis
dari bahan yang
halus seperti
katun.
4. 6aga kebutuhan
&airan anak
ter&ukupi
melalui
pemberian
intra=ena
dengan patokan
kebutuhan.
5. Kolaborasi
pemberian
antipiretik
(aspirin dengan
dosis 6)
karena suhu
tubuh relati,
lebih tinggi.
3. +akaian yang
tipis akan
mempermudah
perpindahan
panas dari tubuh
ke lingkungan.
4. Cairan yang &ukup
akan menjaga
kelembaban
sel,sehingga sel%
sel tubuh tidak
mudah rusak
akibat suhu tubuh
yang tinggi.
5. 9ntipiretik akan
mempengaruhi
ambang panas
pada hipotalamus.
54
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan intake yang
tidak adekut.
mg@tahun@kali
pemberian)
antibiotik
(sesuai dengan
jenis golongan
mikroorganisme
penyebab yang
umum dapat
digunakan
golongan
penisilin).
1. 4denti,ikasi
,aktor yang
menimbulkan
mual,muntah.
2. 9uskultasi
bunyi
usus,obser=asi
atau palpasi
distensi
abdomen.
1. +ilihan inter=ensi
tergantung pada
penyebab
masalah.
2. -unyi usus
mungkin
menurun,distensi
abdomen terjadi
akibat menelan
udara.
55
>ujuan A
kebutuhan nutrisi
terpenuhi.
Kriteria !asil A
menunjukan
peningkatan na,su
makan dan
mempertahan kan
--.
3. -erikan
makanan porsi
ke&il tapi
sering.
4. /ibatkan
keluarga dalam
pemenuhan
nutrisi
.
5. :=aluasi status
nutrisi
umum,ukur --
dasar.
3. >indakan ini
dapat
meningkatkan
masukan
meskipun na,su
makan mungkin
lambat untuk
kembali.
4. 2emoti=asi
dalam
pemenuhan
nutrisi termasuk
berikan makanan
yang disukai.
5. 9danya kondisi
kronis dapa
menimbulkan
malnutrisi
rendahnya
tahanan terhadap
in,eksi.
56
2
4. Implementasi
+elaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses kepera#atan
pada klien di mana pera#at mendapatkan kesempatan untuk
mengaplikasikan ren=ana yang telah di sesuaikan dan membangkitkan
minat keluarga dalam mengadakan kea rah hidup sehat, tindakan
kepera#atan men&angkup hal%hal sebagai berikut A
a. 2enstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah
dan kebutuhan kesehatan dengan &ara memberikan in,ormasi,
mengidenti,ikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, serta
mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah kesehatan.
b. 2enstimulasi keluara untuk memutuskan &ara megindenti,ikasi
konsekuensi untuk tidak melakukan tindakan, mengidenti,ikasi
sumber%sumber yang dimiliki keluarga, dan mendiskusikan
konskuensi setiap tindakan.
57
c. 2emberikan keper&ayaan diri dalam mera#at anggota keluarga yang
sakit dengan &ara, mendemonstrasikan &ara pera#atan, menggunakan
alatt dan ,asilitas yang ada, dan menga#asi keluarga dalam melakukan
pera#atan.
d. 2embantu kelurga untuk menemukan &ara membuat lingkungan
menjadi sehat dengan menemukan sumber yang dapat digunakan
e. 2emoti=asi keluarga untuk meman,aatkan ,asilitas kesehatan yang
ada. (2ubarak, ()*))
5. E4aluasi
:=aluasi disusun dengan menggunakan .79+ se&ara operasionalA
a. . (subjekti,) A hal%hal yang dikemukakan oleh keluarga se&ara
subje&ti, setelah dilakukan inter=ensi kepera#atan
b. 7 (objekti,) A hal%hal yang ditemukan oleh pera#at se&ara objekti,
stelah dilakukan inter=ensi kepera#atan.
c. 9 (analisa) A analisa dari hasil yang telah di&apai dengan menga&u
pada tujuan yang terkait dengan diagnosis
d. + (planning) A peren&anaan yang akan datang setelah melihat respon
dari klien pada tahap e=aluasi. (2ubarak, ()*()

Anda mungkin juga menyukai