2. Proses terjadinya masalah a. Pengertian Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo- aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia (Jong, 2005). Hernia merupakan penonjolan visus atau organ dari posisi normal (dari satu ruang ke ruang lain) melalui pintu yang lemah. Hernia terjadi pada locus minorus resistensi atau daerah dengan resistensi rendah. Kantong hernia merupakan divertikulum dari peritoneum dan mempunyai leher dan badan. lsi hernia dapat terdiri atas setiap struktur yang ditemukarq dan dapat merupakan sepotong kecil omentum sampai organ padat yang besar. Pelapis hernia dibentuk dari lapisan-lapisan dinding abdomen yang dilewati oleh kantong hemia. Klasifikasi hernia menurut lokasi: 1) Hernia inguinalis, terjadi apabila kantong dan isi hernia masuk ke dalam annulus internus dan penonjolan pada trigonum Hasselbach . 2) Hernia femoralis, terjadi bila kantong dan isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis melalui annulus femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fossa ovalis di lipat paha. 3) Hemia hiatus terjadi apabila benjolan terjadi pada diafragma. 4) Hemia venhalis merupakan nama semua hernia yang terjadi pada anterolateral dinding abdomen seperti hernia sikatrikalis/hernia insisional. 5) Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya ditutup dengan peritoneum dan kulit. 6) Hernia insisional, merupakan hernia yang dapat terjadi akibat komplikasi dari penyembuhan luka pasca operasi abdomen. Hernia ini muncul sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutup sepenuhnya (Price& Wilson,2006). Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi menjadi (Nurarif dan Kusuma, 2013); 1) Hernia bawaan atau hernia patogenosa pada jenis hernia inguinalis lateralis. Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus.Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum. 2) Hernia dapatan atau akuista yaitu hernia yang timbul karena berbagai factor pemicu. Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali congenital atau kelemahan dinding. Hernia inguinalis dibagi menjadi 2 yaitu hernia inguinalis lateralis dan hernia inguinalis medialis. Hernia inguinalis lateralis (indirek) merupakan suatu benjolan yang melewati annulus internus dan kanalis inguinalis yang terletak di lateral pembuluh darah arteri dan vena epigastrika inferior dan hernia dapat sampai ke scrotum yang disebut hemia scrotalis . Benjolan ini dapat keluar masuk tergantung dari tekanan di dalam abdomen. Hernia inguinalis medialis (direk) adalah hernia yang kantongnya menonjol langsung ke anterior melalui dinding posterior canalis inguinalis medial terhadap arteri vena epigastrika inferior. Pada hernia ini mempunyai conjoint tendo yang kuat, hernia ini tidak lebih hanya penonjolan umum dan tidak pernah sampai ke skrotum. Hernia ini sering ditemukan pada laki-laki terutama laki-laki yang sudah lanjut usia dan tidak pernah ditemukan pada wanita. Hernia direk sangat jarang bahkan tidak pernah mengalami strangulasi atau inkaserata. Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan hernia inguinalis direk adalah peninggian tekanan intraabdomen konik dan kelemahan otot dinding di trigonom Hasselbach, batuk yang kronik, kerja berat dan pada umumnya sering ditemukan pada perokok berat yang sudah mengalami kelemahan atau gangguan jaringan- jaringan penyokong atau penyangga dan kerusakan dari saraf ilioinguinalis biasanya pada pasien denga riwayat apendektomi. Gejala yang sering dirasakan penderita hernia ini adalah nyeri tumpul yang biasanya menjalar ke testis dan intensitas nyeri semakin meningkat apabila melakukan pekerjaan yang sangat berat. b. Etiologi Penyebab dari hernia adalah adanya peningkatan tekanan intra abdominal akibat adanya tindakan valsava maneuver seperti batuk, mengejan, mengangkat benda berat atau menangis. Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly congenital atau karena sebab yang didapat. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar, sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Tekanan intra abdominal yang meninggi serta kronik seperti batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites sering disertai hernia inguinalis. Anak yang menjalani operasi hernia pada waktu bayi mempunyai kemungkinan mendapat hernia kontralateral pada usia dewasa (16%). Bertambahnya umur menjadi faktor resiko, dimungkinkan karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang. Setelah apendektomi menjadi faktor resiko terjadi hernia inguinalis karena kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan nervus ilioinguinalis dan nervus iliofemoralis (Jong, 2004). c. Patofisiologi Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada lakilaki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala ileus yaitu gejala obstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala ileus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul letih berat dan kontineu, daerah benjolan menjadi merah.
d. Tanda dan Gejala Pada umumnya keluhan orang dewasa berupa benjolan di inguinalis yang timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat dan menghilang pada waktu istirahat berbaring. Pada inspeksi perhatikan keadaan asimetris pada kedua inguinalis, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetris dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan dapat direposisi dengan jari telunjuk, kadang cincin hernia dapat diraba berupa anulus inguinalis yang melebar. Gejala dan tanda klinis sebagian besar ditentukan biasanya berupa: a. benjolan keluar masuk/keras dan yang tersering tampak benjolan dilipat paha; b. adanya rasa nyeri pada benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual; c. terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi; d. bila terjadi hernia inguinalis stratagulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas; e. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar. e. Kemungkinan Komplikasi yang Muncul Komplikasi hernia dapat terjadi mulai dari inkarserata sampai stranggulata dengan gambaran klinik dari kolik sampai ileus dan peritonitis. Komplikasi operasi hernia dapat berupa cedera vena femoralis, nervus ilioinguinalis, nervus iliofemoralis, duktus deferens, ataa buli-buli. Nervus ilioinguinalis harus dipertahankan sejak dipisahkan karena jika tidak maka dapat timbul nyeri pada jaringan parut setelah jahitan dibuka. Nyeri pasca herniorhaphy juga disebut "inguinadynia" yang biasanya disebabkan oleh kerusakan saraf, jepitan saraf oleh jaringan parut, mesh atau jahitan, neuroma, jaringan parut, misplace mesh, mesh yang mengeras (meshoma), infeksi, rekurensi hernia, penyempitan cincin inguinal di sekitar korda spermatika, dan periostitis. Komplikasi dini pasca operasi dapat pula terjadi, seperti hematoma infeksi luka, bendungan vena, fistel urine atau feses, dan residif. Komplikasi jangka panjang dapat berupa atrofi testis karena lesi arteri spermatika atau bendungan pleksus pampiniformis dan residif. f. Pemeriksaan Khusus Data yang diperoleh atau dikali tergantung pada tempat terjadinya, beratnya, apakah akut atau kronik, pengaruh terhadap struktur di sekelilingnya dan banyaknya akar syaraf yang terkompresi. a. Aktivitas/istirahat Tanda dan gejala: atropi otot, gangguan dalam berjalan riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu lama. b. Eliminasi Gejala: konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya inkontinensia atau retensi urine. c. Integritas ego Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga. d. Neuro sensori Tanda dan gejala: penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot hipotonia, nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan dan kaki. e. Nyeri atau ketidaknyamanan Gejala: sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk paku, semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan. f. Keamanan Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi (Doenges, 2000, hal 320 321).
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut (Yudha, 2011) : 1. Herniografi Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum peritoneal dan dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan pada bayi untuk mengidentifikasi hernia kontralateral pada groin. Mungkin terkadang berguna untuk memastikan adanya hernia pada pasien dengan nyeri kronis pada groin. 2. USG Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis, 3. CT dan MRI Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi.
3. Pohon Masalah (Pathway, Masalah Keperawatan yang Muncul) a. Pohon Masalah
Nyeri Terputusnya jaringan saraf Peristaltik usus menurun Gangguan eliminasi Faktor pencetus: Aktivitas berat, bayi prematur, kelemahan dinding abdominal, tekanan intraabdominal yang tinggi
Hernia Kantung hernia memasuki celah inguinal Diatas ligamentum inguinal mengecil bila berbaring Hernia inguinalis Benjolan pada canalis inguinal Mual Insisi bedah Resiko perdarahan Asupan gizi kurang Pembedahan Nafsu makan menurun Intake makanan inadekuat Gangguan rasa nyaman Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Dinding posterior canalis inguinal yang lemah Kurang pengetahuan Resiko infeksi b. Masalah keperawatan yang muncul a. Nyeri b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh c. Kurang pengetahuan d. Resiko perdarahan e. Resiko infeksi
4. Diagnosa Keperawatan Preoperasi 1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot akibat penekakan oleh isi hernia 2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan, spasme otot 3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan 4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kesalahan informasi Pascaoperasi 1. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan akibat tindakan operasi 2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah 4. Resiko perdarahan 5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
5. Rencana Tindakan Keperawatan Preoperasi No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional 1. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan akibat tindakan operasi
NOC a.Pain level b.Pain control c.Comfort level Kriteria Hasil a. mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologis dalam mengurangi nyeri) b. melaporkan bahwa nyeriberkurang dengan menggunakan manajemen nyeri c. Mampu mengenali nyeri (skala,intensitas, frekuensi dantanda nyeri) d. menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi,frekuensi) b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui nyeri pasien d. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan e. Lakukan penanganan nyeri non farmakologis: relaksasi nafas dalam dan massage f. Ajarkan keluarga teknik relaksasi nafas dalam g. Kolaborasikan dengan dokter pemberian a. Menentukan skala nyeri pasien
b. Mengetahui tingkat nyeri pasien dari reaksi nonverbal
c. Menjalin hubungan saling percaya dengan pasien dan menggali tingkat nyeri pasien
d. Mengurangi faktor penyebab nyeri
e. Mengontrol dan menurunkan nyeri pasien
f. Memberikan pengetahuan kepada keluarga g. Menurunkan tngkat nyeri pasien secara cepat dan tepat penanganan nyeri farmakologis analgesic
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan, spasme otot
NOC a.Joint movement: active b.Mobility level c.Self care: ADLs d.Transfer performance Kriteria Hasil a.Klien meningkat dalam aktifitas fisik b.Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas fisik c. Mengungkapkan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah a. Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan situasi yang spesifik b. Catat respon emosi atau perilaku pada saat immobilisasi, berikan aktivitas yang disesuaikan dengan pasien c. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif d. Ikuti aktivitas atau prosedur dengan periode istirahat e. Berikan atau bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif, pasif
a. Mengurangi resiko cidera kepada pasien
b. Memberikan rasa aman dan nyaman kepada pasien
c. Memberikan bantuan secara total kepada pasien
d. Mengurangi kelelahan pasien selama prosedur
e. Mengurangi kekauan otot dan sendi pasien, melancarkan sirkulasi darah 3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
a. Identifikasi tingkat kecemasan b. Gunakan pendekatan yang menenangkan c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama a. Mempermudah dalam mengontrol kecemasan b. Memberikan perasaan yang tenang kepada pasien c. Penjelasan tentang prosedur merupakan hal yang harus dijelaskan
Kriteria Hasil a.Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas b.mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontrol cemas c.Vital sign dalam batas normal d.Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh menunjukkan penurunan kecemasan
prosedur d. Lakukan back rub e. Kolarorasi pemberian obat
d. Melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan tingkat nyeri e. Menurunkan nyeri secara cepat 4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kesalahn informasi
NOC a.Knowledge: disease process b.Knowledge: health behavior Kriteria Hasil a.Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan b.Pasien dan keluarga mampu melaksanakan a. Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis b. Diskusikan mengenai pengobatan dan juga efek sampingnya c. Diskusikan mengenai kebutuhan diet d. Anjurkan untuk melakukan evaluasi medis secara teratur.
a. Memberikan pengetahuan kepada pasien b. Menjelaskan prosedur tindakan
c. Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi pasien d. Melakukan evaluasi selama tindakan prosedur yang dijelaskan secara benar c.Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kempabi apa yang dijelaskan
Pascaoperasi No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional 1. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan akibat tindakan operasi
NOC a.Pain level b.Pain control c.Comfort level Kriteria Hasil a. mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologis dalam mengurangi nyeri) b. melaporkan bahwa nyeriberkurang dengan menggunakan manajemen nyeri c. Mampu mengenali nyeri (skala,intensitas, frekuensi dantanda nyeri) d. menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi,frekuensi) b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui nyeri pasien d. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan e. Lakukan penanganan nyeri non farmakologis: relaksasi nafas dalam dan massage f. Ajarkan keluarga teknik relaksasi nafas dalam g. Kolaborasikan dengan dokter pemberian penanganan nyeri farmakologis analgesik a. Menentukan skala nyeri pasien
b. Mengetahui tingkat nyeri pasien dari reaksi nonverbal
c. Menjalin hubungan saling percaya dengan pasien dan menggali tingkat nyeri pasien
d. Mengurangi faktor penyebab nyeri
e. Mengontrol dan menurunkan nyeri pasien
f. Memberikan pengetahuan kepada keluarga g. Menurunkan tngkat nyeri pasien secara cepat dan tepat 2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah
NOC a.Immune status b.Knowledge: Infection control c.Risk control Kriteria Hasil a.Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi b.mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya c.menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi d.Jumlah leukosit dalam batas normal a. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain b. Pertahankan teknik isolasi c. Batasi pengunjung jika perlu d. Instruksikan pada pengunjung untuk cuci tangan dengan sabun saat berkunjung dan setelah berkunjung e. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik f. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi g. Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik h. Instruksikan kepada pasien untuk minum antibiotik sesuai dengan resep
a. Mengurangi resiko infeksi silang
b. Meminimalkan resiko infeksi silang c. Memberikan kenyamanan pada pasien d. Meminimalkan resiko infeksi silang
e. Mengetahui secara cepat tanda- tanda infeksi
f. Memberikan pengetahuan pada keluarga tentang infeksi
g. Meminimalkan perkembangbiakan bakteri dalam tubuh h. Meminimalkan resistensi bakteri terhadap antibiotik 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah
NOC a.Nutritional status: food and fluid b. Nutritional status: nutrient intake a. Kaji adanya alergi makanan b. Berikan makanan yang terpilih sesuai dengan hasil konsultasi ahli gizi a. Mengurangi resiko keracunan makanan b. Diet yang tepat membantu proses penyembuhan penyakit
c.Weight control Kriteria Hasil a.Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan b.Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan c.Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi d.Tidak menunjukkan penurunan berat badan
c. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi d. Monitor BB pasien
e. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi c. Mengotimalkan pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien
d. Mengetahui perkembangan berat badan pasien e. Meminimalkan resiko kesalahan pemberian nutrisi yang berlebih atau kurang 4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
NOC a.Knowledge: disease process b.Knowledge: health behavior Kriteria Hasil a.Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan b.Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar c.Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kempabi apa yang a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan hal yang berhubungan dengan penyakit melalui cara yang tepat c. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kondisi pasien dengan cara yang tepat d. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat a. Pengetahuan yang baik memudahkan penyampaian materi pada pasien
b. Penjelasan yang tepat dapat menurunkan kecemasan pasien
c. Penjelasan pada keluarga merupakan hal yang sangat penting untuk mengurangi kecemasan keluarga d. Memberikan kondisi terbaru yang sedang dialami pasien
dijelaskan e. Beri penjelasan penanganan pasien setelah pulang
e. Memberikan pengetahuan penanganan yang tepat 5. Resiko perdarahan NOC a.Blood lose severity b.Blood coagulation Kriteria Hasil a.Tidak ada hematuria b.Tekanan darah dalam batas normal c.Tidak ada distensi abdominal d.Hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal a. Monitor ketat tanda- tanda perdarahan b. Monitor TTV c. Pertahankan bed rest selama perdarahan aktif d. Monitor status cairan yang meliputi intake dan output e. Kolaborasi dalam pemberian produk darah (transfusi darah) a. Mengurangi resiko kehilangan darah berlebih b. Mengetahui kondisi umum pasien c. Pergerakan yang berlebih meningkatkan resiko perdarahan d. Memenuhi kebutuhan cairan yang hilang akibat perdarahan e. Meningkatkan volume darah yang hilang akibat perdarahan