Anda di halaman 1dari 1

MIKOSIS PARU, diagnosis

Diagnosis mikosis paru memerlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat. Dari anamnesis
kita akan bisa menilai seberapa tinggi risiko pasien terhadap kemungkinan terinfeksi jamur. Bila ada
kecurigaan mikosis paru, langkah selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan laboratorium rutin, radiologi dam mikologi.
Kewaspadaan klinisi terhadap kemungkinan infeksi jamur dan pemilihan modalitas diagnosis yang
tepat akan membantu penatalaksanaan menjadi lebih baik. Pemeriksaan fisik mikosis paru sulit
dibedakan dengan penyakit paru lain, tergantung pada kelainan anatomi yang terjadi pada paru.

Sebagian besar mikosis paru tidak ada ciri khas pada gambaran foto toraks, bisa ditemukan infiltrat
interstisial, konsolidasi, nodul multipel, kavitas, dan efusi pleura. Gambaran foto toraks yang khas
adalah fungus ball dalam kavitas pada aspergiloma. Hasil yang lebih baik didapatkan pada
pemeriksaan CT-scan toraks. Hasil laboratorium rutin yang mungkin berhubungan dengan mikosis
paru adalah jumlah sel eosinofil yang meningkat.

Pemeriksaan mikologi merupakan prosedur diagnosis mikosis paru yang sangat penting. Kualitas
pemeriksaan ini ditentukan oleh pemilihan, pengumpulan dan pengiriman spesimen. Penanganan
spesimen yang tidak memadai dapat mengakibatkan ketidaktepatan diagnosis. Spesimen bisa
didapatkan dari sputum, bilasan bronkus, kurasan bronkoalveolar (broncho-alveolar lavage/BAL),
jaringan biopsi, darah, pus dan lain-lain.

Spesimen mikologi harus ditempatkan dalam wadah steril yang tertutup rapat, tanpa bahan
pengawet dan dilabel dengan baik. Selanjutnya spesimen dikirim ke laboratorium dalam waktu
paling lama dua jam setelah prosedur pengambilan. Bila tidak memungkinkan segera diproses
dalam dua jam, spesimen disimpan dalam suhu 4
o
C. Bila spesimen disimpan terlalu lama akan
menurunkan keberhasilan pemeriksaan.

Sputum sebaiknya diambil pagi hari sebelum makan, dilakukan tiga hari berturut-turut. Pasien harus
berkumur 2-3 kali dengan air matang, lalu mengeluarkan sputum dengan membatukkannya. Induksi
sputum lebih dianjurkan karena lebih mempresentasikan spesimen saluran napas bawah. Jumlah
sputum yang diperlukan sebanyak 10-15 ml.

Bilasan bronkus memiliki arti klinis lebih tinggi dibandingkan sputum. Spesimen tersebut dikirim
dalam semprit steril tanpa bahan pengawet atau diberi sedikit larutan garam fisiologis bila jumlahnya
sangat sedikit. Spesimen yang berasal dari cairan pleura, pus maupun eksudat dapat diambil
dengan semprit steril dan langsung dikirim tanpa penambahan cairan atau bahan pengawet.

Jaringan hasil biopsi mempunyai arti klinik paling tinggi karena penemuan jamur dalam jaringan
dapat memastikan diagnosis mikosis. Spesimen biopsi sebaiknya diambil dari tengah dan tepi lesi,
selanjutnya diletakkan di antara kasa steril yang sedikit dibasahi dengan larutan garam fisiologis
untuk mencegah kekeringan. Jangan diberi bahan pengawet karena akan emematikan jamur dalam
jaringan sehingga tidak dapat dilakukan proses pembiakan serta uji kepekaan jamur terhadap obat
anti jamur.

Spesimen darah untuk pemeriksaan serologi sebanyak 2,5 - 5 ml diambil dengan semprit steril
tanpa bahan pengawet lalu dikirim secepatnya ke laboratorium. Untuk biakan darah saja, diperlukan
5-10 ml darah dan sebaiknya diberi antikoagulan.

Sumber: Mikosis Paru, PDPI 2011

Anda mungkin juga menyukai