Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alam semesta yang sudah ada ini bukanlah tanpa suatu proses, akan tetapi
alam semesta ini ada karena tercipta dan melalui proses yang begitu panjang.
Alam semesta adalah ruang dimana didalamnya terdapat kehidupan biotik
maupun abiotik serta segala macam peristiwa alam yang dapat diungkapkan
maupun yang belum dapat diungkapkan oleh manusia. Terbentuknya alam
semesta menjadi teka-teki bagi umat manusia. Sejauh perkembangan teori
terbentuknya alam semesta, belum ada yang dapat membuktikan secara
empirik kebenarannya.
Menurut Teori Big bang, alam semesta terbentuk kira-kira ribuan juta
tahun yang lalu yang bersamaan dengan adanya ledakan besar. Namun bukan
hanya ledakan besar saja yang menjadi sutu-satunya teori terbentuknya alam
semesta ada teori-teori lain yang memiliki bukti yang kuat tentang
terbentuknya alam semesta seperti : steady state teory, teori osilasi dan teori-
teori lainnya. Sebelum teori-teori tersebut dikemukakan, terdapat gagasan
yang umum pada abad ke-19 adalah gagasan para kaum materialis, yang
menyatakan alam semesta ini merupakan kumpulan materi dengan ukuran tak
hingga yang telah ada sejak dulu kala dan akan terus ada selamanya seperti
sedia kala yaitu tetap tidak berubah sama sekali. Selain menetapkan dasar
berpijak bagi faham materialis bahwa alam semesta ini adalah tidak berawal
dan tidak berakhir, pandangan ini juga menolak keberadaan sang pencipta.
Namun terlepas dari itu semua, adanya alam semesta ini karena kehendak
Nya, karena Beliaulah yang maha kuasa dan berkehendak dimuka bumi ini
atas ciptaannya. Dalam makalah ini akan dijabarkan bagaimana terbentuknya
alam semesta serta teori-teori pendukungnya.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu
bagaimanakah kosmologi perkembangan alam semesta?
2

C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk menjelaskan kosmologi
perkembangan alam semesta.




























3

BAB II
PEMBAHASAN

Kosmologi atau yang juga dikenal dengan philosophy of nature (filsafat
alam semesta), secara etimologis berasal dari akar kata bahasa Yunani, yakni
kosmos yang berarti susunan atau keteraturan; dan logos yang berarti telaah
atau studi (Siswanto, 2005: 1). Istilah ini dipakai lagi dalam pembagian filsafat
Christian Wolff (1679-1754). Kosmologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang
alam semesta, ilmu pengetahuan tentang kosmos (cosmos) atau universe. Istilah
universe ditujukan kepada segenap pangada atau segenap yang ada, yang tercipta
mulai dari atom, molekul, batu metal, gas, tumbuhan, binatang, sistem solar
(Matahari) dan segala yang ada lainnya.
Dalam penggunaan modern oleh para ilmuwan, kosmologi adalah cabang
ilmu pengetahuan yang berupaya memahami struktur ruang-waktu dan komposisi
alam semesta skala besar dengan menggunakan metode ilmu pengetahuan alam.
Ini berarti kosmologi memanfaatkan pengamatan rinci untuk memperoleh data
dan memanfaatkan teori-teori fisika untuk menafsirkan data tersebut, serta
mempergunakan penalaran matematika atau penalaran logika lainnya yang
terkandung dalam teori-teori tersebut untuk memperoleh pengetahuan lengkap
mengenai alam semesta fisik.
Kosmologi bukan astronomi yang membagi-bagi seluruh alam semesta
menjadi galaksi, bintang, planet, bulan, lalu menelaahnya satu demi satu.
Kosmologi memadukan semua cabang dan ranting pohon ilmu pengetahuan untuk
memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai alam semesta. Kosmologi
menelaah ruang dan waktu, menyelidiki asal-usul semua materi pengisi alam,
mempelajari peristiwa kosmis penting, termasuk asal mula kehidupan dan
kemungkinan perkembangan kecerdasan. Masalah yang dihadapi para kosmolog
modern adalah mempersatukan sifat-sifat alam semesta teramati untuk
memperoleh model-model alam semesta yang akan mendefinisikan struktur dan
evolusinya. Model alam semesta menjadi sarana yang dibangun manusia untuk
memperoleh gambaran mengenai alam semesta yang demikian luas. Model ini
4

dibentuk dengan bertumpu pada data empiris dan teori-teori fisika. Model alam
semesta pun senantiasa diujikan. Hasil-hasil pengamatan baru atau teori-teori baru
akan mengubah model alam semesta dari waktu ke waktu.
Dalam mempelajari ilmu lingkungan, yakni ilmu pengetahuan tentang
segala sesuatu yang kita pelajari dalam kehidupan, istilah lingkungan secara
khusus mendalami seluk beluk lingkungan hidup di mana manusia berada. Ilmu
lingkungan juga disebut envirologi (Soerjani 1994) atau enviromental science
yang dalam Chiras (1991) lebih dikhususkan lagi dengan subjudul:Action for a
sustainable future.
Berikut ini pembahasan mengenai kosmologi perkembangan alam semesta
termasuk di dalamnya kosmologi kuno dan kosmologi modern beserta teori-teori
yang mendukung.

A. Gagasan Kuno Abad 19 : Alam Semesta Kekal
Pada abad 19, penciptaan alam semesta merupakan konsep yang
diabaikan oleh para ahli astronomi, karena menurut mereka alam semesta
yelah ada sejak waktu yang tidak terbatas. Gagasan ini disebut dengan
gagasan keberadaan abadi yang sesuai dengan pandangan orang Eropa yang
berasal dari filsafat materialisme. Kemudian filsafat ini dikembangkan di
Yunani Kuno, tetapi selanjutnya mengalami kemunduran tetapi kembali
diterima pada masa pencerahan Eropa. Pada masa tersebut, Immanuel Kant
menyatakan dan mendukung kembali materialisme.
Gagasan mengenai alam semesta pada awal abad ke-20 yang dikenal
dengan paham materialisme dialektika Karl Marx da Frederich Engels.
Gagasan menyatakan bahwa alam semesta merupakan kumpulan materi
berukuran tak hingga yang telah ada sejak dahulu dan akan terus ada
selamanya atau tidak berawal dan tidak berakhir. Berdasarkan gagasan
tersebut jelas menujukkan penolakan terhadap keberadaan sang Pencipta atau
sesuai dengan paham ateisme.
Filosofis materialis George Politzer juga menyatakan bahwa alam
semesta bukanlah sesuatu yang diciptakan dan jika diciptakan, dia pasti
5

diciptakan oleh Tuhan dengan seketika dari ketiadaan. Politzer menganggap
bahwa gagasannya telah sesuai dengan sains. Tetapi pendapat-pendapat
tersebut diruntuhkan oleh perkembangan sains dan teknologi sendiri yang
menjawab asal mula dan menyatakan bahwa alam semesta mengembang.
B. Perkembangan Alam Semesta Dalam Pandangan Astronomi (Kosmologi
Modern)
1. Teori relativitas Einstein
Pada tahun 1915, berdasarkan perhitungan Eistein dalam fisika
teori, menyimpulkan alam semesta yang tidak mungkin statis dan berarti
bahwa alam semesta ini mengembang, kemudian pada tahun 1922, ahli
fisika Rusia, Alexandra Friedmann, menghasilkan perhitungan yang
menunjukkan bahwa struktur alam semesta tidaklah statis dan bahkan
impuls kecil juga mungkin cukup untuk menyebabkan struktur
keseluruhan mengembang atau mengkerut sesuai dengan teori Relativitas
Einstein. Teori relativitas itu sendiri akan menunjukkan alam semesta
yang mengembang.
Astronomer Belgia, George Lemaitre merupakan orang pertama
yang mengetahui arti perhitungan Friedmann bahwa alam semesta
mempunyai permulaan dan mengembang sebagai akibat dari sesuatu
yang telah memicunya. Leimatre juga menyatakan bahwa tingkat radiasi
dapat digunakan sebagai ukuran dari pernyataan tersebut.
2. Parameter Hubble
Pada tahun 1929, astronom Amerika bernama Edwin Hubble yang
bekerja di Observatorium Mount Wilson California, menguak misteri
lama tentang bercak-bercak kabur yang bercahaya di langit malam, yang
dinamakan nebula karena tampak seperti awan gas. Ketika Hubble
pertama kali memperkirakan jarak ke salah satu nebula yaitu Nebula
Besar dalam konstelasi Andromeda, ia menyimpulkan bahwa nebula
tersebut ternyata adalah galaksi yang jauhnya sejuta tahun cahaya.
Artinya, nebula itu berada jauh di luar Bima Sakti, yang berdiameter
100.000 tahun cahaya. Setelah Hubble menghitung jarak dari satu nebula
6

ke nebula lain. Penemuan ini menunjukkan bahwa alam semesta ini
sangat luas dan temuan ini juga memicu revolusi di bidang astronomi
serta kosmologi.
Kemudian, setelah menguak misteri tentang nebula, Hubble
mengamati alam semesta yang mengembang dengan cara mengamati
sejumlah bintang melalui teleskop raksasa miliknya, dia menemukan
bahwa cahaya bintang-bintang itu bergeser ke arah ujung merah
spektrum. Pergeseran itu berkaitan langsung dengan jarak bintang-
bintang dari bumi. Menurut aturan fisika, spektrum berkas cahaya yang
mendekati titik observasi cenderung ke arah ungu, sementara spektrum
berkas cahaya yang menjauhi titik observasi cenderung ke arah merah.
Dari hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa alam semesta di
masa lalu lebih kecil daripada sekarang, selain itu bintang-bintang tidak
hanya menjauh dari bumi tetapi mereka juga menjauhi satu sama lain.
Bukti ini menujukkan bahwa alam semesta dengan konstan
"mengembang".


Gambar 1. Edwin Hubble dan Teleskop Hubble
Kecepatan dari perkembangan alam semesta kemudian diselidiki
dan diukur oleh para astronom dengan seakurat mungkin. Dari
7

pengukuran tersebut dapat dinyatakan bahwa galaksi-galaksi bergerak
menjauhi kita sebanding dengan jarak galaksi dengan kita. Pernyataan ini
dikenal sebagai Hukum Hubble dengan persamaan sebagai berikut:



Dengan,
V = kecepatan radial galaksi
r = jarak galaksi
Ho = konstanta Hubble.
Jadi, berdasarkan persamaan di atas, dapat dinyatakan bahwa
semakin jauh jarak galaksi maka kecepatan galaksi tersebut juga semakin
besar yang digambarkan dalam grafik berikut ini :

Gambar 2 . Grafik kecepatan dan jarak galaksi
Pengukuran ini penting untuk menghitung seberapa cepat alam
semesta mengembang, dan perhitungan tersebut dapat digunakan untuk
memperkirakan usia alam semesta. Dari persamaan di atas dapat
diperoleh persamaan untuk menghitung perkiraan usia alam semesta,
yaitu :
Dari persamaan
V=Ho . r

Dengan v merupakan kecepatan radial dari galaksi pada jarak r, karena
V =


V = Ho x r

8

Maka,



Sehingga menurut perhitungan hukum Hubble, perkiraan usia jagad raya
dapat diperoleh dari persamaan,



Kecepatan pengembangan alam semesta dapat memiliki dampak
penting terhadap masa depan. Karena apabila alam semesta mengembang
terlalu lambat, segala sesuatu akan mengecil karena pengaruh gravitasi
yang lebih besar. Namun, apabila pengembangannya terlalu cepat, alam
semesta dapat terus mengembang selamanya dan pada akhirnya akan
lenyap.
3. Teori Big Bang
Dari penemuan Hubble tersebut, berarti jika alam semesta semakin
lama akan semakin besar maka pada masa lampau segala materi alam
semesta juga terpadatkan dalam massa yang berasal dari satu titik yang
memiliki volume nol karena gaya gravitasi yang sangat besar.
Pernyataan volume nol ini merupakan pernyataan teoritis untuk
mempermudah pemahaman untuk mendefinisikan konsep ketiadaan
tentang munculnya alam semesta, sehingga dapat diartikan bahwa alam
semesta muncul dari ketiadaan. Penemuan Hubble inilah yang digunakan
sebagai dasar untuk pengembangan teori ledakan raksasa, yaitu bahwa
alam semesta berasal dari suatu ledakan kosmis atau melalui ledakan titik
tunggal yang mempunyai volume nol sekitar 13 miliar tahun yang lalu.
Ledakan raksasa yang menandai terbentuknya alam semesta ini dikenal
dengan nama Big Bang.
Berdasarkan teori big bang, keseluruhan materi di alam semesta
diciptakan melalui big bang atau ledakan raksasa dan satu titik tunggal
To =



9

yang membentuk alam semesta kini dengan cara pemisahan satu dengan
yang lain. Pendapat dari teori big bang ini Alam semesta berlawanan
dengan pendapat materialisme yang menyatakan bahwa "alam semesta
sudah ada selamanya tetapi alam semesta mempunyai permulaan.

Gambar 3. Model Perkembangan Alam Semesta Teori Big Bang

4. Teori Steady-state
Ahli astronomi yang menentang teori big bang salah satunya adalah
Fred Hoyle. Sekitar pertengahan abad 20, ia mengemukakan suatu teori
yang disebut steady-state yang mirip dengan teori 'alam semesta tetap' di
abad 19. Teori steady-state menyatakan bahwa alam semesta berukuran
tak hingga dan kekal sepanjang masa. Menurut teori steady-state, ketika
jagad raya mengembang materi baru terus menerus muncul dengan
sendirinya dalam jumlah yang tepat sehingga alam semesta tetap berada
dalam kedaan stabil. Teori ini jelas menentang teori big bang yang
menyatakan bahwa alam semesta mempunyai permulaan. Pendukung
teori steady-state tetap bersikeras menetang teori big bang selama
bertahun-tahun, akan tetapi ilmu pengetahuan meruntuhkan pandangan
mereka.
10


Gambar 4. Model Perkembangan Alam Semesta Teori Steady State

5. Pendukung Kebenaran Teori Big Bang
Pada tahun 1948, Gerge Gamov muncul dengan gagasan lain
tentang Big Bang. Ia mengatakan bahwa setelah pembentukan alam
semesta melalui ledakan raksasa, sisa radiasi yang ditinggalkan oleh
ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi ini haruslah tersebar
merata di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang 'seharusnya ada' ini
pada akhirnya diketemukan. Pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno
Penziaz dan Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa sengaja.
Radiasi ini, yang disebut 'radiasi latar kosmis', tidak terlihat memancar
dari satu sumber tertentu, akan tetapi meliputi keseluruhan ruang
angkasa. Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini adalah sisa radiasi
peninggalan dari tahapan awal peristiwa Big Bang. Penzias dan Wilson
dianugerahi hadiah Nobel untuk penemuan mereka
Pada tahun 1989, NASA mengirimkan satelit Cosmic Background
Explorer. (COBE) ke ruang angkasa untuk melakukan penelitian tentang
radiasi latar kosmis. Hanya perlu 8 menit bagi COBE untuk
membuktikan perhitungan Penziaz dan Wilson. COBE telah menemukan
sisa ledakan raksasa yang telah terjadi di awal pembentukan alam
semesta. Dinyatakan sebagai penemuan astronomi terbesar sepanjang
masa, penemuan ini dengan jelas membuktikan teori Big Bang. Bukti
penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang
11

angkasa. Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi
hidrogen-helium di alam semesta bersesuaian dengan perhitungan teoritis
konsentrasi hidrogen-helium sisa peninggalan peristiwa Big Bang. Jika
alam semesta tak memiliki permulaan dan jika ia telah ada sejak dulu
kala, maka unsur hidrogen ini seharusnya telah habis sama sekali dan
berubah menjadi helium.

6. Teori Osilasi
Teori selanjutnya mengenai kejadian alam semesta yaitu teori osilasi.
Teori ini hampir sama dengan teori steady state yaitu bahwa alam
semesta tidak memiliki awal dan tidak memiliki akhir, namun dalam teori
ini mengakui adanya dentuman besar (big bang) dan pada suatu saat
gravitasi akan menyedot kembali efek ekspansi sehingga alam semesta
akan kembali mengempis dan pada akhirnya akan menggumpal kembali
dalam kepadatan dan temperature yang tinggi dan kemudian akan terjadi
dentuman (big bang) kembali. Menurut teori ini setelah big bang kembali
terjadi selanjutnya akan dimulai ekspasi yang kedua dan suatu saat akan
mengempis dan meledak kembali dan seterusnya secara periodik. Akan
tetapi dalam proses ini tidak ada materi yang rusak, hilang atau tercipta,
namun hanya mampat atau merenggang.

Gambar 5. Model Perkembangan Alam Semesta Teori Osilasi


12

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Kosmologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang berupaya memahami
struktur ruang-waktu dan komposisi alam semesta skala besar dengan
menggunakan metode ilmu pengetahuan alam. Dalam mempelajari
perkembangan alam semesta terdapat dua kosmologi yaitu kosmologi kuno
dan kosmologi modern.
Kosmologi kuno atau gagasan kuno mengenai alam semesta pada abad
ke 19 menyatakan bahwa alam semesta merupakan kumpulan materi
berukuran tak hingga yang telah ada sejak dahulu dan akan terus ada
selamanya atau tidak berawal dan tidak berakhir. Gagasan ini berasal dari
filsafat materialism yang secara otomatis mempercayai paham ateisme yaitu
tidak mempercayai adanya pencipta.
Sedangkan kosmologi modern mengenai alam semesta menujukkan
bahwa sains dan teknologi telah membuktikan bahwa alam semesta
mengembang dan alam semesta muncul dari ketiadaan. Dalam kosmologi ini,
terdapat beberapa hipotesis tentang terbentuknya alam semesta yang dikenal
dengan Teori Relativitas Einstein, hukum Hubble, Teori Big Bang, Teori
Osilasi dan Teori Steady State yang menentang Teori Big Bang. Akan tetapi
telah terdapat berbagai bukti yang mendasari kebenaran teori Big Bang.

B. SARAN








13

DAFTAR PUSTAKA

Hynek, J.Allen, H.Apfel, Necia. 1972. Astronomy One. Phillipines : Nortwestern
University
Mart, Dr Terry. Universe. Diakses melalui staff.fisika.ui.ac.id/tmart/universe.html
pada tanggal 5 April 2014
________.Alam Semesta Yang Penuh Kejutan. Diakses melalui
http://wol.jw.org/en/wol/d/r25/lp-in/102009286 pada tanggal 5 April 2014
Djakaria, M.Nur..Teori Kejadian Alam Semesta . Diakses melalui
file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/194902051978031-
DJAKARIA_M_NUR/TEORI_KEJADIAN_ALAM_SEMESTA.pdf pada
tanggal 5 April 2014

Anda mungkin juga menyukai