Anda di halaman 1dari 33

1

BAB I
PENDAHULUAN

Masalah ekonomi merupakan masalah yang dapat dianggap universal.
Sebab seluruh dunia menaruh perhatian pada masalah ekonomi. Oleh karena itu,
banyak yang beranggapan bahwa peperangan atau penjajahan yang terjadi-
sekalipun tidak seluruhnya tetapi kebanyakan-dikarenakan masalah ekonomi juga.
Penjajahan, perbudakan, maupun penindasan tidak lain hanyalah perwujudan yang
memiliki sisi lain dari peperangan yang terjadi. Para ahli ekonomi sibuk dan
membuat dunia seluruhnya tenggelam dalam karangan-karangan mereka soal
ekonomi. akan tetapi, jarang sekali yang dapat dipertemukan satu sama lain dalam
sedikit atau banyak hal. Begitu ketat dan sengitnya perseteruan itu, maka dunia
terbagi menjadi blok-blok, yaitu blok barat dan blok timur; kapitalis dan komunis,
dan seterusnya.
Dengan adanya blok-blok tersebut, maka semakin sulit bagi ilmu ekonomi
untuk memecahkan persoalan masyarakat dalam kehidupannya. Karena tidak ada
suatu strategi dan cara yang utuh dan menyeluruh. Di sisi lain, aspek kehidupan
umat manusia sangat kompleks. Mengingat pentingnya persoalan ekonomi bagi
kehidupan umat manusia, mengapa persoalan ekonomi ini tidak dapat diselesaikan
secara komprehensif. Tentu saja, pisau bedah persoalan inilah yang mungkin
kurang tepat untuk diterapkan. Untuk itu, kita perlu kembali pada strategi serta
cara yang benar dan menyeluruh.
Kalau kita kembali kepada ajaran islam, dalam QS Ar Rum, Allah secara
tegas menyatakan:
39. Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah,
maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya).
2

40. Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki, kemudian
mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang
kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian
itu? Maha Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.
41. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Undang-undang perekonomian kita telah dijelaskan oleh ayat tersebut.
Oleh karena itu, pemikiran atas dasar Al Quran dan Hadits Rasulullah sebagai
undang-undang tertinggi bagi kaum muslim, dalam melakukan aktivitas
kehidupannya perlu dirasionalisasikan dan diimplementasikan. Upaya ini harus
segera dilakukan sebelum bertambah lagi persoalan-persoalan genting kehidupan
ini muncul.












3


BAB II
PEMBAHASAN

A. Ekonomi Islam dan Pemikiran Menuju Akuntansi Syariah
Islam adalah agama yang mengajarkan kepada umatnya untuk
selalu bekerja, optimis, kreatif, dinamis, dan inovatif. Ajaran ini
dimaksudkan agar umat islam selalu dapat menyesuaikan diri dengan
percepatan perkembangan yang terjadi dalam mayarakat. Dengan ajaran
tersebut, islam telah menjadi agama yang memiliki kekuatan dinamis
dalam dunia modern ini.
Dewasa ini perkembangan masyarakat tampaknya mengarah
kepada asalnya (back to nature atau back to basic). Ramalan Naisbitt
(1994) [yang dikutip oleh Harahap (1997, 2)] sempat menerjemahkan
fenomena ini dalam bukunya Megatrend 2000, menyebutkan bahwa
masyarakat di tahun 2000 dan seterusnya semakin mengalami peningkatan
kadar keberagaman dan semangat keagamaan. Artinya masyarakat akan
kembali memberikan perhatian kepada ajaran agamanya.
Gejala tersebut muncul karena ternyata apa yang dilakukan mansia
selama ini untuk mencari kesenangannya sendiri dengan pola sendiri tdak
membawa kebahagiaan. Akhirnya manusia mulai mencari kecenderungan
baru, yaitu mencari cara untuk dapat mencapai kebahagiaan yang hakiki.
Oleh karena itu, jalan satu-satunya adalah dengan kembali kepada ajaran
agamanya. Dengan kata lain, perilaku dalam berbagai bidang: politik,
sosial, budaya, ekonomi harus dilandaskan pada syariah. Sehingga
wajarlah bila perkembangan terakhir di negara kita, khususnya dalam
bidang ekonomi dan bisnis, mulai bermunculan lembaga-lembaga bisnis
yang falsafah dan sistem operasionalnya didasarkan pada syariah.
Pergeseran masyarakat ini juga berkembang sampai ke dalam
dunia ilmiah. Bagaimanapun juga, negara barat tidak dapat selamanya
menyembunyikan kontribusi perkembangan peradaban umat islam yang
4

telah maju lebih dahulu dengan puncaknya 900-1200 M, sedangkan
peradaban barat sekitar 1350 sampai sekarang. Islam lebih dahulu
memiliki pemikiran-pemikiran terkemuka yang selama ini disembunyikan,
seperti Ibn Rusyd, Ibn Sina, Maskaweh, Aljabar, Alkhawariz.jelas bahwa
dinamika masyarakat islam dalam kancah perkembangan peradaban umat
manusia memberikan kontribusi yang begitu besar. Akan tetapi,
kenyataannya masyarakat islam apabila dibandingkan dengan masyarakat
barat jauh tertinggal. Khususnya dalam ekonomi, masyarakat muslim aau
negara-negara islam masih berada dalam kelas masyarakat atau negara
menengah ke bawah.
Negara-negara islam tengah menderita keterbelakangan ekonomi
secara luar biasa, yaitu mubadzirnya atau kurang dimanfaatkannya sumber
daya manusia dan fisik. Akibatnya kemiskinan, keterbelakangan, dan
stagnansi terjadi dimana-mana. Meskipun negara itu termasuk kaya
sumber daya, namun keadaan ekonominya tetap tidak berkembang.
Standar hidup rata-rata penduduknya masih rendah.
Secara makro kita mengetahui bahwa negara-negara islam tidak
memiliki strategi pembangunan yang benar-benar didasarkan pada prinsip
islam. Bahkan secara ideologis politik-ekonomi, negara-negara tersebut
masih berangkat dari falsafah Kapitalisme dan Sosialisme. Padahal
Shopian mengatakan bahwa,
Nilai-nilai moralitas pembangunan dan kerja sama di antara
negara berkembang tersebut dapat pula menjadi gambaran betapa
konsepsi pembangunan masyarakat islam haruslah didasarkan pada
formulasi dasar-dasar etika yang digali dari semangat Al Quran dan
As Sunnah.
Islam adalah agama universal yang sederhana, mudah untuk
dipahami dan dirasionalisasikan. Islam ada didasarkan pada tiga prinsip
fundamental, yaitu tauhid, khilafah, dan adalah. Prinsip-prinsip ini bukan
hanya sekedar tujuan akhir syariah, tapi juga merupakan strategi untuk
mewujudkan syariah tersebut.
5

Konsep pembangunan ekonomi islam tidak dapat terlepas dari
konsep pembangunan islami. Agama islam adalah agama yang sangat
memperhatikan masalah pembangunan ekonomi, namun tetap
menempatkan pembangunan umat manusia sebagai masalah yang lebih
penting dan lebih besar. Fungsi utama islam adalah membimbing manusia
pada jalur yang benar dengan arah yang tepat. Oleh karena itu, apabila kita
memiliki komitmen pada pembangunan ekonomi, semua aspek yang
berkaitan dengan pembangunan ekonomi harus menyatu dengan
pembangunan umat manusia secara keseluruhan. Di samping itu, kerangka
landasannya harus jelas dan kokoh. Menurut Chapra ada lima dasar
filosofis yang melandasi berlangsungnya pembangunan kehidupan umat,
yaitu:
1. Tauhid, yang meletakkan dasar-dasar hubungan antara Allah-
manusia dan manusia dengan sesamanya
2. Rubbubiyah, yang menyatakan dasar-dasar hukum Allah untuk
selanjutnya mengatur model pembangunan yang bernapaskan islam
3. Khilafah, yang menjelaskan status dan peran manusia sebagai wakil
Allah di muka bumi. Pertanggungjawaban ini menyangkut manusia
sebagai muslim maupun sebagai anggota dari umat manusia. Dari
konsep ini lahir pengertian tertang perwalian, moral, politik,
ekonomi, etika, serta prinsip-prinsip organisasi sosial
4. Tazkiyah, misi utama utusan Allah untuk mensucikan manusia dalam
hubungannya dengan Allah, sesamanya, alam lingkungan,
masyarakat, dan negara
5. Falah, yaitu sukses di dunia maupun di akhirat.
Selain lima dasar pokok tersebut dalam kerangka islam,
pembangunan adalah aktivitas yang multidimensional. Semua usaha harus
diarahkan kepada keseimbangan dari berbagai faktor dan tidak ada
ketimpangan diantaranya. Pembangunan akan menimbulkan sejumlah
perubahan secara kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan dua aspek ini
harus seiring, sehingga tidak menimbulkan ketimpangan atau kesenjangan
yang terlepas dari prinsip kebenaran dan keadilan.
6

Hasil dari pembangunan ekonomi biasanya diwujudkan dalam
bentuk produk yang seharusnya dimiliki oleh warga negara dan
terdistribusikan secara adil. Sehingga ada dua konsep utama dalam
kerangka sstem ekonomi islam, yaitu kerangka kepemilikan dan keadilan.
Kepemilikan dan keadilan pembangunan ekonomi dapat benar-benar
terwujud apabila tidak terjadi akumulasi modal dan sentralisasi kekuasaan.
Hal ini juga akan mengantarkan kepada konsep etika ekonomi islam.
Ide keadilan ekonomi islam didasarkan pada dua unsur: pertama,
bentuk keseimbangan dan proporsi yang harus dipertahankan diantara
masyarakat dengan mengindahkan hak-hak mereka. Kedua, bagian yang
menjadi hak setiap orang dengan penuh kesadaran harus diberikan
kepadanya, apa yang dituntut dalam hal ini adalah keseimbangan dan
proporsi yang tepat bukannya persamaan.
1. Pendekatan Umum dalam Pembangunan Ekonomi
Kegagalan pembangunan ekonomi secara tradisional ditandai
dengan adanya kemiskinan masyarakat, eksploitasi kaum miskin dari
kaum kaya dan berkuasa, meningkatnya disparitas pada tingkat
regional dan internasional, tidak seimbangnya produksi dan
konsumsi terhadap kebutuhan lingkungan, dan tidak rasionalnya
pemanfaatan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaiki. Oleh
karena itu, beberapa ahli ekonomi menekankan perlunya
pertanggungjawaban sosial, kultural, dan agama dalam memilih
jalur-jalur pembangunan, yang lebih baik daripada jalur atau strategi
pembangunan pola barat.
2. Membangkitkan Kembali Pendekatan Pembangunan secara
Islami
Islam adalah agama yang memilikimkode etika kehidupan
yang komplit, sehingga sangat potensial untuk menyelesaikan
masalah kehidupan umat manusia, baik dari sisi sosial, politik, dan
ekonomi. pada kenyataannya, sampai saat ini ekonomi masyarakat
muslim masih mengekor sistem kapitalis barat dan beberapa negara
7

juga menganut sistem sosialis dan nasionalis sejak mereka
memperoleh kemerdekaannya dari kekuatan asing. Jadi perlu adanya
komitmen melakukan transisi dari paradigma lama ke paradigma
islam. Sebab tidak satu pun sistem yang dapat mengantarkan
kebaikan bagi masyarakat muslim. Upaya-upaya yang dilakukan
oleh negara islam untuk keluar dari masalah cengkraman bangsa
barat, dewasa ini telah diupayakan. Upaya inilah yang disebut
dengan proses islamisasi.
3. Sistem Ekonomi Islam
Ada dua aliran besar sistem ekonomi yang dikenal di dunia,
yaitu sistem ekonomi kapitalisme dan sistem ekonomi sosialisme.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa aliran kapitalisme dapat
dikatakan mendominasi praktik ekonomi di berbagai belahan bumi
ini, karena terbukti bahwa aliran ini lebih menjanjikan kemakmuran
masyarakat yang menjadi tujuan semua sistem perekonomian.
Sementara itu, aliran sosialisme tampak menjadi kurang populer
karena terbukti dari beberapa negara yang menerapkannya, tingkat
kemakmuran yang dicapai kalah jauh dari negara-negara yang
menerapkan sistem ekonomi kapitalisme. Oleh karena itu, dapat
disaksikan akhir-akhir ini semakin banyak negara yang
mengorientasikan sistem ekonominya menjadi kapitalisme.
Kalau dicermati lebih jauh, ada sebuah sistem lain yang
berbeda dari sistem ekonomi kapitalisme maupun sosialisme, yaitu
sistem ekonomi islam. Terlepas daro perbedaan pandangan diantara
berbagai pihak, ternyata msih ada sebagian kalangan yang
mempertanyakan apakah perlu dipakai istilah sistem ekonomi
islam atau tidak. Dipandang dari sudut pandang keilmuan, sistem
ekonomi islam dapat disejajarkan dengan kapitalisme dan sosialisme
sebagai sebuah sistem.perbandinagn ketiga sistem ini dapat dilihat
pada tabel berikut.

8

Sosialisme Sistem
Ekonomi Islam
Kapitalisme
Paradigma
Marxisme
Paradigma Syariah Paradigma Ekonomi
Pasar
Dasar Landasan
Mikro:
Tidak ada
kepemilikan pribadi
atas alat-alat
produksi
Dasar Landasan
Mikro:
Muslimin (ahsani
taqwim)
Dasar Landasan
Mikro:
manusia ekonomi
Landasan Filosofis:
Materialisme
dialektikal
Landasan Filosofis:
Individualisme dalam
peran dari wakil
Tuhan di bumi dangan
tujuan untuk mencapai
falah di dunia dan
akhirat,
pertanggungjawaban
atas kinerja
Landasan Filosofis:
Individualisme
utilitarian
berdasarkan filosofi
laissezfaire


Sistem ekonomi islam merupakan subsistem dari suprasistem ajaran
islam. Sebagai sebuah subsistem, sistem ekonomi islam tegak dan
ditegakkan dengan bertumpu pada pilar-pilar atau landasan yang
kokoh. Menurut Dumairy pilar-pilar atau landasan itu adalah:
1. Nilai dasar
2. Nilai instrumen
3. Nilai filosofis
4. Nilai normatif
5. Nilai praktis.
9

Untuk dapat menjalankan suatu sub atau sistembaru dari
kerangka sistem yang telah ada, harus mengkaji pilar-pilar tersebut
sehingga apa yang direncanakan dan akan dilaksanakan dapat
diwujudkan, tanpa banyak menimbulkan dampak kurang baik
kepada masyarakat pemakai.
Bangun ekonomi islam atau ekonomi syariah (yang di
dalamnya mencakup ilmu manajemen dan akuntansi) akan menjadi
sebuah sistem ekonomi yang kokoh apabila dari seluruh aspek
bangun sistem tersebut dapat dikenali berdasarkan sistem-Nya atau
pendekatan sistem. Dengan demikian, secara parsial menurut
Dumairy dapat dirumuskan:
Ilmu ekonomi yang islami ialah ilmu ekonomi yang
bernapaskan islam, diciptakan dengan sendi dan landasan
ajaran islam; teori dan model ekonomi yang islami adalah
teori dan model yang bernapaskan islam, disusun dan
dibentuk dengan bersendikan dan berlandaskan ajaran islam;
kebijakan ekonomi yang islami adalah kebijakan ekonomi
yang bernapaskan islam, yaitu suatu kehidupan yang
perekonomiannya dijalankan bedasarkan ilmu, teori, serta
kebijakan yang bernapaskan islam.
Apabila perekonomian yang dijalankan hanya kebijakan-
kebijakannya saja yang islami sehingga diklaim sebagai ekonomi
yang islami padahal ilmu ekonomi yang menjadi rujukannya bukan
merupakan ilmu ekonomi yang islami, maka hal itu sama saja
dengan islamisasi ilmu ekonomi yang bersangkutan. Sama saja
maknanya dengan berapologi mencari-cari pembenaran sesuatu yang
tidak islami agar sesuai dengan ajaran islam. Bukan kehidupan
ekonomi islam yang seperti itu yang diinginkan oleh umat islam.
Bukan ekonomi islam yang merupakan hasil pemufakatan antara ide
ekonomi nonislam dengan kaidah-kaidah keislaman. Melainkan
ekonomi islam yang murni bersumber dan digali dari ajaran islam,
10

dengan Al Quran dan Hadits sebagai rujukan utama serta ijtihad
sebagai rujukan tambahan. Filosofi dari masing-masing dan untuk
seluruh unsur sistem perekonomian tersebut haruslah islam, tidak
dapat ditawar-tawar.
Dengan kata lain, diperlukan upaya pendekatan sistem untuk
melakukan berpikir mengenali tentang faktor dan kemungkinan
kekokohan bangunan sistem ekonomi islam yang semestinya, baru
kemudian dilakukan berpikir untuk melaksanakannya.
4. Perkembangan Pemikiran Ekonomi
Islam, sejak risalah Muhammad SAW sampai kepada suatu
zaman yang disebut the golden age of islam lalu ke zaman
pembekuan atau kegelapan (the dark age) merupakan pengalaman
empiris dan sebagai batu uji pemikir muslim era globalisasi untuk
membangkitkan kembali islam. Apabila kebangkitan ini berhasil,
islam akan mewarnai abad ekonomi modern dewasa ini, baik di
tingkat nasional, regional, maupun global. Pertemuan para ahli
ekonomi muslim sedunia dalam International Conference Of Islamic
Economic 1 di Mekah pada 1976 telah mendorong gairah untuk
menggali nilai islam bagi ekonomi bangsa dunia di tengah-tengah
krisis kehidupan akibat sistem ekonomi kapitalis individualistik dan
marxis sosialistik.
Konsep ekonomi islam mampu mengentaskan kehidupan
manusia dari ancaman pertarungan, perpecahan akibat persaingan,
kegelisahan akibat kerakusan, dan ancaman-ancaman keselamatan,
keamanan, serta ketentraman hidup manusia kepada kehidupan yang
damai dan sejahtera.
5. Sistematik Nilai Ekonomi
Menurut Saefudin, sistematik adalah menggolongkan nilai-
nilai menurut hierarki tertentu sehingga kita dapat menarik
hubungan-hubungan nilai dan interaksinya, dan dengan demikian
eksistensi suatu sistem dapat dijelaskan. Hierarki nilai-nilai secara
11

aksiologi menunjukan hierarki strategis dan taktik untuk suatu
kerangka referensi yang selalu berubah, maupun yang bersifat
mutlak. Oleh karena itu, sistematik hierarki nilai dari suatu sistem
pada dasarnya sama, yang membedakan ialah substansi nilai tersebut
yang ditentukan oleh agama atau aliran pemikiran tertentu.
Sistem ekonomi harus disusun dari seperangkat nilai-nilai
yang dapat membangun organisasi kegiatan ekonomi menurut
kerangka referensi tertentu. Seperangkat nilai berdasarkan pada
pandangan filsafat tentang ekonomi dan dipihak lain merupakan
interaksi nilai-nilai yang membentuk perangkat nilai dasar dan nilai
instrumental bagi kegiatan ekonomi yang dikehendaki oleh sistem.
Dengan demikian, komponen penting dalam menyusun eksistensi
sistem ekonomi ada tiga, yaitu filsafat, nilai dasar, dan nilai
instrumental ekonomi.
Filsafat ekonomi merupakan prinsip dasar sistem yang
dibangun menurut dokrin kehidupan hubungan antara manusia,
alam, dan Tuhan, senagai pedoman nilai-nilai dan pandangan tentang
kegiatan ekonomi. Bertolak dari filsafat ekonomi dapat
diturunkannilai-nilai dasar yang akan membangun kerangak sosial,
legal, dan tingkah laku dari sistem. Kemudian diturunkan nilai-nilai
instrumental sebagai perangkat aturan permainan yang akan
menjamin terlaksananya atau tergeraknya sistem yang ada. Sistem
ekonomi bertujuan untuk pertumbuhan ekonomi atau keadilan
distribusi, kebebasan persaingan individual atau saling
kebergantungan masyarakat/ negara, pembangunan ekonomi dengan
memelihara moral agama.
Menghadapi berbagai sistem ekonomi didunia ini kita
hendaknya kembali kepada konsep segi tiga (triangle) filsafat
Tuhan-manusia-alam yang saliang mengutamakan eksistensinya
masing-masing dimana Tuhan terletak disudut paling puncak.

12

Tuhan



Manusia Alam

6. Filsafat Ekonomi Islam
Filsafat ekonomi merupakan orientasi dasar ilmu ekonomi,
yang dapat berlainan menurut kerangka referensi berbeda. Filsafat
ekonomi islam sendiri merupakan alternatif dan menjadi orientasi
dasar ilmu ekonomi yang paradigmanya relevan dengan nilai-nilai
logika, etika, dan estetika yang Islami. Dalam pembahasan
selanjutnya kita akan melihat tiga referensi filsafat ekonomi, yaitu
aliran Kapitalisme, aliran Marxisme, dan menurut Islam.
Filsafat ekonomi Kapitalisme tergambar pada prinsip laissez
faire dan kekuatan tersamar, kebebasan orang diberikan sepenuhnya
untuk mengeruk keuntungan bagi dirinya. Filsafat ini memandang
bahwa Tuhan itu memang ada tetapi tidak ikut campur dalam bisnis
manusia, atau menganggap bahwa Tuhan itu sudah pensiun, tidur,
sudah pindah, atau sedang jalan-jalan ke negara-negara dan bangsa
yang sedang berkembang. Filsafat semacam ini menggambarkan
agnotisisme yang pada gilirannya akan menerima akibat fatal bagi
eksistensi konsepsegi tiga. Filsafat ini membawa manusia kapada
kehidupan yang materialistis walaupun masih mengaku ada segi-
segimoral dan rohani agama dalam kehidupan.
Filsafat ekonomi Marxisme terkenal dengan konsep
perjuanagna kelas dan pertentangan kelas, revolusi, dan kekuasaan
proletar. Perjuangan dan pertentangan kelas ini adalah penjabaran
dari filsafat konflik, moodifikasi, dan gambaran macam-macam
13

Tuhan bangsa Yunani yang satu sama lain bertentangan dengan
kemauan dan keinginan, dan Tuhan pembalas dendam dari
kebudayaan Ibrani Kristen. Dengan demikian, filsafal Matxisme ini
pada dasarnya mengingari agama dan membawa manusia kepada
materialisme juga.
Dari uraian kedua macam filsafat tersebut maka dapat
diketahui ternyata filsafat tersebut menghasilkan ilmu ekonomi yang
selain tidak dapat secara bulat memecahkan masalah ekonomi, tetapi
juga tidak sanggup memecahkan masalah manusiannya, karena
disini manusia dianggap hanya sebagai subjek budaya saja, karena
manusia sesungguhnya sekedar binatang ekonomi (homo
economicus).
Filsafat ekonomi Islam adalah sisitem ekonomi yang
berasaskan pada konsep Tauhid. Tiga asas pokok filsafat ekonomi
Islam yang menjadi dasar ilmu ekonomi Islam yaitu :
a. Dunia dengan segala isisnya adalah milik Allah dan berjalan
menurut kehendak-Nya;
b. Allah dalah pencipta semua makhluk dan semua makhluk
tunduk kepada-Nya;
c. Iman kepada hari kiamat akan mempengaruhi tingkah laku
ekonomi manusia menurut horizon waktu.
Makna dari tiga asas pokok filsafat ekonomi Islam yang
merupakan orientasi dasar ilmu ekonomi dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Dunia ini, semua harta dan sumber0sumber kekayaan adalah
milik Allah danfaatkan sesuai dengan aturan-Nya. Kepunyaan-
Nya apa yang ada dilangit dan segala yang dibumi, semua ynag
ada di antara keduannya dan apa yang dibawah tanah. Manusia
sebagai khalifah-Nya hanya mempunyai hak khilafah dan tidak
absolut serta harus unduk melaksanakan hukum-Nya.
14

b. Allah itu Esa, pencipta segala makhluk dan semua yang
diciptakan-Nya tunduk kepada-Nya. Alam ini, semua flora dan
fauna, ditundukkan oleh Allah bagi umat manusia sebagai
sumber manfaat ekonomis dan bahan pemenuhan kebutuhan
umat manusia. Semua manusia adalah sama dan tidak terbentuk
atas kelas-kelas, sedangkan perbedaannya ialah pada
keterandalannya taqwa dalam perbuatan amal salehnya.
Sedangkan ketidak merataan karunia nikmat dan kekayaan
sumber-sumber ekonomi kepada perorangan adalah kuasa Allah,
tujuannya adalah agar mereka yang diberi kelebihan sadar
menegakkan persamaan masyarakat (egalitarian) dan bersyukur
kepada-Nya.
c. Iman kepada hari pengadilan (kiamat). Seorang muslim yang
melakukan tindakan ekonomi tertentu akan mempertimbangkan
akibatnya pada hari kemudian. Menurut dalil ekonomi, hal ini
mengandung maksud bahwa orang akan membandingkan
manfaat dan biaya (benefit cost) dalam memilih kegiatan
ekonomi dengan menghitung nilai sekarang dan hasil yang akan
dicapai pada masa mendatang. Hasil kegiatan mendatang ialah
semua yang diperoleh baik sebelum maupun sesudah mati
(extended time horizon).
Ketiga asas tersebut berpangkal dari asas tauhid, yang jelas
sangat berbeda jauh dengan asas filsafat ekonomi lainnya. Dengan
demikian dapat disimpulkan, bahwa bilafilsafat sudah berlainan
maka nilai-nilai dasar dan istrumental dari ekonomi akan
menunjukkan perbedaan-perbedaan yang nyata pula.
7. Nilai Dasar Ekonomi Islam
Nilai-nilai dasar ekonomi Islam memiliki asas filsafat tauhid.
Tauhid memiliki konteks etika yang menunjuk pada integrasi
antara aspek-spekspiritual dan temporal dalam eksistensi manusia.
Etika merupakan hal terpenting dalam Islam. Tauhid bukanlah
15

sekedar tujuan (objective), tetapi pedoman bagi proses dinamis,
suatu hal yang sangat relevan bagi ilmu ekonomi. Nilai-nilai dasar
eonomi yang berfalsafah tauhid, menurut Saefuddin (1998), adalah
:
a. Kepemilikan (ownership)
1) Kepemilikan terletak pada kemanfaatannya dan bukan
menguasai secara mutlak terhadap sumber-sumber
ekonomi. Seorang muslim yang tidak memproduksi
manfaat dari sumber-sumber yang dimanfaatkan Allah
padanya akan kehilangan hak atas sumber-sumber
tersebut, seperti berlaku terhadap pemilikan lahan atau
tanah.
2) Kepemilikan terbatas sepanjang usia hidup manusia
didunia, dan bila orang itu mati, maka harus
didistribusikan kepadaahli warisnya menurut ketentuan
Islam.
3) Kepemilikan perorangan tidak dibolehkan terhadap
sumber-sumber ekonomi yang menyangkut kepentingan
umum atau hajat hidup orang banyak. Sumber-sumber ini
menjadi milik umum dan negara.
b. Keseimbangan (equilibrium)
Konsep keseimbangan tidak hanya sekedar seimbang
antara timbangan kebaikan hasil usahanya diarahkan untuk
dunia dan untuk akhirat saja, tetapi berkaitan juga dengan
kepentingan (kebebasan) perorangan dengan kepentingan
umum yang harusdipelihara, grow with equity tampil dalam
kehidupan ekonomi masyarakat, dan keseimbangan antara hak
dan kewajiban. Konsep nilai kesederhanaan berlaku dalam
tingkah laku ekonomi terutama menjauhi konsumerisme.
Contoh dari nilai keseimbangan ini misalnya kesederhanaan
(moderation), berhemat (parsimony), dan menjauhi
pemborosan (extravagance).
16

c. Keadilan (justice)
1) Keadilan berarti kebebasan yang bersyarat akhlak Islam.
Kebebasan yang tidak terbatas akan mengakibatkan
ketidakserasiannya antara pertumbuhan produk dengan
hak-hak istimewa bagi segolongan kecil untuk
mengumpulkan kekayaan melimpah dan mempertajam
pertentangan antara yang kuat dan akhirnya akan
menghancurkan tatanan sosial.
2) Keadilan harus ditetapkan disemua fase kegiatan ekonomi.
Keadilan dalam produksi dan konsumsi ialah panduan
(arransement) efisiensi dan memberantas pemborosan.
Hal tersebut merupakan suatu kezaliman dan penindasan
apabila seseorang dibiarkan berbuat terhadap hartanya
sendiri melampaui batas yang ditetapkan dan bahkan
samapi merampas hak orang lain. Keadilan dalam
distribusi adalah penilaian yang tepat terhadap faktor-
faktor produksi dan kebijakan harga, hasilnya sesuai
dengan takaran yang wajar dan ukuran yang tepat atau
kadar yang sebenarnya. Keadilan berarti kebijakaksanaan
dalam mengalokasikan sejumlah hasil tertentu dari
kegiatan ekonomi bagi mereka yang tidak mampu
memasuki pasar atau tidak sanggup membelinya menurut
kekuatan pasar, yakni kebijakan melalui zakat, infak, da
shadaqah.
Ketiga nilai dasar ekonomi Islam diatas yaitu kebebasan
terbatas terhadap pemilikan harta kekayaan dan sumber-
sumber, nilai keseimbangan, dan nilai keadilan, merupakan
kesatuan nilai yang tidak dapat dipisahkan. Nilai dasar
merupakan pangkal bertolak untuk mengungkap nilai-nilai
instrumental ekonomi.

17

8. Nilai Instrumental Ekonomi Islam
Dalam sistem Kapitalisme nilai instrumental terletak pada
nilai persaingan sempurna dan kebebasan keluar masuk pasar tanpa
hambatan, informasi dan bentuk pasar atomistik, dari tiap unit
ekonomi, pasar yang monopolistik untuk mencegah perang harga
dan pada waktu yang sam menjamin produsen dengan kemampuan
menetapkan harga-harga lebih tinggi dari pada biaya marginal
(marginal cost). Sedangkan dalam Maxsime, semua perencanaan
ekonomi dilaksanakan secara sentral melalui proses berulang-ulang
(iterasi) yang mekanistik, pemilihan kaum proletar terhadap faktor-
faktor produksi diatur secara kolektif. Proses iterasi dan
kolektivisme ini adalah beberapa nilai instrumental yang pokok
dari sistem Marxisme.
Nilai instrumental ekonomi Islam adalah nilai instrumental
yang strategis dan sangat berpengaruh pada tingkah laku ekonomi
manusia dan masyarakat serta pembangunan ekonomi umumnya,
yang meliputi zakat, larangan riba, kerjasama ekonomi, jaminan
sosial, dan peran negara.
a. Zakat
Zakat merupakan sumber dana jaminan sosial yang
nantinya akan berikan kepada orang fakir, orang miskin,
pengurus zakat, orang mualaf hatinya, untuk memerdekakan
budak (hamba), orang yang berutang, orang yang berjuang
dijalan Allah dan musafir. Zakat memiliki peranan penting dan
signifikan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan, dan
berpengaruh nyata pada tingkah laku konsumsi umat Islam.
Zakat berpengaruh terhadap pilihan konsumen dalam
mengalokasikan pendapatannya untuk tabungan atau konsumsi
atau investasi. Pengaruh zakat pada aspek sosio-ekonomi
memberikan dampak terciptanya keamanan masyarakat dan
menghilangkan pertentangan kelas yang diakibatkan oleh
ketajaman perbedaan pendapat. Pelaksanaan zakat oleh negara
18

akan menunjang terbentuknya kadaan ekonomi, yakni
peningkatan produktivitas yang disertai dengan pemerataan
pendapatan serta peningkatan lapangan kerja bagi
masyarakat.Manan mengatakan bahwa pelaksanaan
pemungutan zakat secara semestinya, secara ekonomi, dapat
mengahapus tingkat perbedaan kekayaan yang mencolok, serat
sebaliknya dapat menciptakan redistribusi yang merata,
disamping dapat pula membantu mengekang laju
inflasi.Penanganan yang tepat akan pajak zakat secara bertahap
dapat menciptakan kondisi keseimbangan tat ekonomi seperti
yang diinginkan.
b. Pelarangan Riba/ Bunga
Hakikat pelarangan riba dalam Islam adalah suatu
penolakan terhadap timbulnya risiko finansial tambahan yang
ditetapkan dalam transaksi uang atau modal maupun jual beli
yang dibebankan kepada satu pihak saja sedangkan pihak yang
lainnya dijamin keuntungannya. Menurut Qardhawi
menyatakan bahwa dasar penghargaan riba adalah melarang
perbuatan zhalim bagi masing-masing darim kedua belah
pihak, maka tidak boleh menzhalimi dan tidak boleh dizhalimi.
Bunga pinjaman uang, modal, dan barang dalam segala
bentuk dan macamnya, baik yang tujuan produktif maupun
konsumtif, dengan tingkat bunga tinggi atau rendah, dalam
jangka panjang ataupun pendek adalah termasuk riba.
c. Kerja Sama Ekonomi
Kerja sama (cooperation) ekonomi islam merupakan
karakter dalam masyarakat ekonomi Islami yang harus
dilaksanakan dalam semua tingkat kegiatan ekonomi, produksi,
distribusi barang maupun jasa. Qirad merupakan salah satu
kerja sama dalam islam yang kerja sama tersebut melibatkan
antara pemilik modal atau uang dengan pengusaha pemilik
keahlian atau keterampilan atau tenaga dalam pelaksanaan
19

unit-unit ekonomi atau proyek usaha. Qirad dikenal didunia
ekonomi sebagai penyertaan modal, tanpa beban bunga modal
atau bunga uang, tetapi atas dasar bagi hasil dari proyek usaha
kegiatan ekonomi yang disepakati bersama. Qirad pemilik
uang atau modal merupakan mitra sejajar dari pengusaha dan
bukan sebagai pihak yang meminjamkan. Qirad dalam operasi
perbankan Islam sering disebut mudharabah atau murabahah.
Dalam mudharabah, bank Islam membiayai seluruh
operasi unit ekonomi, dan pengusaha (modarib) bermitra
dengan keahlian dan pekerjaannya. Mudharabah sangat sesuai
bagi pendatang baru dalam dunia usaha yang memiliki
keahlian dan yang memiliki keahlian tetapi tidak mempunyai
pembiayaan untuk memanfaatkan kaehlian tersebut.
Sedangkan murabahah ialah pembiayaan oleh bank Islam
untuk usaha perdagangan dalam negeri maupun luar negeri
atas dasar murabahah (cost plus).
Dokrin kerja sama dalam ekonomi Islam seperti diatas
dapat menciptakan kerja produktif sehari-har dari masyarakat.,
meningkatkan kesejahteraan dan mencegah kesengsaraan
sosial, mencegah penindasan ekonomi dan distribusi kekayaan
yang tidak merata, dan melindungi kepentingan ekonomi
lemah. Ekonomi dengan berdasarkan kerja sama yang Islami
pada semua kegiatan ekonomi menghendaki organisasi dengan
prinsip syarikat atau syirkah, yang kuat membantu yang lemah,
pembagian kerja atau spesialisasi berdasarkan saling
ketergantungan sert pertukaran barang dan jasa karena tidak
mungkin berdiri sendiri dan dalam rangka efisiensi keunggulan
komperatif maupun kerja sama ekonomi global. Implikasi dari
kerja sama ekonomi ialah aspek sosial politik dalam
pengambilan keputusan yang dilakukan secara musyawarah
untuk memperjuangkan kepentingan bersama di bidang
ekonomi, kepentingan negara dan kesejahteraan rakyat.
20

d. Jaminan Sosial
Jaminan sosial atau dokrin sosial antara lain adalah untuk
menjamin tingkat dan kualitas hidup yang minimum bagi
seluruh lapisan masyarakat. Jaminan sosial secara tradisional
berkonotasi dengan pengeluaran-pengeluaran sosial baik untuk
kepentingan negara atau untukkebajikan umanis (filantropis)
dan tujuan-tujuan bermanfaat lainnya menurut syariah Islam.
Nilai-nilai jaminan sosial yang Islami, menurut Saefuddin
yaitu :
1) Keuntungan dan beban sebanding dengan manfaat.
2) Tidak ada saling membebankan kerusakan atau biaya-
biaya eksternal kepada orang lain.
3) Manfaat dari sumber-sumber harus dapat dinikmati oleh
semua makhluk Allah.
4) Negara harus menyediakan dana untuk menjamin
kesejahteraan soail dan pertumbuhan ekonomi.
5) Pengeluaran sosial adalah hak sah bagi orang-orang yang
miskin dan malang.
6) Kesearahan srus pengeluaran sosial dari pihak yang kaya
kepada pihak yang miskin.
7) Prioritas untuk memenuhi tujuan bermanfaat dan penting
ngan tagihan untuktbagi masyarakat.juan bermanfaat dan
pengeluaran pribadi.
8) Surplus pendapatan dan kekayaan sebagai dasar
perhitungantagihan untuk tujuan berhemat dan
pengeluaran pribadi.
9) Tingkat pengorbanan dari pengeluaran sosial.
10) Makin besar surplusmakin tinggi angka pertambahan
kebutuhan marginal dari pengeluaran sosial.
11) Mengeluarkan tenaga dan modal untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat adalah alasan hidup seorang
muslim.
21

12) Mengorbankan jiwa dan tenaga untuk tujuan sosial
sebagai pengganti pengorbanan uang.
13) Kebijakan yang konstiten dengan cita-cita pemerataan
pendapat dan kekayaan secara adil dalam rangka stabilitas
ekonomi dan mengalokasikan dana.
14) Memperhatikan pihak-pihak yang berhak terhadap
jaminan sosial.
15) Motif dan pembenaran terhadap pengeluaran sosial.
Nilai jaminan sosial akan mendekatkan manusia kepada
Allah dan karunia-Nya, membuat mereka bersih dan
berkembang, menghilangkan sifat tamak, sifat memntingkan
diri sendiri, dari hambatan-hambatan terhadap stabilitas dan
pertumbuhan sosio-ekonomi.
e. Peran Negara
Negara berperan sebagai pemilik sumber-sumber,
produsen, distrubutor, dan sekaligus sebagai lembaga
pengawasan kehidupan ekonomi. Fungsi pengawasan dalam
negara Islam dilakukan melalui lembaga Hisbah pengawasan.
Hisbah merupakan institut negara yang pernah ada pada zaman
Nabi Muhammad SAW sebagai lembaga pengawas pasar atau
kegiatan ekonomi yang menjamin tidak adanya pelanggaran
aturan moral dalam pasar (monopoli), prampasan terhadap hak
konsumen, keamanan dan kesehatan kehidupan ekonomi.
Hisbah ini independen dari kekuasaan yuridis maupun
eksekutif. Apabila campur tangan negara dalam pengawasan
moral ekonomi (pasar) pada individu maupun masyarakat
makin kuat, maka makin berkuranglah campur tangan
langsung dari negara terhadap kegiatan ekonomi. Peran negara
diperlukan dalam instrumentasi dan fungsionalisasi nilai-nilai
ekonomi Islam dalam aspek legal, perencanaan, dan
pengawasannya dalam pengalokasian distribusi sumber-
22

sumber maupun dana, pemerataan pendapatan, dan kekayaan,
serta pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Negara harus
berupaya untuk menegakkan kewajiban dan keharusan
mencegah terjadinya hal-hal yang diharamkan, khususnya
dosa-dosa besar seperti : riba, perampasan hak, pencurian, dan
kezhaliman kaum kuat terhadap kaum yang lemah.

B. Al-Quran dan Al Muhasabah (Akuntansi)
1. Akuntansi dalam Kehidupan Manusia sebagai Khalifah
Kajian terhadap berbagai bidang kehidupan harus berdasarkan
pada nilai-nilai yang ada dalam Al-Quran. Baik itu bidang ideologi,
politik, sosial, budaya, ekonomi, akuntansi, dan sebagainya. Hal ini
dilakukan dalam rangka membuat rancangan bangunan, sistem atau
paradigma ilmu yang sesuai dnegan nilai dan kaidah Islam.
Hadjisarosa berpendapat bahwa sesuatu (ekonomi/akuntansi)
menurut pengertian yang umum akan memperoleh predikat syariah
setelah dikenali secara benar dan utuh, dengan catatan, benar dan
utuh menurut hukum-hukum ketepatan_nya (sunatullah). Dengan
demikian, bangunan akuntansi syariah dapat terwujud apabila, kita
sebagai umat Islam mampu mengkaji Al-Quran dan menurunkan ke
dalam praktik keseharian.
2. Hisab atau Muhasabah
Hisab adalah salah satu proses perhitungan amal selama hidup
manusia didunia oleh Allah. Sebagai khalifah, manusia diberikan
amanah oleh Allah untuk mengelola bumi yang kemudian hasilnya
dipertanggungjawabkan kepada-Nya. Oleh karena itu, setiap
manusia dalam hidupnya harus selalu dalam keadaan amanah, jujur,
dan komitmen tinggi terhadap janji yang telah diucapkan kepada
Allah. Muslimin harus dapat mengkoreksi diri mereka, menerapkan
perilaku Islami dalam seluruh segi kehidupan, senantiasa jujur, iman,
dan qanaah, agar kemuliaan dapat diraih kembali.
23

Muhasabah atau Al-Hisbah merupakan sebuah lembaga publik
yang telah ada pada masyarakat Islam sejak awal periode Islam
sampai masa pendudukan Barat. Personel yang mengelola lambaga
Hisbah disebut muhtasib. Secara sistematis Ibn Taymiyah
menguraikan tugas seorang muhtasib adlah sebagai berikut :
a. Memastikan masyarakat untuk mendapatkan hak atas
ketimbangan dari ukuran yang benar seperti dikemukakan
sebelumnya ada beberapa ayat dalam Al-Quran untuk bersifat
jujur dalam dagangan dan timbangan.
b. Untuk memeriksa kecurangan bisnis seperti menyembunyikan
kerusakan dan menyebutkan informasi yang salah tentang
barang yang dijual.
c. Mengaudit kontrak-kontrak yang tidak benar, sepertikontrak
tentang riba, judi, atau aktivitas yang dilarang Allah dan Rasul-
Nya.
d. Menjaga terlaksananya pasar bebas karena dianggap melawan
hukum, dan membeli barang dagangan dengan harga murah dari
para pedagang namun mereka belum mengetahui situasi harga
pasar.
e. Mencegah penimbunan barang kebutuhan masyarakat.
Pelaku muhasabah atau muhtasib berfungsi juga dalam proses
menghitung, mengukur, atau mengendalikan seluruh aktivitas
manusia selama hidup di dunia untuk dapat dipertanggungjawabkan
di akhirat. Ibn Taymiyah menyebutkan juga bahwa kewajiban
muhtasib dapat digolongkan ke dalam tiga kategori, yaitu :
a. Berkaitan dengan (hak-hak) Tuhan.
Kegiatan-kegiatan keagamaan berkaitan dengan pelaksanaan
shalat wajib, pelaksanaan shalat Jumat, dan pemeliharaan
masjid.
b. Berkaitan dengan (hak-hak) sosial.
24

Berkaitan dengan masalah sosial dan perilaku dipasar seperti
kebenaran dalam timbangandan ukuran serta kejujuran dalam
bisnis.
c. Berkaitan dengan keduanya.
Berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut administrasi kota
seperti menjaga kebersihan jalan, lampu malam, dan bangunan
yang dapat mengganggu masyarakat.
3. Nash-nash Al Quran tentang Hisab atau Muhasabah
Di dalam Al Quran banyak ditemukan ayat yang menggunakan
kata hisabyang dikaitkan dengan sifat dan fungsi hisab dari Allah
kepada perbuatan manusia. Ayat-ayat inilah yang dijadikan nash
tentang perhitungan amal perbuatan manusia selama hidup di dunia
untuk dipertanggungjawabkan di akhirat. Berikut akan dinukil ayat-
ayat Al Quran yang berkaitan dengan nash hisab:
a. Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya, Dia tentukan perjalanannya, supaya kamu
mengetahui bilangan tahun dan hisab (perhitungan). Allah
menjadikan tidak lain kecuali dengan benar. Dia menerangkan
tanda-tanda (kebesaran)-Nya bagi kamu yang mengetahui. (QS.
Yunus: 5)
b. Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, maka
Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu
terang benderang supaya kamu dapat mencari karunia dari
Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan
perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan
jelas. (QS. Al Israa: 12)
c. Mereka itu akan memperoleh bagian dari apa yang mereka
usahakan, dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (QS. Al
Baqarah: 202)
d. Kehidupan dunia dipandang indah oleh orang-orang kafir, dan
mereka merendahkan orang-orang yang beriman, padahal orang-
orang yang bertaqwa itu berada di atas mereka (mengungguli) di
25

hari kiamat. Dan Allah memberi rizki kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dengan tiada terbatas. (QS. Al Baqarah: 212)
e. Sesungguhnya agama di sisi Allah (hanyalah) islam. Tiada
berselisih orang-orang yang diberi kitab kecuali sudah datang
ilmu keterangan (kepada) mereka disebabkan kedengkian di
antara mereka. Barangsiapa yang ingkar akan ayat-ayat Allah,
maka sesungguhnya Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (QS.
Ali Imran: 19)
f. Engkau masukkan malam kepada siang. Engkau masukkan
siang kepada malam, Engkau keluarkan yang hidup dari yang
mati, Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup, dan Engkau
memberi rizki kepada siapa yang Engkau kehendaki dengan
tiada terhitung. (QS. Ali Imran: 27)
g. Maka Tuhannya menerimanya dengan penerimaan yang baik
dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik, dan Allah
menjadikan Zakaria pemeliharaannya. Setiap Zakaria masuk
menemui (Maryam) di mihrab, dia dapati makanan di sisinya.
Zakaria berkata, Hai Maryam darimana engkau
memperolehnya? Maryam menjawabitu dari Allah.
Sesungghnya Allah memberi rizki kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dengan tiada terhitung. (QS. Ali Imran: 37)
h. Mereka bertanya kepadamu, Apakah yang dihalalkan bagi
mereka? Katakanlah, Dihalalkan bagi kamu yang baik-baik
dan buruan binatang buas yang telah kamu ajar dengan
melatihnya untuk berburu, sedang kamu mengajarnya menurut
apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari
apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas
binatang pemburu itu (waktu melepasnya). Dan bertaqwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya.
(QS. Al Maidah: 4)
i. Dan janganlah engkau mengusir orang-orang yang menyeru
Tuhannya waktu pagi dan waktu petang mereka menghendaki
26

keridhaan-Nya. Bukanlah kewajibanmu memperhitungkan
mereka sedikit pun dan bukan pula kewajiban mereka
memperhitungkan sedikit pun, lalu engkau mengusir mereka;
(kalau sampai demikian) maka engkau termasuk orang-orang
yang zalim. (QS. Al Anam: 52)
j. Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhannya, (mendapat)
kebaikan. Dan orang-orang yang tidak memenuhi seruan
Tuhannya, sekiranya mempunyai apa yang ada di bume
semuanya dan (ditambah) seumpamanya, niscaya mereka akan
menebus dengannya. Bagi mereka itu seburuk-buruk
perhitungan dan tempat kediaman mereka jahanam. Itulah
seburuk-buruk tempat kediaman. (QS. Ar Radu: 18)
k. Dan orang-orang yang menghubungkan apa yang diperintahkan
Allah supaya dihubungkan dengannya, mereka takut kepada
Tuhannya den takut kepada seburuk-buruk perhitungan. (QS. Ar
Radu: 21)
l. Tidakkah mereka perhatikan bahwa Kami datangi bumi dengan
menguranginya dari ujung-ujungnya, dan Allah menentukan,
tidak ada yang dapat membetalkan ketentuan-Nya dan Dia amat
cepat perhitungan-Nya. (QS. Ar Radu: 41)
m. Dan jika Kami tunjukkan kepada engkau sebagian dari apa yang
Kami janjikan kepada mereka, atau Kami matikan engkau, maka
hanya sesungguhnya kewajibanmu menyampaikan, dan
kewajiban Kami menghitungnya. (QS Ar Radu: 40)
n. Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan ibu bapakku serta orang
mukmin pada hari terjadi hisab. (QS. Ibrahim: 41)
o. Agar Allah memberi balasan kepada tiap-tiap diri apa-apa yang
dia usahakan. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya.
(QS. Ibrahim: 51)
p. Telah dekat bagi manusia (masa)perhitungan mereka, sedang
mereka di dalam kelalaian lagi berpaling. (QS. Al Anbiya: 1)
27

q. Barangsiapa yang menyeru selain Allah, tidak ada baginya
keterangan tentang itu, maka perhitungannya adalah di sisi
Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang kafir tidak beruntung.
(QS. Al Muminun: 117)
r. Supaya Allah membalas mereka dengan yang lebih baik dari apa
yang mereka kerjakan dan menambah (lagi) dari karunia-Nya.
Dan Allah memberi rizki kepada siapa-siapa yang Dia
kehendaki dengan (jumlah) yang tidak terbatas. (QS. An Nur:
38)
s. Dan orang-orang kafir, amal-amal mereka seperti fatamorgana
di tanah rata, yang orang dahaga menyangkanya air, hingga
apabila dia mendatanginya tidak suatu pun yang dia dapati dan
dia mendapati Allah di samping amalnya, maka Allah
memenuhi perhitungan-Nya. Allah amat cepat menghitung. (QS.
An Nur: 39)
t. Dan mereka berkata (mengejek), Ya Tuhan kami segerakanlah
azab yang telah ditentukan bagi kamu sebelum hari hisab itu.
(QS. Ash Shaad: 16)
u. (Allah berfirman), Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan
engkau khalifah di bumi, maka berilah keputusan antara
manusia dengan benar, dan janganlah engkau mengikuti hawa
nafsu, niscaya ia akan menyesatkan engkau dari jalan Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah bagi
mereka azab yang pedih karena mereka melupakan hari
perhitungan. (QS. Ash Shaad: 26)
v. Inilah anugerah Kami, maka berikanlah atau tahanlah dengan
tiada perhitungan. (QS. Ash Shaad: 39)
w. Katakanlah, hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertaqwalah
kepada Tuhanmu. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini
mendapatkan kebaikan. dan bumi Allah itu adalah luas. Hanya
sesungguhnya disempurnakan pahala orang-orang yang bersabar
dengan tiada terhitung. (QS. Az Zumar: 10)
28

x. Pada hari ini tiap-tiap diri dibalas dengan apa yang telah dia
usahakan. Tiada kezaliman di hari ini. Sesungguhnya Allah
sangat cepat hisab-Nya. (QS. Al Mumin: 17)
y. Dan berapa banyak (penduduk) negeri yang durhaka terhadap
perintah Tuhannya dan rasul-rasul-Nya, maka Kami
menghitungnya dengan hisab yang keras dan Kami azab mereka
dengan azab yang mengerikan. (QS. Ath Thalaq: 8)
z. Sesungguhnya Aku percaya bahwa Aku akan menemui hisab-
Ku. (QS. Al Haqqah: 20)
aa. Dan aku tidak mengetahui apa hisab-ku. (QS. Al Haqqah: 26)
bb. Sesungguhnya mereka dahulu tidak mengharapkan perhitungan.
(QS. An Naba: 27)
cc. Maka dia akan di-hisab (diperhitungkan) dengan hisab yang
mudah. (QS. Al Insyiqaq: 8)
dd. Kemudian sesungguhnya atas Kami-lah perhitungan mereka.
(QS. Al Ghasyiyah: 26)
4. Implikasi Nash-nash Al Quran dalam Akuntansi
Ayat-ayat Al Quran yang berkaitan dengan masalah hisab,
pada intinya adalah mengandung nilai-nilai yang dapat diterapkan
dalam pelaksanaan akuntansi syariah. Dengan demikian, apabila
keinginan kita hendak membangun suatu teori tentang akuntansi
syariah, maka tidak dapat dilepaskan dari konsep dasar Al Quran
tentang suatu teori. Dengan kata lain, nilai-nilai Al Quran harus
dijadikan prinsip-prinsip dalam aplikasi akuntansi.
Kaitannya dengan penerapam akuntansi (muhasabah) atau
pencatatan seluruh transaksi yang dilakukan selama bermuamalah,
maka Al Quran memberikan rambu-rambu prinsip umum yang harus
diikuti dalam bermuamalah. Prinsip-prinsip umum ini secara tegas
dinyatakan dalam firman Allah, QS. Al Baqarah: 282, yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amala
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara
29

kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis
enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya,
meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang
berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah
ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang
berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah
(keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan,
maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki
(di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh)
seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang
kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang
mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu
jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas
waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi
Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada
tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu
itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu
jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)
kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu
berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit
menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka
sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu.
Terjemahan ayat tersebut di atas secara tegas Allah
mengajarkan kepada manusia, bahwa apabila manusia melakukan
kegiatan muamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan,
maka ia harus melakukan pencatatan. Kegiatan muamalah-dalam
kerangka bisnis-memiliki makna berutang piutang. Utang piutang
30

pada intinya adalah berhubungan langsung dengantransaksi dagang.
Di samping itu, juga memiliki makna pinjaman kepada pihak lain
apakah itu kepada perorangan maupun lembaga. Dalam konteks
inilah Al Quran mengajarkan agar atas seluruh transaksi pinjam
meminjam atau jual beli dilakukan penulisan atau pencatatan.
Dengan demikian, maka akuntansi merupakan hal penting dalam
setiap transaksi perdagangan atau perusahaan.
Lebih-lebih lagi, proses perdagangan atau transaksi di masa
sekarang telah mengalami pergeseran. Artinya budaya transaksi
dengan sistem kredit saat ini banyak dilakukan di samping adanya
transaksi perdagangan secara tunai. Dengan demikian, proses
pencatatannya harus dilakukan untuk transaksi kredit maupun tunai.
Menurut penafsiran Hamka dalam tafsir Al Azhar, setiap transaksi
dalam berniaga seharusnya ditulis secara baik dan benar. Sebab hal
demikian dapat menjadi informasi penting dalam melakukan
penulisan terhadap semua transaksi, peminjaman, ataupun penjualan
akan lebih mudah mempertanggungjawabkan niaganya.
Secara ringkas dapat dirumuskan prinsip umum akuntansi
syariah, sebagai berikut:
a. Keadilan
b. Kebenaran
c. Pertanggungjawaban
Dengan mengacu pada nash-nash Al Quran tersebut di atas
dan ciri-ciri pelaporan akuntansi , dapat dirasionalisasikan sebagai
prinsip-prinsip khusus akuntansi syariah:
a. Dilaporkan secara benar
b. Cepat pelaporannya
c. Dibuat oelh ahlinya (akuntan)
d. Terang, jelas, tegas, dan informatif
e. Memuat informasi yang menyeluruh
31

f. Informasi ditujukan kepada semua pihak yang terlibat secara
horizontal maupun vertikal
g. Terperinci dan teliti
h. Tidak terjadi unsur menipulasi
i. Dilakukan secara kontinu (tidak lalai)
Prinsip-prinsip tersebut menekankan pada kepentingan
pertanggungjawaban agar pihak yang terlibat dalam transaksi itu
tidak dirugikan, tidak timbul konflik, dan adil. Al Quran melindungi
kepentingan masyarakat dengan menjaga terciptanya kebenaran dan
keadilan. Oleh karena itu, tekanan akuntansu islam bukanlah pada
pengambilan keputusan tetapi pertanggungjawaban atau
akuntabilitas (accountability).













32

BAB III
PENUTUP

Ekonomi Islam kini mulai dihargai dan istrumentasikan dalam kehidupan,
khususnya dalam rangka memakmuran manusia dan alam. Konsep ekonomi Islam
dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan sistem jika hubungan faktor penunjang
yang harmonis dalam masyarakat dapat dipenuhi karena berkaitan dengan aspek
sosial makro dari negara. Pelaksanaan zakat dan pelarangan riba memerlukan
aspek legal dari negara, agar dapat beroperasi walau masih secara parsial.
Apabila kita ingin membangun sebuah sistem ekonomi islam secara
mapan, maka kajian kita harus tertuju pada akar masalahnya. Akar dari sistem
yang islami terdiri dari keyakinan-keyakinan yang mendasar, tujuan-tujuan, dan
nilai-nilai (termasuk penghapusan riba), serta peningkatan moral dari setiap
individu. Ini tidak dapat ditawar-tawar dan tidak terbatas waktu. Lembaga-
lembaga yang dikembangkan untuk memahami dan merefleksikan tujuan-tujuan
ini mungkin telah berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan zaman.
Karena itu tidak ada studi yang dapat menyodorkan teknik-teknik pemecahan
yang bersifat abadi. Hanya melalui interaksi gagasan cerdas, sehingga membuat
umat islam dapat merealisasikan aspirasinya.








33

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad. 2005. Pengantar Akuntansi Syariah. Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai