Anda di halaman 1dari 13

Sebelum menilai hasil analisa urin, perlu diketahui tentang proses pembentukan urin.

Urin merupakan
hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli
permenit akan terbentuk filtrat 120 ml permenit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan
ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk 1 ml urin permenit.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain untuk mengetahui kelainan ginjal dan
salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainan kelainan dipelbagai organ tubuh seperti hati,
saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain.

FAKTOR-FAKTOR YANG TURUT MEMPENGARUHI
SUSUNAN URIN
Untuk mendapatkan hasil analisa urin yang baik perlu diperhatikan beberapa faktor antara lain
persiapan penderita dan cara pengambilan contoh urin. Beberapa hal perlu diperhatikan dalam
persiapan penderita untuk analisa urin misalnya pada pemeriksaan glukosa urin sebaiknya penderita
jangan makan zat reduktor seperti vitamin C, karena zat tersebut dapat memberikan hasil positif palsu
dengan cara reduksi dan hasil negatif palsu dengan cara enzimatik.
Pada pemeriksaan urobilin, urobilinogen dan bilirubin sebaiknya tidak diberikan obat yang memberi
warna pada urin, seperti vitamin B2 (riboflavin), pyridium dan lain
lain.
Pada tes kehamilan dianjurkan agar
mengurangi minum supaya urin menjadi lebih pekat.
Susunan urin tidak banyak berbeda dari hari ke hari, tetapi pada pihak lain mungkin banyak berbeda dari
waktu ke waktu sepanjang hari, karena itu penting untuk mengambil contoh urin menurut tujuan
pemeriksaan. Untuk pemeriksaan urin seperti pemeriksaan protein, glukosa dan sedimen dapat
dipergunakan urin sewaktu , ialah urin yang dikeluarkan pada
waktu yang tidak ditentukan dengan khusus, kadang kadang bila unsur sedimen tidak ditemukan karena
urin sewaktu terlalu encer, maka dianjurkan memakai urin pagi. Urin pagi ialah urin yang pertama kali
dikeluarkan pada pagi hari, urin ini baik untuk pemeriksaan berat jenis, protein sedimen dan tes
kehamilan.
Pada penderita yang sedang haid atau "leucorrhoe" untuk mencegah kontaminasi dianjurkan
pengambilan contoh urin dengan cara clean voided specimen yaitu dengan melakukan kateterisasi,
punksi suprapubik atau pengambilan urin midstream dimana urin yang pertama keluar tidak ditampung,
tapi urin yang keluar kemudian ditampung dan yang terakhir tidak turut ditampung.

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK, MIKROSKOPIK
DAN KIMIA URIN
Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah
pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa.
Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang
dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK.
Yang diperiksa adalah volume. warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin. Pengukuran volume urin
berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan
untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan. Pengukuran volume urin yang
dikerjakan bersama dengan berat jenis urin bermanfaat untuk menentukan gangguan faal ginjal. Banyak
sekali faktor
yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman,
suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam
24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam.

Lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri. Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik
seperti pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek diuretika. Selain
itu poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus,
hipertensi, pengeluaran cairan dari edema. Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan
ini dikatakan oliguri.
Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah - muntah, deman edema, nefritis menahun. Anuri
adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai
pada shock dan kegagalan ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih
banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut nokturia, seperti didapat
pada diabetes mellitus.

Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat menunjukkan
kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning
bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh
kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan. Pada umumnya warna ditentukan oleh
kepekatan urin, makin banyak diuresa makin muda warna urin itu. Warna normal urin berkisar antara
kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom,
urobilin dan porphyrin. Bila didapatkan perubahan warna mungkin disebabkan oleh zat warna yang
normal ada dalam jumlah besar, seperti urobilin menyebabkan warna coklat. Disamping itu perlu
dipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna abnormal, seperti hemoglobin yang menyebabkan
warna merah dan bilirubin yang menyebabkan warna coklat. Warna urin yang dapat disebabkan oleh
jenis makanan atau obat yang diberikan kepada orang sakit seperti obat dirivat fenol yang memberikan
warna coklat kehitaman pada urin.

Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat sepertijernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh.
Biasanya urin segar pada orang normal jernih. Kekeruhan ringan disebut
nubeculayangterdiri dari lendir, sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap. Dapat pula
disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan bakteri dari botol penampung. Urin yang
telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan
oleh chilus, bakteri, sedimen seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak.
Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai
cara yaitu dengan memakai falling, drop, gravimetri, menggunakan pikno meter, refraktometer dan
reagens pita'. Berat jenis urin sewaktu pada
orang normal antara 1,003 - 1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar
diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin
tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang
mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini
dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari
1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal
yang menahun.

Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang abnormal. Bau urin
normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh
makanan seperti jengkol, pate, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria.
Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan
tanpa
pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam
saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih.

Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan
tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 - 8,0. Selain itu penetapan pH pada
infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli
biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak
ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa. Dalam pengobatan batu karbonat atau
kalsium fosfat urin dipertahankan asam, sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau
oksalat pH urin sebaiknya dipertahankan basa.

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini panting untuk
mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit. Urin yang
dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet formalin.
Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan
penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa objektif besar (40X) yang dinamakan lapangan
penglihatan besar atau LPB. Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif, yaitu
jumlah rata-rata per LPK untuk silinder dan per LPB untuk eritrosit dan leukosit. Unsur sedimen yang
kurang bermakna seperti epitel atau kristal cukup dilaporkan dengan +(ada), ++ (banyak) dan +++
(banyak sekali). Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan tak organik.
Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder,
potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari sesuatu organ atau
jaringan .seperti urat amorf dan kristal

Eritrosit atau leukosit didalam sedimen urin mungkin terdapat dalam urin wanita yang haid atau berasal
dari saluran kernih. Dalam keadaan normal tidak dijumpai eritrosit dalam sedimen urin, sedangkan
leukosit hanya terdapat 0 -- 5/LPK dan pada wanita dapat pula karena kontaminasi dari genitalia.
Adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria. Hematuria dapat disebabkan oleh perdarahan dalam
saluran kemih, seperti infark ginjal, nephrolithiasis, infeksi saluran kemih dan pada penyakit dengan
diatesa hemoragik. Terdapatnya leukosit dalam jumlah banyak di urin disebut piuria. Keadaan ini sering
dijumpai pada infeksi saluran kemih atau kontaminasi dengan sekret vagina pada penderita dengan fluor
lobus.



Silinder adalah endapan protein yang terbentuk didalam tubulus ginjal, mempunyai matrix berupa
glikoprotein (protein Tamm Horsfall) dan kadang-kadang dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit
dan epitel. Pembentukan silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain osmolalitas, volume,
pH dan adanya glikoprotein yang disekresi oleh tubuli ginjal. Dikenal bermacam-macam silinder yang
berhubungan dengan
berat ringannya penyakit ginjal. Banyak peneliti setuju bahwa dalam keadaan normal bisa didapatkan
sedikit eritrosit, lekosit dan silinder hialin. Terdapatnya silinder seluler seperti silinder lekosit, silinder
eritrosit, silinder epitel dan sunder berbutir selalu menunjukkan penyakit yang serius. Pada pielonefritis
dapat dijumpai silinder lekosit dan pada glomerulonefritis akut dapat ditemukan silinder eritrosit.
Sedangkan pada penyakit ginjal
yang berjalan lanjut didapat silinder berbutir dan silinder lilin.

Kristal dalam urin tidak ada hubungan
langsung dengan batu didalam saluran kemih. Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan bahan
amorf merupakan kristal yang sering ditemukan dalam sedimen dan tidak mempunyai arti, karena
kristal-kristal itu merupakan hasil metabolisme yang normal. Terdapatnya unsur tersebut tergantung
dari jenis makanan, banyak makanan,kecepatan metabolisme dan kepekatan urin. Disamping itu
mungkin didapatkan kristal lain yang berasal dari obat-obatan
atau kristal-kristal lain seperti kristal tirosin, kristal leucin.

Epitel merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal didapatkan dalam sedimen urin.
Dalam keadaan patologik jumlah epitel ini dapat meningkat, sepe
rti pada infeksi, radang dan batu dalam saluran kemih. Pada sindroma nefrotik
didalam sedimen urin mungkin didapatkan oval fat bodies. Ini merupakan epitel tubuli ginjal yang
telah mengalami degenerasi lemak, dapat dilihat dengan memakai zat warna Sudan III/IV atau diperiksa
dengan menggunakan mikroskop polarisasi.

PEMERIKSAAN KIMIA URIN
Disamping cara konvensional, pemeriksaan
kimia urin dapat dilakukan dengan
cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, specifik dan sensitif yaitu memakai reagens pita.
Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di
Indonsia. Reagens pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan
pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah,urobilinogen dan nitrit. Untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan yang optimum, aktivitas reagens harus dipertahankan, penggunaan haruslah
mengikuti petunjuk dengan tepat; baik mengenai cara penyimpanan, pemakaian
reagnes pita dan bahan pemeriksaan.
Urin dikumpulkan dalam penampung yang bersih dan pemeriksaan baiknya segera dilakukan. Bila
pemeriksaan harus ditunda selama lebih dari satu jam, sebaiknya urin tersebut disimpan dulu dalam
lemari es, dan bila akan dilakukan pemeriksaan, suhu urin disesuaikan dulu dengan suhu kamar. Agar
didapatkan hasil yang optimal pada tes nitrit, hendaknya dipakai urin pagi atau urin yang telah berada
dalam bulibuli minimal selama 4 jam. Untuk pemeriksaan bilirubin,urobilinogen dipergunakan urin segar
karena zat-zat ini bersifat labil, pada suhu kamar bila kena cahaya. Bila urin dibiarkan pada suhu kamar,
bakteri akan berkembang biak yang menyebabkan pH menjadi alkali dan menyebabkan hasil positif
palsu untuk protein. Pertumbuhan bakteri karena kontaminasi dapat memberikan basil positif palsu
untuk pemeriksaan darah samar dalam urin karena terbentuknya peroksidase dari bakteri.
Reagens pita untuk pemeriksaan protein lebih peka terhadap albumin dibandingkan protein lain seperti
globulin, hemoglobin, protein Bence Jones dan mukoprotein. Oleh karena itu hasil pemeriksaan
proteinuri yang negatif tidak dapat menyingkirkan kemungkinan terdapatnya protein tersebut didalam
urin. Urin yang terlalu lindi, misalnya urin yang mengandung amonium kuartener dan urin yang
terkontaminasi oleh kuman, dapat memberikan hasil positif palsu dengan cara ini. Proteinuria dapat
terjadi karena kelainan prerenal, renal dan post-renal. Kelainan pre-renal disebabkan karena penyakit
sistemik seperti anemia hemolitik yang disertai hemoglobinuria, mieloma, makroglobulinemia dan dapat
timbul karena gangguan perfusi glomerulus seperti pada hipertensi dan payah jantung. Proteinuria
karena kelainan ginjal dapat disebabkan karena kelainan glomerulus atau tubuli ginjal seperti pada
penyakit glomerulunofritis akut atau kronik, sindroma nefrotik, pielonefritis akut atau kronik, nekrosis
tubuler akut dan lain-lain
Pemeriksaan glukosa dalam urin dapat dilakukan denganmemakai reagens pita. Selain itu penetapan
glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin
didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti :
galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin,
salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat
mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250
mg/dl.

Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti galaktosa, laktosa, fruktosa dan
pentosa tidak bereaksi. Dengan cara enzimatik mungkin didapatkan hasil negatip palsu pada urin yang
mengandung kadar vitamin C melebihi 75 mg/dl atau
benda keton melebihi 40 mg/dl.

Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena
peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kepasitas maksimum tubulus untuk mereabsorpsi
glukosa seperti pada diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing, phaeochromocytoma,
peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal
glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi.

Benda- benda keton
Dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi butirat. Karena aseton mudah
menguap, maka urin yang diperiksa harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini
dapat mendeteksi asam asetoasetat leblih dari 5-10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka. Untuk aseton
dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila urin
mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8-hidroksi-quinoline yang
berlebihan.

Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada keadaan puasa yang lama,
kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan metabolisme lemak didalam
urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi. Hal ini terjadi sebelum kadar benda keton dalam
serum meningkat. Pemeriksaan bilirubin dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan
bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri
dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah asam
sulfo salisilat.
Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan
hati atau saluran empedu. Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid,
chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung
metabolit pyridium atau serenium.

Pembacaan Reagens Pita
Pemeriksaan urobilinogen dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal kadar
urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit per dl urin. Peningkatan ekskresi
urobilinogen urin mungkin disebabkan
oleh kelainan hati, saluran empedu atau proses hemolisa yang berlebihan didalam tubuh. Dalam
keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah dalam urin mungkin disebabkan oleh
perdarahan saluran kemih atau pada wanita yang sedang haid. Dengan pemeriksaan ini dapat dideteksi
adanya 150-450 ug hemoglobin per liter urin. Tes ini lebih peka terhadap hemoglobin daripada eritrosit
yang utuh sehingga perlu dilakukan pula pemeriksaan mikroskopik urin. Hasil negatif palsu bila urin
mengairdung vitamin C lebih dari 10 mg/dl. Hasil positif palsu didapatkan bila urin mengandung
oksidator seperti hipochlorid atau peroksidase dari bakteri yang berasal dari Sedimen urin infeksi
saluran kemih atau akibat pertumbuhan kuman yang terkontaminasi.

Dalam keadaan normal urin bersifat steril. Adanya bakteriura dapat ditentukan dengan tes nitrit. Dalam
keadaan normal tidak terdapat nitrit dalam urin. Tes akan berhasil positif bila terdapat lebih dari
mikroorganisme per ml urin. Perlu diperhatikan bahwa urin yang diperiksa hendaklah urin yang telah
berada dalam buli-buli minimal 4 jam, sehingga telah terjadi perubahan nitrat menjadi nitrit oleh
bakteri. Urin yang terkumpul dalam buli-buli kurang dari 4 jam akan memberikan basil positif pada 40%
kasus. Hasil positif akan mencapai 80% kasus bila urin terkumpul dalam buli-buli lebih dari 4 jam. Hasil
yang negatif belum dapat menyingkirkan adanya bakteriurea, karena basil negatif mungkin disebabkan
infeksi saluran kemih oleh kuman yang tidak mengandung reduktase, sehingga kuman tidak dapat
merubah nitrat menjadi nitrit. Bila urin yang akan diperiksa berada dalam buli-buli kurang dari 4 jam
atau tidak terdapat nitrat dalam urin, basil tes akan negatif. Kepekaan tes ini berkurang dengan
peningkatan berat jenis urin. Hasil negatif palsu terjadi bila urin mengandung
vitamin C melebihi 25 mg/dl dan konsentrasi ion nitrat dalam urin kurang dari 0,03.

LABORATORIUM KLINIK: PEMERIKSAAN AIR SENI (URINE ANALYSIS)
Dr, Suparyanto, M.Kes

JENIS URINE




Urine sewaktu: urine yang dikeluarkan pada waktu yang tidak ditentukan (sewaktu-waktu)
Untuk pemeriksaan warna, kejernihan, bilirubin, pH


Urine pagi: urine yang dikeluarkan pd waktu pagi hari setelah bangun tidur
Untuk pemeriksaan: berat jenis, protein, sedimen


PENGAMBILAN URINE

WADAH

Bermulut lebar dan dapat ditutup rapat
Harus bersih dan kering
Wadah diberi label: nama, nomor dan tanggal



VOLUME

20 ml, kecuali untuk berat jenis = 50 ml
Harus segera diperiksa, jika ditunda simpan di lemari es (4oC), atau dalam termos es


WARNA URINE

Prinsip:

warna urine diuji pada ketebalan 7-10cm dengan cahaya tembus


Tujuan:

mengetahui warna urine


Persiapan:

Px dilarang makan/minum obat yang memberi warna urine: B-komplek, rifampisin, piramidon dll


Alat yang diperlukan: tabung reaksi

Cara pemeriksaan:

Isi tabung reaksi dengan urine nya
Dilihat dlm posisi miring dng penerangan matahari


Pelaporan:

Tidak berwarna, kuning muda, kuning kemerahan, putih susu
Nilai normal: kuning muda kuning tua


KEJERNIHAN

Prinsip: memeriksa kejernihan urine secara langsung
Tujuan: menentukan apakah urine telah keruh pada saat dikeluarkan atau setelah didiamkan
Persiapan: pasien jangan terlalu banyak makan protein


Cara pemeriksaan:

Masukan urine kedlm tabung reaksi, nya
Dilihat dng latar belakang hitam, dengan sinar matahari
Dilihat kejernihanya, apakah ada kekeruhan


Pelaporan: jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh
Nilai normal: Tidak berwarna/jernih


PEMERIKSAAN BERAT JENIS URINE

Prinsip: memeriksa berat jenis urine dengan alat urinometer
Tujuan: mengetahui kepekatan urine
Alat yang diperlukan:

Urinometer
Gelas ukur 50 ml
Termometer 0o-50oc


Cara pemeriksaan:

Baca dan catat suhu tera yang tercantum pada alat urinometer, kemudian baca suhu kamar
Tuang urine ke gelas ukur 50 cc
Masukan urinometer kedlm gelas ukur, usahakan bebas terapung
Baca berat jenis setinggi miniskus bawah (3 angka dibelakang koma)


Perhitungan:

Jika suhu urinometer berbeda dengan suhu kamar, lakukan koreksi perbedaan 3oC, suhu kamar
melebihi sushu tera berat jenis ditambah 0,001, dibawahnya dikurangi 0,001
Contoh: suhu tera 30oC, urine 33oC urinometer 1,004 berat jenis urine 1,004 + 0,001 = 1,005
Nilai normal: 1,003 1,030


PEMERIKSAAN DERAJAT KEASAMAN URINE

Prinsip: perubahan warna kertas lakmus dalam suasana keasaman tertentu
Tujuan: mengetahui pH urine
Alat yang dipakai: kertas lakmus merah biru


Cara pemeriksaan:

Kertas lakmus merah atau biru dibasahi urine
Tunggu 1 menit, perhatikan perubahan warna yang terjadi

Pelaporan:

Urine asam: lakmus biru merah
Urine basa: lakmus merah biru
Urine netral: lakmus merah/biru tidak berubah warna


PEMERIKSAAN SEDIMEN URINE

Prinsip: Berat jenis unsur organik anorganik > BJ urine dengan sentrifuge zat-zat tsb akan
mengendap
Tujuan: menentukan unsur sedimen organik anorganik dlm urine secara mikroskopis
Persiapan px: dilarang makan obat sulfa


Cara pemeriksaan:

Kocok urine dalam botol agar sedimen merata
Masukan urine dalam tabung sentrifuge 10 15 cc sentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan
2000 rpm
Tuang bagian atas urine tinggal 0,5 1 cc kocok kembali sedimen
Tuang dalam obyek glass, tutup dengan cover glass periksa dibawah mikroskop


Hasil yang mungkin ditemukan:

Sel epitel, eritrosit, lekosit, silinder, kristal, jamur, trikomonas, spermatozoa

Nilai normal:

Eritrosit: 0 1 / LP
Leukosit: 0 3 / LP

Lain lain:

+ : bila jumlahnya sedikit
++ : bila jumlahnya banyak
+++ : bila jumlahnya banyak sekali


PEMERIKSAAN PROTEIN URINE

Prinsip: terjadi endapan urine jika direaksikan dengan asam sulfosalisilat
Tujuan; menentukan adanya protein dalam urine
Alat yang diperlukan:

Tabung reaksi dan rak
Pipet


Cara pemeriksaan:

2 tabung reaksi A & B diisi urine 2cc
Tabung A + 8 tetes asam sulfosalisilat 20 % goyang perlahan agar campur
Kekeruhan dilihat dengan latar belakang gelap, bandingkan dengan tabung B


Hasil:

Negatif : tidak ada kekeruhan
Positif + : kekeruhan ringan tanpa butiran
Positif ++ : kekeruhan dengan butiran
Positif +++ : kekeruhan dengan kepingan
Positif ++++ : kekeruhan dengan gumpalan


PEMERIKSAAN BILIRUBINE URINE

Prinsip: oksidasi pigmen empedu oleh asam biliverdin (hijau) atau bilisianin (biru) atau choletelin
(ungu)
Tujuan; mengetahui adanya bilirubin dalam urine
Persiapan px; dilarang minum obat pyridin


Alat yang digunakan:

Corong kaca,
Kertas saring,
Tabung reaksi dan rak
Reagen:
Barium klorit 10 %
Reagen Fouchet


Cara pemeriksaan

Masukan urine dlm tabung reaksi 5cc + 5cc barium klorit 20 %
Campur lalu saring dengan kertas saring
Kertas saring dengan endapan dikeringkan



Tetesi endapan dengan reagen fouchet 2-3 tetes
Perhatikan perubahan warna
Hasil:
Positif : ada warna hijau
Negatif : tidak ada warna hijau


PEMERIKSAAN REDUKSI URINE

Prinsip: glukosa dapat mereduksi ion cupri dalam larutan alkalis terjadi perubahan warna dari hijau
merah
Tujuan: menentukan adanya glukose dalam urine
Persiapan px:
Dilarang minum obat vit.C, salisilat, sterptomisin memberi hasil positif palsu


Alat yang digunakan:

Tabung reaksi
Pipet
Lampu spiritus
Penjepit tabung
Reagen:
Fehling
Benedict


Cara pemeriksaan (Metode Benedict):

Masukan 2,5cc reagen benedict kedlm tabung reaksi
Tambahkan urine 4 tetes
Panaskan dalam air mendidih 5 menit atau dengan api spiritus 2 menit, jaga jangan sampai mendidih
Angkat tabung dan baca hasilnya


Hasil:

Negatif : tetap biru atau kehijauan
Positif +: hijau kekuningan keruh
Positif ++: kuning keruh
Positif +++: Jingga atau lumpur keruh
Positif ++++: Merah bata keruh


PEMERIKSAAN GALLI MAININI TEST

Prinsip: menemukan spermatozoa dlm urine katak jantan yg dirangsang oleh HCG urine
Tujuan: mengetahui kehamilan dng menggunakan katak jantan
Persiapan: katak jantan yg dipergunakan tidak boleh mengandung sperma dng pipet diambil cairan
di lubang pengeluaran periksa mikroskop jika ada sperma tidak boleh dipakai


Alat yg digunakan:

Spuit 5cc, Kaca obyek, Mikroskop

Cara pemeriksaan:

Urine 5cc disuntikan sc di perut 1 cm didepan cloaca lepas ditoples berisi air
1 jam kmdn periksa urine katak, jika tdk ada sperma periksa 1 jam lagi
Jika ada sperma GM (+), jika tidak GM (-)


PEMERIKSAAN TES KEHAMILAN IMUNOLOGIK

Tujuan: untuk mengetahui kehamilan dengan tes serologi
Prinsip:

Reaksi hambatan aglutinasi antara antibodi HCG dengan lateks (reagen) oleh HCG
Lateks akan diendapkan oleh antibodi HCG
Adanya HCG bebas dalam urine antibodi akan dinetralkan sehingga pengendapan tidak terjadi


Alat yg diperlukan:

Kaca obyek, pipet, pengaduk

Reagen:

Antibodi HCG serum, HCG-lateks (antigen)

Cara pemeriksaan:

1 tetes urine + 1 tetes anti serum pada kaca obyek aduk
Tambah 1 tetes antigen goyang baca

Hasil

Positif: tidak ada penggumpalan
Negatif: ada penggumpalan

Anda mungkin juga menyukai