Anda di halaman 1dari 5

Memahami Cara Kerja Obligasi..

(1 )
Pada artikel posting yang terakhir , saya sudah berjanji bahwa akan membuat artikel yang
berkaitan dengan obligasi. Namun terlepas dari hal tersebut, saya berpikir bahwa ada baiknya
sebagai investor, kita mengetahui lebih banyak tentang cara kerja instrumen ini karena:
1. Tahun lalu kinerja reksa dana pendapatan tetap jauh lebih baik dibandingkan reksa dana
saham. Demikian juga untuk awal tahun ini. Namanya juga penjual, biasanya barang yang
dijual selalu yang returnnya lebih bagus. Jadi besar kemungkinan tahun ini anda akan lebih
sering ditawari reksa dana pendapatan tetap dibandingkan reksa dana saham. Nah, bagaimana
anda mau membeli produk ini jika cara kerja obligasi yang menjadi instrumen utama reksa
dana pendapatan tetap saja anda tidak tahu?
2. Selain return historis yang bagus, instrumen ini juga memiliki fungsi penting dalam
menjalankan fungsi diversifikasi. Sudah beberapa kali dalam sejarah dimana ketika kondisi
saham sedang terpuruk, kerugian di obligasi lebih kecil bahkan tidak jarang memberikan
keuntungan seperti yang terjadi tahun lalu. Jadi, memiliki reksa dana pendapatan tetap adalah
suatu keharusan terutama bagi investor besar atau investor institusi yang ingin mengelola
investasinya dengan hasil yang lebih optimal.
Obligasi dapat dibagi menjadi berbagai jenis menurut fitur-fitur yang ada.Namun secara
praktis, kategori obligasi yang paling penting untuk diketahui oleh investor adalah
berdasarkan kuponnya. Pembagian obligasi berdasarkan kupon dapat dibagi menjadi:
Obligasi Berkupon Tetap (Sukuk Ijarah dalam istilah Syariah)
Obligasi Berkupon Variabel (Sukuk Mudharabah)
Obligasi Berkupon Nol atau Zero Coupon Bond (Belum ada istilah Syariah sepengetahuan
saya)

Obligasi Berkupon Tetap
Yang paling penting untuk diketahui oleh investor dan juga paling banyak dijabarkan dalam
seluruh literatur investasi adalah tentang obligasi berkupon tetap atau fixed rate bond. Jenis
obligasi ini juga merupakan yang terbesar dan paling banyak dimiliki dalam reksa dana, baik
itu reksa dana pendapatan tetap, campuran, terproteksi bahkan terdapat pula dalam reksa dana
saham meski dalam komposisi yang kecil.
Obligasi Berkupon Tetap atau sering disingkat Obligasi FR ini adalah jenis obligasi yang
membayarkan sejumlah bunga yang sifatnya tetap selama jangka waktu tertentu dan
pokoknya pada saat jatuh tempo. Kupon adalah sebutan untuk bunga yang dibayarkan oleh
penerbit obligasi, biasanya dinyatakan dalam persentase tertentu dan dikalikan dengan
nominal obligasi. Salah satu fitur membedakan antara obligasi dengan saham adalah
instrumen ini memiliki waktu jatuh tempo. Bagi anda yang masih awam, bayangkan saja
obligasi ini sama seperti deposito, hanya jatuh temponya lebih panjang. Jatuh tempo untuk
obligasi bisa berkisar antara 1 30 tahun untuk pemerintah dan 1 10 tahun untuk swasta.
Jatuh tempo yang lebih panjang ini menjadikan obligasi lebih berisiko daripada
deposito. Logikanya, jika deposito yang jatuh temponya (katakan) 1 bulan memberikan
bunga 5.75% per tahun, maka obligasi yang jatuh temponya (katakan juga) 10 tahun tentu
harus memberikan kompensasi yang lebih tinggi agar dipilih oleh investor. Sehingga
umumnya, kupon obligasi lebih tinggi dibandingkan bunga deposito. Semakin lama waktu
jatuh tempo, semakin besar pula kupon obligasi.
Faktor kedua yang membuat kupon obligasi lebih tinggi dibandingkan dengan deposito
adalah risiko gagal bayar. Karena obligasi diterbitkan oleh perusahaan, maka tentu ada
kemungkinan suatu perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya. Hal ini bisa
disebabkan seperti terjadi kerugian dalam operasi yang terlalu besar, kondisi bisnis yang lesu,
beban hutang yang terlalu besar, force majeure, penggelapan dan atau faktor lainnya. Banyak
sekali contoh kasus yang bisa anda lihat baik dari dalam maupun luar negeri jika anda
mengikuti pemberitaan di koran selama beberapa tahun terakhir ini. Bank juga memiliki
risiko gagal bayar, namun dalam jumlah tertentu, masih dijamin oleh LPS (Lembaga
Penjamin Simpanan).
Dalam prakteknya tentu risiko-risiko yang saya sebutkan dalam faktor kedua di atas berbeda
antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya. Ada perusahaan yang sangat solid,
ada pula perusahaan yang biasa-biasa atau bahkan cenderung menunjukkan ketidakmampuan
dalam membayar. Sebagai investor yang awam tentu akan susah sekali bagi kita untuk tahu
dan mengkuantifikasikan risiko gagal bayar suatu perusahaan. Untuk itulah
dikembangkan Rating . Perusahaan dengan rating yang lebih baik cenderung membayar
kupon lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan dengan rating yang kurang baik.
Dalam investasi obligasi, kupon yang nilainya tetap sampai obligasi jatuh tempo tersebut
merupakan cerminan dan kompensasi atas risiko lamanya jatuh tempo (semakin lama uang
kita kembali) dan risiko gagal bayar yang akan dihadapi oleh investor. Tabungan memiliki
risiko waktu dan gagal bayar yang paling kecil karena bisa diambil sewaktu-waktu, oleh
karena itu bunganya juga yang paling kecil bahkan tidak ada. Jadi besar kecilnya kupon
dalam obligasi adalah indikator yang menunjukkan BESARNYA RISIKO. Semakin besar,
berarti semakin tinggi pula risiko instrumen tersebut. Hal ini juga berlaku bagi tawaran-
tawaran investasi yang too good to be trueyang belakangan ini sangat marak di
masyarakat.Berhati-hatilah.

Gambar di atas, yang saya ambil dari investopedia , merupakan gambar yang paling baik
menurut saya dalam menggambarkan suatu obligasi berkupon tetap.
Timeline menunjukkan berapa tahun suatu obligasi akan jatuh tempo
Maturity Date menunjukkan tanggal jatuh tempo obligasi
Cashflows menunjukkan sejumlah bunga yang dibayarkan kepada pemegang obligasi
Last Cashflow menunjukkan jumlah antara bunga dan pokok pinjaman yang dibayarkan
kepada pemegang obligasi
Duration menunjukkan satuan risiko obligasi (akan saya jelaskan dalam kesempatan yang
lain)
Obligasi Memiliki Harga
Harga obligasi dinyatakan dalam persentase. 100% berarti harga obligasi sama dengan nilai
pokok obligasi atau disebut at par. Di bawah 100% disebut at discount dan di atas 100%
disebut at premium. Pertanyaan kenapa obligasi memiliki harga? Kenapa pula orang mau
membeli obligasi ketika harganya di atas 100% dan mau menjual obligasi ketika harganya di
bawah 100%? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus mengetahui tentang konsep
YTM (Yield to Maturity).
Obligasi memiliki harga karena bisa diperdagangkan. Artinya seorang investor yang
memegang obligasi (katakan) yang jatuh temponya 10 tahun, karena butuh dana, maka
obligasi tersebut yang baru dibelinya tersebut bisa dijual kepada pihak lain untuk
mendapatkan dana. Mau diperdagangkan di pasar perdana (ketika obligasi diterbitkan
pertama kali) maupun ditransaksikan di pasar sekunder, acuan untuk berinvestasi di obligasi
selalu sama, yaitu berapa besarnya keuntungan obligasi dibandingkan dengan keuntungan
instrumen yang menjadi acuan (misalnya deposito) pada saat transaksi dilakukan.
Kata pada saat transaksi dilakukan menjadi gambaran yang penting, sebagai ilustrasi,
misalnya ketika suatu obligasi baru terbit, tingkat deposito yang berlaku adalah
10%. Sehingga pada saat itu, investor baru berminat membeli obligasi tersebut ketika
menawarkan kupon di atasnya misalnya 12%.Pada saat mau dijual, setelah dipegang
beberapa tahun, kondisi ekonomi membaik, rating kita naik dan suku bunga deposito menjadi
semakin rendah.Katakan sama seperti sekarang yaitu sekitar 6%, maka investor yang tadinya
baru puas kalau dapat 12%, sekarang dikasih 8% mungkin sudah bahagia.Karena opsi
deposito yang tersedia pada saat keputusan mau diambil hanya memberikan keuntungan 6%.
Katakanlah kedua investor sepakat bahwa jika 8% merupakan tingkat return yang wajar
sehingga transaksi bisa dilakukan. Di sini masalah terjadi, bagaimana membuat obligasi
tersebut memberikan keuntungan 8% sementara kuponnya yang sudah tetap dan tidak akan
berubah sampai jatuh temponya adalah 10%? Dari pemikiran inilah konsep dan formula
tentang harga wajar dan perhitungan obligasi lainnya ditemukan.
Harga wajar obligasi =

YTM = Yield To Maturity adalah tingkat keuntungan per tahun yang diperoleh investor
obligasi yang diperoleh dengan memegang obligasi tersebut hingga jatuh tempo. Tingkat
keuntungan diperoleh dari keuntungan kupon + keuntungan / kerugian dari selisih harga.
N = waktu jatuh tempo (dalam tahun)
Sebagai contoh obligasi dengan nominal 100 juta dan memberikan kupon 10% (10 juta per
tahun) ingin dijual pada harga yang mencerminkan keuntungan 8% per tahun, maka
perhitungannya menjadi :
Hasil dari perhitungan di atas adalah 105,15 juta. Jadi harga yang mencerminkan keuntungan
8% per tahun dari obligasi tersebut adalah dengan menjualnya saat ini di harga 105,15 juta. Si
pembeli obligasi yang mendapat keuntungan 10 juta per tahun dari kupon selama 3 tahun dan
kerugian 5.15 karena pada saat jatuh tempo Cuma dikembalikan 100 juta, mendapatkan
keuntungan yang ekuivalen dengan 8% per tahun.
Sebaliknya apabila investor menginginkan keuntungan 12%, maka harga yang mencerminkan
keuntungan tersebut adalah Rp 95,2 juta. Harga tersebut biasanya dinyatakan dalam
persentase sehingga jika anda lihat di koran atau media tercatat 105.15 atau 95.2. Sebagai
contoh:

Semakin besar tingkat keuntungan yang diinginkan investor (YTM) maka semakin rendah
harga obligasi, sebaliknya jika tingkat keuntungan yang diinginkan juga kecil, maka semakin
tinggi pula harga obligasi.
Jadi ketika anda mendengar atau membaca informasi bahwa Yield (sebutan untuk YTM) naik
atau turun, itu berarti tingkat keuntungan yang diharapkan untuk obligasi naik atau
turun. Semakin aman suatu negara (yang ditunjukkan dengan rating), biasanya Yield yang
diminta juga akan semakin rendah seperti di Indonesia. Sebaliknya Yunani yang diperkirakan
akan bangkrut, maka Yield Obligasi yang diminta juga sangat tinggi. Sebagai perbandingan,
jika obligasi yang jatuh temponya 10 tahun memiliki yield 5.3%, obligasi serupa terbitan
Yunani memiliki Yield 33% atau hampir 6 kali lipatnya. Berani beli?
Demikian artikel ini, pada kesempatan yang lain saya akan menjelaskan lebih lanjut
mengenai risk and return obligasi. Semoga artikel ini bermanfaat bagi anda. Terima kasih.
Penyebutan produk investasi (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian
bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan
pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini
penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang
akan datang.
Share :

Anda mungkin juga menyukai