Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID DAN SEMISOLID


(SEDIAAN SIRUP)



Dosen Pembimbing :
Yosi Ermalena, S.Si, Apt
Renita Apriani, A.Md, Far

Oleh:

ADIATI EKAPUTRI
1250001

Local B1 Kelompok 1
LABORATORIUM TEKSOLID
AKADEMI FARMASI AL-FATAH BENGKULU
Jl. Indragiri Gg. 3 Serangkai Padang Harapan
Bengkulu
2013

SIRUP
A. Pengertian
Menurut Farmakope Indonesia edisi III, Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang
mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan lain,kadar sakarosa,C12H22O11,tidak kurang
dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0%.
Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau perngganti gula dengan atau tanpa
penambahan bahan pewangi dan zat obat (Ansel, 1989).

B. Komposisi Sirup
a. Zat Aktif
b. Zat Tambahan
1. Pemanis
Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan.
Pemanis yang dipakai yaitu glukosa, sukrosa, syr. Simpleks.
2. Pengawet antimikroba
Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar dapat
bertahan lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur. Pengawet
yang dipakai yaitu Nipagin 0,12 % - 0,18 %
3. Perasa dan Pengaroma
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-bahan
yang berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai rasa yang enak. Karena
sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air
yang cukup. Pengaroma ditambahkan ke dalam sirup untuk memberikan aroma
yang enak dan wangi. Pemberian pengaroma ini harus sesuai dengan rasa
sediaan sirup, misalkan sirup dengan rasa jeruk diberi aroma citrus (ol. Citri) dll.
4. Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan
komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama
penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung
pada warna dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat konsisen dengan
rasa. Pewarna yang dipakai biasanya carmin q.s.
5. Kosolven
Juga banyak sediaan sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan
mengandung pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan.

C. Pengerjaan Secara Umum
1. Timbang semua bahan yang ada pada resep
2. Buat cairan untuk sirup panaskan lalu tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga
larut.
3. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga di peroleh bobot yang di kehendaki
4. Buang busa yang terjadi dan serkai lalu sisihkan (m
1
)
5. Masukkan zat berkhasiat yang sudah dilarutkan terlebih dahulu kedalam air
kedalam botol, tambahkan m
1
kocok ad homogen.
6. Tambahkan zat pewarna dan zat pewangi kocok ad homogen lalu tutup botol.
7. Beri etiket
8. Obat siap diserahkan
D. Evaluasi Sediaan Sirup
1. Evaluasi Fisika
a. Evaluasi organoleptik
Meliputi bau, rasa, warna.
b. Evaluasi kejernihan larutan (FI IV <881> hal 998)
Uji kejernihan larutan (FI IV 881 hal 998)
Prosedur:
1. Penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar diameter 15mm hingga 25
mm, tidak berwarna transparan, dan terbuat dari kaca netral.
2. Masukan ke dalam kedua tabung reaksi masing-masing larutan zat uji dan
suspensi padanan yang sesuai secukupnya, yang di buat segar dengan cara
seperti tertera sehingga volume larutan pada tabung reaksi terisi setinggi 40
mm.
3. Bandingkan kedua isi tabung setelah pembuatan suspensi pandanan, dengan
latarbelakang hitam. Penggunaan di lakukan di bawah cahaya yang terdifusi,
tegak lurus ke bawah arah tabung. Difusi cahaya harus sedemikian sehingga
suspensi padanan dapat langsung di bedakan dan dari suspensi padanan II.
Penafsiran Hasil : sesuatu cairan dikatakan jernih jika kejernihannya sama
dengan air atau pelarut yang digunakan bila diamati di bawah kondisi seperti
tersebut di atas.

c. Penetapan pH (koptem FI IV <1071> hal 1039)
Tujuan : Mengetahui pH suatu bahan atau sediaan dan untuk mengetahui
kesesuaiannya dengan persyaratan yang telah ditentukan.
Alat : pH meter.
Prinsip : Pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter yang telah
dikalibrasi..
Cara kerja :
1. Ambil sejumlah sampel, masukkan beakerglas
2. Masukkan kertas indikator kedalam sampel
3. Cocokkan warna pada kertas Ph

d. Penetapan bobot jenis (koptem FI IV <981> hal 1030)
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot jenis
digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada
perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25C terhadap bobot air dengan
volume dan suhu yang sama. Bila suhu ditetapkan dalam monografi, bobot jenis
adalah perbandingan bobot zat di udara pada volume dan suhu yang sama. bila
pada suhu 25C zat berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah
tertera pada masing-masing monografi, dan mengacu pada air pada suhu 25C.
Prosedur :
1. Gunakan piknometer bersih, kering, dan telah dikalibrasi dengan menetapkan
bobot piknometer dan bobot air yang baru dididhkan, pada suhu 25C.
2. Atur hingga suhu zat uji lebih kurang 20C, masukkan ke dalam piknometer.
3. Atur suhu pikometer yang telah diisi hingga suhu 25C.
4. Buang kelebihan zat uji dan timbang.
5. Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah diisi.
6. Bobot jenis adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan
bobot air, dalam piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi,
keduanya ditetapkan pada suhu 25C.
7. Singkatnya :
Bobot piknometer kosong ditimbang : w
0

Bobot piknometer yang telah diisi dengan air : w
1

Bobot piknometer yang telah diisi dengan sediaan : w
2

Bobot jenis ditentukan dengan rumus : (w
2
-w
0
)/(w
1
-w
0
)
e. Penentuan viskositas (kekentalan)
(Petunjuk paktikum Farmasi Fisika hal 9, 12; Farmasi Fisika, Martin hal
463)
Prosedur:
1. Tabung diisi dengan cairan yang akan diukur viskositasnya (jangan sampai
penuh).
2. Bola yang sesuai dimasukkan (yang akan melewati garis m1 dan m3 dalam
50-500 detik).
3. Cairan ditambahkan sampai penuh dan tabung ditutup (jangan sampai ada
gelembung udara).
4. Bila bola sudah turun melampaui garis awal, kembalikan bola ke posisi
semula dengan cara membalikkan tabung.
5. Waktu tempuh bola dihitung dengan cara menghitung waktu (detik) yang
dibutuhkan oleh bola untuk menempuh jarak dari m1 ke m3 melalui cairan
tabung.
6. Bobot jenis cairan dihitung dengan menggunakan piknometer.
7. Viskositas cairan dihitung dengan rumus:
= B (1 - 2) t
Keterangan : = viskositas cairan
B = konstanta bola
1 = bobot jenis bola
2 = bobot jenis cairan
t = waktu yang dibutuhkan bola untuk menempuh jarak tertentu

f. Uji Volume Terpindahkan (koptem FI IV <1201> hal 1089)
Uji ini dilakukan sebagai jaminan bahwa larutan oral dan suspensi yang dikemas
dalam wadah dosis ganda, dengan volume yang tertera pada etiket tidak lebih
dari 250 mL, yang tersedia dalam bentuk sediaan cair atau sediaan cair yang
dikonstitusi dari bentuk padat dengan penambahan bahan pembawa tertentu
dengan volume yang ditentukan, jika dipindahkan dari wadah asli, akan
memberikan volume sediaan seperti yang tertera pada etiket.

Prosedur :
1. Pilih tidak kurang dari 30 wadah.
2. Untuk suspensi oral, kocok isi 10 wadah satu persatu.
3. Untuk suspensi rekonstitusi, serbuk dikonstitusikan dengan sejumlah
pembawa seperti yang tertera pada etiket, konstitusi 10 wadah dengan
volume pembawa seperti yang tertera pada etiket diukur secara seksama dan
campur.
4. Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah
dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari 2,5 kali volume yang diukur.
5. Penuangan dilakukan secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukkan
gelembung udara pada waktu penuangan dan diamkan selam 30 menit.
6. Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran :
volume rata-rata yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan
tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95%.
7. Jika A : adalah volume rata-rata kurang dari 100%, tetapi tidak ada satupun
wadah yang volumenya kurang dari 95%.
8. Jika B : adalah tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95% tetapi
tidak kurang dari 90% dari volume yang tertera pada etiket, lakukan
pengujian terhadap 20 wadah tambahan.
9. Volume rata-rata yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100% dan
tidak lebih dari satu dari 30 wadah volume kurang dari 95%, tetapi tidak
kurang dari 95%.
2. Evaluasi Kimia
Penetapan Kadar Sakarosa (FI ed I V)
Prosedur :
1. Timbang seksama 25 gram sirup dalam labu terukur 100 ml, tambahkan 50 ml
air dan sedikit larutan alumunium hidroksida p. Tambahkan larutan timbale (II)
sub asetat p tetes demi tetes hingga tetes terakhir tidak menimbulkan kekeruhan.
2. Tambahkan air secukupnya hingga 100,0 ml saring, buang 10 ml filtrat pertama.
Masukkan 45,0 ml filtrate kedalam labu terukur 50 ml, tambahkan campuran
79 bagian volume asam klorida p dan 21 bagian vol, air secukup hingga 50,0 ml.
Panaskan labu dalam penangas air pada suhu antara 68 dan 70C selama 10
menit, dinginkan dengan cepat sehingga suhu lebih kurang 20C.
3. Jika perlu hilangkan warna dengan menggunakan tidak lebih dari 100 mg arang
penyerap.
4. Ukur rotasi optic larutan yang belum di inverse dan sesudah inverse
menggunakan tabung 22,0 cm pada suhu pengukur yamg sama antara 10 dan
25C.

3. Evaluasi Biologi
1. Uji efektivitas pengawet antimikroba (jika memakai pengawet) (FI IV <61>,
hal. 854-855)
Uji efektivitas pengawet antimikroba (FI IV <61>, hal 854-855) (khusus untuk
formula yang menggunakan pengawet)
Prosedur :
Inokulasi menggunakan jarum suntik melalui sumbat karet secara aseptik ke
dalam 5 wadah asli sediaan. Jika wadah tidak dapat ditembus secara aseptik
maka pindahkan 20 mL sampel masing-masing ke dalam 5 tabung bakteriologik
bertutup steril lalu inokulasi menggunakan perbandingan 0,10 mL inokula setara
dengan 20 mL sediaan lalu dicampur. Inkubasi pada suhu 20C atau 25C lalu
diamati hasilnya.
Penafsiran hasil:
Suatu pengawet dikatakan efektif jika :
Jumlah bakteri viabel pada hari ke 14 berkurang hingga tidak lebih dari
0,1% dari jumlah awal
Jumlah kapang & khamir viabel selama 14 hari pertama adalah tetap atau
kurang dari jumlah awal
Jumlah tiap mikroba uji selama hari sisa dari 28 hari pengujian adalah tetap
atau kurang dari bilangan yang disebutkan pada a dan b.


2. Penetapan potensi antibiotika (untuk antibiotik) (Koptem FI IV <131>, hal
891-899)
Tujuan : untuk memastikan aktivitas antibiotik tidak berubah selama proses
pembuatan laruta dan menunjukkan daya hambat antibiotik terhadap mikroba.
Prinsip : Pengukuran hambatan pertumbuhan biakan mikroba oleh antibiotik
dalam sediaan yang ditambahkan ke dalam media padat atau cair yang
mengandung biakan mikroba berdasarkan metode lempeng atau metode
turbidimetri.
Penafsiran hasil :Potensi antibiotik ditentukan dengan menggunakan metode
garis lurus transformasi log dengan prosedur penyesuaian kuadrat terkecil dan
uji linieritas (FI IV hal 898). Harga KHM yang makin rendah, makin kuat
potensinya. Pada Umumnya antibiotik yang berpotensi tinggi mempunyai KHM
yang rendah dan diameter hambat yang besar.

R/ OBH 100 ml
Mf. Syrup
Stdd C1

FO :
- OBH (Fornas hal. 251)
R/ Tiap 300 ml:
Gliserin succus 10 gr
Ammoni chloridum 6 gr
Ammoni Anisispiritus 6 gr
Aq. dest ad 300 ml


NB :
Ammoni Anisispiritus = SASA





















KR/ : Nama dokter, Alamat dokter, SIK/SIP, Jam
Praktek, Paraf dokter, Alamat pasien,
Tanggal R/.
OB/OK : OK (Ammoni chloridum)
OTT : -
Usul : Tambahkan Nivagin 0,12 %
PB
1. Gliserin =



= 3,33 gr = 3330 mg = 3350 mg
2. NH
4
Cl =



= 2 gr
3. SASA =



= 2 gr
4. Nivagin =



= 0,12 gr = 120 mg = 100 mg
5. Aq. dest =



= 100 ml (3,33+2+2+0,1)
= 92,67 ml
Jumlah Sendok =



Daf TM Khasiat Kelarutan
Pustaka

Fornas,
Fi ed.
III

w - Zat tambahan Dapar dicampur dalam air
w


Antiskorbut Mudah larut dlm air
w - Zat tambahan Larut
w - Pelarut Larut dalam air
P.TM Ammoni chloridum
1 x P = -
1 x hari = 8 gr
Dlm R/
1 x P = -
1 x hari =


Kesimpulan : R/ Tidak Over Dosis

CPR :
1. Timbang semua bahan yang ada pada R/
2. Kalibrasi botol (timbang SASA didalam botol
kemudian tutup botol)
3. Masukkan gliserin succus kedalam lumpang
tambahkan air panas sama banyak ad larut.
4. Larutkan nivagin kedalam air panas aduk ad larut.
5. Campurkan semuanya kedalam lumpang,
masukkan kedalam botol yang telah berisi SASA,
tutup botol sampagne knop
6. Beri etiket putih tandai tiga kali sehari satu
sendok teh
7. Obat siap diserahkan

Etiket :





Label :

Anda mungkin juga menyukai