Umumnya jumlah Bagi-Hasil yang diberikan oleh Bank Syariah kepada nasabah bank tidak beda jauh dengan Bunga yang diberikan oleh Bank Konvensional. Bahkan cenderung lebih kecil. Sementara tambahan berupa Margin Keuntungan dari Jual-Beli yang dilakukan oleh Bank Syariah yang dikenakan pada pembelinya untuk pembiayaan (Murabahah) konsumtif seperti rumah dan kendaraaan justru lebih besar daripada Bunga Bank Konvensional. Turun-naiknya Bagi-Hasil atau Keuntungan Bank Syariah tersebut bergerak mengikuti turun-naiknya bunga Bank Konvensional.
Kenapa Bagi-Hasil Bank Syariah Tidak Beda Jauh dengan Bunga Bank Konvensional? Beberapa orang berpendapat penyesuaian besar Bagi- Hasil atau Keuntungan Bank Syariah dengan bunga Bank Konvensional itu agar Bank Syariah tetap kompetitif. Sebab Bank Syariah itu baru berdiri. Seharusnya Bank-bank Syariah berupaya mewujudkan ajaran-ajaran Islam sehingga bukan hanya aqad atau istilah saja yang berbeda dengan Bank Konvensional, tapi juga Bagi-Hasilnya pun jauh lebih memudahkan masyarakat karena secara substantif Bank Syariah itu lebih baik!
Murabahah: Jual-Beli atau Riba? Misalnya seseorang meminjam uang untuk Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) sebesar Rp 50 juta untuk 10 tahun. Dari Bank Konvensional didapat total uang yang harus dikembalikan penulis sebesar Rp 94 juta, sementara di satu Bank Syariah Rp 142 juta. Jumlah uang yang harus dikembalikan ke Bank Syariah justru Rp 48 juta lebih besar. Aneh jika tambahan (riba) pada Bank Syariah justru berlipat ganda (hampir 3 x lipat) sementara pada Bank Konvensional kurang dari 2 x lipat. Padahal dalam Al Quran Allah melarang riba karena bunganya berlipat ganda dan memberatkan (Ali-Imran:130).
Contoh Murabahah ? Budi ingin beli rumah dari Hasan sebesar Rp 50 juta. Tapi tidak punya cukup uang. Akhirnya dia pergi ke Bank Syariah. Bank Syariah menyetujui pinjaman selama 10 tahun dengan pengembalian Rp 142 juta. Namun jika pinjam, itu adalah riba. Agar tidak riba, aqadnya diganti jadi Jual-Beli. Bank Syariah membeli rumah tersebut dari Hasan. Kemudian dijual secara kredit kepada Budi selama 10 tahun dengan total pengembalian sebesar Rp 142 juta. Secara syari kelihatannya hal itu halal karena merupakan jual-beli. Namun kita tahu bahwa di situ terjadi 2 jual-beli dalam 1 transaksi, yaitu Bank membeli rumah dari Hasan dan Bank menjual rumah kepada Budi. Jika Budi tidak mau membeli, niscaya Bank juga tidak mau membeli rumah tersebut. Nabi melarang 2 jual-beli dalam 1 transaksi jual-beli (HR Abu Daud, Ahmad, dan Nasai).
Pelanggaran Dalam Akad Murabahah Nasabah tidak dibelikan barang, tapi diberikan uang oleh pihak bank, padahal sesuai dengan Fatwa DSN No. 04/DSN- MUI/IV/200 tentang Murabahah, disebutkan bahwa Ketentuan umum Murabahah dalam bank syariah adalah : Bank membeli barang yang diperlukan nasabah dan atas nama bank sendiri dan pembelian ini harus sah dan bebas riba Pelanggaran Dalam Akad Murabahah Wakalah (surat Perwakilan) dilakukan setelah adanya akad. Wakalah berarti penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat atau dengan kata lain Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain dalam hal-hal yang diwakilkan. Menurut ketentuan umum muarabahah dalam bank syariah : Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk mebeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang (secara prinsip) menjadi milik bank. Jadi jelas bahwa akad Murabahah dilakukan setelah ada barang Pelanggaran Dalam Akad Murabahah Banyak akad-akad yang sebenarnya bisa menggunakan Mudhaerabah atau Musyarokah, namun faktanya banyak bank menggunakan akad Murabahah untuk menghindari kerugian (naik-turunnya pendapatan). Jika bank tidak mau rugi, lebih baik jangan buka usaha perbankan saja (yang memang penuh resik0) Lalu apakah Bank tidak boleh melakukan jual-beli? Jawabnya boleh. Asal sungguh-sungguh merupakan jual-beli. Benar secara substantif. Bukan sekedar kosmetik! Tapi apakah sekarang dilakukan ? Bank Syariah bisa bertindak selaku marketing bagi produk perumahan dan kendaraan dan mendapat komisi/upah dari situ. Agar penjualan Bank yang dilakukan secara cicilan dalam waktu lama tidak digerus inflasi, Bank bisa menjual dalam bentuk Dinar Emas yang lebih tahan terhadap inflasi. Bayangkan, jika pasar Rumah dan Kendaraan ada Rp 300 trilyun/tahun dan Bank dapat komisi penjualan 5% saja, maka sudah Rp 15 trilyun/tahun yang didapat! Jika Bank turut membiayai pembangunan perumahan sehingga jadi satu pemegang saham dari perumahan tersebut tentu keuntungannya lebih banyak lagi.
Lemahnya Musyarakah dan Mudharabah Sebetulnya Musyarakah dan Mudharabah adalah satu produk yang membedakan Bank Syariah dengan Bank Konvensional. Jika dikelola dengan baik, maka hal ini sangat menguntungkan. Bank bisa menyediakan modal bagi para pengusaha dan nanti bukan hanya sekedar berbagi keuntungan, namun bisa menjadi syarikah/pemegang saham di perusahaan itu serta mendapat deviden yang tetap selama perusahaan berdiri dan untung. Lemahnya Musyarakah dan Mudharabah Jika Bank Syariah punya Analis Bisnis yang baik yang bisa melihat apakah perusahaan yang akan dimodali prospek atau tidak, maka Bank Syariah ini bisa berkembang pesat baik aset mau pun keuntungannya. Analis Bisnis ini harus paham bidang bisnis mana yang menguntungkan dan mana yang tidak. Sebagai contoh, industri migas misalnya merupakan industri yang sangat menguntungkan ini terbukti dengan terpilihnya 7 perusahaan migas sebagai 10 perusahaan terkaya di dunia versi Forbes 500 dengan total pendapatan Rp 17 ribu trilyun lebih per tahun pada tahun 2007. Sebaliknya, industri retail (konsukmtif )dengan daya-beli masyarakat yang rendah cenderung megap-megap. Lemahnya Musyarakah dan Mudharabah Sayangnya Bank Syariah umumnya kurang memiliki analis bisnis yang handal sehingga produk Musyarakah dan Mudharabah kurang menggema di masyarakat. Yang banyak terjadi justru jual-beli (baca: kredit konsumtif ) untuk pembelian rumah dan kendaraan, yang terlanjur di-istilahkan Murabahah
RUMAH TANGGA UANG KERTAS BARANG & JASA PASAR BARANG PASAR FAKTOR PRODUKSI PERBANKAN SYARIAH MEKANISME PASAR SYARIAH PERUSAHAAN PASAR MODAL SYARIAH DEVIDEN SEWA UPAH BAGI HASIL LAHAN TENAGA KERJA RUMAH TANGGA PERUSAHAAN UANG EMAS & PERAK BARANG & JASA PASAR BARANG PASAR FAKTOR PRODUKSI LAHAN TENAGA KERJA SYIRKAH ISLAM PRODUKTIF UPAH BAGI HASIL MEKANISME PASAR SYARIAH PERTANYAAN dan RENUNGAN Buat KITA Umat Islam... Apa solusinya ? Perlu political will dari Pemerintah untuk menerapkan Sistem Perbankan yang benar-benar BEBAS dari Riba Mungkinkah ?? Wallohu alam bish-showaab....