Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Krim
Menurut Farmakope Indonesia (1979), krim adalah bentuk sediaan setengah
padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar
yang sesuai. Sedangkan menurut Formularium Nasional (1978), krim adalah sediaan
setengah padat berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan
dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Kualitas dasar krim adalah stabil bebas dari inkopatibilitas, lunak dalam keadaan
halus dan homogeny, mudah dipakai (dihilangkan dari kulit), terdistribusi merata pada
penggunaan (Anief 1997). Krim memiliki dua tipe yaitu A/M dan M/A. A/M yaitu air
terdispersi dalam minyak contohnya adalah cold cream. Cold cream adalah sediaan
kosmetika yang digunakan untuk memberikan rasa gingin dan nyaman pada kulit
sebagai krim pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. M/A yaitu minyak
terdispersi dalam air contohnya vanishing cream. Vanishing cream adalah sediaan
kosmetika yang digunakan untuk membersihkan, melembabkan, dan sebagai alas bedak.
Vanishing sebagai moisturizing meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.

Acidium Stearicium
Asam stearat adalah campuran asam organic padat yang diperoleh dari lemak
sebagian besar dari asam oktadekanoat C18H36O2 dan asam heksadekanoat C16H32O2
(Depkes RI 1979). Asam stearat digunakan sebagai bahan membuat lilin, sabun, plastic,
minyak pastel dan kosmetik. Asam stearat juga digunakan untuk pembuatan sabun keras
terutama yang berasal dari minyak tumbuhan (Harrison 2007). Kelarutan sangat sedikit
larut dengan air, larut dengan alcohol, benzene kloroform, aseton, karbon tetraklorida,
karbon disulfide, amil asetat, dan toluene. Asam stearat dibuat dengan hidrolisis
caranya lemak dipanaskan dalam larutan alkalin yang dikenal sebagai proses
saponifikasi. Alkali yang biasa digunakan adalah natrium hidroksida yang dikenal
sebagai caustic soda. Metode lain untuk menghasilkan asam lemak adalah kristalisasi,
hidrogenisasi dan destilasi
Asam stearat digunakaan dalam krim yang basisnya dapat dicuci dengan air.
Asam stearat berfungsi sebagai zat pengemulsi untuk memperoleh konsistensi krim
tertentu dan memperoleh efek yang tidak menyilaukan pada kulit. Jika sabun stearat
digunakan sebagai pengemulsi maka umumnya kalium hidroksida atau trietanolamin
ditambahkan secukupnya agar bereaksi dengan 8 sampai 20% asam stearat. Asam lemak
yang tidak bereaksi meningkatkan konsistensi krim. Krim ini bersifat lunak dan menjadi
berkilau atau mengkilap yang disebabkan oleh adanya pembentukan kristal-kristal asam
stearat (Lachman et al 1994). Khasiat dari bahan ini adalah sebagai emulsifying agent
dan lubricant pada pencetakan tablet dan kapsul.

Cera Alba
Cera alba adalah white wax atau malam putih. Lilin (wax) ditemukan pada
berbagai jenis tanaman dalam jumlah yang kecil. White wax diperoleh dari yellow wax
yang dipaparkan terhadap udara, matahari dan kelembaban selama satu atau dua minggu
atau lebih sampai muncul warna kekuning-kuningan. Cera alba dibuat dengan
memutihkan malam yang diperoleh dari sarang lebah Apis mellifera L. pemeriannya
yaitu berupa zat padat, putih kekuningan, dan bau khas lemah. Kelarutannya yaitu
praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol 95%, larut dalam kloroform,
eter, minyak lemak, dan minyak atsiri. Khasiat umum adalah sebagai zat tambahan
selain itu sebagai emulsion stabilizer dan stiffening agent (Depkes RI 1979). Cera alba
bila dikombinasikan dengan minyak olive dan kuning telur dapat berguna untuk diare,
disentri dan peradangan pada mukosa membrane saluran pencernaan (Felter & John
1898).

Vaselin Album
Vaselin alba adalah campuran hidrokarbon setengah padat yang telah
diputihkan, diperoleh dari minyak mineral. Pemeriannya yaitu berupa masa lunak,
lengket, bening, putih, sifat tersebut tetap walaupun zat telah dileburkan. Kelarutannya
yaitu praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol 95%, tetapi larut dalam kloroform
dan eter. Suhu lebirnya 38o hingga 56oC. Khasiat sebagai zat tambahan (basis) (Depkes
RI 1979).

Triethanolamine (TEA)
TEA merupakan cairan agak higroskopis, kental, tidak berwarna sampai kunng
muda, dan berbau amoniak. Kelarutannya dapat bercampur dengan air dan etanol 95%,
larut dalam kloroform. Khasiat dari bahan ini adalah sebagai pengatur pH dan sebagai
surfaktan (Rowe et al. 2003).

Propylenglycol
Propylenglycol C3H8O2 berbentuk cair dengan berat molekul 76,0960 g/mol
dan tiyik didih 187,350oC. Propylenglycol dapat dibuat dengan berbagai cara yaitu
proses hidrolisis alkalyn oksida, proses hidrolisis alkanine karbonat, proses hidrogenasi
gliserol dengan acetol sebagai intermediate, dan proses hidrogenasi acetol dengan
lactaldehyde sebagai intermediate. Khasiat dari bahan ini sebagai antifreeze, deicing,
antiicing, cooling agent, dan solvent.

Aqua
Air yang terdapat di alam mengandung garam-garam, mikroorganisme, gas dan
pengotoran-pengotoran seperti partikel debu. Garam-garam anorganik yang terdapat
pada air di alam adalah natrium, kalium, kalsium, magnesium, besi, klorida, sulfat dan
bikarbonat (Ansel 1989). Keberadaan garam-garam kalsium dan magnesium
menyebabkan timbulnya kesadahan air. Ada dua jenis kesadahan air yaitu kesadahan
temporer dan kesadahan permanen. Kesadahan temporer disebabkan oleh hydrogen
karbonat dari kalsium dan magnesium sedangkan kesadahan permanen disebabkan oleh
klorida, nitrat dan sulfat (Voigt 1994).
Biasanya air minum dari kran tidak dapat diterima untuk pembuatan sebagian
besar sediaan farmasi karena akan terjadi ketidakcocokan kombinasi zat padat yang
terlarut dengan bahan-bahan obat yang ditambahkan. Tanda-tanda ketidakcocokan
adalah adanya pengendapan, perubahan warna dan kadang-kadang berbuih. Air mentah
yang digunakan dalam pembuatan sediaan farmasi harus sesuai dengan air minum
sempurna artinya suatu air minum yang sesuai dengan patokan resmi dalam hal
kandungan bakteri, pengotor seperti ion nitrit, ion amoniak dan zat-zat organic. Ada dua
cara penyiapan air untuk penggunaan farmasi yaitu penyulingan dan penghilangan ion
(demineralisasi, penghilangan garam) (Voigt 1994).



[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional.
Ed ke-2. Jakarta (ID): Depkes RI.
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia.
Ed ke-3. Jakarta (ID): Depkes RI.
Anief M. 1997. Formulasi Obat Topikal dengan Dasar Penyakit Kulit. Yogyakarta(ID) :
UGM Pr.
Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI-Press.
Felter HW & John UL. 1898. [terhubung sambung jaring] Cera Alba (U. S. P.)White
Wax. Cera Flava (U. S. P.)Yellow Wax. USA: King's American Dispensatory.
http://www.henriettesherbal.com/eclectic/kings/cera.html (diakses pada tanggal
24 April 2014)
Harrison K. 2007. [terhubung sambung jaring] Octadecanoic acid, Stearic acid,
Saturated Fatty Acid.
http://www.3dchem.com/moremolecules.asp?ID=388&othername=Stearic%20a
cidIngredients. (diakses pada tanggal 24 April 2014)
Lacham L, Herbert AL, and Joseph LK. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Ed
ke-3. Jakarta (ID): UI Pr.
Rowe, Raymond C, Paul JS, Paul JW. 2003. Handbook of Pharmaceutical Expients.
London (): Pharmaceutical Pr.
Voigt R. 1994. Teknologi Farmasi. Yogyakarta (ID): UGM Pr.

Anda mungkin juga menyukai