Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai subjek sekaligus objek dari sistem
kesehatan. dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan
oleh masyarakat (dengan atau tampa campur tangan pihak luar) untuk memperbaiki
kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya yang secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh dalam kesehatan masyarakat.
Program pemberdayaan yang akan mempengaruhi kualitas hidup adalah
pemberdayaan masyarakat miskin. Faktor ini akan mampu memutuskan ketinggalan
rakyat baik dari segi pendidikan, ekonomi maupun kesehatan. Faktor lain yang akan
menjamin penguatan daya tawar dan akses guna mendukung masyarakat untuk
memperolah dan memamfaatkan input sumber daya yang dapat meningkatkan kegiatan
ekonomi adalah melakukan penguatan lembaga dan organisasi masyarakat.
Pembangunan merupakan proses perubahan menuju peningkatan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat. Seberapa jauh proses pembangunan tersebut telah mampu
menghasilkan perubahan-perubahan yang membawa dampak pada peningkatan taraf
hidup dan kesejahtraan masyarakat, diukur dengan indikator-indikator yang umum
bersifat ekonomi.
Rendahnya tingkat perubahan kondisi kehidupan masyarakat melalui kebijakan
pemerataan melahirkan paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia.
Implementasinya tercermin pada pogram-pogram yang secara langsung ditujukan kepada
masyarakat lapisan bawah seperti pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat (pangan,
sandang, papan, kesehatan, pandidikan) maupun pogram penanggulangan kemiskinan.
Kebijakn paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia implementasinya
cukup berhasil, namun secara proses terlihat lambat akibat masih adanya intervensi
kekuasaan pemerintahan dalam menetapkan prioritas pogram yang diperuntukkan bagi
kepentingan masyarakat dan menguatnya dominasi kekuasaan pemerintah dalam
pengololaan paradigma pemberdayaan masyarakat.
Masalah kesehatan ditentukan oleh dua faktor utama, yakni faktor perilaku dan faktor
non-perilaku (lingkungan dan pelayanan). Oleh sebab itu,upaya untuk memecahkan
masalah kesehatan juga ditujukan atau diarahkan kepada dua faktor tersebut. Perbaikan
lingkungan fisik dan peningkatan lingkungan sosio-budaya, serta peningkatan pelayanan
kesehatan merupakan intervensi atau pendekatan (intervensi) terhadap faktor perilaku.
Sedangkan pendekatan (intervensi) terhadap faktor perilaku adalah promosi atau
pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan, yang dewasa ini lebih dikenal dengan Promosi Kesehatan
adalah sesuatu pedekatan untuk meningkatan kemauan dan kemampuan masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan. Mengingat tujuan akhir promosi kesehatan
bukan standar masyarakat mau hidup sehat (Will Lingness), tetapi juga mampu (ability)
untuk hidup sehat, maka promosi kesehatan bukan sekedar menyampaikan pesan-pesan
atau informasi-informasi kesehatan agar masyarakat mengetahui dan berprilaku hidup
sehat, tetapi juga bagaimana masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatan.
Olehnya itu, untuk lebih jelasnya makalah ini akan membahas masalah
pemberdayaan masyarakat dalam upaya pemeliharaan kesehatan

I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana menumbuhkan kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan kesehatan
individu, kelompok, dan masyarakat?
2. Bagaimana menimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk
melakukan suatu tindakan atau sikap untuk meningkatkan kesehatan?
3. Apa-apa saja yang dapat dilakukan demi terwujudnya tindakan atau perilaku sehat?

I.3 Tujuan Penulisan
4. Agar mengetahui cara untuk menumbuhkan kesadaran, pengetahuan, dan
pemahaman akan kesehatan individu, kelompok, dan masyarakat.
5. Agar dapat menimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk
melakukan suatu tindakan atau sikap untuk meningkatkan kesehatan mereka.
6. Agar dapat mewujudkan tindakan atau perilaku sehat.





BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pendekatan Dalam Pemberdayaan Masyarakat
Berdasarkan tinjauan istilah, konsep pemberdayaan masyarakat mencakup
pengertian community development (pembangunan masyarakat) dan community-
based development (pembangunan yang bertumpu pada masyarakat) dan tahap
selanjutnya muncul istilah pembangunan yang digerakkan masyarakat
(Sukandarrumidi, 2007). Menurut Cornell Empowerment Group Pemberdayaan
didefinisikan sebagai suatu proses sengaja yang berkelanjutan, berpusat pada
masyarakat lokal, dan melibatkan prinsip saling menghormati, refleksi kritis,
kepedulian, dan partisipasi kelompok dan melalui proses tersebut orang-orang yang
kurang memiliki bagian yang setara akan sumber daya berharga memperoleh akses
yang lebih besar dan memiliki kendali akan sumber daya tersebut (Perkin dan
Zimmerman, 1995).
Proses pemberdayaan hendaknya meliputi enabling (menciptakan suasana
kondusif), empowering (penguatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat), protecting
(perlindungan dari ketidak adilan), supporting (bimbingan dan dukungan), dan
foresting (memelihara kondisi yang kondusif tetap seimbang). Terdapat empat
strategi pokok dalam bidang pembangunan kesehatan, yaitu : 1) Menggerakkan dan
memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat; 2) Meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas; 3) Meningkatkan system surveilans,
monitoring dan informasi kesehatan dan; 4) Meningkatkan pembiayaan kesehatan
(Depkes, 2006).
Dalam bidang kesehatan, konsep pemberdayaan antara lain terdapat pada
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 (Bab III Pasal 9) tentang Kesehatan setiap
orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pemerintah bertanggung jawab
memberdayakan dan mendorong peran serta aktif masyarakat dalam segala bentuk
upaya kesehatan (Bab IV Pasal 18).
Daya merupakan kemampuan melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak,
sedangkan berdaya berarti berkekuatan, bertenaga, berkemampuan memiliki akal,
cara untuk mengatasi sesuatau. Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan suatu usaha
untuk memberikan kekuatan, tenaga, kemampuan, mempunytai akal/atau cara
mengatasi masalah dalam kehidupan masyarakat. Upaya pemberdayaan masyarakat
berarti mamampukan dan memandirikan masyarakat dalam kebijakan pembangunan
nasional harus berwujud dalam tiga aspek kebijakan utama Yaitu :
1. Menetapkan suasana untuk iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi
yang dimiliki masyarakat, baik sumber daya alam maupun sistem nilai tradisonal
dalam menata kehidupan masyarakat.
2. Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat, baik potensi lokal yang telah
memberdaya dalam menata kehidupan masyarakat melalui pemberian masukan
berupa bantuan dana, pembagunan prasarana dan sarana baik fisik (jalan, irigasi,
listrik) maupun sosial (pendidikan, kesehatan) serta pengembangan lembaga
pendanaan, penelitian dan pemasaran didaerah.
3. Melindungi melalui pemihakan kepada masyarakat yang lemah untuk mencegah
persiangan yang tidak seimbang dan bukan berarti mengisolasi atau menutupi dari
interaksi.

II.2 Konsep dan Ruang lingkup Pemaberdayaan Masyarakat
1. Power dan Empowerment
Konsep impowerment itu sendiri merupakan sebuah konsep yang masih terlalu
umum dan kadang-kadang hannya menyentuh cabang atau daun namun tidak
menyentuh akar permasalahan, baik yang bersifat mendasar maupun yang akan
terjadi dalam proses. Kita harus menempatkan konsep pemberdayaan itu tidak
hannya indivudual, tertapi juga secara kolektif (individual self empowerment
maupun collektive self empowerment), dan sesuatu itu harus menjadi bagian dari
aktualisasi dan koaktualisasi eksistensi manusia dan kemanusiaan. Dengan
demikian, konsep empowerment pada dasarnya adalah upaya menjadikan suasana
kemanusiaan yang adil dan beradap manjadikan semakin imfektif secara
struktural, baik didalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional,
internasional, maupun dalam bidang politik, ekonomi dan sebagainya.

2. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan adalah terjamahan dari impowerment. Menurut Mernam
Webster Oxford English Dictionary, kata empower mengandung dua pengertian
yaitu:
1. to give power atau to memberikan kekuasaan, mengalihkan atau
mendelegasikan otoritas dari pihak lain.
2. to give ability to atau enable atau usaha untuk emmberikan kemampuan.
3. usaha untuk memberikan kemampuan.
Hulme dan Tunner (1990) berpendapat bahwa pemberdayaan mendorong
terjadinya suatu proses perubahan sosial yang memungkinkan orang-orang
pinggiran yang tidak berdaya untuk memberikan pengaruh yang lebih besar di
arena politik secara lokal dan nasional. Oleh karena itu, pemberdayaan sifatnya
individual sekaligus kolektif. Pemberdayaan juga merupakan suatu proses yang
menyangkut hubungan-hubungan kekuasaan/kekuatan yang berubah antara
individu, kelompok dan lembaga-lembaga sosial.
Menurut definisinya, pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya
peningkatan kemampuan masyarakat (miskin) untuk berpartisipasi, bernegosiasi,
memengaruhi dan mengendalikan kelembangaan masyarakat secara bertanggung-
gugat demi perbaikan kehidupannya. Pemberdayaan dapat juga diartikan sebagai
upaya untuk memberikan daya (empowermnet) atau kekuatan (strength) kepada
masyarakat. Keberdayaan masyarakat adalah unsur-unsur yang memungkinkan
masyarakat mampu bertahan (survive) dan (dalam pengertian yang dinamis)
maupun mengembangkan diri untuk mencapai tujuan-tujuannya. Oleh karena itu,
memberdayakan masyarakat merupakan upaya untuk (terus-menerus)
meningkatkan harkat dan mertabat lapisan masyarakat bawah tidak mampu
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata
lain memberdayakan masyarakat adalah meningkatkan kemampuan dan
meningkatkan kemandirian masyarakat.
Dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan
oleh masyarakat (dengan atau tampa campur tangan pihak luar) untuk
memperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya yang secara lasung
maupun tidak lansung berpengaruh dalm kesehatan masyarakat.

II.3 Aspek Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat sebagaimana telah tersirat dalam definisi yang
diberikan, ditinjau dari lingkup dan objek pemberdayaan mencakup beberapa aspek
yaitu :
1. Peningkatan kepemilikan aset (sumber daya fisik dan finansial) serta kemanpuan
(secara individu dan kerlopok) untuk memamfaatkan aset tersebut demi perbaikan
kehidupan mereka;
2. Hubunagan antara individu dan kelompoknya, kaitannya dengan pemikan aset,
dan kemampuan mamamfaatkannya;
3. Pemberdayaan dan reformasi kelembagaan;
4. Pengemabangan jejaring dan kemitraan kerja, baik di tingkat lokal, regional
maupun global.

II.4 Unsur-unsur Pemberdayaan Masyarakat
Upaya pemberdayaan masyarakat perlu memperhatikan sedikitnya empat
unsur pokok yaitu :
a. Aksesibilitas informasi, karena imformasi merupakan kekuasaan baru
kengitannya dengan peluang, layanan, penegakan hukum, efektifitas negosiasi,
dan akuntabilitas;
b. Keterlibatan dan partisipasi, yang menyangkut siapa yang dilibatkan dan
bagaimana mereka terlibat dalam keseluruhan proses pembangunan;
c. Akuntabilitas, kaitannya dengan pertanggungjawaban publik atas segala kegiatan
yang dilakukan dengan mengatas namakan rakyat;
d. Kapasitas organisasi lokal, kengiatannya dengan kemampuan bekerja sama,
mengorganisasi warga masyarakat, serta memobilitasi sumber daya untuk
memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi.
Untuk mencapai tujuan-tujuan pemberdayaan masyarakat terdapat tiga jalur
kegiatan yang harus dilaksanakan yaitu :
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk
berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap masnusia dan
masyarakatnya memiliki potensi (daya) yang dapat dikembangkan;
2. pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong,
memberikan motivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimilikinya serta upaya untuk mengembangkannya;
3. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).



II.5 Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, bisa dilakukan beberapa strategi
yaitu: :
1. Melakukan penguatan lembaga dan organisasi masyarakat guna mendukung
peningkatan posisi tawar dan akses masyarakat untuk memperoleh dan
memamfaatnya imput sumber daya yang dapat meningkatakan kegiatan ekonomi;
2. Mengembangkan kapasitas masyarakat melalui bantuan peningkatan keterampilan
dan pengetahuan, penyediaan prasarana dan serana seperti, modal, imformasi
pasar dan tehnologi, sehingga dapat memperluas kerja dan memberikan
pendapatan yang layak, khususnya bagi keluarga dan kelompok masyarakat yang
miskin;
3. Mengembangkan sistem pelindungan sosial terutama bagi masyarakat yang
terkena musibah bencana alam dan masyarakat yang terkena dampak krisis
ekonomi;
4. Menguragi berbagai bentuk pengaturan yang mehambat masyarakat untuk
mambangun lembaga dan organisasi guna penyaluran pendapat, melakukan
interaksi sosial untuk membangun kesepakatan antara kelompok masyarakat dan
dengan organisasi sosial politik;
5. Membuka ruang gerak yang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk melibat dan
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan publik melalui pengembangan
forum lintas yang dibangun dan dimiliki masyarakat setempat;
6. mengembangkan potensi masyarakat untuk membangun lembaga dan organisasi
keswadayaan masyarakat di tingkat lokal dan memperkuat solidaritas dan
ketahanan sosial masyarakat dalam memecahkan berbagi masalah kemasyarakatan
dan khususnya untuk membantu masyarakat miskin dan rentan sosial.

II.6 Program Pemberdayaan Masyarakat
Untuk mendukung amanat GBHN 1999-2006, program-program
pembangunan yang akan dilaksanakan untuk meningkatakn pemberdayaan
masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Program Penguatan Organisasi Masyarakat
Tujuan program adalah meningkatkan kapasitas organisasi sosial dan ekonomi
masyarakat yang dibentuk oleh masyarakat setempat sebagai wadah bagi
pengemabangan interaksi sosial, pengololaan poternsi masyarakat setempat dan
sumber daya dari pemerintah. Serta wadah partisipasi dalam pengambilan
keputusan publik.sasaran yang ingin dicapai adalah berkembangnya organisasi
sosial dan ekonomi masyarakat setempat yang dapat maningkatkan ekonomi,
sosial dan politik.
b. Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin
Program ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program
penanggulangan kemiskinan. Tujuan poram ini adalah meningkatakan
kemampuan dan keberdayaan keluarga dan kelompok masyarakat miskin melalui
penyediaan kebutuhan dasar dan pelayanan umum berupa sarana dan prasarana
sosial ekonomi pendidikan, kesehatan, perumahan, dan perdiayaan sumber daya
produksi, miningkatkan kegiatan usaha kecil, menengah, dan imformal dipedesaan
dan perkotaan, mengembangkan sistem pelindungan sosial bagi keluarga dan
kelompok masyarakat yang rentang sosial dan tidak mampu mangatasi dan akibat
goncangan ekonomi, terkena sakit atau cacat, korban kejahatan dan berusia lanjut
dan berpotensi menjadi miskin. Sasaran yang dicapai dari program ini adalah
berkurangnya jumlah penduduk miskin dan kelompok masyarakat yang miskin
dan berpotensi menjadi miskin. Kegiatan pokok yang dilakukan adalah :
a. Peningakatan kemampuan pemerinatah daerah untuk mambantu
pengembangan jaringan kerja keswadayaan;
b. Pengembangan kapasitas lembaga-lembaga keswadayaan;
c. Pengemabangan forum komunikasi antar tokoh penggerak kegiatan
keswadayaan;
d. Pengembangan kemitraan lecara garis besar pengorganisasian dilakukan secara
berikut :
a. Pemberdayaan Masyarakat harus berupa gerak masyarakat
Artinya masyarkat harus manjadi subjek dan bukan objek semata dari usaha
kesehatan. Mereka harus dididik dan dibekali berbagai pengetahuan dan
keterampilan dasar dalam usaha-usaha kesehatan serta dilibatkan secara aktif sejak
perencanaan dalam usaha-usaha tersebut. Tokoh dan wakil masyarakat yang
dilibatkan misalnya benar-benar yang mencerminkan aspirasi masyarakat yang
sebenarnya. Membutuhkan kesadaran dan kepedulian masyarakat akan kesehatan
mereka, dan mendorong mereka untuk berperan aktif untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut seperti membentuk organisasi-organisasi kesehatan (LSM,
seperti masyarakata anti rokok, anti narkoba), turut membiayai usaha kesehatan,
ikut akses atau JPKM), ikut dalam politik kesehatan (memilih partai yang peduli
kesehatan) dan sebagainya.
b. Menekankan peran pemerintah lebih sebagai regulator dan fasilitator
Peran pemerintah yang dominan selama ini dalam usaha kesehatan telah
menjadi penghambat munculnya inisiatif dan krayatif di masyarakat yang sangat
dibutuhkan untuk menumbuhkan gerakan masyarakat yang sesungguhnya. Peran
dominan harus lebih diberikan kepada masyarakat melalui misalnya sektro swasta,
LSM, maupun organisasi masyarakat lainnya. Pemerintah harsu menyedikan dana
sebagai seed kapital (modal awal) bagi LSM dalam usaha-usaha promotif dan
preventif mereka. Usaha-usaha seperti ini memang harus dibantu dana memang
merupakan usaha publik yang sulit mempunyai nilai komersial, namun
kemandirian harus terus diusahakan.
c. Membutuhkan wirausahawan sosial atau sosial entrepreneur dalam bidang
kesehatan promotif dan preventif
Usaha-usaha kesehatan khususnya dalam mengubah prilaku harus lebih
bersifat pendekatan dari bawah (buttom up appoach) berdasarkan kebutuhan dan
kondisi sosial budaya masyarakat setempat, untuk itu, dibutuhkan orang-orang
yang sosial yang dapat mengembangkan dan menjalankan usaha-usaah
pemantapan perilaku sehat bertumpu pada masyarakat. Biasanya orang-orang ini
akan menjalankan kegitanb dengan mendirikan LSM dalam bidang kesehatan
tertentu pada wilayah tertentu pula.
d. Membutuhkan kemandirian dalam usaha kesehatan
Secara bertahap pemerintah harus mengurangi alokasi dana pada usaha-usaha
kesehatan yang sudah mulai dapat dibiayari sendiri oleh masyarakat seperti
pelayanan kesehatan, apalagi kuratif, kecuali bagi masyarakat kurang mampu.
Alokasi dana harus lebih diberukan dan ditingkatkan pada kegiatan-kegiatan
promotif-preventif, seraya mendorong keterlibatan masyarakat, swasta/LSM
menuju kemandirian.

II.7 Peran Serta Masyarakat
Wujud Peran Serta Masyarakat dari pengamatan pada masyarakat selama ini
ada beberapa wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan pada
khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya. Bentuk-bentuk tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Sumber Daya Manusia
Setiap insan dapat berpartisipasi aktif dalam pembanguanan masyarakat.
Wujud insan yang menunjukkan peran serta masyarakat dibidang kesehatan
antara lain sebagai berikut:
Pemimpin masyarakat yang berwawasan kesehatan .
Tokoh masyarakat yang berwawasan kesehatan, baik tokoh agama, politisi,
cendikiawan, artis/seniman, budayaan, pelawak dan lain-lain.
Kader Kesehatan, yang sekarang banyak sekali ragamnya misalnya : kader
Posyandu, kader lansia, kader kesehatan lingkungan, kader kesehatan gigi,
kader KB, dokter kecil, saka bakti husada, santri husada, taruna husada, dan
lain-lain.
b. Institusi/lembaga/organisasi masyarakat
Bentuk lain peran serta masyarakat adalah semua jenis institusi, lembaga atau
kelompok kegiatan masyarakat yang mempunyai aktifitas dibidang kesehatan.
Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM). Yaitu segala bentuk
kegiatan kesehatan yang bersifat dari, oleh dan untuk masyarakat, seperti:
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Pos Obat Desa (POD)
Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
Pos kesehatan di Pondok Pasantren (Pokestren).
Pemberantasan Penyakit Menular dengan Pendekatan PKMD (P2M-
PKMD).
Penyehatan Lingkungan Pemungkiman dengan Pendekatan PKMD
(PLp-PKMD) sering disebut dengan desa pencontohan kesehatan
lingkungan (DPKL).
Suka Bakti Husada (SBH)
Taman Obat Keluarga (TOGA)
Bina Keluarga Balita (BKB)
Pondok Bersalin Desa (Polindes)
Pos Pembinaan Terpadu lanjut usia (Posbindu Lansia/Posyandu Usila
Pemantau dan Stimulasi Perkembangan Balita (PSPB)
Keluarga Mandiri
Upaya Kesehatan Mesjid
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mempunyai kegiatan dibidang
kesehatan. Banyak sekali LSM yang berkiprah dibidang kesehatan, aktifitas
mereka beragam sesuai dengan peminatannya.
Organisasi Swasta yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan seperti rumah
sakit, ruamh bersalin, balai kesehatan Ibu dan anak, balai pengobatan, dokter
praktik, klinik 24 jam, dan sebagainya.
c. Dana
Wujud lain partisipasi masyarakat adalah dalam bentuk pembiayaan kesehatan
seperti dana sehat, asuransi kesehatan, jaminan pemeliharaan kesehatan
masyarakat, dan berbagai bentuk asuransi dibidang kesehatan. Secara umum
jenis-jenis partisipasi pemberdayaan kesehatan masyarakat adalah sebagai
berikut;
1) Berbagai bentuk dana sehat seperti dana sehat pola PKMD (Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Desa), dana sehat pola UKS< (Upaya Kesehatana
Sekolah), dana sehat pondok pasantren, dana sehat pola KUD (Koperasi
Unit Desa), dana sehat yang dikembangkan oleh LSM, dan dana sehat
organisasi/kelompok lainnya (Supir angkot, tukang becak dan lain-lain);
2) Asuransi kesehatan oleh PT Asuransi Kesehatan Indonesia, dengan
sasaran para pengawai negeri sipil, pensiunan, dan sebagaian karyawan
swasta atau pengawai pabrik;
3) Jaminan sosial tenaga kerja (termasuk pemiliharaan kesehatan) khusunya
bagi para pekerja Perusahaan swasta;
4) Asuransi kesehatan swasta atau badan penyelenggara jaminan
pemeliharaan kesehatan Masyarakat (Bapel JPKM0), seperti asuransi
kesehatan yang dikelola PT tugu mandiri, PT Bintang Jasa, dan lain-lain.
d. Wujud Lain
Masih ada bentuk peran serta masyarakat selain di atas, antara lain :
1. Jasa Tenaga
2. Jasa Pelayanan
3. Subsidi silang
Ruang lingkup peran serta masyarakat (PSM) menjadi sangat luas bahkan
tidak terbatas. Namun demikian, untuk memudahkan dalam pembinaan, lingkup
PSM dapat dikelompokkan menjadi:
Upaya Kesehatana Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan
oleh masyarakat umum.
Upaya Kesehatan Tradisional (UKESTRA)
Upaya Kesehatan Kerja (UKK)
Upaya Kesehatan Dasar Swasta (UKDS)
Kemitaraan LSM dan dunia usaha.
Dan sehat/jaminan pemeliharaan kesehatan Masyarakat (JPKM)
Peran wanita pembangunan kesehatan
Peran generasi muda dalam pembangunan keseahatan
Kader kesehatan.
Prinsip Penggerakan Peran Serta Masyarakat
Kesehatan merupakan kebutuahn setiap orang. Oleh karena itu kesehatan seharusnya
tercermin dalam kegiatan setiap insan. Peran serta masyarakat dibidang kesehatan di
arahkan melalui tiga macam utama, sebagai berikut:
a. Kepemimpinan
b. Pengorganisasian
c. Pendanaan
Dengan demikian, tujuan akhir yang hendak dicapai dalam peningkatan
peran serta masyarakat di bidang kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Setiap pemimpin kelompok masyarakat baik formal maupun imformal
mempunyai wawasan kesuma (kesehatan untuk semua).
b. Setiap kelompok masyarakat baik ditingkat kewilayahan maupun organisasi,
mempunyai bentuk UKBM yang merupakan wujud partisipasi mereka dalam
menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi, dengan kualitas yang
baik.
c. Setiap kelompok masyarakat mengembangkan dana sehat menggunakn pola yang
sesuai dengan karakteristik masyarakat setempat, dengan kualitas yang memadai.
Dana sehat pola PKMD untuk masyarakat perdesaan, dana sehat pola KUD
untuk masyarakat anggota KUD, dana sehat pada UKS untuk para murid sekolah
dan lain-lain.
Peran serta masyarakat di bidang kesehatan mempunyai kekhususan seabagai
berikut:
1. Meskipun kesehatan berdampingan dengan kedoktoran, implementasi program
kesehatan masyarakatnya berbeda jauh dengan dunia kedokteran. Keseahtan
masyarakat sangat erat kaitannya dengan aspek sosial budaya masyarakat yang
bersangkutan.
2. Bidang gerak serta masyarakat amat luas dan sangat bervariasi sehingga tidak
mungkin menerapkan suatu harusan yang sifatnya mutlak.
Petugas kesehatan yang mengguluti program penyeluhan kesehatan
masyarakat/peran serta masyarakat mempunyai peran ganda karena mengembang
dua fungsi yang tidak dipisahkan yaitu sebagai pembina peran serta masyarakat
sebagai petugas kesehatan yang mengetahui bahwa keseahatn masyarakat itu amat
ditentukan oleh partisipasi mereka.
Upaya Pemberdayaan Bersumber Daya masyarakat ( UKBM ), diantaranya:
1. Pos Pelayanan Terpadu ( Posyandu )
Posyandu merupakan jenis UKM yang paling memasyarakatkan dewasa ini.
Posyandu yang meliputi lima program prioritas yaitu: KB, KIA, Imunisasi,dan
penanggulangan Diare.terbukti mempunyai daya ungkit besar terhadap
penurunan angka kematian bayi . sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan
masyarakat yang langsung bersentuhan dengan masyarakat level bawah ,
sebaiknya posyandu digiatkan kembali seperti pada masa orde baru karena
terbukti ampuh mendeteksikan permasalahan gizi dan kesehatan di berbagai
daerah.permasalahan gizi buruk anak balita, kekurangan gizi, busung lapar dan
masalah kesehatan lainnya menyangkut kesehatan ibu dan anak akan mudah
dihindari jika posyandu kembali diprogramkan secara menyeluruh.
Kegiatan posyandu lebih di kenal dengan sistem lima meja yang, meliputi :
1. Meja 1 : Pendaftaran
2. Meja 2 : Penimbangan
3. Meja 3 : Pengisian Kartu Menuju Sehat
4. Meja 4 : Penyuluhan Kesehatan pembarian oralit Vitamin A ,dan tablet besi
5. Meja 5 : Pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaan
kesehatan dan pengobatan,serta pelayanan keluarga berencana.
Untuk meja 1 sampai 4 dilaksanakan oleh petugas kesehatan. Sejak
dicanangkan pada tahun 1984, penumbuhan jumlah posyandu sebagai
berikut:
Pertumbuhan Jumlah Posyandu
Tahun Jumlah
1990
1991
1992
1993
2003 244.382
251.815
242.255
233.061
245.154

Bila diperhitungkan bahwa tiap posyandu rata-ratamempunyai lima orang
kader,
Jumlah kader, maka jumlah kader aktif posyandu 5 x 245.154 = 1.255.770 orang
kader.
2. Pondok Bersalin Desa ( Polindes )
Pondok bersalin desa merupakan wujud peran serta masyarakat dalam
pemeliharaan kesehatan ibu dan anak . UKBM ini dimaksudkan untuk menutupi
empat kesenjangan dalam KIA ,yaitu kesenjangan geografis ,kesejangan
informasi, kesenjangan ekonomi dan kesenjangan sosial budaya.
Keberadaan bidan ditiap desa diharapkan mampu mengatasi kesenjangan
geografis, sementara kontak setiap saat dengan dengan penduduk setempat
diharapkan mampu mengurangi kesenjangan informasi. Polindes
dioperasionalkan melalui kerja sama antara bidan dengan dukun bayi , sehingga
tidak menimbulkan kesenjangan sosial budaya,sememtara tarif pemeriksaan ibu,
anak dan melahirkan yang ditentukaN dalam musyawarah LKMD diharapkan
mampu mengurangi kesenjangan ekonomi.
3. Pos Obat Desa ( POD )
Pos obat desa merupakan wujud peran serta masyarakat dalam hal pengobatan
sederhana. Kegiatan ini dapat dipandang sebagai perluasan kuratif sederhana,
melengkapi kegiatan preventif dan promotif yang telah di laksanakan di
posyandu.
Dalam implementasinya POD dikembangkan melalui beberapa pola di
sesuaikan dengan stuasi dan kondisi setempat.
Beberapa pengembangan POD itu antara lain :
POD murni, tidak terkait dengan UKBM lainnya.
>> POD yang di integrasikan dengan Dana Sehat ;
>> POD yang merupakan bentuk peningkatan posyandu:
>> POD yang dikaitkan dengan pokdes/ polindes ;
>> Pos Obat Pondok Pesantren ( POP ) yang dikembangkan di beberapa pondok
Pesantren.
4. Dana Sehat
Dana telah dikembangkan pada 27 provinsi meliputi 209 kabupaten/kota.
Dalam implementasinya juga berkembang beberapa pola dana sehat, antara lain
sebagai berikut:
a. Dana sehat pola Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dilaksanakan pada 34
kabupaten dan telah mencakup 12.366 sekolahan.
b. Dana sehat pola pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)
dilaksanakan pada 96 kabupaten.
c. Dana sehat pola pondok Pesantren, dilaksanakan pasa 39 kabupaten/kota.
d. Dana sehat pola koperasi Unit Desa (KUD), dilaksanakan pada lebih dari 23
kabupaten, terutama pada KUD yang sudah tergolong mandiri.
e. Dana sehat yang dikembangkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
dilaksanakan pada 11 kabupaten/ kota.
f. Dana sehat organisasi/kelompok lainnya (seperti tukang becak, sopir
angkutan kota dan lain-lain), telah dilaksanakan pada 10 kabupaten/kota.
Seharusnya dana sehat merupakan bentuk jaminan pemeliharaan kesehatan
bagi anggota masyarakat yang belum dijangkau oleh asuransi kesehatan
seperti askes, jamsostek, dan asuransi kesehatan swasta lainnya. Dana sehat
berpotensi sebagai wahana memandirikan masyarakat,yang pada giliranya
mampu melestarikan kegiatan UKMB setempat. Oleh karena itu, dana sehat
harus dikembangkan keseluruh wilayah.kelompok sehingga semua penduduk
terliput oleh dana sehat atau bentuk JPKM lainnya.
5. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Di tanah air kita ini terdapat 2.950 lembaga swadaya masyarakat (LSM),
namun sampai sekarang yang tercatat mempunyai kegiatan di bidang kesehatan
hanya 105 organisasi LSM. Ditinjau dari segi kesehatan, LSM ini dapat
digolongkan manjadi LSM yang belum mempunyai kegiatannya bidang
kesehatan atau LSM yang aktivitasnya seluruhnya kesehatan dan LSM khusus
antara lain, organisasi profesi kesehatan, organisasi swadaya internasional.
Dalam hal ini kebijaksanaan yang ditempuh adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan peran serta masyarakat termasuk swasta pada semua tingkatan
b. Membina kepemimpinan yang berorientasi kesehatan dalam setiap organisasi
kemasyarakatan.
c. Memberi kemampuan, kekuatan dan kesempatan yang lebih besar kepada
organisasi kemasyarakatan untuk berkiprah dalam pembangunan kesehatan
dengan kemapuan sendiri.
d. Meningkatkan kepedulian LSM terhadap upaya pemerataan pelayanan
kesehatan.
e. Masih merupakan tugas berat untuk melibatkan semua LSM untuk berkiprah
dalam bidang kesehatan.
6. Upaya Kesehatan Tradisional
Tanaman obat keluarga (TOGA) adalah sebidang tanah dihalaman atau ladang
yang dimanfaatkan untuk menanam yang berkhasiat sebagai obat. Dikaitkan
dengan peran serta masyarakat, TOGA merupakan wujud partisipasi mereka
dalam bidang peningkatan kesehatan dan pengobatan sederhana dengan
memanfaatkan obat tradisinal. Fungsi utama dari TOGA adalah menghasilkan
tanaman yang dapat dipergunakan antara lain untuk menjaga dan meningkatan
kesehatan dan mengobati gejala (keluhan) dari beberapa penyakit yang ringan.
Selain itu, TOGA juga berfungsi ganda mengingat dapat digunakan untuk
memperbaiki gizi masyarakat, upaya pelestarikan alam dan memperindah tanam
dan pemandangan.
7. Upaya Kesehatan Kerja
Upaya kesehatan kerja menjadi semakin penting pada industrilisasi sekarang
ini. Pertumbuhan industri yang pesat membuat tenaga kerja formal semakin
banyak, yang biasanya tetap diiringi oleh meraknya tenaga tenaga kerja
imformal. Salah satu wujud upaya kesehatan kerja adalah dibentuknya Pos
Upaya kesehatan kerja (Pos UKK) di sektor informal dan pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di sektor formal.
Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) untuk operasional OKMD di
lingkungan pekerja merupakan wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan
kesehatan pekerja yang terencana, teratur dan berkesinambungan yang di
selenggarakan oleh masyarakat pekerja atau kelompok pekerja yang memiliki
jenis kegiatan usaha yang sama dan bertujuan untuk maningkatkan produktivitas
kerja. Dengan demikian, implamentasi selalu mencakup tiga pilar PKMD, yaitu
adanya kerjasama lintas sektor, adanya pelayanan dasar kesehatan kerja, dan
adanya peran serta masyarakat. Jumlah Pos Upaya Kesehatan Kerja ( Pos UKK)
sampai dengan tahun 2003 tercatat sebanyak 9.139 UKK (Profil Kesehatan
2003).
8. Upaya Kesehatan Dasar Swasta
Upaya kesehatan dasar swasta dapat dikelompokkan menjadi:
a. kelompok pelayanan swasta dasar di bidang medik, meliputi Balai Kesehatan
Ibu dan anak (BKIA), Balai pengobatan (BP) Swasta dan Rumah bersalin
(RB).
b. kelompok berdampak kesehatan, meliputi salon kecantikan, pusat kebugaran,
dan sebagainya.
c. kelompok tradisional, meliputi tabib, sinshe, panti pijat, dukun patah tulang,
yang pembinaan teknisnya dilakukan oleh upaya kesehatan tradisional
(Ukestra).
9. Kemintraan LSM dan Dunia Usaha
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan organisasi non pemerintah (
Nom Governmental organization/ NGO) yang sebenarnya mempunyai bebeerapa
potensi yang bisa digunakan untuk meningkatkan derajat kesehatam masyarakat,
antara lain dalam hal community development, pemberi pelayanan kesehatan,
pelatihan untuk berbagai macam bidang, dan penghimpunan dana masyarakat
untuk kesehatan.
Untuk meningkatkan fungsi LSM, forum komunikasi ditingkatkan menjadi
jejaring LSM yang ternyata berkembang beberapa peminatan. Ada beberapa
kelompok peminatan kesehatan, yaitu :
a. Pembangunan Kesehatan Fungsi Masyarakat Desa (PKMD) /Primary health
Care (PHC).
b. Keluarga berencana /Kesehatan Ibu dan Anak (KB/KIA).
c. Penyakit Menular Seksual (PMS/AIDS).
d. Kesehatan anak, ramaja, dan generasi muda.
e. Kesehatan wanita.
f. Pengobatan tradisional
g. Kesehatan kerja
h. Kesehatan lingkungan/air bersih
i. Penyakit menular
j. Klinik/ balai pengobatan
10. Kader Kesehatan
Kader di indonesia merupakan sosok insan yang menarik perhatian khalayak.
Kesederhanaannya dan asalnya yang dari masyarakat setempat, telah membuat
kader begitu dekat dengan masyarakat membuat alih pengetahuan dan olah
keterampilan dari kader kepada tetangganya demikian mudah. Kedekatanya
dengan petugas puskesmas telah membuat mereka menjadi penghubung yang
andal antara petugas kesehatan dengan masyarakat. Profil kader yang paling
dikenal adalah kader posyandu. Melejitnya jumlah dan peran posyandu dalam
keberhasilan program keluarga berencana dan kesehatan. Telah turut
mengangkat kepopelaran kader posyandu di Indonesia. Peran PKK (Pembinaaan
Kesejahteraan Keluarga) dalam kader ini sangat besar, karena kampir seluruhnya
kader posyandu atau kader PKK adalah wanita. Tim Penggerak PKK dari mulai
tingkat pusat, provinsi, kabupaten / kota, kecamatan dan desa/kelurahan, selalu
berupaya melakukan penggerakan dan pembinaan intensif terhadap kader PKK
yang menjadi tulang punggung kegiatan posyandu.
11. Bentuk UKBM Yang Lain
Bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang lain adalah sebagai
berikut:
a. Suatu karya bhakti Hasuda (SBH) merupakan bentuk partisipasi generasi
muda khususnya pramuka dalam bidang kesehatan.
b. Upaya Kesehatan Gizi Masyarakat Desa (UKGMD), merupaka wujud peran
serat masyarakat dalam bidang kesehatan gigi dan mulut.
c. Pemberantasan Penyakit Menular melalui pendekatan pembangunan
kesehatan masyarakat desa(P2M-PKMD) merupakan bentuk peran serta
masyarakat dalam penangulangan penyakit menular yang banyk di derita
penduduk setempat.
d. Desa percontohan kesehatan lingkungan (DPKL), merupakan wujud peran
serta masyarakat dalam program menyediakan air bersih dan perbaikan
lingkungan pemukiman. Melalui kegiatan ini diharapkan cukupan
penyediaan air bersih dan rumah sehat menjadi semakin tinggi.
e. Pos kesehatan pondok pesantren (Poskestren), merupakan wujud partisipasi
masyarkat pondok pesantren dalam bidang kesehatan. Biasanya dalam
poskestren ini muncul kegiatan, antara lain pos obat pondok pesantren
(POP), santri hasada ( kader kesehatan di kalangan santri), pusat informasi
kesehatan di pondok pesantren, dan upaya kesehatan lingkungan di sekitar
pesantren.
f. Karang Werda, merupakan wujud peran serta masyarakat dalam
upayakesehatan usia lanjut, misalnya pos pembina terpadu lansia (posbindu
lansia atau posyandu usila).
g. Dan masih banyak lagi bentuk UKBM yang lain.
Permasalah yang muncul dalam pelaksanaan program pemberdayaan
dan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah:
1. Pemberdayaan masyarakat atau peran serta masyarakat secara individu.
2. Pemberdayaaan masyarakat atau peran serta masyarakat dalam hal perdana.
3. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang penyelenggaraan posyandu.





















BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai subjek sekaligus objek dari sistem
kesehatan. dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yang
dilakukan oleh masyarakat (dengan atau tampa campur tangan pihak luar) untuk
memperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya yang secara
langsung maupun tidak langsung berpengaruh dalam kesehatan masyarakat.
Program pemberdayaan yang akan mempengaruhi kualitas hidup adalah
pemberdayaan masyarakat miskin. Faktor ini akan mampu memutuskan
ketinggalan rakyat baik dari segi pendidikan, ekonomi maupun kesehatan. Fektor
lain yang akan menjamin penguatan daya tawar dan akses guna mendukung
masyarakat untuk memperolah dan memamfaatkan input sumber daya yang dapat
meningkatkan kegiatan ekonomi adalah melakukan penguatan lembaga dan
organisasi masyarakat.
III.2 Saran
Revitalisasi Puskesmas untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
melalui strategi pengorganisasian komunitas dilakukan untuk memberdayakan
masyarakat dalam hal penyelesaian masalah kesehatan di aras komunitas basis.
Selain itu juga mendorong potensi masyarakat di aras komunitas basis agar dapat
mengatasi masalah-masalah kesehatan dengan penekanan pencegahan penyakit
melalui keswadayaan yang berkelanjutan dan kontekstual dengan kebutuhan
lokal.










DAFTAR PUSTAKA

AKK..DR.Dr.AzrulAzwar M.P.H 1996.Pengantar Administrasi Kesehatan.Bina
rupa Aksara: Jakarta

Notoatmodjo, soekidjo. 2007. Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta :
Rineka Cipta.

Notoatmodjo, soekidjo. 2010. Promosi Keseatan Teori dan Aplikasi. Jakarta :
Rineka Cipta.

http://intanputrisartika.blogspot.com/2011/09/promosi-kesehatan-bina-
suasana.htmlp

http://www.scribd.com/doc/49752296/9/Bina-Suasana

http://dr-arbai.blogspot.com/2008/11/bila-bina-suasana-baik-maka-
partisipasi.html















Lampiran Hasil Diskusi

Pertanyaan dari Andi Isna Arianti:
Apa contoh nyata dari program pemberdayaan masyarakat oleh pemerintah (andi isna
arianti) ?
Jawab:
Vidya Hadju
Pada program penguatan organisasi misalnya pemerintah membantu memberikan dana
atau modal awal kepada LSM. Pada program pemberdayaan masyarakat miskin dengan
melakukan bakti sosial atau melakukan gotong royong membersihkan parit. Contoh lainnya
adalah pemberdayaan pasar terong oleh pemerintah.
Pertanyaan dari Dian Anggreni:
Apa hubungan Want, Ability dan How to Solve Problemdalam pemberdayan masyarakat ?
Jawab:
Mardhiati
Semuanya saling terkait satu sama lain. Karena di dalam memberdayakan masyarakat,
peratama-tama yang harus ada yaitu kemauan atau keinginan (want) agar termotivasi
kemudian di berdayakan dalam bentuk kemampuan (ability), mereka kemudian mampu dan
terakhir dilakukan perwujudan dalam bentuk memecahkan masalah-masalah yang mereka
hadapi (how to solve problem).
Dalam hal ini, tercermin pada kesimpulan dari makalah kami yakni;
Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai subjek sekaligus objek dari sistem kesehatan.
dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan oleh masyarakat
(dengan atau tampa campur tangan pihak luar) untuk memperbaiki kondisi lingkungan,
sanitasi dan aspek lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh dalam
kesehatan masyarakat.
Saran:
Dari Saudari Irmayanti:
Untuk slide unsur, aspek dan strategi harus terpisah dan detailkan satu persatu agar lebih
baik.

Anda mungkin juga menyukai