Anda di halaman 1dari 25

TUGAS KE : 10

Geomorfologi Pantai Delta


Jurusan Teknik Geologi
Makalah

Diajukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran Geomorfologi






Dosen : Dr. Nana Sulaksana


Disusun Oleh :

Nama : Fadhli Alamsyah
NPM : 270110130131
Fakultas : Teknik Geologi
Kelas : C



UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR

2014


Kata Pengantar

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik serta hidayahnya
sehingga kita semua masih bisa beraktivitas sebagaimana seperti biasanya termasuk juga
dengan penulis, hingga penulis bisa menyelesaikan tugas pembuatan makalah Geomorfologi
dengan judul Geomorfologi pantai Delta.

Makalah ini berisi Geomorfologi pantai Delta serta macam-macamnya.

Penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih pada rekan-rekan yang sudah membantu,
serta bapak/ibu dosen yang sudah membimbing penulis supaya penulis bisa membuat
makalah sesuai dengan ketentuan yang berlaku hingga jadi sebuah makalah yang baik dan
benar.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk para pembaca serta memperluas wawasan
mengenai geologi serta seluk beluknya. Mohon kritik serta sarannya.Terimakasih





4 Juni 2013
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Dalam istilah kepantaian terdapat 2 istilah yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore).
Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat perngaruh laut seperti pasang
surut, angin laut dan perembesan air laut. Sedangkan pantai adalah daerah di tepi perairan
yang dipengaruhi oleh air pasang tinggi dan air surut terendah. Berikut ini adalah pembagian
zona pantai.
Offshore adalah daerah dari garis gelombang pecah ke arah laut. Inshore merupakan
daerah antara foreshore dan offshore. Foreshore adalah daerah yang terbentang dari garis
pantai pada saat muka air rendah sampai batas atas dari uprush pada saat air pasang tinggi.
Backshore adalah daerah yang dibatasi oleh foreshore dan garis pantai yang terbentuk pada
saat terjadi gelombang badai bersamaan dengan muka air tinggi. Untuk daerah nearshore
zone terdapat tiga zona yaitu breaker zone, surf zone dan swash zone. Breaker zone
adalah.daerah dimana terjadi gelombang pecah. Surfzone adalah daerah yang terbentang
antara bagian dalam dari gelombang pecah dan batas naik turunnya gelombang di pantai.
Swash zone adalah daerah yang terbentang oleh garis batas tertinggi naiknya gelombang dan
batas terendah turunnya gelombang di pantai.
Proses pantai dipengaruhi pula oleh proses yang terjadi di darat. Misalnya saja
pengaruh dari daerah fluvial atau daerah aliran sungai. oleh karena itu, bentukan di daerah
aliran sungai juga berpengaruh dengan daerah pantai.

Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, muncul beberapa pertanyaan yang penting untuk dibahas,
diantaranya adalah:
1. Apa pengertian dari Kerapatan Kontur, Kemiringan lereng dan Morfometri?

Tujuan Penulisan
1. Memahami Kerapatan Kontur, Kemiringan lereng dan Morfometri.

BAB II
PEMBAHASAN

MORFOLOGI DAERAH FLUVIAL/DAERAH ALIRAN SUNGAI
Proses pengendapan oleh air sungai terjadi karena adanya pengikisan oleh arus air
sungai di suatu daerah yang kemudian materialnya diendapkan kembali di daerah lainnya di
sekitar sungai atau muara sungai. Batuan sedimen hasil pengendapan oleh air sungai ini
dinamakan batuan sedimen akuatis. Batuan-batuan hasil pengendapan ini kemudian akan
terakumulasi menjadi suatu bentuk bentang alam. Bentuk bentang alam hasil sedimentasi
oleh air sungai antara lain :
1. Meander
Meander adalah bentuk sungai yang berkelok-kelok yang terjadi akibat adanya
pengikisan dan pengendapan.
Pembentukan meander diawali oleh aliran air sungai di hulu yang memiliki volume
dan tenaga yang cukup kecil, sehingga pada bagian ini sungai belum mengalami pengikisan
dan aliran sungai akan berusaha menghindari segala penghalang. Kemudian pada bagian
tengah sungai dan hilir mulai terjadi pengendapan dan erosi secara terus-menerus. Air mulai
mengalir dengan kecepatan yang berbeda, ketika mengalir pada lekukan pada suatu kelokan
sungai. Air yang melewati lekukan yang menjorok keluar (cut bank) akan menyebabkan
terjadinya erosi secara terus-menerus. Cut bank merupakan zona tanah yang tererosi oleh
aliran sungai dalam pembentukan meander. Sehingga erosi ke arah samping (erosi lateral)
yang terjadi dalam waktu yang lama akan menyebabkan cut bank semakin melebar.
Sementara itu, di sisi lekukan yang lain akan terjadi pengendapan yang menyebabkan
terbentuknya point bar. Point bar merupakan proses sedimentasi yang dominan di dalam alur
sungai. Bentuk dan ukuran point bar bervariasi tergantung pada besarnya alur sungai serta
berkembang pada bagian lengkung dalam (inner band) alur sungai (lihat Gambar 1).


Gambar 1. Pembentukan meander
Fenomena ini bila terjadi secara berulang-ulang akan membentuk kelokan pada
sungai. Dan apabila proses ini terjadi pada beberapa bagian sungai, maka akan membentuk
sungai yang berkelok-kelok yang disebut sebagai meander.
Bagian-bagian dari meander antara lain :
a.Neck, yaitu bagian leher dari meander
b.Spur, yaitu bagian kepala dari meander
c.Undercut, yaitu bagian dari lengkung meander
d.Slip off slope, yaitu bagian lengkung meander yang selalu mendapat sedimentasi.
Meander yang terbentuk hasil pengikisan dan pengendapan ini dapat berupa beberapa
macam, di antaranya adalah :
a.Meander mendalam
Meander mendalam adalah meander yang terjadi karena adanya erosi vertikal dan lateral,
sehingga pengikisannya melebab dan mendalam.


b.Meander berteras
Meander berteras yaitu meander yang terjadi karena adanya pengangkatan yang bertingkat-
tingkat, sehingga pada tepi-tepi lembah pada sisi kiri dan kana terjadi teras-teras.
c.Meander lembah
Meander lembah ialah meander yang terdapat pada lembah yang sudah mencapai stadium
dewasa, lebar dari meander lembah ini dua puluh kali lebar sungai.
d.Meander bebas
Meander bebas adalah meander yang jalur meandernya tidak tertentu. Meander ini terjadi
pada sungai yang sudah mencapai stadium tua dan banyak sekali bekas-bekas yang
ditinggalkan.
e.Meander pengikisan
Meander pengikisan adalah meander yang terjadi karena adanya pengangkatan atau
penurunan permukaan laut (adanya peubahan gravitasi atau erosi basis) sehingga akan
mengakibatkan erosi vertikal aktif kembali.

2. Oxbow lake
Oxbow lake atau danau tapal kuda merupakan danau yang dihasilkan bila sungai yang
berkelok-kelok atau sungai meander melintasi daratan mengambil jalan pintas dan
meninggalkan potongan-potongan yang akhirnya membentuk danau tapal kuda. Oxbow lake
terbentuk dari waktu ke waktu sebagai akibat dari erosi dan sedimentasi dari tanah disekitar
sungai meander.
Proses pembentukan oxbow lake diawali oleh meander yang terbentuk oleh
pengikisan dan pengendapan. Dalam jangka waktu yang panjang, cut bank pada meander
akan melebar ke arah luar dan juga point bar akan melebar ke arah sungai. Karena
pengendapan yang terus terjadi, akan terbentuk lekukan yang semakin tajam. Lekukan
tersebut lama-lama akan membentuk neck, yaitu ujung dari lekukan yang seperti akan
terhubung dengan ujung lekukan yang lain.
Selanjutnya, neck akan semakin menyempit karena proses erosi yang terus menerus.
Jika terjadi hujan, air akan mampu menggenangi neck tersebut, sehingga air hujan akan
mampu mengerosi lekukan tepi sungai yang kemudian akan mampu membentuk aliran sungai
baru yang lebih lurus. Karena hal tersebut air yang mengalir tidak lagi melewati lekukan tapi
lebih memilih untuk mengalir pada saluran yang lurus(lihat Gambar 3(a)).
Pemisahan yang akhirnya memotong (cut-off) neck dari sungai akan meninggalkan
lekukan sungai tersebut yang kemudian akan terbentuk oxbow lake (lihat Gambar 3(b)). Air
di dalam oxbow lake tidak lagi dialiri oleh air sungai, sehingga debit air di dalam oxbow lake
akan tetap. Dalam waktu yang lama air dalam danau akan menjadi asam karena tidak ada
sirkulasi air. Akhirnya oxbow lake seakan-akan membentuk seperti kolam (lihat Gambar
3(c)) .

Gambar 2. Proses Pembentukan Oxbow Lake
3.Delta
Delta adalah suatu bentuk bentang alam yang terbentuk di daerah muara sungai di
mana aliran sungai mulai memasuki daerah laut, estuary, danau, maupun sungai lainnya.
Delta terbentuk karena adanya pengendapan material yang dibawa oleh aliran sungai ke
mulut sungai.
Pada saat aliran air sungai mendekati mulut sungai, maka kecepatan alirannya akan
semakin melambat. Arus yang cukup lemah ini menyababkan terjadinya pengendapan
sedimen di muara sungai. Partikel seperti pasir akan diendapkan, sedangkan tanah liat dan
lumpur akan tetap terangkut oleh aliran. Endapan ini kemudian dalam jangka waktu yang
lama akan menjadi lapisanlapisan sedimen dan membentuk daratan yang luas.

Gambar 3. Delta

Bentuk delta dikalsifikasikan berdasarkan pengaruh yang paling dominan di daerah
tersebut. Jenis-jenis delta antara lain :
a. Delta Original
Contoh dari delta ini adalah delta sungai nil.
b. Delta hasil pengaruh aliran sungai (River Dominated Delta)
Pengaruh aliran sungai yang cukup dominan di daerah muara akan menyebabkan
material yang diangkut oleh arus sungai tersebut terbawa hingga daerah yang cukup
jauh dari muara dan menyebabkan bentuk delta memanjang seperti kaki burung. Delta
jenis ini terdapat pada muara Sungai Mississippi.
c. Delta hasil pengaruh gelombang (Wave Dominated Delta)
Delta jenis ini biasanya terjadi di daerah muara sungai yang menuju laut dengan
gelombang yang cukup besar. Gelombang ini akan mengakibatkan sedimen yang
dibawa oleh arus sungai akan tersebar di sepanjang daerah pesisir dan membentuk
seperti segitiga. Contoh delta yang terbentuk karena gelombang adalah Delta Sungai
Nil.
d. Delta hasil pengaruh pasang-surut (Tide Dominated Delta)
Delta jenis ini cukup berbeda dari yang lainnya. Delta yang terbentuk karena pasang
surut terjadi ketika pasang yang mengakibatkan semua material terangkut. Dan ketika
surut, material-material sedimen akan diendapkan di sepanjang daerah pesisir secara
lambat. Contoh delta ini adalah Delta Sungai Niger dan Delta Ganges.

Gambar 4. Tipe-tipe Delta

Gambar 5. Sebaran Kanal Pembentuk Delta

MORFOLOGI PANTAI
A. PROSES PADA COASTLINE
Pantai adalah tempat interaksi antara air laut dan daratan. Disini terjadi proses-proses
yang membentuk pantai, yang utamanya dikontrol oleh gelombang yang tercipta karena
pengaruh angin. Bila gelombang mendekati pantai, maka gelombang mulai berinteraksi
dengan bagian alas sehingga bentuknya berubah dan pola pergerakan airnya juga berubah
seperti ditunjukkan Gambar 7. Gelombang yang menuju pantai pada umumnya tidak datang
tegak lurus dengan garis pantai tetapi membentuk sudut. Gelombang ini akan dibiaskan
(refraksi) sehingga menjadi sejajar dengan garis pantai . Peristiwa ini membentuk longshore
current, berupa arus yang bergerak di sepanjang tepi pantai dengan arah dorongan dari arah
datangnya gelombang. Arus ini bergerak sambil membawa sedimen-sedimen yang disebut
sebagai longshore drift. Arus ini mengerosi di suatu tempat dan dalam perjalanannnya
membawa sedimen hasil erosi tersebut dan lalu mengendapkannya di tempat lain. Proses ini
yang ikut merubah garis pantai (http://febryannugroho.wordpress.com/).

Gambar 6. Gelombang yang datang dari perairan dalam
Proses pantai pada garis pantai (coastline) terbagi menjadi 2 katagori (Gary, 1999):
a. Erosional Coastlines
Mempunyai kharakteristik gradien daratan yang curam dimana sebagian besar energi
gelombang terpantul / terefleksi kemabali ke laut dari garis pantai. Material sedimen
dan batuan dasar hilang tererosi kemudian terdistribusi ke tempat lain melalui arus,
pasut dan gelombang. Terbentuk reflective coast. Contoh morfologi pantai yang
terbentuk adalah bays (teluk), sea stack, sea arch, dan sea cove, serta pantai
bertebing (cliff), Sand Dunes.
b. Depositional Coastlines
Mempunyai kharakteristik gradien yang relatif normal dan sebagian besar energi
gelombang terdisipasi di perairan dangkal. Disini terbentuk dissipative coast yang
terbentuk dari akumulasi dari sedimen. Contoh bentukannya adalah tombolo, spit,
headlands, bar dan beaches.

Gambar 7. Dissipative Coast dan Reflective Coast (Garry, 1999)

B. MORFOLOGI PANTAI HASIL COASTAL DEPOSITION
(PENGENDAPAN)
Hasil dari proses deposisi di coastline antara lain:
a. Beaches
b. Spit (Lidah Pantai)
c. Bars
d. Tombolo
e. Sand dunes
Beaches merupakan bentukan utama yang ditemukan di pantai, dimana terdiri dari
semua material yang terbentuk diantara batas pasang tinggi dan surut rendah. Sumber
material pembentuk beaches terutama dari sungai dimana lumpur dan kerikil terdeposit di
mulut sungai. Sumber lain dari beach adalah material yang terbawa oleh longshore drift
(membawa material sepanjang pantai); Gelombang Badai (membawa material dari laut) dan
erosi tebing pantai (cliff erosion).

Gambar 8. Beach yang terbentuk oleh karena longshore drift dan erosi cliff
Ketika gelombang badai datang ke arah pantai juga terbentuk berm atau buki pasir.
Bukit pasir akan semakin tinggi apabila terkena pasang.

Gambar 9. Beach Dune Ridge (Garry, 1999)

Spit adalah punggungan pasir yang terbentuk memanjang dan tipis dari arah garis
pantai menuju laut. Spit terbentuk karena pengaruh arah angin dan longshore drift. Ketika
longshore drift mencapai titik pantai tertentu dan energinya menurun, maka material yang
terbawa oleh longshore drift akan terdeposit dengan cepat kemudian memanjang dan
membentuk punggungan pasir. Punggungan pasir ini makin lama akan makin berbelok
tergantung arah anginnya.

Gambar 10. Pembentukan Spit
Bars adalah punggungan pasir yang terbentuk saat spit melintasi tanjung dan
menghubungkan 2 tanjung. Sehingga terbentuk lagoon di belakang daerah bar, dimana
terbentuk cebakan air.

Gambar 11. Pembentukan Bar
Tombolos adalah dataran yang terbentuk saat Spit memanjang ke arah offshore dan
menghubungkan pulau di offshore dengan pantai.

Gambar 12. Pembentukan Tombolo

Sanddunes adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang terhembus angin dan merupakan
sebuah bentukan alam karena proses angin disebut sebagai bentang alam eolean (eolean morphology).
Sand dunes dapat dijumpai pada daerah yang memiliki pasir sebagai material utama, kecepatan angin
tinggi untuk mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran pasir, dan permukaan tanah untuk
tempat pengendapan pasir, biasanya terbentuk di daerah kering.
Pada Sand dunes cenderung terbentuk dengan penampang tidak simetri. Jika tidak ada
stabilisasi oleh vegetasi Sand dunes cenderung bergeser ke arah angina berhembus, hal ini karena
butir-butir pasir terhembus dari depan ke belakang gumuk.

Gambar 13. Sand dunes
Bentuk Sand dunes bermacam-macam tergantung pada faktor-faktor jumlah dan ukuran butir
pasir, kekuatan dan arah angin, dan keadaan vegetasi. Bentuk Sand dunes pokok yang perlu dikenal
adalah bentuk melintang (transverse), sabit (barchan), parabola (parabolic), dan memanjang
(longitudinal dune).
Sand dunes tipe Melintang (Transverse).

Gambar 14. Sandune Tipe Melintang
Sand dunes ini terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan banyak cadangan
pasirnya. Bentuk Sand dunes melintang menyerupai ombak dan tegak lurus terhadap arah
angin. Dikarenakan proses eolin yang terus menerus maka terbentuklah bagian yang lain dan
menjadi sebuah koloni.
Sand dunes Tipe Barchan (Barchanoid Dunes).

Gambar 15. Sanddune Barchan
Sand dunes ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada daerah yang
tidak memiliki barrier. Besarnya kemiringan lereng daerah yang menghadap angin lebih
landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin, sehingga
apabila dibuat penampang melintang tidak simetri. Ketinggian Sand dunes barchan umumnya
antara 5 15 meter.
Sand dunes ini merupakan perkembangan, karena proses eolin tersebut terhalangi
oleh adanya beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk Sand dunes seperti ini dan daerah yang
menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang
membelakangi angin.
Sand dunes Tipe Parabola (Parabolic).

Gambar 16. Tipe Parabola
Sand dunes ini hampir sama dengan Sand dunes barchan akan tetapi yang
membedakan adalah arah angin. Sand dunes parabolik arahnya berhadapan dengan datangnya
angin. Dimungkinkan dahulunya Sand dunes ini berbentuk sebuah bukit dan melintang,
karena pasokan pasirnya berkurang maka Sand dunes ini terus tergerus oleh angin sehingga
membentuk sabit dengan bagian yang menghadap ke arah angin curam.
Sand dunes Tipe Memanjang (Longitudinal Dune).

Gambar 17. Tipe Longitudinal
Sand dunes memanjang adalah Sand dunes yang berbentuk lurus dan sejajar satu
sama lain. Arah dari Sand dunes tersebut searah dengan gerakan angin. Sand dunes ini
berkembang karena berubahnya arah angin dan terdapatnya celah diantara bentukan Sand
dunes awal, sehingga celah yang ada terus menerus mengalami erosi sehingga menjadi lebih
lebar dan memanjang.

Factor-faktor pembentuk sand dunes
Pengaruh angin.
Kekuatan angin sangat berpengaruh terhadap pembentukan Sand dunes, karena
kekuatan angin menentukan kemampuannya untuk membawa material yang berupa pasir baik
melalui menggelinding (rolling), merayap, melompat, maupun terbang. Karena adanya
material pasir dalam jumlah banyak serta kekuatan angin yang besar, maka pasir akan
membentuk berbagai tipe Sand dunes, baik free dunes maupun impended dunes.
Pengaruh dari Gunung Berapi.
Material yang ada pada Sand dunes di pantai berasal dari Gunung Api yang ada di
sekitarnya. Material berupa pasir dan material piroklastik lain yang dikeluarkan oleh Gunung
api.Akibat proses erosi dan gerak massa bautan, material kemudian terbawa oleh aliran
sungai. Aliran sungai kemudian mengalirkan material tersebut hingga ke pantai.
Pengaruh Graben.
Graben adalah blok patahan yang mengalami penurunan diantara dua blok patahan
yang naik yang disebut dengan horst. Akibat adanya patahan tersebut, maka batuan pada zona
pertemuan kedua blok tersebut menjadi lemah sehingga mudah tererosi dan pada akhirnya
membentuk sungai yang disebut dengan sungai patahanSalah satu ciri sungai patahan yang
diamati adalah adanya kelurusan sungai pada sepanjang garis patahan.
Pengaruh Sungai.
Pembentukan Sand dunes pada pantai dipengaruhi oleh adanya aliran sungai yang
membawa material hasil dari gerusan batuan-batuan volkanik yang berasal dari Gunung api.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa material dari Merapi terbawa oleh aliran
sungai di sekitarnya, sungai-sungai tersebut kemudian menyatu membentuk orde sungai yang
lebih besar hingga menyatu membentuk sungai. Setelah material pasir sampai ke laut,
terdapat interverensi dari ombak laut sehingga material mengendap pada pantai dan
selanjutnya diterbangkan oleh angin.

C. MORFOLOGI PANTAI HASIL COASTAL EROSION (EROSI)
Hasil dari proses deposisi di coastline antara lain:
a. Tanjung (Headlands) dan Teluk (Bays)
b. Cliff
c. Sea stack, sea arch, dan sea cove,

Headlands adalah daratan yang menjorok ke lautan. Sedangkan Bays adalah lautan
yang menjorok ke daratan. Proses pembentukan dari tanjung dan teluk terjadi saat gelombang
datang menabrak suatu lapisan batuan yang terdiri soft rock dan hardrock. Soft rock memiliki
ketahanan yang lemah terhadap datangnya gelombang sehingga akan tererosi dan membentuk
bays sedangkan hardrock memiliki ketahanan yang tinggi terhadap gelombang, sehingga
tidak tererosi sehingga terbentuk daratan menonjol ke laut atau headlands.

Gambar 18. Pembentukan Headlands dan Bays
Cliff/Pantai bertebing terjal merupakan bentuklahan hasil bentukan erosi marin yang paling
banyak terdapat. Bentukan dan roman cliff berbeda satu dengan yang lainnya, karena dipengaruhi
oleh struktur batuan, dan jenis batuan serta sifat batuan. Cliff pada batuan beku akan lain dengan cliff
pada batuan sedimen. Pelapisan batuan sedimen misalnya akan berbeda dengan pelapisan yang miring
dan pelapisan mendatar. Sebatas daerah di atas ombak, umumnya tertutup oleh vegatasi, sedangkan
bagian bawahnya umumnya berupa singkapan batuan. Aktivitas pasang surut dan gelombang
mengikis bagian tebing, sehingga membentuk bekas-bekas abrasi seperti:
a. Tebing (cliff)
b. Tebing bergantung (notch)
c. Rataan gelombang pasang surut
Pada daerah bertebing terjal, pantai biasanya berbatu (rocky beach) berkelok-kelok
dengan banyak terdapat gerak massa batuan (mass movement rockfall type). Proses ini
mnyebabkan tebing bergerak mundur (slope retreat) khususnya pada pantai yang proses
abrasinya aktif. Apabila batuan penyusun daerah ini berupa batuan gamping atau batuan lain
yang banyak memiliki retakan (joints ) air dari daerah pedalaman mengalir melalui sistem
retakan tersebut dan muncul di daerah pesisir dan daerah pantai. Di Indonesia pantai
bertebing terjal ini banyak terdapat di bagian Barat Pulau Sumatera, pantai Selatan Pulau
Jawa, Sulawesi, dan pantai Selatan pulau-pulau Nusa Tenggara.
Tebing bergantung (nocth) juga merupakan cliff, hanya saja pada bagian tebing yang
dekat dengan permukaan air laut melengkung ke arah darat, sehinggi pada tebing tersebut
terdapat relung. Relung terjadi sebagai akibat dari benturan gelombang yang secara terus
menerus ke dinding tebing. Manakala atap relung tersebut tidak kuat, maka tebing tersebut
akan runtuhdan tebing menjadi rata kembali dan di depan pantai terdapat banyak material
berupa blok-blok atau bongkah-bongkah dengan berbagai ukuran.
Rataan gelombang pasang surut pada pantai bertebing terjal ini merupakan suatu zona
yang tekadang terendam air laut pada saat pasang naik dan terkadang kering pada saat air laut
surut. Rataan gelombang pasang surut ini sering juga merupakan beach dengan meterial yang
bisa berupa material halus sampai kasar yang tergantung pada kekuatan gelombang yang
bekerja pada tebing pantai. Di bawah rataan pasang surut ini ada yang berupa bidang yang
lebih keras terkadang terdapat material beach yang disebut dengan Plat form. Untuk
memperjelas tentang pantai terbing terjal tersebut dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

Gambar 19. Platform pada Cliff

Gambar 20. Cliff (Garry, 1999)
Seacove adalah gua yang terbentuk akibat erosi pada lapisan batuan yang memiliki
ketahanan lemah terhadap gelombang.

Gambar 21. Seacove

Gambar 22. Erosi pada lapisan batuan lemah membentuk sea cove

Erosi pada Headlands meliputi pembentukan sea stack, sea arch, sea cave, dan
stump. Berikut ini adalah prosesnya.

Gambar 23. Erosi dari Tanjung Pantai (Headlands Erosion)
1. Laut menghantam kaki tebing (yang diikuti dengan proses erosi seperti abrasi dan
proses hidrolika), kemudian mengerosi area lemah pada lapisan batuan sehingga
membentuk retakan. Retakan ini semakin membesar membentuk Sea Caves.
2. Erosi semakin melebar dan dalam pada sea cave hingga mengerosi headland
membentuk Sea Arch (proses ini berlangsung lebih cepat saat dua sea cave tererosi
pada bagian lapisan batuan lemah yang sama).
3. Makin lama gelombang memotong atap dari sea arch yang lemah akibat proses
pelapukan, kemudian roboh meninggalkan sea stack.
4. Erosi berlanjut pada stack dan akhirnya roboh membentuk sea stump.
Dalam istilah kepantaian terdapat 2 istilah yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore).
Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat perngaruh laut seperti pasang
surut, angin laut dan perembesan air laut. Sedangkan pantai adalah daerah di tepi perairan
yang dipengaruhi oleh air pasang tinggi dan air surut terendah. Berikut ini adalah pembagian
zona pantai.

Gambar 24. Pembagian Zona Pantai
Gambar 1. Merupakan pembagian wilayah pantai berdasarkan kharakteristik
gelombang di daerah pantai. Offshore adalah daerah dari garis gelombang pecah ke arah laut.
Inshore merupakan daerah antara foreshore dan offshore. Foreshore adalah daerah yang
terbentang dari garis pantai pada saat muka air rendah sampai batas atas dari uprush pada saat
air pasang tinggi. Backshore adalah daerah yang dibatasi oleh foreshore dan garis pantai yang
terbentuk pada saat terjadi gelombang badai bersamaan dengan muka air tinggi. Untuk daerah
nearshore zone terdapat tiga zona yaitu breaker zone, surf zone dan swash zone. Breaker zone
adalah.daerah dimana terjadi gelombang pecah. Surfzone adalah daerah yang terbentang
antara bagian dalam dari gelombang pecah dan batas naik turunnya gelombang di pantai.
Swash zone adalah daerah yang terbentang oleh garis batas tertinggi naiknya gelombang dan
batas terendah turunnya gelombang di pantai.
Kemudian mengenai karakteristik mintakat pantai, proses profil, sedimen, dan sortasi energi
dapat di sajikan dalam Gambar

Berdasarkan Gambar diatas, maka jelaslah bahwa masing-masing zone (mintakat)
tertentu mempunyai corak dan karakter sendiri dalam hal proses yang berlaku, kekuatan, jenis
meterialnya sampai kepada tipe hempasan yang terjadi. Dengan demikian dari gambar
tersebut dapat dilihat tentang adanya pantai berpasir dengan pembagian zona dinamikanya.
Masing-masing zona dicirikan oleh ukuran butir material, aktivitas yang dominan, pemilahan,
dan energi yang ditimbulkan.
Proses pantai dipengaruhi pula oleh proses yang terjadi di darat. Misalnya saja
pengaruh dari daerah fluvial atau daerah aliran sungai. oleh karena itu, bentukan di daerah
aliran sungai juga berpengaruh dengan daerah pantai.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
PANTAI (SHORE), adalah daerah dimana air laut dan daratan bertemu.
Pantai berupa daratan yang sempit atau lebar dimana pengaruh air laut
berpengaruh dalam cara pembentukkannya. Daratan pantai di bentuk oleh
perbedaan pasangsurut air laut atau kegiatan maksimum ombak mencapai
daratan. Garis pantai (shoreline) diartikan sebagai garis yang dibentuk
pertemuan antara daratan dan permukaan tinggi air laut rata-rata dari
ketinggian pasangsurut laut.
PESISIR (COAST), adalah daratan dibagian dalam pantai yang secara
dominan dibentuk oleh proses-proses yang berlangsung di laut.







Daftar Pustaka

http://ih-igcse-geography.wikispaces.com/Coastal Features.
Nichols, Garry. 1999. Sedimentology And Statigraphy Second Edition. A John Wiley &
Sons, Ltd., Publication:USA.

Anda mungkin juga menyukai