Moderator : dr. H. Boy Busmar, SpOG (K.Onk) Latar Belakang Kanker serviks Pembunuh no.2 di dunia dan no.1 Indonesia Vaksin HPV memiliki kemampuan proteksi > 90% Vaksin HPV terbuat dari kloning dari protein L1 virus Tinjauan Pustaka Kanker serviks 500 rb kasus / tahun disertai kematian mendekati 240 rb kasus / tahun Karsinoma serviks : Sel skuamosa (75%) Adenokarsinoma dan adenoskuamosa (20%) Karsinoma neuroendokrin sel kecil ( <5%) Faktor risiko Hubungan seksual Partner seks Riwayat Ginekologis Virus Herpes Simpleks Merokok Stadium Kanker Serviks Gejala Klinis Umumnya asimptomatik Post coital spotting Intermenstrual cycle bleeding Menometrorrhagia Aroma buruk yang menetap dari discharge yang berwarna kuning Nyeri pada sakrum atau pelvis Patogenesis Adhesi partikel virus pada dinding sel Protein E 6 dan E 7 menghambat p53 dan pRb yang merupakan TSG (Tumor suppressor gene) Siklus Sel G1 tetap berjalan siklus sel tidak terkontrol, perbaikan DNA tidak terjadi, apoptosis tidak terjadi. Siklus G1 dihentikan oleh p53 bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada sel untuk memberbaiki kerusakan sel yang timbul Protein E & L pada HPV Pencegahan Primer Menunda hubungan seksual hingga usia 20 tahun Penggunaan kontrasepsi barrier Penggunaan vaksin HPV Sekunder Tes pap smear Vaksin HPV Terbuat dari cangkang protein kosong VPL (Virus like particles) Vaksin tidak mengandung material biolois hidup apapun / DNA tidak infeksius Terdapat 2 jenis Vaksin HPV Bivalent (cervarix) : berisi genotip HPV 16 dan 18 Quadrivalent (gardasil) : berisi genotip HPV 6, 11, 16, 18 Disuntikkan secara intramuskular pada muskulus deltoideus
Quadrivalent Isi : Genotip 6, 11, 16, 18 Substrat : ragi (S.cerevisiae) Adjuvant : hidroksifosfat sulfat (225ug) Jadwal : Diberikan 3 x dengan dosis 0.5 ml secara intramuscular dengan jarak 2 bulan antara dosis ke-1 dan ke-2 serta jarak 6 bulan antara dosis dosis ke-1 dan ke-3 Bivalent Isi : Genotip 16 & 18 Substrat : Baculovirus expression system Adjuvant : aluminium hidroxida (500ug) dan 50 ug 3-deacylated monophosphoryl lipid A Jadwal : Diberikan 3 x dengan dosis 0.5 ml secara intramuskular dengan jarak 2 bulan antara dosis ke-1 dan ke-2 serta 6 bulan antara dosis ke-1 dan ke-3 Proteksi silang Vaksin bivalent dapat memberikan proteksi terhadap genotip HPV 31 dan 45 Kontraindikasi Hipersensitif Ibu Hamil
Efek Samping Bengkak pada daerah suntikan dan kemerahan Fatigue, sakit kepala, mialgia, saluran pencernaan, atralgia, sinkop, nyeri perut
Hasil penelitian terkait Wright dkk 2261 sampel diberi vaksin dan 2279 placebo. Pada penerima vaksin didapatkan hasil 0 kasus lesi prekanker Pada penerima placebo didapatkan 40 kasus Penutup Kesimpulan Vaksin HPV dapat menurunkan insiden kanker serviks dengan memberikan proteksi hingga > 90% Saran Menyadari faktor risiko kanker serviks Menggunakan vaksin HPV Penyakit Trofoblas Gestasional Moderator : dr. H. Boy Busmar, SpOG (K-Onk) Definisi Penyakit trofoblastis Ganas (PTG) Tumor Ganas yang Menginvasi miometrium sehingga menyebabkan perdarahan
Sel asal Placenta sitotrofoblas dan sinsiotrofoblas Introduksi PTG dapat berkembang dari (molahidatidosa, kehamilan biasa, abortus, kehamilan ektopik) PTG didahului proses pembuahan ovum gestational choriocarcinoma PTG tidak didahului proses pembuahan ovum non gestational choriocarcinoma Struktur Blastokista Epidemiologi
Usia remaja 40 tahun Invasive mola 12.5% mola komplit & 1.5% mola partial Non invasive mola 1.7% mola komplit & 0.2% mola partial PTG bersifat non metastasis (75%) PTG bersifat metastasis ( 3 % - 50%) 3 % kehamilan ektopik 22% kehamilan aterm 25% abortus 50% molahidatidosa
Faktor risiko Riwayat Obstetri Abortus Spontan, Riwayat PTG Usia Maternal > 40 tahun Pil kombinasi
Pengobatan Kuret hisap Kriteria Diagnosis FIGO 2002 Kadar B-hCG menetetap 3 minggu atau lebih (hari ke-1, 7, 14, 21) Peningkatan kadar B-hCG pada 3 minggu berturut-turut atau lebih (hari ke 1, 7, 14), setelah 2 minggu tindakan B-hCG tetap meningkat selama 6 bulan atau lebih Diagnosis patologi choriocarcinoma Klasifikasi (WHO Classification of Gestational Trophoblastic) Molar Lesions Invasive mole Hydatidiform mole Complete Partial Non Molar Lesions Choriocarcinoma Placental site trophoblastic tumor Epithelloid trophoblastic tumor Stadium (FIGO 2002) I Tumor terbatas pada uterus II Tumor meluas ke organ genitalia lainnya III Tumor metastasis ke paru IV Metastasis jauh dengan atau tanpa metastasis paru Risiko Rendah 6 Risiko Tinggi > 6 ALGORITMA Pemeriksaan Penunjang hCG serum serial Kadar B-hCG <5 mIU/ml: negatif Kadar B-hCG >25 mIU/ml : positif kehamilan Darah lengkap, PT, PTT, fibrinogen, BUN, kreatinin, tes fungsi liver Thorax X-Foto MRI / CT-Scan Biopsi berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan terus menerus Terapi PTG risiko rendah, skor WHO 6 dengan FIGO stadium I, II, III Methotreksat 0.4 mg / kgBB IM / hari selama 5 hari diulang setiap 2 minggu Actinomycin D 12 ug/kgBB IV tiap hari selama 5 hari diulang setiap 2 minggu Kemoterapi dilanjuktkan 1 atau 2 kali setelah kadar hCG normal
PTG risiko tinggi, FIGO > 7 pada stadium I, II, III atau Stadium IV PRIMER EMA-CO (Etoposide, MTX, Actinomycin, Cyclopospamid dan Oncovin SEKUNDER EMA PA dan EMA PE PA (Cis Platin dan Adriamysin) EP (Etoposide Platinum) Terapi Bedah Hysterectomy tindakan dini penanganan PTG, Dilakukan pada Risiko (risiko rendah) : BhCG < 100.000 IU / 24 jam urine atau BhCG < 40.000 mIU/ml serum Lama gejala < 4 bulan Metastasis terbatas pada uterus atau paru, pelvis, dan atau vagina Belum pernah mendapat kemoterapi Bukan dari kehamilan uterus (risiko tinggi) : BhCG > 100.000 IU / 24 jam urine atau BhCG > 40.000 mIU/ml serum Lama gejala > 4 bulan Metastasis pada uterus atau paru, genital, otak, hati, saluran pencernaan Pernah mendapat kemoterapi
Ilustrasi Kasus Ny. M (59 tahun) datang dengan keluhan ada benjolan