Anda di halaman 1dari 8

HUKUM DAGANG

Necara perdagangan surplus 248,5 juta dolar pada Agustus


Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia
selama Agustus 2012 surplus 248,5 juta dolar AS.

"Untuk pertama kali dalam tiga bulan terakhir neraca perdagangan Indonesia terbebas dari
defisit," kata Kepala BPS Suryamin di Gedung BPS, Jakarta, Senin.

Menurut data BPS, pada Agustus 2012 nilai ekspor Indonesia mencapai 14,12 miliar dolar AS
sedang nilai impor total 13,87 miliar dolar AS.

Suryamin mengatakan, neraca perdagangan Indonesia sepanjang Januari-Agustus 2012 juga
tercatat masih surplus 496,7 juta dolar AS.

Nilai total ekspor selama kurun waktu itu mencapai 127,17 miliar dolar AS sedang nilai total
impornya 126,67 miliar dolar AS.

"Surplus yang terjadi menunjukkan kebijakan pemerintah pada hilirisasi, pembatasan impor
komoditi tertentu sudah mulai menunjukkan dampak positif meskipun masih relatif kecil," jelas
Suryamin.

Namun Direktur Statistik Distribusi BPS, Satwiko Darmesto, belum bisa memperkirakan apakah
surplus necara perdagangan akan berlanjut pada beberapa bulan ke depan.

"Kita sih berharap bisa berlanjut, tetapi tetap masih melihat perkembangan krisis di Eropa,
apakah ada kemajuan yang bisa meningkatkan ekspor Indonesia ke negara-negara Barat," ujar
Satwiko.

Ia mengakui, surplus Indonesia pada Agustus 2012 bukan mutlak karena terjadi perbaikan
kinerja ekspor.

"Nilai ekspor Indonesia sepertinya tetap saja. Ekspor nonmigas masih digenjot dari komoditas
batubara dan CPO. Jadi sesungguhnya krisis di Eropa tersebut masih sangat terasa," tambahnya.

Menurut dia, yang cukup mengejutkan adalah adanya penurunan impor bahan baku dan bahan
penolong. "Ini salah satu yang menyebabkan terjadinya surplus," ujarnya.

Ia menambahkan, peluang penurunan impor masih sangat terbuka namun belum tahu seberapa
jauh penurunan impor tersebut dapat berlanjut.

"Sekarang impor tidak besar karena sudah melewati masa Lebaran, dan persediaan secara umum
cukup. Tapi apakah bisa berlanjut di bulan-bulan berikutnya, kita lihat saja nanti," ujarnya.


Ekspor Nonmigas

Menurut data BPS, ekspor nonmigas Indonesia pada Agustus 2012 sebesar 11,26 miliar dolar
AS, paling banyak ke China (1,31 miliar dolar AS), disusul Jepang (1,28 miliar dolar AS), dan
Amerika serikat (1,16 miliar dolar AS).

"Nilai ekspor nonmigas Indonesia ke tiga negara tersebut berkontribusi sekitar 34 persen dari
total ekspor nonmigas nasional," katanya.

Ekspor nonmigas Agustus 2012 menurun 14,49 persen dibandingkan nilai ekspor bulan
sebelumnya.

Penurunan ekspor nonmigas terbesar selama Agustus 2012 terjadi pada lemak dan minyak
hewan/nabati
sebesar 666,3 juta dolar AS.

Impor nonmigas Agustus 2012 sebesar 10,56 miliar dolar AS atau turun 22,35 persen dibanding
bulan sebelumnya.

SUMBER: http://www.antaranews.com/berita/336206/necara-perdagangan-surplus-2485-
juta-dolar-pada-agustus
TANGGAL: Senin, 1 Oktober 2012 15:09 WIB










HUKUM DAGANG
SVLK BERLAKU MULAI MARET 2013
Indonesia dan Uni Eropa meneken perjanjian perdagangan yang diharapkan dapat lebih
melindungi hutan Indonesia dari tangan penjarah kayu ilegal. Perjanjian tersebut merupakan
sertifikasi kayu yang akan dijual ke UE sehingga selain melarang penjualan kayu ilegal, pembeli
juga dilarang membeli kayu tanpa sertifikasi legal.
Penyelesaian negosiasi perjanjian kerja sama sukarela (VPA) dalam penegakan hukum,
ketatalaksanaan, dan perdagangan di bidang kehutanan (FLEGT) tersebut diumumkan dalam
pernyataan bersama yang ditandatangani Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan dengan Komisioner
Perdagangan UE Karel de Gucht, Rabu (4/5). Penandatanganan dan ratifikasi VPA tersebut
dijadwalkan akan berlangsung September nanti sementara penerapan lisensi FLEGT melalui
Regulasi Kayu UE akan dimulai Maret 2013.
Ini sangat berarti karena kalau pembeli ada terus-menerus, jangan salahkan kita. Kalau pembeli
masih membeli kayu laundering, log laundering, tentu tidak fair kalau negara pembeli menuntut
kita jaga alam, tukas Zulkifli di Hotel Kempinski, Jakarta. Sertifikasi kayu yang diakui UE
nantinya akan dikeluarkan oleh lembaga independen yang saat ini sudah mengeluarkan
sertifikasi kayu. Standard sertifikasi inilah yang diatur dengan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu
(SVLK).
Sementara itu, pemerintah juga akan mengaudit legalitas produsen serta industri pemroses dan
eksportir kayu yang seluruhnya berjumlah 4.500 perusahaan, Audit tersebut merupakan
tindaklanjut VPA ini untuk menjamin legalitas produk kayu, pulp dan kertas yang diekspor ke
UE.
Sertifikasi ini, menurut Duta Besar Inggris untuk Indonesia Martin Hartfull, tidak akan
mengganggu perdagangan Indonesia dan UE. Ini justru akan membuka pasar UE lebih luas lagi
bagi Indonesia. VPA ini penting untuk perdagangan kedua negara. Karena bukannya menjadi
hambatan perdagangan, VPA ini akan membuka akses pasar Eropa lebih luas pada Indonesia,
karena kayu yang bersertifikat akan langsung dikenali asalnya, ujarnya.
Inggris merupakan importir kayu terbesar di Eropa. Kayu Indonesia senilai US$1,48 miliar
diekspor ke Inggris pada tahun lalu. Total ekspor kayu Indonesia ke Uni Eropa mencapai harga
US$9,71 miliar. Jumlah tersebut merupakan 33% dari total ekspor kayu Indonesia. Dengan
perjanjian baru ini, diharapkan pasar kayu Indonesia ke Eropa semakin terbuka sehingga ekspor
kayu bisa naik hingga 10%.
Selain memperbesar ekspor, pemerintah meyakini perjanjian ini akan semakin mematikan
pembalakan liar di Indonesia. Dengan tidak adanya pembeli di Eropa, angka pembalakan liar,
yang menurut Hartfull sudah turun 95% tahun lalu, akan semakin turun lagi. Namun, Kemenhut
tidak memiliki data mengenai berapa besar hutan yang dijarah.
Apa itu VPA?
Voluntary Partnership Agreement (VPA) merupakan kesepakatan yang mengikat antara negara-
negara Uni Eropa dengan mitra negara-negara penghasil dan eksportir kayu untuk secara
bersama-sama mempromosikan perdagangan kayu legal melalui penetapan skema sertifikasi
kayu legal. Kesepakatan ini dibuat secara sukarela (voluntary) antara Uni Eropa dengan negara
penghasil/eksportir kayu, namun apabila VPA telah disepakati/ditandatangani, maka akan
bersifat wajib (mandatory) bagi kedua belah pihak untuk mentaatinya (binding).
Apa kaitan SVLK dengan VPA?
Pada bulan Oktober tahun lalu, Uni Eropa telah mengadopsi Timber Regulation untuk
menghambat beredarnya kayu ilegal di pasar Eropa. Timber Regulation akan mulai efektif
berlaku sejak 3 Maret 2013. Mulai saat itu import kayu ke negara-negara anggota Uni Eropa
yang berasal dari negara-negara yang ditengarai terjadi illegal logging akan dilakukan due
diligence untuk menghindari masuknya kayu-kayu illegal ke pasar Uni Eropa. Due diligence dan
Timber Regulation tidak berlaku manakala suatu negara eksportir kayu seperti Indonesia
menandatangani VPA dengan Uni Eropa, atau dengan perkataan lain melalui green lane.
Bagaimana kesesuaian SVLK dan VPA?
Sejak Januari 2007, Indonesia dan Uni Eropa telah melakukan perundingan mengenai VPA. Tiga
kali pertemuan tingkat Pejabat Tinggi (SOM), tujuh kali pertemuan teknis (Technical Working
Group) dan tujuh kali pembahasan pada level expert dan tujuh kali Digital Video Conference
telah dilaksanakan. Hasilnya sangat menggembirakan dimana SVLK dinilai sesuai dengan
harapan Uni Eropa mengenai VPA.

Kapan negosiasi VPA dapat diselesaikan?
Pertemuan TWG-7 terakhir (12-13 April 2011) dilanjutkan dengan SOM-3 (15 April 2011) di
Brussels, negosiasi FLEGT-VPA antara Indonesia dan Uni Eropa dapat diselesaikan (conclude),
meliputi legal text (25 artikel) dan 9 Annexes. Selanjutnya, akan dilaksanakan penandatanganan
Naskah VPA antara Sekjen Kementerian Kehutanan dengan Duta Besar Uni Eropa di Indonesia,
sekaligus sebagai dasar Uni Eropa untuk meratifikasi melalui Parlemen. Selain itu,
penandatangan Joint Statemant FLEGT-VPA antara Menteri Kehutanan dengan Commisioner
perdagangan Uni Eropa, pada tanggal 4 Mei 2011 di Jakarta. Setelah itu direncanakan
penandatangan FLEGT-VPA antara Indonesia dan Uni Eropa akan dilaksanakan pada bulan
Oktober 2011 yang sekaligus sebagai dasar proses ratifikasi melalui Peraturan Presiden. Apabila
hal ini terjadi, maka Indonesia akan menyusul negara-negara Afrika (Ghana, Kamerun, Kongo)
yang telah terlebih dahulu menandatangani VPA dengan Uni Eropa. Lebih dari itu, Indonesia
akan menjadi negara Asia pertama yang mempunyai VPA, karena perundingan Malaysia dan
Vietnam dengan Uni Eropa belum memperlihatkan kemajuan yang berarti.
Apa langkah-langkah setelah penandatanganan VPA?
Sebelum diberlakukan Due Dilligent Regulation/EU Timber Regulation secara penuh pada
tanggal 3 Maret 2013, Indonesia masih mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba
implementasi VPA, yang dapat dimulai dengan industri panel dan wood working, kemudian
industri pulp & paper dan selanjutnya industri furnitur. Bersamaan dengan itu, Indonesia juga
dapat melakukan evaluasi terhadap SVLK yang telah dibangun. Adapun roadmapnya
direncanakan meliputi : 1) 4 Mei 2011 : pemarafan legal text dan Annexes VPA antara Sekjen
Kementerian Kehutanan dengan Duta Besar UE di Indonesia dilanjutkan dengan Joint Statement
Komisioner Perdagangan UE dan Menteri Kehutanan tentang berakhirnya (conclude) negosiasi
VPA; 2) Mei Agustus 2011 : pembentukan Komite Persiapan Bersama (Joint Preparatory
Committee), penyiapan TOR strategi bersama implementasi VPA; 3) September 2011 :
pertemuan JPC pertama untuk membahas perkembangan strategi bersama; 4) Okober 2011 :
Penandatangan FLEGT-VPA di Indonesia dan mulainya proses ratifikasi Indonesia; 5) Januari
April 2012 : penggunaan dokumen V-Legal untuk produk 11 HS Code (panel kayu, wood
working dan prefab) dan uji coba penggunaan FLEGT-License; 6) Januari 2013 : perluasan
penggunaan dokumen V-Legal untuk semua produk sesuai Lampiran 1 VPA = 48 HS Code
(penambahan pulp dan kertas serta furnitur) serta pengiriman pertama FLEGT-License secara
formal ke Uni Eropa.
Terkait kesiapan unit usaha, pada High Level Market Dialogue yang dilaksanakan di hotel Sultan
pada tanggal 10 Maret 2011, Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI), MPI, APHI,
ISWA, APKINDO, APKI dan ASMINDO telah mendeklarasikan dan menyatakan komitmennya
untuk menerapkan SVLK dan PHPL dalam kegiatan bisnis mereka.
Apa keuntungan menandatangani VPA?
Dengan penerapan verifikasi legalitas kayu Indonesia, termasuk dalam rangka implementasi
VPA, maka pada prinsipnya semua produk perkayuan yang dieksport dari Indonesia (termasuk
ke Uni Eropa) wajib terlebih dahulu diverifikasi legalitasnya melalui SVLK. Hal ini akan
merupakan instrumen baru dalam kerangka perdagangan (ekspor) produk perkayuan Indonesia
dimana setiap ekspor akan diwajibkan melampirkan dokumen legalitas (V-Legal document)
sebagai dokumen tambahan pada Pemberitahuan Ekpor Barang (PEB). Incentive yang akan
diperoleh Indonesia dengan mekanisme ini antara lain adalah pasar yang akan terbuka luas
karena terhindar dari isu illegal logging. Bagi pasar Eropa, kayu Indonesia dengan sertifikat V-
Legal akan melalui green-lane sehingga tidak memperoleh kesulitan pengakuan legalitasnya.
Kedepannya, SVLK tidak hanya akan diberlakukan untuk pasar UE. Kemenhut berencana untuk
menerapkannya bersama United States Lacey Act untuk Amerika Serikat, juga dengan
pengusaha Jepang.
Sumber: http://forestindonesia.wordpress.com
Tanggal: 24 September 2012








HUKUM SURAT BERHARGA
Enam Pembesar Polri Bisa Terseret Kasus Simulator
TEMPO.CO, Jakarta - Alasan di balik keengganan Mabes Polri menyerahkan penyidikan
kasus dugaan korupsi pengadaan simulator ujian Surat Izin Mengemudi kepada Komisi
Pemberantasan Korupsi sekarang kian jelas. Tempo memperoleh salinan surat keputusan tentang
penetapan pemenang tender pengadaan simulator ujian SIM senilai Rp 142, 4 miliar rupiah.
Surat itu ditandatangani oleh Kapolri Jenderal Timur Pradopo. Selengkapnya baca laporan
majalah Tempo di sini.

Surat yang mengindikasikan adanya peran Kapolri ini berjudul Keputusan Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia dengan logo resmi Mabes Polri. Nomor surat itu adalah
Kep/193/IV/2011 bertanggal 8 April 2011. Isinya ada dua poin: mempertimbangkan dan
menetapkan. Ada 11 poin yang tercantum dalam bagian mempertimbangkan. Ini
mengindikasikan bahwa pengadaan simulator SIM ini merupakan program resmi Mabes Polri.

Yang menarik, sebelum Kapolri membubuhkan tandatangannya, ada enam pejabat Mabes Polri
yang sudah meneken parafnya, menegaskan bahwa lelang dan penetapan pemenang lelang dalam
surat itu sudah sesuai prosedur. Keenam pejabat itu adalah: Kepala Korlantas sendiri selaku
konseptor, Kepala Sekretariat Umum (Kasetum) Polri, Asisten Bidang Sarana dan Prasarana
(Assarpras) Kapolri, Asisten Bidang Perencanaan Umum dan Pengembangan (Asrena) Kapolri,
Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum) Polri dan Wakil Kepala Polri.

Wakapolri Komjen Nanan Sukarno menolak berkomentar soal parafnya di surat yang bermasalah
itu. Silakan tanya ke Humas saja, katanya.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar kemarin menjelaskan
bahwa surat Kapolri ini hanyalah pengesahan atas hasil penetapan tender. Itu hanya prosedur
administrasi, kata dia
SUMBER: http://www.tempo.co/read/news/2012/09/25/063431785/Enam-Pembesar-Polri-Bisa-
Terseret-Kasus-Simulator
Tanggal:25 September 2012






HUKUM SURAT BERHARGA
Sumber: http://www.neraca.co.id/2012/09/30/negara-tanggung-pph-bunga-
sbn-internasional/
Tanggal:30 september 2012
Negara Tanggung PPh Bunga SBN Internasional
Jakarta Pemerintah menegaskan menanggung Pajak Penghasilan (PPh) yang terutang atas
bunga atau imbalan Surat Berharga Negara (SBN) yang diterbitkan di pasar internasional.
Penghasilan berupa bunga atau imbalan SBN yang diterbitkan di pasar internasional serta
penghasilan pihak ketiga atas jasa yang diberikan kepada pemerintah dalam penerbitan SBN di
pasar internasional terutang PPh, kata Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi
Kementerian Keuangan, Yudi Pramadi di Jakarta
Menrut Yudi, kebijakan tersebut telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor 147/PMK.011/2012 pada tanggal 10 September 2012. Untuk tahun anggaran 2012,
subsidi PPh yang dikeluarkan pemerintah sebesar Rp2,8 triliun.
Menurut Yudi, PPh atas penghasilan berupa uang atau imbalan SBN yang diterbitkan di pasar
internasional, serta PPh atas penghasilan pihak ketiga atas jasa yang diberikan kepada
pemerintah dalam bentuk penerbitan SBN di pasar internasional tersebut merupakan PPh yang
ditanggung oleh pemerintah.
Dikatakan Yudi, hal ini sesuai dengan pagu anggaran sebagaimana ditetapkan dalam UU Nomor
22 Tahun 2011 tentang APBN 2012 dan perubahannya. Selain itu juga belanja subsidi pajak
akan ditanggung oleh pemerintah sebagaimana dimaksud dalam PMK yang mengatur
mekanisme pelaksanaan dan pertangungjawaban atas pajak ditanggung pemerintah, ujarnya.
Hal ini menurut Yudi, juga termasuk dalam katagori penghasilan yang diperoleh dari pihak
ketiga yang PPh-nya ditanggung pemerintah. Ciri-cirinya adalah berupa fee atas jasa pihak
ketiga tersebut dan pembayaran atas biaya-biaya yang timbul dalam pelaksanaan penjualan SBN
di pasar perdana internasional, ungkapnya.
Lebih lanjut lagi, Yudi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan penerbitan pasar internasional
adalah kegiatan penawaran dan penjualan SBN dalam valuta asing di luar wilayah Indonesia.
Sedangkan yang dimaksud pihak ketiga adalah pihak yang memberikan jasa kepada pemerintah
dalam rangka penerbitan SBN di pasar perdana internasional Contohnya antara lain agen
penjual, konsultan internasional, bursa efek di luar negeri, agen fiskal, dan agen pembayar rating,
tidak termasuk jasa konsultan hukum lokal, tuturnya.
Pelaporan dan pertanggungjawaban PPh yang ditanggung pemerintah atas bunga atau imbalan
SBN yang telah diterbitkan di pasar internasional dan penghasilan pihak ketiga atas jasa yang
diberikan kepada pemerintah dalam Penerbitan SBN di Pasar Internasional, kata dia, nantinya
akan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Yang diberikan wewenang adalah Direktur
Potensi Kepatuhan dan Penerimaan karena selaku unit akuntansi kuasa pengguna anggaran atas
belanja subsidi pajak ditanggung pemerintah karena sesuai dengan peraturan menteri keuangan
mengenai mekanisme pelaksanaan dan pertanggungjawaban atas pajak ditanggung Pemerintah,
pungkasnya. **bari

Anda mungkin juga menyukai