Anda di halaman 1dari 17

Diskusi Kasus

DERMATITIS VENENATA

Oleh
Dewi Putri Lenggo Geni, S.Ked
NIM: 04124705096

Pembimbing
DR. Dr. Tantawi Djauhari, SpKK (K), FINSDV

BAGIAN/DEPARTEMEN ILMU KULIT DAN KELAMIN/


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA/
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2014

HALAMAN PENGESAHAN

Diskusi kasus dengan judul:


Dermatitis Venenata

oleh
Dewi Putri Lenggo Geni, S.Ked
NIM: 04124705096

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya/RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

Palembang, Juni 2014

DR. Dr. Tantawi Djauhari, Sp.KK (K), FINSDV

STATUS PASIEN
I. IDENTIFIKASI
Nama

: Tn. UN

Usia

: 31 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Status

: Menikah

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Swasta

Suku

: Palembang

Alamat

: Jl. Sersan Sani Kadis I nomor 984, Palembang

No. Rekam Medik

: 823188

Tanggal Kunjungan

: 31 Mei 2014 (Kunjungan Pertama Pukul 11.00 WIB)

II. ANAMNESIS (Autoanamnesis tanggal 31 Mei 2014, pukul 11.00 WIB)


Keluhan Utama
Luka lecet dan lepuh di leher kanan, pipi kiri dan punggung tangan kanan sejak 3 hari
yang lalu.

Keluhan Tambahan
Nyeri, gatal dan panas.

Riwayat Perjalanan Penyakit


Sejak 1 pekan yang lalu, timbul lepuh 1 buah di leher kanan, ukuran sebesar

kepala jarum pentul. Lepuh terasa nyeri, gatal dan panas. Lepuh berisi cairan jernih.
Lepuh timbul beberapa jam setelah pasien tersengat serangga terbang saat memancing
di sebuah kolam pemancingan. Pasien menggaruk lepuh di leher kanan, lepuh
kemudian pecah dan menjadi luka lecet. Pasien tdak berobat.
Sejak 5 hari yang lalu timbul lepuh 1 buah di pipi kiri, ukuran sebesar biji
jagung. Lepuh terasa nyeri, gatal dan panas. Lepuh berisi cairan jernih. Pasien
menggaruk lepuh sehingga menjadi luka lecet. Beberapa jam kemudian timbul lepuh
3 buah, berukuran sebesar kepala jarum pentul, sejajar dengan luka lecet. Luka lecet
di leher kanan masih ada. Pasien tidak berobat.
Sejak 3 hari yang lalu timbul lepuh 1 buah di punggung tangan kanan,
berukuran sebesar biji jagung. Lepuh terasa nyeri, gatal dan panas. Lepuh berisi cairan
jernih. Luka lecet di leher kanan dan pipi kiri masih ada. Lepuh di pipi kiri masih ada.
Pasien menggunakan krim anti nyamuk di wajah, leher, lengan dan tangan sebelum
memancing. Pasien tidak menggunakan kalung ataupun gelang di leher dan lengan.
Pasien kemudian berobat ke Poliklinik IKKK RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang.
Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien menyangkal adanya keluhan luka lecet dan lepuh yang nyeri, gatal dan
panas sebelumnya.

Riwayat bercak merah setelah makan makanan tertentu sebelumnya disangkal.

Riwayat bersin-bersin, hidung berair pada pagi hari disangkal.

Riwayat mata dan hidung gatal saat terkena debu disangkal.

Riwayat sesak nafas dan mengi disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien menyangkal adanya keluhan luka lecet dan lepuh yang nyeri, gatal dan
panas sebelumnya pada anggota keluarga.

Riwayat bercak merah setelah makan makanan tertentu dalam keluarga

sebelumnya disangkal.

Riwayat bersin-bersin, hidung berair pada pagi hari dalam keluarga disangkal.

Riwayat mata dan hidung gatal saat terkena debu dalam keluarga disangkal.

Riwayat sesak nafas dan mengi dalam keluarga disangkal.

III.PEMERIKSAAN FISIK (tanggal 31 Mei 2014 pukul 11.00 WIB)


Status Generalikus
Keadaan Umum

: tampak sakit ringan

Kesadaran

: kompos mentis

Tekanan Darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 78 x/menit

Suhu

: 36,7 oC

Pernapasan

: 20 x/menit

Tinggi Badan

: 165 cm

Berat Badan

: 58 kg

IMT

: 21,4

Gizi

: normoweight

Keadaan Spesifik
Kepala
Kulit Kepala

: Tidak ada kelainan.

Mata

: Konjungtiva palpebra tidak anemis, sklera tidak ikterik.


Konjungtivitis tidak ada. Orbital darkening tidak ada. Garis
Dennie Morgan tidak ada.

Hidung

: Tidak ada kelainan.

Telinga

: Tidak ada kelainan.

Mulut

: Tidak ada kelainan.

Tenggorokan

: Faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1.

Leher

: Kulit lihat status dermatologikus.

Thoraks
Jantung

: HR = 78 x/menit, bunyi jantung I dan II normal, tidak ada


mumur dan gallop.

Paru-paru
Abdomen

: Vesikuler (+) normal, tidak ada ronchi dan wheezing.


: Datar, lemas, nyeri tekan tidak ada, hepar dan lien tidak
teraba, bising usus dalam batas normal.

Ekstremitas
Superior

: Tidak ada kelainan. Kulit lihat status dermatologikus.

Inferior

: Tidak ada kelainan.

KGB

: Tidak ada pembesaran KGB servikalis, infraklavikula dan


supraklavikula pada infeksi dan palpasi.

Status Dermatologikus:
Regio Zygomatica Sinistra

Vesikel, 3 buah, bulat, milier, tersusun linear.

Erosi, soliter, ireguler, ukuran 0,3 cm x 0,4 cm.

Gambar 1. Regio Zygomatica

Gambar 2. Pembesaran Regio Zygomatica. Tampak erosi (tanda panah merah). Tampak vesikel (tanda panah
biru)

Regio Colli Dextra


Erosi, soliter, bulat, ukuran diameter 0,3 cm.

Gambar 3 Regio Colli Dextra

Gambar 4 Pembesaran Regio Colli Dextra. Tampak erosi (tanda panah hijau)

Regio Dorsum Pedis Dextra :

Bulla, soliter, bulat, lentikular.

Gambar 5 Regio Dorsum Pedis. Tampak bulla (tanda panah ungu)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Dilakukan pewarnaan Gram dari spesimen erosi di regio colli dextra. Tidak
ditemukan coccus Gram (+), ditemukan epitel 2-3/LPB dan PMN 6-7/LPB

Gambar 6 Hasil pewarnaan Gram tidak dijumpai coccus gram (+)

V. RESUME
Laki-laki, 31 tahun, beralamat di Palembang, datang ke Poliklinik IKKK
RSSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dengan keluhan timbul lepuh dan luka
lecet di leher kanan, pipi kiri dan tangan kanan sejak 3 hari yang lalu. Kisaran 1 pekan
yang lalu timbul vesikel di regio colli dextra, soliter, milier, pruritus (+), dolor (+),
kolor (+). Vesikel menjadi erosi, soliter, bulat, diameter 0,3 cm. Sejak 5 hari yang lalu
timbul vesikel di regio zygomatica sinistra, soliter, lenticular, pruritus (+), dolor (+),
kolor (+). Vesikel menjadi erosi, soliter, ireguler, ukuran 0,3 cm x 0,4 cm. Timbul
vesikel, 3 buah, bulat, milier, linear terhadap erosi di regio zygomatica. Sejak 3 hari
yang lalu timbul bulla di regio dorsum pedis, soliter, bulat, lenticular.
Dari pemeriksaan fisik, status generalikus dalam batas normal. Pada status
dermatologikus didapatkan pada regio zygomatica sinistra efloresensi primer berupa
vesikel, 3 buah, milier, tersusun linear serta efloresensi sekunder berupa erosi, soliter,
irregular, ukuran 0,3 cm x 0,4 cm. Pada regio colli dextra didapatkan efloresensi
sekunder berupa erosi, soliter, bulat, ukuran diameter 0,3 cm. Pada regio dorsum pedis
dextra didapatkan bulla, soliter, lentikular.
Dari pemeriksaan penunjang berupa pewarnaan Gram, tidak ditemukan coccus
Gram (+). Epitel 2-3/LPB dan PMN 6-7/LPB.

VI. DIAGNOSIS BANDING


1. Dermatitis Venenata
2. Dermatitis kontak iritan et causa krim antinyamuk
3. Dermatitis kontak alergika et causa krim antinyamuk
4. Dermatitis atopi

VII. DIAGNOSIS KERJA


Dermatitis Venenata

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN


Uji tempel

IX. PENATALAKSANAAN
Umum
- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya diduga disebabkan oleh serangga.
- Mengedukasi pasien agar tidak menggaruk luka agar tidak menjadi infeksi.
- Mengedukasi pasien untuk menghindari serangga yang diduga sebagai penyebab.
- Mengedukasi pasien untuk menggunakan pengobatan secara teratur.
Khusus
Sistemik

- Ceterizin tablet 1 x 10 mg per hari per oral


Topikal
- Kompres terbuka (2 lapis kassa) dengan cairan NaCl 0,9% 3x30 menit pada vesikel
dan bulla
- Hydrocortison Cream 2,5% dioleskan 2 x per hari pada erosi

X.

PROGNOSIS

Quo ad vitam

: bonam

Quo ad functionam

: bonam

Quo ad sanationam

: bonam

Pertanyaan dan jawaban diskusi kasus Dermatitis Venenata tanggal 4 Juni 2014 :
1. Apa perbedaan DKA dan DKI?
DKI

DKA

Respon kulit terhadap pajanan kimia,

Respon kulit yang ditandai dengan

fisik atau biologik eksternal; dan faktor

reaksi hipersensitivitas tipe lambat

endogen (barier kulit dan dermatitis

terhadap

yang

melibatkan

sudah

ada)

ikut

memegang

pajanan
T-cell

eksogen
mediated

yang
dan

peranan. Tidak ada reaksi imunologik.

imunologic memory.

Pajanan

Pajanan sebelumnya berperan penting

sebelumnya

tidak

penting

dalam hal pencetus reaksi.

dalam hal pencetus reaksi (sensitisasi


dan elisitasi).

Patogenesis

ada

Hilangnya

lipid

mekanisme

permukaan

: Patogenesis : Hapten-spesific T cell


dan mediated skin inflamation dan ditandai

substansi air, kerusakan membran sel, 3 fase : sensitisasi, elisitasi, dan


denaturasi

keratin

dermis,

efek resolusi.

sitotoksik langsung.
Histopatologi : epidermal necrosis,

Histopataologi : epidermal spongiosis

acantolisis, pustulation.

dengan

superficial,

perivascular,

limfohitiosit dermal infiltrat.

Keluahan rasa terbakar melebihi rasa

Keluahan berupa rasa gatal.

gatal.
Uji tempel negatif.

Uji tempel positif.

Prognosis baik.

Prognosis lebih buruk.

Sumber :
1.

Cohen DE, Jacob SE. Allergic Contact Dermatitis. In: Wolff K, Goldsmith
LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine, 7th eds. New York: McGraw-Hill
Companies., 2008, pg 135-146.

2.

Armado A, Taylor JS, Sood A. Irritant Contact Dermatitis. In: Wolff K,


Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors.
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine, 7th eds. New York: McGrawHill Companies., 2008, pg 395-401.

2. Bagaimana patogenesis DKI?


Patogenesis DKI ada 4 mekanisme : Hilangnya lipid permukaan dan substansi air,
kerusakan membran sel, denaturasi keratin dermis, efek sitotoksik langsung.
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui
kerja kimiawi atau fisis. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,
menyingkirkan lemak lapisan tanduk dan mengubah daya ikat air kulit. Kebanyak
bahan iritan (toksin) merusak membran lemak keratinosit tetapi sebagian dapat
menembus membran sel dan merusak lisosom, mitokondria atau komplemen inti
(Streit, 2001).
Kerusakan membran mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam arakidonat
(AA), diasilgliserida (DAG), faktor aktivasi platelet, dan inositida (IP3). AA dirubah
menjadi prostaglandin (PG) dan leukotrien (LT). PG dan LT menginduksi
vasodilatasi, dan meningkatkan permeabilitas vaskuler sehingga mempermudah
transudasi komplemen dan kinin. PG dan LT juga bertindak sebagai kemotraktan kuat
untuk limfosit dan neutrofil, serta mengaktifasi sel mast melepaskan histamin, LT dan
PG lain, dan PAF, sehingga memperkuat perubahan vaskuler (Beltrani et al., 2006;
Djuanda, 2003).
DAG dan second messenger lain menstimulasi ekspresi gen dan sintesis protein,
misalnya interleukin-1 (IL-1) dan granulocyte macrophage-colony stimulating factor
(GM-CSF). IL-1 mengaktifkan sel T-helper mengeluarkan IL-2 dan mengekspresi

reseptor IL-2 yang menimbulkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel tersebut.
Keratinosit juga mengakibatkan molekul permukaan HLA- DR dan adesi intrasel
(ICAM-1). Pada kontak dengan iritan, keratinosit juga melepaskan TNF-, suatu
sitokin proinflamasi yang dapat mengaktifasi sel T, makrofag dan granulosit,
menginduksi ekspresi molekul adesi sel dan pelepasan sitokin (Beltrani et al., 2006)

3. Apa fungsi kompres secara umum dan untuk kasus ini?

Diskusi

Diskusi

Anda mungkin juga menyukai