Anda di halaman 1dari 66

1 | Binawan Institute Of Health Sciensce

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia)dan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein karena berkurangnya sekresi atau aktivitas insulin.
Diabetes Melitus tidak merupakan salah satu penyakit menular dan
prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia prevalensi
penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun sehingga Indonesia merupakan negara
yang menempati urutan keempat dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia
setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Hal ini disebabkan karena sekitar 8,4%
penduduk di Indonesia menderita DM pada tahun 2000 dan diperkirakan terus
meningkat yaitu sebanyak 21, 3 juta orang penderita diabetes melitus di Indonesia
pada tahun 2030.
Diabetes Melitus juga diketahui merupakan penyebab kematian tertinggi di
bagian instalasi rawat inap di rumah sakit pada tahun 2005 di Indonesia yaitu
sebanyak 3.316 kematian dengan case fertility rate(CFR) 7,9%. Penderita diabetes
melitus mempunyai daya pertahanan tubuh yang rendah sehingga mudah terkena
infeksi.
Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang
memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius karena dapat menimbulkan
komplikasi seperti : penyakit jantung, gagal ginjal, dan kerusakan sistem saraf.
Beberapa jenis DM terjadi karena interaksi yang kompleks dari lingkungan, genetik,
dan pola hidup sehari-hari.
DM dibagikan kepada beberapa kelas, yaitu : DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe
lain, dan DM kehamilan (ADA, 2005). Menurut Estimasi International Diabetes
Federation (IDF), terdapat 177 juta penduduk dunia yang menderita Diabetes Melitus
pada tahun 2002. Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO),
memprediksi data Diabetes Melitus tersebut akan meningkat 300 juta dalam 25 tahun
mendatang (Suyono, 2006). Data Organisasi Kesehatan Dunia World Health
Organization (WHO) juga mencatat bahwa Indonesia menempati urutan ke-4 dengan
jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, China, dan Amerika Serikat.
2 | Binawan Institute Of Health Sciensce

WHO memastikan peningkatan pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 paling
banyak dialami negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa Indonesia merupakan negara yang masih memiliki angka
tertinggi untuk penderita Diabetes Melitus terutama tipe 2.
Di samping itu, masalah yang selalu timbul pada penderita DM adalah cara
mempertahankan kadar glukosa darah penderita supaya tetap dalam keadaan
terkontrol, yaitu dengan menjalani pilar-pilar pengelolaan Diabetes Melitus. Pilar
pengelolaan DM terdiri dari 4 pilar, yaitu penyuluhan, edukasi perencanaan makan,
aktivitas fisik, dan intervensi farmakologis (Yunir,2006). Di antara 4 pilar
pengelolaan tersebut, aktivitas fisik merupakan hal yang paling sering diabaikan oleh
penderita DM.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2007),
bahwa dari kasus yang terdeteksi cukup tinggi, ternyata hanya 1/3 penderita DM yang
melakukan aktivitas fisik secara teratur. Ini bisa disebabkan karena banyak penderita
Diabetes Melitus yang tidak mengetahui pentingnya aktivitas fisik sehingga tidak
melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari atau kurangnya kepatuhan dalam
menjalankan aktivitas fisik tersebut. Padahal aktivitas fisik merupakan hal pokok
yang harus dilakukan penderita DM.
Kebiasaan melakukan aktivitas fisik sangat penting dalam menjaga kesehatan
tubuh penderita DM karena dapat meningkatkan kesehatan psikologis dan mencegah
kematian prematur (Powers, 2005).













3 | Binawan Institute Of Health Sciensce

B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan menerapkan Konsep keperawatan pada pasien dengan
Diabetes Melius
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui Anatomis Fisiologi dan Konsep Dasar Penyakit Diabetes
melitus.
2. Melakukan pengkajian komprensif pada pasien Diabetes Melitus pada
Ny. Mindri
3. Melakukan analisa Data dan Merumuskan Diagnosa keperawatan pada
Pasien Diabetes melitus Ny. Mindri.
4. Menyusun NCP pada pasien Diabetes Melitus Ny. Mindrim.
5. Melakukan Implementasi pada pasien Diabetes Melitus Ny. Mindri
6. Melakukan Evaluasi pada pasien Diabetes Melits Ny. Mindri.
7. Membahas seluruh proses keperawatan.


4 | Binawan Institute Of Health Sciensce

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi Fisiologi Pankreas
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat mirip
dengan kelenjar ludah, panjang kira-kira 15 cm berat 60 100 gram. Pankreas terletak
melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster didalam ruang retroperitoneal.
Disebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus limpa diarah kronio dorsal dan bagian
atas kiri kaput pankreas dihubungkan dengan corpus pankreas oleh leher pankreas
yaitu bagian pankreas yang lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena
mesentrika superior berada dileher pankreas bagian kiri bawah kaput pankreas ini
disebut processus unsinatis pankreas.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
1. Asinus, yang mengekskresikan enzim pencernaan ke dalam duodenum.
2. Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan
getahnya namun sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung
kedalam darah.
Pulau Langerhans tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya namun
sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung kedalam darah. Pankreas
manusia mempunyai 1 2 juta pulau langerhans, setiap pulau langerhans hanya
berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh darah kapiler. Pulau
langerhans mengandung empat jenis sel utama, yakni sel-alfa, beta, delta dan mega.
Sel beta yang mencakup kira-kira 60 % dari semua sel terletak terutama ditengah
setiap pulau dan mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan bungkusan insulin
dalam sitoplasma sel. Tiap bungkusan bervariasi antara spesies satu dengan yang lain.
Dalam sel B, molekul insulin membentuk polimer yang juga kompleks dengan
seng. Perbedaan dalam bentuk bungkusan ini mungkin karena perbedaan dalam
ukuran polimer atau agregat seng dari insulin. Insulin disintesis di dalam retikulum
endoplasma sel B, kemudian diangkut ke aparatus golgi, tempat ia dibungkus didalam
granula yang diikat membran. Granula ini bergerak ke dinding sel oleh suatu proses
yang tampaknya sel ini yang mengeluarkan insulin ke daerah luar dengan eksositosis.
Kemudian insulin melintasi membran basalis sel B serta kapiler berdekatan
dan endotel fenestrata kapiler untuk mencapai aliran darah (Ganong, 1995). Sel alfa
5 | Binawan Institute Of Health Sciensce

yang mencakup kira-kira 25 % dari seluruh sel mensekresikan glukagon. Sel delta
yang merupakan 10 % dari seluruh sel mensekresikan somatostatin (Pearce, 2000).
Fungsi pancreas ada dua, maka disebut organ rangka, yaitu :
1. Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang
membentuk getah pancreas berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis
enzim dari pancreas adalah :
a. Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau maltosa
dijadikan polisakarida dan polisakarida dijadikan sakarida
kemudian dijadikan monosakarida.
b. Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian
menjadi asam amino.
c. Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam
lemak dan gliserol gliserin.
2. Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk hormon
dalam pulau langerhans yaitu kelompok pulau-pulau kecil yang
tersebar antara alveoli-alveoli pancreas terpisah dan tidak mempunyai
saluran.
Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung
diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan hormon
tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pancreas adalah insulin dan
glucagon.
1. Insulin
Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk
manusia. Insulin terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lain
dihubungkan oleh ikatan disulfide. Hubungan yang erat antara berbagai jenis
sel dipulau langerhans menyebabkan timbulnya pengaturan secara langsung
sekresi beberapa jenis hormone lainnya, contohnya insulin menghambat
sekresi glukagon, somatostatin menghambat sekresi glukagon dan insulin.
Insulin dilepaskan pada suatu kadar batas oleh sel-sel beta pulau
langerhans. Rangsangan utama pelepasan insulin diatas kadar basal adalah
peningkatan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah puasa dalam keadaan
normal adalah 80-90 mg/dl. Insulin bekerja dengan cara berkaitan dengan
reseptor insulin dan setelah berikatan, insulin bekerja melalui perantara kedua
untuk menyebabkan peningkatan transportasi glukosa kedalam sel dan dapat
6 | Binawan Institute Of Health Sciensce

segera digunakan untuk menghasilkan energi atau dapat disimpan didalam hati
(Guyton & Hall, 1999).
Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu :
a. Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu meningkatkan
konsentrasinya setelah makan, sekresi insulin juga meningkat
sebanyak 2/3 glukosa yang di absorbsi dari usus dan kemudian
disimpan dalam hati dengan bentuk glikogen.
b. Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa darah
normal.
c. Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah terhadap
hypothalamus adalah merangsang simpatis. Sebaliknya epinefrin yang
disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih menyebabkan pelepasan
glukosa yang lebih lanjut dari hati. Juga membantu melindungi
terhadap hypoglikemia berat.
Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :
a. Menambah kecepatan metabolisme glukosa
b. Mengurangi konsentrasi gula darah
Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.
2. Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa
pulau langerhans mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan
insulin. Fungsi yang terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa
dalam darah. Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat molekul
3842 dan terdiri dari 29 rantai asam amino.
Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah :
a. Pemecahan glikogen (glikogenolisis)
b. Peningkatan glukosa (glukoneogenesis)
Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa darah
mempunyai efek yang jelas berlawanan pada sekresi glukagon dibandingkan
pada sekresi insulin, yaitu penurunan glukosa darah dapat menghasilkan
sekresi glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml darah pancreas
mengekresi glukosa dalam jumlah yang sangat banyak yang cepat
memobilisasi glukosa dari hati. Jadi glukagon membantu melindungi
terhadap hypoglikemia. Selama puasa (antara jam-jam makan dan pada
7 | Binawan Institute Of Health Sciensce

saat tidur malam). Pancreas akan melepaskan secara terus menerus sejumlah
insulin bersama dengan hormon pancreas lain yang disebut glucagon.
Glucagon dan insulin secara bersama-sama mempertahankan kadar gula yang
konstan dalam darah dengan menstimulus pelepasan glukosa dari hati. Pada
mulanya hati menghasilkan glukosa melalui pemecahan glikogen
(glukoneogenesis).

B. Definisi
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda- tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau
tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya
insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme
karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein. (
Askandar, 2000 ).
Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat
(Sylvia A Price and Lorraiene M. Wilson, 1995).
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Diabetes
Melitus (DM) merupakan syndrom gangguan metabolisme secara genetis dan klinis
termasuk heterogen akibat defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas dari
insulin yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik baik pada mata, ginjal,
neurologis dan pembuluh darah.

C. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya diabetes mellitus dibagi menjadi dua
jenis yaitu modificable dan unmodificable :
1. Dapat dimodifikasi
Modificable adalah penyebab diabetes mellitus yang bisa dimodifikasi,
terdiri dari:
a. Gaya hidup
1) Tekanan darah tinggi (>140/90 mm Hg)
2) Dislipidemia: kadar trigliserida (lemak) dalam darah yang tinggi
(>150mg/dl) atau kadar kolesterol HDL <40mg/dl
8 | Binawan Institute Of Health Sciensce

3) Riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah
Puasa Terganggu (GDPT)
4) Makanan tinggi lemak, tinggi kalori
5) Obesitas atau berat badan berlebih (berat badan 120% dari berat
badan ideal)
b. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel
pancreas.

2. Tidak dapat dimodifikasi
Faktor unmodificable adalah faktor penyebab diabetes mellitus yang tidak dapat
diubah, terdiri dari:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes
tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki
tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses
imun lainnya. Riwayat keluarga inti menderita diabetes tipe 2 (orang tua
atau kakak atau adik)
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Usia
Risiko mulai meningkat secara signifikan pada usia 45 tahun.





9 | Binawan Institute Of Health Sciensce

D. Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari WHO dibagi beberapa type yaitu :
1. Diabetes Mellitus type insulin, Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM)
yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset Diabetes (JOD), penderita
tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan
mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat
disebabkan karena keturunan.
2. Diabetes Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM),
yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset Diabetes (MOD) terbagi dua
yaitu :
a. Non obesitas
b. Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pancreas, tetapi
biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan
obesitas.
3. Diabetes Mellitus type lain
a. Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas, kelainan hormonal,
diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan
lain-lain.
b. Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain : Furasemid,
thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
4. Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan,
tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat
sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS).
Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.

E. Patofisiologi
1. Diabetes tipe 1
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel beta
dihancurkan proses autoimun. Sehingga hiperglikemi. Puasa terjadi akibat
produksi glukosa tidak terukur oleh hati. Selain itu glukosa tidak dapat disimpan
hati meskipun ada dalam darah (hiperglikemi postprandial).
10 | Binawan Institute Of Health Sciensce

Jika glukosa dalam darah tinggi, ginjal tidak dapat menyaring kembali
semua glukosayang tersaring keluar, akibatnya glukosa ada di urine (glukosuria).
Ekskresi glukosa dalam urine disertai pengeluaran cairan dan elektrolit berlebihan
disebut diuresis osmotik. Akibat pengeluaran cairan berlebihan klien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penukaran berat badan. Pasien akan mengalami peningkatan selera
makan ( polifagia) akibat menurunnya penyimpanan kalori.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis ( pemecahan
glukosayang disimpan) dan glukoneagenesis ( pembentukan glukosa baru dari
asam-asam amino serta substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin,
proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut menimbulkan
hiperglikemia. Disamping itu terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton yang merupakan asam yang mengganggu
ketidakseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahna berlebihan. Ketoasidosis
diabetik menyebabkan tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah,
hiperventilasi, nafas berbau, aseton, dan bila tidak ditangani akan menimbulkan
koma bahkan kematian
2. Diabetes tipe II
Pada diabestes tipe II terdapat duamasalah utama yang berhubungan dengan
insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada pada permukaan gel. Sebagai akibat
terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada DM tipe II disertai
dengan reaksi penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi
tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita yang toleransi glukosanya terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi
insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat
normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi DM tipe II.
11 | Binawan Institute Of Health Sciensce

Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin, namun insulin mampu
mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton. Sehingga ketoasidosis
diabetik tidak terjadi. Namun akan ada sindrome hiperglikemi hiperosmoler
nonketotic ( HHNK).
DM tipe II sering terjadi pada penderita yang berusia > 30tahun dan
obesitas akbat toleransi glukosa yang berjalan lambat dan progresif, maka tanda
dan gejala umum tidak terdeteksi. Jika gejala dialami, maka gejalanya bersifat
ringan dan mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, polipagia, luka
enggak sukar sembuh, infeksi vagina, dan pandangan kabur.
Sebagian besar pasien ( kurang lebih 75 %) penyakit DM tipe II ditemukan
secara tidak sengaja. Penanganannya adalah dengan menurunkan berat badan.
12 | Binawan Institute Of Health Sciensce

F. Tanda dan gejala
1. Diabetes Tipe I
a. hiperglikemia berpuasa
b. glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c. keletihan dan kelemahan
d. ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi,
nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
a. lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif gejala seringkali
ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria, polidipsia,
luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan kabur
b. komplikaasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular
perifer)
c. Dari sudut pasien DM sendiri, hal yang sering menyebabkan pasien
datang berobat ke dokter dan kemudian didiagnosa sebagai DM ialah
keluhan:
1) Kelainan kulit : gatal, bisul-bisul
2) Kelainan ginekologis : keputihan
3) Kesemutan, rasa baal
4) Kelemahan tubuh
5) Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
6) Infeksi saluran kemih
d. Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah genital atau pun
daerah lipatan kulit lain seperti di ketiak dan di bawah payudara,
biasanya timbul akibat jamur. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul-
bisul atau luka yang lama tidak sembuh. Pada wanita, keputihan
merupakan salah satu keluhan yang sering menyebabkan pasien datang
ke dokter ahli kebidanan. Jamur terutama candida merupakan penyebab
tersering dari keluhan pasien.
e. Rasa baal dan kesemutan akibat sudah terjadinya neuropati, juga
merupakan keluhan pasien, disamping keluhan lemah dan mudah merasa
lelah. Pada pasien laki-laki mungkin keluhan impotensi yang
menyebabkan pasien datang ke dokter. Keluhan lain yaitu mata kabur
yang disebabkan katarak, ataupun gangguan refraksi akibat perubahan-
13 | Binawan Institute Of Health Sciensce

perubahan pada lensa oleh hiperglikemia. Mungkin pula keluhan
tersebut disebabkan kelainan pada corpus vitreum. Diplopia binokular
akibat kelumpuhan sementara otot bola mata dapat pula merupakan
salah satu sebab pasien berobat ke dokter mata.

G. Komplikasi
Komplikasi DM dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu komplikasi akut dan
komplikasi menahun. Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus
yang penting dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam
jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah (Smeltzer, 2002 : 1258)
1) Diabetik Ketoasedosis (DKA)
Ketoasedosis diabetik merupakan defisiensi insulin berat dan akut
dari suatu perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis
disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang
nyata ( Smeltzer, 2002 : 1258 ). Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien
mengalami hiperglikemi dan glukosuria berat, penurunan glikogenesis,
peningkatan glikolisis, dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai
penumpukkan benda keton, peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan
ketosis, peningkatan ion hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan
ketonuria juga mengakibatkan diuresis osmotik dengan hasil akhir dehidasi
dan kehilangan elektrolit sehingga hipertensi dan mengalami syok yang
akhirnya klien dapat koma dan meninggal
2) Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi
oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat
kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidak
terdapatnya ketosis dan asidosis pada KHHN (Smetzer, 2002 : 1262)
3) Hypoglikemia
Hypoglikemia (Kadar gula darah yang abnormal yang rendah) terjadi
kalau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl. Keadaan
ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral yang
berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit (Smeltzer, 2002 : 1256)
Hipoglikemia umumnya ditandai oleh pucat, takikardi, gelisah, lemah, lapar,
palpitasi, berkeringat dingin, mata berkunang-kunang, tremor, pusing/sakit
14 | Binawan Institute Of Health Sciensce

kepala yang disebabkan oleh pelepasan epinefrin, juga akibat kekurangan
glukosa dalam otak akan menunjukkan gejala-gejala seperti tingkah laku aneh,
sensorium yang tumpul, dan pada akhirnya terjadi penurunan kesadaran dan
koma.
Komplikasi kronik Diabetes Melitus pada adsarnya terjadi pada semua
pembuluh darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik
dibagi menjadi 2 yaitu (Long 1996) :
1. Mikrovaskuler
a. Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahanperubahan mikrovaskuler adalah
perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa darah
meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang
menyebabkan kebocoran protein darah dalam urin (Smeltzer, 2002 : 1272)
b. Penyakit Mata (Katarak)
Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan sampai
kebutaan. Keluhan penglihatan kabur tidak selalui disebabkan retinopati
(Sjaifoellah, 1996 : 588). Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang
berkepanjangan yang menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan
lensa (Long, 1996 : !6)
c. Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf - saraf perifer, sistem saraf otonom,
Medsulla spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan
perubahanperubahan metabolik lain dalam sintesa atau fungsi myelin
yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan
kondisi saraf (Long, 1996 : 17)
2. Makrovaskuler
a. Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi
penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya keseluruh tubuh
sehingga tekanan darah akan naik atau hipertensi. Lemak yang menumpuk
dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis),
dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke.


15 | Binawan Institute Of Health Sciensce

b. Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf saraf sensorik, keadaan ini
berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi
yang menyebabkan gangren. Infeksi dimulai dari celahcelah kulit yang
mengalami hipertropi, pada selsel kuku yang tertanam pada bagian kaki,
bagia kulit kaki yang menebal, dan kalus, demikian juga pada daerah
daerah yang tekena trauma (Long, 1996 : 17). Seperti di bawah ini adalah :

a. Ulkus Diabetikum
Ulkus diabetes adalah suatu luka terbuka pada lapisan kulit
sampai ke dalam dermis,yang biasanya terjadi di telapak kaki. Ulkus
Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun
nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh
peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal . Proses
mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan
secara akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu :
1. Pain (nyeri)
2. Paleness (kepucatan)
3. Paresthesia (kesemutan)
4. Pulselessness (denyut nadi hilang)
5. Paralysis (lumpuh).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis
menurut pola dari fontaine ( Smeltzer dan Bare (2001: 1220)
1. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan).
2. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
3. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat.
4. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia
(ulkus).
Wagner (1983). membagi gangren kaki diabetik menjadi enam
tingkatan,yaitu:
1. Derajat 0 :Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan
kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti claw,callus .
2. Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
3. Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang
16 | Binawan Institute Of Health Sciensce

4. Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
5. Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan
atau tanpa selulitis.
6. Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
1. Grade 0 : tidak ada luka
2. Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3. Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4. Grade III : terjadi abses
5. Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
6. Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai


DIABETES MELITUS (DM)

Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus Diabetikum
adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Adanya neuropati perifer akan
menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki,
sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan
terjadinya ulkus pada kaki. Gangguan motorik juga akan
mengakibatkan terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga merubah titik
tumpu yang menyebabkan ulserasi pada kaki klien. Apabila sumbatan
darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita
17 | Binawan Institute Of Health Sciensce

akan merasa sakit pada tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak
tertentu. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya
penurunan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotika sehingga
menyebabkan terjadinya luka yang sukar sembuh (Levin, 1993) infeksi
sering merupakan komplikasi yang menyertai Ulkus Diabetikum akibat
berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati
dan infeksi berpengaruh terhadap penyembuhan Ulkus
Diabetikum.(Askandar 2001).
b. Pembuluh darah otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai
darah ke otak menurun (Long, 1996 : 17).

H. Test Diagnostik
Kriteria diagnostik menurut WHO(1985) untuk diabetes melitus pada orang
dewasa tidak hamil, pada sedikitnya dua kali pemeriksaan:
1. Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L).
2. Glukosa plasma puasa/Nuchter >140 mg/dl ( 7,8 mmol/L).
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkomsumsi 75 gr Karbohidrat ( 2 jam post prandial (pp) >200 mg/dl (11,1
mmol/L).

I. Pemeriksaan penunjang
1. Tes toleransi glukosa (TTG) memanjang, > 200 mg/dL. Biasanya, tes ini
dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa darah meningkat di
bawah kondisi stress
2. Gula darah puasa (FBS) ; >140 mg/dl
3. Kadar glukosa sewaktu (GDS) ; >200 mg/dl
4. Urinolisa positif terhadap glukosa dan keton. Pada respon terhadap defisiensi
intraseluler, protein dan lemak diubah menjadi glukosa (glukoneogenesis)
untuk energi. Selama perubahan ini asam lemak bebas dipecah menjadi badan
keton oleh hepar. Ketosis terjadi ditujukkan oleh ketonuria.glukosuria
menunjukkan bahwa ambang ginjal terhadap reabsorbsi glukosa tercapai.
18 | Binawan Institute Of Health Sciensce

5. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada
terjadinya ateroskerosis.
6. Essei hemoglobin glikosilat di atas rentang normal.
Tes ini mengukur presentase glukosa yang melekat pada hemoglobin. Glukosa
tetap melekat pada hemoglobin selama hidup sel darah merah. Rentang normal
adalah 5-6%.
1. Aseton plasma (keton): positif secara mencolok
2. Asam lemak bebaas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
3. Osmolaritas serum : meningkat tapi < 330 mOsm/L
4. Elektorlit : natrium, kalium, fosfor : kemungkinan menurun/meningkat
5. Hemoglobin glikosilat: meningkat 2-4 kali lipat
6. Das darah arteri : menunjukan PH rendah dan penurunan pada HCO
3
(asidosis
metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik
7. Trombosit darah, hematokrit dan leukosit meningkat
8. Ureum/kreatinin : mungkin meningkat ( dehidrasi/penurunan fungsi ginjal)
9. Amilase darah : mungkin meningkat mengindikasikan adanya pankreatitis akut
10. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah
11. Urine : aseton dan gula positif : berat jenis dan osmolalita mungkin meningkat
12. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernapasan dan infeksi pada luka.

J. Penatalaksaan
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa
darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola
aktivitas pasien.
Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:
1. Diet
a. Syarat diet DM hendaknya dapat:
b. Memperbaiki kesehatan umum penderita
c. Mengarahkan pada berat badan normal
19 | Binawan Institute Of Health Sciensce

d. Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
e. Mempertahankan kadar KGD normal
f. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
g. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
h. Menarik dan mudah diberikan
2. Prinsip diet DM, adalah:
a. Jumlah sesuai kebutuhan
b. Jadwal diet ketat
c. Jenis: boleh dimakan/tidak
3. Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan
kandungan kalorinya.
a. Diit DM I : 1100 kalori
b. Diit DM II : 1300 kalori
c. Diit DM III : 1500 kalori
d. Diit DM IV : 1700 kalori
e. Diit DM V : 1900 kalori
f. Diit DM VI : 2100 kalori
g. Diit DM VII : 2300 kalori
h. Diit DM VIII : 2500 kalori
1) Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
2) Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan
normal
3) Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes
remaja, atau diabetes komplikasi.
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J
yaitu:
a. J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambah
b. J II : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
c. J III : jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan
oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan
menghitung Percentage of relative body weight (BBR= berat badan
normal) dengan rumus:
20 | Binawan Institute Of Health Sciensce

BBR = (TB dalam cm 100) 10% kg
a. Kurus (underweight)
1) Kurus (underweight) : BBR < 90 %
b. Normal (ideal) : BBR 90 110 %
c. Gemuk (overweight) : BBR > 110 %
d. Obesitas, apabila : BBR > 120 %
1) Obesitas ringan : BBR 120 130 %
2) Obesitas sedang : BBR 130 140 %
3) Obesitas berat : BBR 140 200 %
e. Morbid : BBR > 200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari
untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah:
1) Kurus : BB X 40 60 kalori sehari
2) Normal : BB X 30 kalori sehari
3) Gemuk : BB X 20 kalori sehari
4) Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari
4. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila
dikerjakan setiap 1 jam sesudah makan, berarti pula mengurangi
insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah
jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin
dengan reseptornya.
b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru
f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
5. Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan
salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui
21 | Binawan Institute Of Health Sciensce

bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset
video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
6. Obat
Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
a. Mekanisme kerja sulfanilurea :
1) Kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra
pancreas.
2) Kerja OAD tingkat reseptor.
b. Mekanisme kerja Biguanida :
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai
efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
1) Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik :
a) Menghambat absorpsi karbohidrat
b) Menghambat glukoneogenesis di hati.
c) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin.
c. Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor
insulin.
d. Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek
intraseluler
7. Insulin
a. Indikasi penggunaan insulin :
1) DM tipe I
2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan
OAD
3) DM kehamilan
4) DM dan gangguan faal hati yang berat
5) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
6) DM dan TBC paru akut
7) DM dan koma lain pada DM
8) DM operasi
9) DM patah tulang
10) DM dan underweight
11) DM dan penyakit Graves

22 | Binawan Institute Of Health Sciensce

b. Beberapa cara pemberian insulin
1) Suntikan insulin subkutan
Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam,
sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat
suntikan tergantung pada beberapa factor antara lain:
2) Lokasi suntikan
Ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yaitu dinding
perut, lengan, dan paha. Dalam memindahkan suntikan
(lokasi) janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi
tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi
perubahan kecepatan absorpsi setiap hari.
3) Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan
dalam waktu 30 menit setelah suntikan insulin karena itu
pergerakan otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30
menit setelah suntikan.
4) Pemijatan (Masage)
Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.
a) Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan
mempercepat absorpsi insulin.
b) Konsentrasi insulin
Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 100 U/ml,
tidak terdapat perbedaan absorpsi. Tetapi apabila
terdapat penurunan dari u 100 ke u 10 maka efek
insulin dipercepat.
c) Suntikan intramuskular dan intravena
Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma
diabetik atau pada kasus-kasus dengan degradasi tempat
suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena dosis
rendah digunakan untuk terapi koma diabetik.
5) Cangkok pancreas
23 | Binawan Institute Of Health Sciensce

Pendekatan terbaru untuk cangkok pancreas adalah
segmental dari donor hidup saudara kembar identik
(Tjokroprawiro, 1992).
6) Penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan penelusuran
riwayat dengan baik, pemeriksaan fisik untuk neuropati
perifer dan insufisiensi vaskuler serta beberapa modalitas
pemeriksaan tambahan lainnya. Pemeriksaan dan klasifikasi
ulkus menjadi bagian yang penting dalam penanganan ulkus
diabetes, yaitu dalam penentuan rencana terapi yang tepat
serta pengamatannya. Selama ini ada beberapa sistem
klasifikasi yang telah dikenalkan. Klasifikasi ulkus
didasarkan pada ukuran dan kedalam ulkus, adanya
hubungan dengan tulang, jumlah jaringan granulasi dan
fibrosis, keadaan sekitar luka dan adanya infeksi.
Perawatan ulkus diabetes pada dasarnya terdiri dari 3
komponen utama yaitu debridement, offloading dan
penanganan infeksi. Penggunaan balutan yang efektif dan
tepat membantu penanganan ulkus diabetes yang optimal.
Keadaan sekitar luka harus dijaga kebersihan dan
kelembabannya.

K. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus
dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan,
keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola
kegiatan sehari-hari.
Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan
pengkajian dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk
melakukan perawatan diri. Pengkajian secara rinci adalah sebagai berikut
(Rumahorbo, 1999).
1 Riwayat atau adanya faktor resiko, Riwayat keluarga tentang penyakit,
obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg,
riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi,
24 | Binawan Institute Of Health Sciensce

penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi
oral).
2 Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus: poliuria, polidipsia, polifagia,
penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan,
peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit
dan terjadinya komplikasi aterosklerosis.
3 Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :
a. Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola
mata cekung.
c. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan
terjadi impoten pada pria.




25 | Binawan Institute Of Health Sciensce

L. Diagnosa keperawatan
1 Kekurangan volume cairan dan elektorlit b/d diuresis osmotic, kehilangan gastrik
berlebihan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 224 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria hasil:
a. Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,
nadi perifer dapat diraba,
b. turgor kulit dan pengisian kapiler baik,
c. haluaran urin tepat secara individu dan
d. kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi Rasional
a. Pantau tanda-tanda vital, catat
adanya perubahan TD
orotstatik.

b. Ukur berat badan setiap hari.
c. Kaji nadi perifer, pengisian
kapiler, turgor kulit dan
membran mukosa

Kolaborasi
d. Pantau pemeriksaan lab seperti
: Hematoksit (Ht), BUN
(kreatinin) dan Osmulalitas
darah, Natrium, kalium


a. Hipovelemia dapat di manifestasikan oleh
hipotensi dan takikardia.
b. Memberikan hasil pengkajian yang terbaik di
status cairan yang sedang berlangsung dan
selanjutnya dalam memberikan cairan.
c. Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi
atau volume sirkulasi yang adekuat



d. Ht: Mengkaji tingkat hidrasi dan sering kali
meningkat akibat homokonsentrasi yang terjadi
setelah dieresis osmotic
e. BUN:Peningkatan nilai dapat mencerminkan
kerusakan sel karena dehidrasi atau tanda
awitan kegagalan ginjal.
f. Osmolalitas darah: Meningkat sehubungan
dengan adanya hiperglikemia dan dehidrasi
g. Natrium: Mungkin menurun yang dapat
mencerminkan perpindahan cairan dari intra
26 | Binawan Institute Of Health Sciensce

sel (dieresis osmotik)
h. Kalium: Awalnya akan terjadi hiperkalemia
dalam breepons pada asodisis

2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakcukupan insulin, anoreksia,
mual, muntah, nyeri abdomen, status hipermetabolisme, pelepasan hormone stress.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 224 jam diharapkan kebutuhan
nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria hasil :
a. Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
b. Menunjukkan tingkat energi biasanya
c. Berat badan stabil atau bertambah.
Intervensi Rasional
a. Tentukan program diet dan pola
makan pasien dan bandingkan
dengan makanan yang dapat
dihabiskan oleh pasien.
b. Timbang berat badan setiap hari
atau sesuai indikasi.
c. Identifikasi makanan yang
disukai/dikehendaki termasuk
kebutuhan etnik/kultural.
d. Libatkan keluarga pasien pada
perencanaan makan sesuai
indikasi.
Kolaborasi
e. Berikan pengobatan insulin
secara teratur sesuai indikasi

f. Pantau pemeriksaan laboratoriu
mseperti glukosa darah, aseton,
pH, dan HCO3
a. Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan
dari kebutuhan terapeutik.


b. Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat
(termasuk absorbsi dan utilisasinya).
c. Jika makanan yang disukai pasien dapat
dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama
ini dapat diupayakan setelah pulang.
d. Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan
informasi pada keluarga untuk memahami nutrisi
pasien.

e. Insulin reguler memiliki awitan cepat dan
karenanya dengan cepat pula dapat membantu
memindahkan glukosa ke dalam sel.
f. Gula darah akan menurun perlahan dengan
penggantian cairan dan terapi insulin terkontrol.
27 | Binawan Institute Of Health Sciensce


3 Gangguan integritas kulit b/d penurunan sensasi sensori, gangguan sirkulasi,
penurunanan aktivitas.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam diharapkan integritas kulit
dapat membaik.
Kriteria hasil :
a. Mempertahankan integritas kulit
b. Mendemonstrasikan perilaku / teknik mencegah kerusakan kulit.
Intervensi Rasional
a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna ,
turgor, vaskular.
b. Lihat kulit, area sirkulasinya terganggu /
pigmentasi atau kegemukan / kurus

c. Jaga kulit tetap bersih


d. Dapatkan kultur dari drainase luka saat
masuk.
e. Rendam kaki dalam air steril pada suhu
kamar dengan larutan betadine tiga kali
sehari selama 15 menit
f. Balut luka dengan kasa kering steril.
Gunakan plester kertas


Kolaborasi
g. Berikan dikloksasi 500 mg per oral
setiap 6 jam, mulai jam 10 malam
amati tanda-tanda hipersensitivitas,
seperti : pruritus, urtikaria, ruam
a. menandakan area sirkulasi buruk yang
dapat menimbulkan dekubitus infeksi.
b. Kulit beresiko karena gangguan
sirkulasinya perifer, imobilitas fisik
dan gangguan status nutrisi.
c. kulit kotor dan basah merupakan
media yang baik untuk timbulnya
mikroorganisme.
d. Mengidentifikasi pathogen dan terapi
pilihan
e. Germisidal lokal efektif untuk luka
permukaan

f. Menjaga kebersihan luka /
meminimalkan kontaminasi silang.
Plester adesif dapat membuat abrasi
terhadap jaringan mudah rusak.

g. Pengobatan infeksi / pencegahan
komplikasi


28 | Binawan Institute Of Health Sciensce

4 Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil:
a. Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
b. Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya
infeksi.
Intervensi Rasional
a. Observasi tanda-tanda infeksi dan
peradangan.


b. Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan
melakukan cuci tangan yang baik pada
semua orang yang berhubungan dengan
pasien termasuk pasiennya sendiri.


c. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur
invasif.

d. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan
sungguh-sungguh.



a. Pasien mungkin masuk dengan
infeksi yang biasanya telah
mencetuskan keadaan ketoasidosis
atau dapat mengalami infeksi
nosokomial
b. Mencegah timbulnya infeksi silang.




c. Kadar glukosa yang tinggi dalam
darah akan menjadi media terbaik
bagi pertumbuhan kuman.
d. Sirkulasi perifer bisa terganggu
yang menempatkan pasien pada
peningkatan resiko terjadinya
kerusakan pada kulit/iritasi kulit
dan infeksi.

5 Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam diharapkan keadaan fisik
tetap stabil


29 | Binawan Institute Of Health Sciensce

Kriteria hasil :
a. Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
b. Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang
diinginkan.
Intervensi Rasional
a. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan
aktivitas.


b. Berikan aktivitas alternatif dengan periode
istirahat yang cukup.
c. Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan
tekanan darah sebelum/sesudah melakukan
aktivitas.
d. Tingkatkan partisipasi pasien dalam
melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
toleransi.

a. Pendidikan dapat memberikan
motivasi untuk meningkatkan
tingkat aktivitas meskipun pasien
mungkin sangat lemah.
b. Mencegah kelelahan yang
berlebihan.
c. Mengindikasikan tingkat aktivitas
yang dapat ditoleransi secara
fisiologis.
d. Meningkatkan kepercayaan
diri/harga diri yang positif sesuai
tingkat aktivitas yang dapat
ditoleransi.

6 Intoleransi aktivitas b.d penurunan simpanan energy
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam diharapkan tidak terjadi
intoleransi aktivitas
Kriteria hasil :
a. Mengungkapkan peningkatan tingkat energy
b. Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang
diinginkan
Intervensi Rasional
a. Diskusi dengan pasien kebutuhan akan
aktivitas. Membuat jadwal perencanaan
dengan pasien dan identifikasi aktivitas
yang menimbulkan kelelahan.

a. Pendidikan dapat memberikan
motivasi untuk meningkatkan
tingkat aktivitas meskipun pasien
mungkin sangat lemah.

30 | Binawan Institute Of Health Sciensce

b. Beri aktivitas alternatif dengan periode
istirahat yang cukup / tanpa diganggu.
c. Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan TD
sebelum / sesudah melakukan aktivitas.

d. Mendiskusikan cara menghemat kalori
selama mandi, berpindah tempat.


e. Tingkatkan partisipasi pasien dalam
melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
dengan yang dapat ditoleransi.


b. Mencegah kelelahan yang
berlebihan
c. Mengidentifikasi tingkat aktivitas
yang dapat ditoleransi secara
fisiologi.
d. Pasien akan dapat melakukan
lebih banyak kegiatan dengan
penurunan kegiatan akan pada
energi pada setiap kegiatan.
e. Meningkatkan kepercayan diri /
harga diri positif sesuai tingkat
aktivitas yang dapat ditoleransi
pasien.

7. kurangnya pengetahuan berhungan dengan kurangnya informasi dan kurang
pemajanan/mengingat.

Tujuan : setelah di lakukannya tindakan keperawatan selama 2x24jam diharapkan klien
mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
Kriteria hasil:
1. mengidentifikasi hubungan dan tanda gejala dengan preses penyakitnya
2. Mampu melakukan prosedur dan menjelaskan tanda dan gejala penyakit
3. Melakukan perubahan gaya hidup.
4. Berpartisipasi dalam program pengobatan.

Intervensi Rasional
1. Ciptakan lingkungan saling percaya
dengan mendengarkan penuh perhatian
2. Bekerja dengan klien dalam menata
tujuan belajar yang di harapkan.
3. Pilih berbagai strategi belajar, seperti
tehnik demontrasi yang memerlukan
keterampilan, dan biarkan pasien
1. Memperhatikan perlu di ciptakan sebelum
pasien bersedia mengambil bagian dalam proses
belajar
2. Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan
antusias pasien dengan prinsip-prinsip yang
dipelajari
3. Memberikan pengetahuan dasar d mana pasien
31 | Binawan Institute Of Health Sciensce

mendemontrasikan ulang, gabungkan
keterampilan baru ini dalam rutinitas
rumah sakit sehari hari.
4. Diskusikan topik-topik utama, seperti:
kadar glukosa normal dan dibandingka
dengan kadar gula darah pasien, tipe DM
yang dialami, hubugan kekurangan
insulin dengan kadar gula darah yang
tinggi, serta komplikasi akut dan kronis.
5. Demontrasikan cara pemeriksaan gula
darah dengan finger stick.

6. Diskusikan tentang rencana diet
(penggunaan makanna tinggi serat dan
cara melakukan makan diluar rumah)
7. Tinjau ulang program pengobatan dan
lamanya dosis unsulin yang diresepkan
Mandiri

8. Tinjau kembali pemberian insulin oleh
pasien dan peralatan yang di gunakan


9. Tekankan pentingkan pemeriksaan gula
darah.
dapat membuat pertimbangan dalam memilih
gaya hidup dan mencegah/ mengurangi awitan
komplikasi tersebut.
4. Melakukan pemeriksaangula darah oleh diri
sendiri 4kali atau lebuh dalam setiap harinya
memungkinkan fleksibilitas dalam perawatan
diri, meningkatkan kontrol kadar gula darah
dengan lebih ketat.

5. Kesadaran dalam pentingnya kontrol diet akan
membantu pasien dalam merencanakan makan/
mentaati program.
6. Pemahaman tentang semua aspek yang
digunakan obat meningkatkan penggunaan yang
tepat.
7. Mengidentifikasi pemahaman dan kebenaran
dari prosedur atau masalah potensial yang dapat
terjadi sehingga solusi alternatif dapat
ditentukan untuk pemberian insulin.
8. Membantu dalam menciptakan gambaran nyata
dari keadaan pasien untuk kontrol penyakitnya
dengan lebih baik dan meningkatkan perawtaan
diri











32 | Binawan Institute Of Health Sciensce

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 13 januari 2014
Tanggal masuk : 11 januarai 2014
Ruang/kelas : bougenvile /III
No.RM : 65. 19. 05 00
Diagnosa medis : ulkus diabetikum
IDENTITAS PASIEN
Nama klien : Ny. M
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 43 tahun
Status perkawinan : janda
Agama : islam
Suku bangsa : jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Cipinang Galur Kulor Rt/Rw 14/02
Sumber informasi : Pasien

RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan utama : Nyeri di telapak kaki kanan.
b. Kronologis keluhan :
- Faktor pencetus : adanya luka yang tiba tiba muncul di kaki karna klien
mempunyai riwayat DM, lukanya bertambah parah
- Timbulnya keluhan : Bertahap
- Lamanya keluhan : 1 minggu SMRS
- Upaya mengatasi : Berobat ke rumah sakit.
33 | Binawan Institute Of Health Sciensce

2. Riwayat Kesehatan masa lalu
a. Riwayat kesehatan masa lalu
- Riwayat alergi : Tidak ada alergi
- Riwayat kecelakaan : Tidak pernah mengalami kecelakaan
- Riwayat di rawat di rs : pernah 3 tahun yang lalu, di RS pekalongan 2 hari
3. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram dan keterangan)









Ket :
: laki-laki meninggal : laki-laki
: perempuan meninggal : klien
: perempuan
Keterangan :
Klien merupakan anak ke 3 dari 5 bersaudara. Orang tua klien masih hidup
sedangkan kakek, nenek klien sudah meninggal. Dalam keluarga klien tidak ada
riwayat DM. Tetapi menurut klien orang tuanya memiliki riwayat hipertensi.
4. Riwayat psikososial dan spiriutal
1) Adakah orang yang terdekat dengan klien : anak -anak klien
2) Interaksi dalam keluarga :
a) Pola komunikasi : terbuka
b) Pembuat keputusan : klien
c) Kegiatan kemasyarakatan : tidak ada
3) Dampak penyakit klien terhadap keluarga : sekolah anak terganggu, rumah
kurang terurus, dan masalh ekonomi bertambah.
4) Masalah yang mempengaruhi klien : klien memikirkan anaknya yang masih
sekolah, karena jika klien sakit maka tidak ada yang mengurus.
5) Mekanisme koping terhadap stress : tidur dan bercerita dan menonoton tv
v
v
v v
34 | Binawan Institute Of Health Sciensce

6) Persepsi klien terhadap penyakitnya :
a) Hal yang sangat dipikirkan saat ini : Penyakitnya.
b) Harapan setelah menjalani perawatan : sembuh dan kembali ke rumah
c) Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit : kebersihan kurang terurus
dan penuruna BB .
7) Sistem nilai kepercayaan :
a) Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan : tidak ada.
b) Aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan : Shalat 5 waktu dan
mengaji.
8) Kondisi lingkungan rumah ( lingkungan rumah yang mempengaruhi kesehatan
saat ini) :Lingkungan rumah dan sekitarnya bersih.
9) pola kebiasaan
Sebelum sakit Saat dirawat
1. Pola nutrisi
a. Frekuensi makan
b. Nafsu makan
c. Makanan yang tidak
disukai
d. Makanan yang
membuat alergi
e. Makanan patangan
f. Makanan diet
g. Kebiasaan sebelum
makan
h. Berat badan 48 kg
i. Tinggi badan 154cm

3 X sehari
baik
Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Berdoa


3 X sehari
Tidak nafsu makan
Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada
Lunak rendah garam
berdoa

2. Pola eliminasi
a. B.A.K
1. Frekuensi
2. Warna
3. Keluhan



10 12 kali/hari
Kuning jernih
Tidak ada
Sering BAK dimalam
hari


5 kali/hari
Kuning jernih
Tidak ada
BAK sedikit dan jarang


35 | Binawan Institute Of Health Sciensce

b. B.A.B
1. Frekuensi
2. Waktu
3. Warna
4. Bau
5. Konsistensi
6. Keluhan
7. Penggunaan laxative
8. Bising usus
1 kali/hari
Tidak tentu
Kuning kecoklatan
Khas
Lunak
Tidak ada
Tidak ada

Belum BAB 3 hari
----
-----
-----
----
Tidak ada
Tidak ada
5 x/menit
3. Pola Personal Hygiene
a. Mandi
1. Frekuensi
2. Penggunaan sabun
b. Oral hygiene
1. Frekuesi
2. Waktu
c. Cuci rambut
d. Penggunaan shampoo


2 kali/hari
Dengan sabun

2 kali/hari
Pagi dan sore
3 kali/minggu
Dengan shampoo



Hanya di lap
Tanpa sabun

2 kali/hari
Pagi dan sore
Belum pernah
-

4. Pola istirahat dan tidur
a. Lama tidur siang
b. Lama tidur malam

2 jam
6 -7 jam


1-2 jam
3-4 jam

5. Pola aktivitas dan latihan
a. Waktu bekerja
b. Olah raga
c. Jenis olah raga
d. Frekuensi
e. Keluhan dalam aktivitas

Tidak menentu
Tidak
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada


Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Lemas pada kaki kanan
6. Kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan
a. Merokok :


Tidak pernah

-
.
36 | Binawan Institute Of Health Sciensce

1) Frekuensi
2) Jumlah
3) Lama pemakaian
b. NABZA :
1) Frekuensi
2) Jumlah
Lama pemakaian
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak pernah
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

-
-
-
-
-
-
-

4. Pengkajian fisik
a. Pemeriksaan fisik umum
1. Berat badan : 48 kg
2. Tinggi badan : 154cm
3. Keadaan umum : klien sakit sedang
4. Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada

b. Sistem pengelihatan
1. Posisi mata : simetris
2. Kelopak mata : tertutup rapat pada saat menutup mata
3. Pergerakan bola mata : searah
4. Konjungtiva : tidak anemis
5. Kornea : hitam bening
6. Sclera : tidak ikterik
7. Pupil : isokor 3mm
8. Otot-otot mata : tidak ada kelainan
9. Fungsi pengelihatan : dapat membaca dengan jarak 60cm
10. Tanda-tada radang : tidak ada
11. Pemakaian kacamata : tidak
12. Reaksi terhadap cahaya : +/+
c. Sistem pendengaran
1. Daun telinga : utuh
2. Karakteristik serumen : tidak ada
3. Kondisi telinga tengah : baik
4. Cairan pada telinga : tidak ada
37 | Binawan Institute Of Health Sciensce

5. Perasaan penuh ditelinga : tidak ada
6. Fungsi pendengaran : dapat mendengar detak jam, jarak 3cm
7. Gangguan keseimbangan : tidak ada
8. Pemakaian alat bantu : tidak ada
d. Sistem wicara : tidak gangguan bicara
e. Sistem pernapasan
1. Jalan napas : Bersih
2. Pernapasan : baik
3. Penggunaan otot bantu : tidak
4. Frekuensi : 20 x/menit
5. Irama : teratur
6. Kedalaman : dalam
7. Batuk : tidak ada
8. Sputum : tidak
9. Konsistensi : tidak
10. Terdapat darah : tidak
11. Suara napas : vesikuler
f. Sistem kardiovaskular
1. Sistem perifer
a. Nadi : 86 x/menit
b. Irama : teratur
c. Denyut : kuat
d. Tekanan darah : 130/80 mmHg
e. Distensi vena jugularis : tidak ada
f. Temperatur kulit : hangat
g. Warna kulit : normal
h. Pengisian kapiler : 2-3 detik
i. Edema : tidak ada
2. Sirkulasi jantung
a. Kecapatan denyut apical : 80 x/menit
b. Irama : teratur
c. Kelainan bunyi jantung : tidak ada
d. Sakit dada : tidak
e.
38 | Binawan Institute Of Health Sciensce


g. Sistem hematologi
1. Hb : 12, 2 gr/dl
2. Ht : 34 %
3. Leu : 30.8 ribu/uL (meningkat)
h. Sistem syaraf pusat
1. Tingkat kesadaran : Composmetis
2. GCS : E : 4, M :6 , V:5
3. Tanda-tanda TIK : tidak ada
i. Sistem pencernaan
1. Gigi : 28
2. Penggunaan gigi palsu : tidak ada
3. Stomatitis : tidak ada
4. Lidah kotor : tidak
5. Salifa : normal
6. Muntah : tidak ada
7. Mual : tidak ada
8. Nyeri daerah perut : tidak ada
9. Napsu makan : kurang
10. Bising usus : 5x/menit
11. Hepar : tidak teraba
j. Sistem endokrin
1. Gula Darah : 366 gr/dl
2. Nafas bau keton : tidak ada
3. Poliuria : tidak ada
4. Polifagia : tidak ada
5. Polidipsi : tidak ada
6. Data lain yang menunjang : tidak ada
k. Sistem muskuloskeletal
Kesulitan dalam pergerakan : iya
Nyeri pada tulang, sendi, kulit : nyeri pada pedis dextra, skala 5
Fraktur : tidak ada
Kelaian bentuk tulang sendi : tidak ada
Kelaian bentuk tulang belakang : tidak ada
39 | Binawan Institute Of Health Sciensce

Keadaan tonus otot : normal
Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5555
l. Sistem urogenital
Perubahan pola eliminasi : iya
Pola rutin BAK : 5 x/hari
Jumlah urine : 2000/ 24 jam
Keluhan sakit pinggang : tidak ada
Distensi kandung kemih : tidak ada
m. Sistem integrumen
Turgor kulit : baik elastis
Temperatur kulit : hangat
Warna kulit : kemerahan
Keadaan kulit : terdapat ulkus dan luka insisi
Keadaan rambut : tekstur baik, kurang bersih
n. Nyeri
Lokasi : pedis dextra
Skala : 5
Karakteristik : berdenyut
o. Sistem Kekebalan Tubuh
Suhu : 38,3
0
C
BB sebelum sakit : 48 Kg
BB sesedah sakit : 46 Kg
Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada
I. Data Penunjang
Pemeriksaan darah Hasil Satuan Nilai rujukan
Hemoglobin 12.2 g/dl 14-16
Hematrokit 34.0 % 40-48
Leukosit 30.8 ribu/ui 5-10
Trombosit 532 ribu/ui 150-400
40 | Binawan Institute Of Health Sciensce

Kimia klinik : GDS 401 mg/dl < 200
AGD dan Elektrolit
Elektrolit
Natrium 127 mmol/L 136-145
Kalium 43 mmol/L 35-51
Clorida 99 mmol/L 99-111
Hemostatis
Masa perdarahan 1,30 menit 1-3
Masa pembekuan 13 menit 10-16
Masa protrombin
Kontrol(Masa protrombin) 12 detik 10-16
Pasien(Masa protrombin) 14 detik 10-16
Kimia Klinik
SGOT/ AST 12 u/L 10-34
SGPT/AT 19 u/L 9-36
GDS 533 mg/dl <200
Ureum, Kreatinin
Ureum darah 47 mg/dl 15-43
Kreatinin darah 1,15 mg/dl 0,60-0,90




41 | Binawan Institute Of Health Sciensce

II. Terapi Medikasi
Nama Obat Dosis Indikasi Kontra indikasi Efek samping
Ceftriaxone 1000
mg
2x2
Infeksi yang
disebabkan oleh
pathogen yang
sensitive seperti:
infeksi saluran
nafas, infeksi
THT, ISK,
sepsis,
meningitis,
infeksi tulang,
sendi dan
jaringan lunak,
infeksi intra
abdominal,
genetal,
proflaksis
penoperatif, dll.

Hipersensitif
terhadap
cephalosporin
dan penincilin

1. reaksi
hipersensitif
Curticaria,
pruritus,ruam,dl
l) Efek GI:
diare/radang
usus besar.
2. Dosis tinggi
efek CNS
(encephalopatis
, convulsion)
3. Perpanjangan
protrombine
time, dan
hypoprothrombi
nemial
Metronidazole

500
mg
3x1

Untuk
pengobatan:
Trikomoniasis
sepertio
vaginitis dan
urethritis.
Amebicesis
seperti
amebiasis
internal dan
hepatik,
disebabkan oleh
Hipersensitivita
metrodinazole
atau dervat
nitrodinazole lain.

Mual,sakit kepala
andieksia, diare, nyeri
epigastrium dan
konstisipasi

42 | Binawan Institute Of Health Sciensce

ehistoligca obat
pilihan untuk
giardiansis

Acran 2x1
ampl
1. Tukak
lambung dan
usus 12 jam
2. Hipersekresi
pardiogik
sehubungan
dengan
sindrom
zoiilnger
Ellison

1. Penderita
gangguan fungsi
ginjal
2.Wanita hamil
dan menyusui

Diare, nyeri otot dan
timbul ruam kulit,
malaise nauseu
a. Onstpusi
b. Penurunan sel
darah putih dan
platelet
c. Penurunan
platenet
d. Bronchospasme,
hipertensi,
demam,anhatik,
dll
Nouorapid 16
unit
3x1
Pengobatan
diabetes mellitus
Hipoglikemia Hipoglikemia
Keterolac 3 x 24
jam
Untuk nyeri
akut sampai
berat
1. Hipersensitivit
as terhadap
ketorolac
2. Pasien dengan
alergi serius
3. Pasien
menderita
ulkus
peptikum akut
4. Diabetes
hemoragik/
gangguan
koagulasi
1. Sakit kepala,
pusing,
mengantuk,
berkeringat
2. Diare,
dyspepsia,nyeri
gastrointestinal,
nausea
43 | Binawan Institute Of Health Sciensce

RL 500
mg
Mengembalikan
keseimbangan
elektrolit pada
dehidrasi
1. Hypernatremia
2. Kelainan
ginjal
3. Kerusakan sel
hati
4. Asidosis laktat
3. Reaksi yang terjadi
karena larutannya
atau cara
pemberian
termasuk tubuh :
panas, phlebitis,
thrombosis vena
atau flebitis
NS 500
mg
Untuk
mengembalikan
keseimbangan
elektrolit pada
dehidrasi
Hipernatremia,
Asidosis,
Hipokalemia.


1. Reaksi-reaksi yang
mungkin terjadi
karena larutannya
atau cara
pemberiannya,
termasuk
timbulnya panas,
infeksi pada
tempat
penyuntikan,
thrombosis vena
atau flebitis yang
meluas dari tempat
penyuntikan,
ekstravasasi.
2. Bila terjadi reaksi
efek samping,
pemakaian harus
dihentikan dan
lakukan evaluasi
terhadap penderita.



44 | Binawan Institute Of Health Sciensce

III. Resume
Klien datang ke UGD RS UKI pada tanggal , sabtu 11 januari 2014. Klien datang
dengan keluhan nyeri pada telapak kaki kanan dan sulit untuk berjalan. Nyeri
dirasakan sejak 10 hari SMRS, nyeri dirasakan terus menerus, kemudian keluar
darah dari ulkus. Pasien sudah berobat ke Puskesmas, sejak 3 tahun yang lalu jari ke 3
kaki kiri sudah diamputasi.
TTV klien : TD: 130/80,mmHg, N: 83 x/mnt, RR: 20 x/mnt, SB: 37,8C. BU (+) 5
x/mnt. Bunyi jantung regular, bunyi nafas vesikuler, anggota gerak: pedis dextra:
Merah (+), PUS (+), darah (+), nyeri (+), panas pada daerah luka (+).
Tindakan keperawatan yang dilakukan : ajarkan tehnik relaksasi napas dalam,
kolaborasi dengan dokter untuk melakukan debridement. Masalah belum teratasi,
intervensi dilanjutkan di ruang bougenville.















45 | Binawan Institute Of Health Sciensce

DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Klien mengatakan kaki kanannya
terasa nyeri
2. Klien mengatakan nyeri seperti
ditekan-tekan
3. Klien mengatakan sebelum
masuk rumah sakit tiba-tiba
kakinya berdarah dan luka
4. Klien mengatakan sering demam
5. Klie mengatakan tidak
mengetahui tentang perawatan
DM serta komplikasinya
6. Klien mengatakan tidak pernah
teratur minum obat
7. Klien mengatakan tidak pernah
kontrol ke dokter setelah
amputasi
1. Nyeri
- Skala nyeri 6 ( 1-10 )
- Lokasi pedis dextra
- Karakteristik seperti ditekan-
Tekan
- Durasi nyeri tidak menentu
- Frekuensi nyeri tidak menentu
2. Terdapat luka atau ulkus pada pedis
dextra
- Ulkus lebar kurang lebih 8 cm
- Masih ada pus
- Kaki teraba panas
- Kaki bengkak dan merah
- Klien tampak meringis kesakitan
- GDS : 366 mg/dl
- Leukosit :30,8 ribu/ui (5-10)
- TTV : TD : 160/90 mmHg
S : 39
0
C RR : 20 x/mnt
N : 110 x /mnt
- Klien tampak menggigil
3. Klien tidak mengetahui penyebab
DM
- Pada saat berjalan klien tidak
memakai alas kaki
- Pendidikan klien SMp
- Klien tidak tahu cara
perawatan luka yang baik




46 | Binawan Institute Of Health Sciensce

ANALISA DATA
Hari / tanggal Data Masalah Etiologi
Senin
13-01-2014
Ds :
1. Klien mengatakn sering
demam
2. Klien mengatakan demam
karena luka dikaki
Do :
1. TTV : TD : 160/90 mmhg
S : 39 C
RR: 20 x/mnt
N : 110 x /mnt
2. Klien tampak menggigil
3. Kaki bengkak dan
kemerahan
4. GDS : 366 mg /dl
5. Terdapat luka atau ulkus
dari pedis dextra
6. Ulkus lebar kurang lebih
8 cm
7. Masih ada pus
8. Kaki bengkak dan merah
9. Leukosit :30,8 ribu/ui 30.8 ribu/ui 5-10

Infeksi Pertahanan
perifer yang
tidak
adekuat
(imunitas
tubuh
menurun)
dan
prosedur
infasiv
Senin,
13-01-2014







Ds :
1. Klien mengatakan kaki
kanannya terasa sakit
2. Klien mengatakan nyeri
seperti ditekan-tekan
3. Klien mengatakan nyeri
membuat susah tidur

Do :
Nyeri








Kerusakan
jaringan
kulit






47 | Binawan Institute Of Health Sciensce






1. Skala nyeri 6
2. Lokasi pedis dextra
3. Klien tampak meringis
kesakitan
4. Durasi nyeri tidak
menentu
5. Frekuensi nyeri tidak
menentu
6. Karakteristik seperti
ditekan-tekan
7. TTV
TD : 160/90 mmHg
S : 39
0
C
RR : 20 x/mnt
N : 110 x /mnt












Senin
13-01-2014
Ds :
1. Klie mengatakan tidak
mengetahui tentang
perawatan DM serta
komplikasinya
2. Klien mengatakan tidak
pernah teratur minum obat
3. Klien mengatakan tidak
pernah kontrol ke dokter
setelah amputasi
Do:
1. Klien tidak mengetahui
penyebab DM
2. Pada saat berjalan klien
tidak memakai alas kaki
3. Pendidikan klien SMp
4. Klien tidak tahu cara
perawatan luka yang baik
Kurang
pengetahuan
Kurangnya
informasi
48 | Binawan Institute Of Health Sciensce

RENCANA KEPERAWATAN

No
Dx
Hari
/tgl
Diagnosa Tujuan dan
kriteria hasil
intervensi Rasional
1 Senin
13-01-
2014
Infeksi
berhubungan
dengan
Pertahanan
perifer yang
tidak adekuat
(imunitas
tubuh
menurun) dan
prosedur
infasiv
Tujuan : setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan luka
sembuh
Kriteria hasil :
a. luka
membaik
b. Suhu normal
c. Tidak ada
tanda- tanda
infeksi
d. luka tidak
meluas
a.Observasi
tanda-tanda
infeksi dan
peradangan


1. Tingkatkan
upaya
pencegahan
cth : cuci
tangan.
2. Pertahankan
teknik
aseptik pada
prosedur
infasive
3. Berikan
perawatan
kulit atau
luka secara
teratur.
4. Kolaborasi
Beri obat
antibiotik

Beri insulin
a. Pasien mungkin
masuk dgn
infeksi yang
biasanya
menentukan
ketoasidosis.
b. Mencegah
timbulnya
infeksi


c. Kadar glukosa
tinggi akan
menjadi media
bagi kuman .

d. Sirkulasi perifer
terganggu yang
meningkatkan
terjadinya
kerusakan kulit.
e. Mengurangi
resiko infeksi
atau peradangan

f. Menyeimbangk
an kadar gula
darah


49 | Binawan Institute Of Health Sciensce

2 Senin
13-01-
2014
Nyeri b.d
Kerusakan
jaringan kulit

Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan rasa
nyeri dapat diatasi
Kriteria hasil :
8. Skala nyeri 0
9. Klien
nyaman dan
mampu
beraktivitas
10. TTV dalam
batas normal
11. Mampu
menunjukkan
kemampuan
dalam
mengatasi
nyeri



a. Kaji skala
nyeri,
karakteristik,
durasi,
frekuensi dan
lokasi
b. ukur TTV
tiap 8 jam.


c. pertahankan
posisi
nyaman
pasien.
d. ajarkan
teknik
relaksasi
nafas dalam.

e. kolaborasi
pemberian
obat
analgetik.
a. untuk
mempermudah
dalam
menentukan
intervensi
selanjutnya
b. nyeri dapat
mempengaruhi
perubahan
tekanan darah.
c. memberikan
rasa nyaman.
d. membantu
membantu
mengurangi
persepsi klien
terhadap nyeri
yang dirasakn
klien.
e. mengurangi
menghilangkan
nyeri.




3. Senin
13-01-
2014
Kurang
pengetahuan
b.d
Tujuan : setelah
di lakukannya
tindakan
keperawatan
selama 2x24jam
diharapkan klien
mampu
1. Ciptakan
lingkungan
saling
percaya
dengan
mendengarka
n penuh
1. Memperhatikan
perlu di ciptakan
sebelum pasien
bersedia
mengambil bagian
dalam proses
belajar
50 | Binawan Institute Of Health Sciensce

mengungkapkan
pemahaman
tentang penyakit.
Kriteria hasil:
5. mengidentifik
asi hubungan
dan tanda
gejala dengan
preses
penyakitnya
6. Mampu
melakukan
prosedur dan
menjelaskan
tanda dan
gejala
penyakit
7. Melakukan
perubahan
gaya hidup.
8. Berpartisipasi
dalam
program
pengobatan.

perhatian
2. Bekerja
dengan klien
dalam
menata
tujuan
belajar yang
di harapkan.
3. Pilih
berbagai
strategi
belajar,
seperti tehnik
demontrasi
yang
memerlukan
keterampilan
, dan biarkan
pasien
mendemontr
asikan ulang,
gabungkan
keterampilan
baru ini
dalam
rutinitas
rumah sakit
sehari hari.
4. Diskusikan
topik-topik
utama,
seperti: kadar
glukosa
2. Partisipasi dalam
perencanaan
meningkatkan
antusias pasien
dengan prinsip-
prinsip yang
dipelajari

3.Penggunaan cara
yang berbeda
tentang mengakses
informasi
meningkatkan
pencerapan pada
individu yang
belajar












4. Memberikan
pengetahuan dasar
d mana pasien
dapat membuat
pertimbangan
51 | Binawan Institute Of Health Sciensce

normal dan
dibandingka
dengan kadar
gula darah
pasien, tipe
DM yang
dialami,
hubugan
kekurangan
insulin
dengan kadar
gula darah
yang tinggi,
serta
komplikasi
akut dan
kronis.

5. Demontrasik
an cara
pemeriksaan
gula darah
dengan
finger
stick.









dalam memilih
gaya hidup dan
mencegah/
mengurangi awitan
komplikasi
tersebut.












9. Melakukan
pemeriksaangul
a darah oleh diri
sendiri 4kali
atau lebuh
dalam setiap
harinya
memungkinkan
fleksibilitas
dalam
perawatan diri,
meningkatkan
kontrol kadar
gula darah
dengan lebih
52 | Binawan Institute Of Health Sciensce


6. Diskusikan
tentang
rencana diet
(penggunaan
makanna
tinggi serat
dan cara
melakukan
makan diluar
rumah)
7. Tinjau ulang
program
pengobatan
dan lamanya
dosis unsulin
yang
diresepkan
Mandiri :
8. Tinjau
kembali
pemberian
insulin oleh
pasien dan
peralatan yang
di gunakan.
Tekankan
pentingkan
pemeriksaan
gula darah.
ketat.
10. Kesadaran
dalam
pentingnya
kontrol diet
akan membantu
pasien dalam
merencanakan
makan/ mentaati
program.

11. Pemahaman
tentang semua
aspek yang
digunakan obat
meningkatkan
penggunaan
yang tepat.


12. Mengidentifikas
i pemahaman
dan kebenaran
dari prosedur
atau masalah
potensial yang
dapat terjadi
sehingga solusi
alternatif dapat
ditentukan
untuk
pemberian
insulin.
53 | Binawan Institute Of Health Sciensce

Catatan Keperawatan
Hari/tanggal, Jam No.Dx Tindakan keperawatan dan Hasil
Senin,
13 januari 2014.
09.00 wib
1.

1. Mengobservasi tanda-tanda infeksi dan
peradangan
Hasil : terdapat pus, kulit sekitar luka tampak
kemerahan, panas di area kaki dan tampak edema
2. Mempertahankan tehknik aseptik
3. Melakukan perawatan luka
Hasil : ganti verban dilakukan dengan prinsip
steril
4. Kolaborasi
Memberikan obat antibiotik
Hasil : obat ceftriaxone 100ml 2x2
Obat metrodinazole 3x 500mg
Memberikan insulin masuk 16 U sesudah makan
5. Mengobservasi tanda-tanda infeksi dan
peradangan
Hasil : terdapat pus, kulit sekitar luka tampak
kemerahan, panas di area kaki dan tampak edema
6. Mempertahankan tehknik aseptik
7. Melakukan perawatan luka
Hasil : ganti verban dilakukan dengan prinsip
steril
8. Kolaborasi
Memberikan obat antibiotik
Hasil : obat ceftriaxone 100ml 2x2
Obat metrodinazole 3x 500mg
Memberikan insulin masuk 16 U sesudah makan

Senin,
13 januari 2014.
10.00 wib
2. 1. Mengkaji skala nyeri, karakteristik, durasi,
frekuensi dan lokasi
Hasil: skala nyeri 6, seperti di tekan tekan, durasi
dan frekuensi tidak tentu, lokasi di pedis dextra.
54 | Binawan Institute Of Health Sciensce

2. Mengukur TTV tiap 8jam
Hasil : TD: 160/90mmHg S:


HR: 110X/menit RR : 20X/ menit
3. Mempertahankan posisi nyaman
Hasil : klien tidur dengan semi fowler
4. Mengajarkan tehnik relaksasi /distraksi
Hasil : klien menarik napas panjang, ditahan 3
detik lalu di buang perlahan
5. kolaborasi
memberikan obat analgetik
hasil : ketorolac 3 amp + RL 6 tpm/24 jam

Senin, 13 Januari
2014
11.00
3 1. Menciptakan lingkungan saling percaya dengan
mendengarkan penuh perhatian.
Hasil: Klien mau meneritakan mengenai penyakit
yang dialami.
2. Mendiskusikan topik-topik utama, seperti: kadar
glukosa normal dan dibandingkan dengan kadar
gula darah pasien, tipe DM yang dialami,
hubungan kekurangan insulin dengan kadar gula
darah yang tinggi, serta komplikasi akut dan
kronis
H :
- klien mampu memahami tentang nilai normal
gula darah, tipe DM yang dialami, komplikasi
akut dan kronis
- Klien belum memahami hubungan
55 | Binawan Institute Of Health Sciensce

kekurangan insulin dengan kadar gula darah
yang tinggi
3. Mendiskusikan tentang rencana diet
Hasil: klien akan ngontrol makanan secara teratur
dengan mengkonsumsi makanan dengan kadar
gula rendah.
4. Menekankan pentingnya program pengobatan dan
pengunaan insulin yang diresepkan secara teratur
Hasil: klien memahami tentang pentingnya
mengkonsumsi insulin seacara tertur.
5. Mengajarkan teknik pemberian insulin dengan
suntikan
Hasil: klien tidak bisa melakukan suntikan insulin
sendiri.
6. Menekankan pentingnya pemeriksaan gula darah.
Hasil: klien mengatakan akan menontrol gula
darah secara teratur di RS atau klinik terdekat.
Selasa, 14 Januari
2014
14.00
1 1. Mengobservasi tanda-tanda infeksi
Hasil : terdapat pus, kemerahan di area luka,
edema dan panas.
2. Mempertahankan teknik aseptik
3. Melakukan perawatan luka 1 x 24 jam
Hasil : ganti verban dengan teknik steril.
4. Menjaga luka tetap bersih
Hasil : sudah dilakukan ganti verban
5. Kolaborasi
Memberikan obat antibiotik
56 | Binawan Institute Of Health Sciensce

Hasil : obat ceftriaxone 100ml 2x2
Obat metrodinazole 3x500ml
Memberi insulin
Hasil : insulin Novorapid 16 unit
Selasa 14 Januari
2014
15.00
2 1. Mengkaji skala nyeri, karakteristik, durasi,
frekuensi, lokasi nyeri
Hasil : skala nyeri 5, seperti di tekan tekan, durasi
dan frekuensi tidak tentu, lokasi di pedis dextra.
2. Mengukur TTV
Hasil : TD : 160/90mm Hg S :

C
RR : 24x/mnt N : 92x/mnt
3. Mempertahankan posisi nyaman
Hasil : klien tidur dengan posisi semi fowler
4. Mengajarkan teknik relaksasi
Hasil : klien menarik nafas panjang, ditahan 3
detik lalu dibuang perlahan.
5. Kolaborasi
Memberikan obat analgesik
Hasil : 3 amp ketorolac + I RL 6 tpm/ 24 jam
Selasa 14 Januari
2014
16.00

3
1. Mendiskusikan topik-topik utama, seperti: kadar
glukosa normal dan dibandingkan dengan kadar
gula darah pasien, tipe DM yang dialami,
hubungan kekurangan insulin dengan kadar gula
darah yang tinggi, serta komplikasi akut dan
kronis
Hasil:
- klien mampu menyebutkan rentan normal gula
darah
- klien mengetahui tipe DM yang dialami
57 | Binawan Institute Of Health Sciensce

- klien memahami hubungan insulin dengan
kadar gula darah dan komplikasi yang akan
dialami
2. Mendiskusikan tentang rencana diet
Hasil: klien memahami tentang diet penting untuk
DM dan akan mengontrol makanan dengan
mengkunsumsi makanan yang rendah kadar gula.
3. Menekankan pentingnya program pengobatan dan
penggunaan insulin yang diresepkan secara teratur
Hasil: klien memahami tentang pengunaan insulin
secara teratur
4. Mengajarkan teknik pemberian insulin dengan
suntikan
Hasil: keluarga klein sudah mampu untuk
melalkukan penyuntikan insulin sesuai dosis.
5. Menekankan pentingkan pemeriksaan gula darah.
Hasil: klien menatakan akan melakukan pemeriksaan
gula daah seacaa teratur di rs atau klinik terdekat
Rabu 15 Januari
2014
09.00
1 1. Mengobservasi tanda-tanda infeksi
Hasil : area luka kemerahan dan edema
2. Mempertahankan teknik aseptik
3. Melakukan perawatan luka
Hasil : ganti balutan dengan prinsip steril
4. Menjaga luka tetap bersih
Hasil : luka bersih



58 | Binawan Institute Of Health Sciensce

5. Kolaborasi
Memberi obat antibiotik
Hasil : IV ceftriaxone 100ml 2x2
IV metronidazole 3x 500mg
Memberi insulin
Hasil : Insulin Novorapid 16 unit
Rabu 15 Januari
2014
10.00 WIB
2 1. Mengkaji skala nyeri, karakteristik, durasi,
frekuensi, lokasi nyeri
Hasil : skala nyeri 3, seperti di tekan tekan, durasi
3 jam dan frekuensi tidak tentu, lokasi di pedis
dextra.
2. Mengukur TTV
Hasil : TD : 120/70mmhg N : 82x/mnt
S : 38,7
0
C RR : 24x/mnt
3. Mempertahankan posisi nyaman.
Hasil : klien tidur dengan posisi semi fowler
4. Mengajarkan teknik relaksasi
Hasil : klien mampu melakukan teknik relaksasi
5. Kolaborasi
Memberi obat analgetik
Hasil : I RL + 3 amp Ketorolac 6 tpm/24 jam












59 | Binawan Institute Of Health Sciensce

Catatan Perkembangan
No.
Dx
Hari/tanggal
Jam
SOAP
1. Senin,
13-01-2014
14.00
S: klien mengatakan masih demam
O:
1. Ekspresi wajah rileks, tenang.
2. Suhu :


3. Terdapat pus
4. Luka tampak kemerahan dengan panjang

5. Panas area kaki dan tampak edema
6. Ganti verban dengan prinsip steril
7. Obat masuk: ceftriaxon 100ml 2X2
Metronidazol 3x 500mg
Insulin Novorapid 16 Unit
A : Masalah belum teratasi teratasi
P : Intervensi di Lanjutkan
1. Observasi tanda- tanda infeksi
2. Pertghankan tehnik aseptic
3. Jaga luka tetap besih
4. Kolaborasi
Beri obat antibiotik.
2. Senin,
13-01-2014
15.00
S:
1. Klien mengatakan kakinya masih nyeri,
2. Klien mengatakan rasa nyeri membuat klien
tidak nyaman
O:
1. Skala nyeri 6. Seperti di tekan tekan. Durasi
dan frekuensinya tidak menentu.
2. Lokasi di pedis dextra
3. TD: 160/90, N: 110x/menit, Rr: 20x/menit,
S:39,1
0
C
4. Klien tidur dalam posisi semifowler
60 | Binawan Institute Of Health Sciensce

5. Klien mampu melakukan tehnik relaksasi
6. Obat analgetik masuk
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
1. Kaji skala, durasi dan frekuensi
2. Ukur TTV tiap 8 jam
3. Pertahankan posisi nyaman
4. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
kolaborasi
Beri obat analgetik
2 Senin 13 -01-2014
16.00
S:
1. Klien mau menceritakan mengenai penyakit
yang dialami
2. Klien akan ngontrol makanan secara teratur
dengan mengkonsumsi makanan dengan
kadar gula rendah.
3. Klien mengatakan akan menontrol gula
darah secara teratur di RS atau klinik
terdekat
O:
1. Klien memahami tentang pentingnya
mengkonsumsi insulin secara teratur
2. Klien tidak bisa melakukan suntikan insulin
sendiri
3. Klien mampu memahami tentang nilai
normal gula darah, tipe DM yang dialami,
komplikasi akut dan kronis.
4. Klien belum memahami hubungan
kekurangan insulin dengan kadar gula darah
darah yang tinggi

A : Masalah kurang pengetahuan belum teratasi
61 | Binawan Institute Of Health Sciensce

P : Intervensi dilanjutkan
1. diskusikan topik-topik utama, seperti: kadar
glukosa normal dan dibandingka dengan
kadar gula darah pasien, tipe DM yang
dialami, hubugan kekurangan insulin
dengan kadar gula darah yang tinggi, serta
komplikasi akut dan kronis
2. Diskusikan tentang rencana diet
3. tekankan pentingnya program pengobatan
dan pengunaan insulin yang diresepkan
secara teratur
4. ajarkan teknik pemberian insulin dengan
suntikan
tekankan pentingkan pemeriksaan gula darah.
1 Selasa 14-01-2014
16.30
S :
1. klien mengatakan masih sering demam
O :
1. suhu tubuh

C
2. terdapat pus, area sekitar kulit kemerahan,
edema dan berasa panas.
3. Ganti verban di lakukan dengan prinsip steril
4. Verban bersih
5. Obat masuk
Ceftriaxon 100ml 2X2
Metronidazol 3x500mg
Insulin Novorapid 16 Unit
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
1. Observasi tanda-tanda infeksi
2. Pertahankan tehnik aseptic
62 | Binawan Institute Of Health Sciensce

3. Jaga luka tetap bersih
4. Kolaborasi
Beri obat antibiotik


2 Selasa 14-01-2014
17.30
S : Klien mengatakan kakinya masih nyeri.
O :
1. Wajah tampak meringis
2. Skala nyeri 5
3. Posisi tidur semi fowler
4. Klien mampu melakukan tehnik relaksasi
napas dalam
5. Analgetik yang di berikan 1 RL + 3ampul
ketorolac 6 tpm/24jam
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan.
1. Kaji skala nyeri dan frekuensinya
2. Ukur TTV
3. Pertahankan posisi nyaman
4. Ajarkan tehnik relaksasi
5. Kolaborasi
Beri obat analgetik

3 Selasa 14- 01-2014
18.30

S:
1. Klien mampu menyebutkan rentan normal
gula darah
2. Klien mengetahui tipe DM yang dialami
3. Klien mengatakan akan melakukan
pemeriksaan gula darah secara teratur di RS
atau klinik terdekat
O :
1. Klien memahami tentang diet penting untuk
63 | Binawan Institute Of Health Sciensce

DM dan akan mengontrol makanan dengan
mengkunsumsi makanan yang rendah kadar
gula.
2. Klien memahami hubungan insulin dengan
kadar gula darah dan komplikasi yang akan
dialami
3. Klien memahami tentang pengunaan insulin
secara teratur
4. Keluarga klein sudah mampu untuk
melakukan penyuntikan insulin sesuai
dosis.
A: Masalah kurang pengetahuan teratasi
P: Intervensi dihentikan.
1. Rabu 15-01-2014
09.00

S:
1. Klien mengatakan demam pada malam hari
O:
1. Suhu: 36,3
0
C
2. Area luka kemerahan dan tampak edema
3. Ganti balutan dengn prinsip steril
Obat masuk IV Ceftriaxon 100ml 2X2
Metronidazol 3x500mg
Insulin Novorapid 16 Unit
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
1. Observasi tanda tanda infeksi
2. Pertahankan tehnik aseptic
3. Jaga luka tetap bersih
4. Kolaborasi
Beri obat antibiotik

2 Rabu 15-01-2014
10.00
S :
klien mengatakan nyeri di kaki sudah berkurang
64 | Binawan Institute Of Health Sciensce

O :
1. Ekpresi wajah tenang dan rileks
2. Skala nyeri 3
3. Frekuensi 3 jam
4. TD: 120/70mmHg N:82X/mnt S: 38,7
0
C RR:
24 x/mnt
5. Posisi tidur semi fowler
6. Mampu melakukan tehnik relaksasi
7. IVFD : 1 RL + ampul keterolac 6 tpm/24 jam
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi diteruskan.
1. Kaji nyeri dan frekuensi
2. Ukur TTV
3. Pertahankan posisi nyaman
4. Ajarkan tehnik relaksasi
5. Kolaborasi
Beri obat analgetik










65 | Binawan Institute Of Health Sciensce

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Diabetes Melitus tidak merupakan salah satu penyakit menular dan
prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia prevalensi
penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun sehingga Indonesia merupakan negara
yang menempati urutan keempat dengan jumlah penderita diabetes terbesar di
dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat.
Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang
memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius karena dapat menimbulkan
komplikasi seperti : penyakit jantung, gagal ginjal, dan kerusakan sistem saraf.
Beberapa jenis DM terjadi karena interaksi yang kompleks dari lingkungan,
genetik, dan pola hidup sehari-hari.
Kebiasaan melakukan aktivitas fisik sangat penting dalam menjaga
kesehatan tubuh penderita DM karena dapat meningkatkan kesehatan psikologis
dan mencegah kematian prematur (Powers, 2005).
Pada kasus yang kami dapat di ruang bougenvile pada Ny. M yaitu
Diabetse melitus Tipe II, dengan Diagnosa yang ditimbulkan dari kasus pada
penyakit Diabetes Melitus :
1. Nyeri behubungan dengan agen injuri fisik.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik ; perubahan
sensasi sensori dan gangguan sirkulasi.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan agen injuri dan hiperglikemia.










66 | Binawan Institute Of Health Sciensce

DAFTAR PUSTAKA

1. Ganong, W.T, 1995. Fisiologi Kedokteran : EGC
2. Doenges, M, 2004. Rencana Keperawatan. Jakarta : EGC
3. Smeltzer suzzane C, Brenda G.B, 2005. Buku Ajar Keperawatan Medical
Bedah.
4. Brunner & Suddarth Buku Ajar Keoerwatan Medikal Bedah. Edisi 10 Volume
2. Jakarta : EGC
5. Arjatmo Tjokreonegoro, 2006. Penatalaksanaan Diabetes Melitus. Jakarta :
Balai Penerbit FK UI.
6. Http:// Teguhsubianto blog:spot.com /2009/ 06/ Asuhan Keperawatan.
Diabetes Melitus. Html diunggah 2 february 2014
7. Long C, Barbara. 1962. Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2. Bandung :
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran.

Anda mungkin juga menyukai