Anda di halaman 1dari 6

PORTOFOLIO

Portofolio berarti sekumpulan investasi. Portofolio juga diartikan sebagai kumpulan


dari instrumen investasi yang dibentuk untuk memenuhi suatu sasaran umum investasi.
Sasaran dari portofolio investasi tentunya sangat bergantung pada individu masing-masing
investor.
Untuk melakukan konstruksi suatu portofolio, maka sebagai langkah-langkah awal yang
harus dilakukan adalah:
1. Memilih instrumen investasi yang diinginkan, hal ini tentunya sudah melalui berbagai
analisa tentang masing-masing instrumen investasi.
2. Menentukan bobot dari instrumen investasi terhadap nilai portofolio secara
keseluruhan.
3. Menentukan horison investasi (Investment Horizon).
4. Menentukan expected return dari masing-masing instrumen investasi sesuai dengan
horison investasi.
5. Menentukan expected return dari portofolio sesuai dengan horison investasi.
6. Menentukan rata-rata expected return dari portofolio dalam horison investasi.
7. Menghitung standard deviasi expected return dari portofolio.
Untuk mendapatkan koonstruksi portofolio yang baik, tentunya harus melalui berbagai
perbandingan, misalnya dengan memberikan pembobotan yang berbeda untuk melihat
hasilnya optimum atau tidak. Portofolio yang memberikan return rata-rata tertinggi dan
standar deviasi terendah (menandung risiko yang lebih rendah) adalah menjadi pilihan. Di
samping itu, diperlukan pembanding dengan pilihan portofolio yang lain, sehingga
didapatkan hasil yang optimum.
Portofolio dimaksudkan sebagai strategi memaksimalkan tingkat keuntungan yang
diharapkan dan meminimalisir risiko yang dihadapi. Portofolio asset dalam bentuk portofolio
saham dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang unsystematic, yaitu risiko yang
berhubungan dengan masing-masing instrumen investasi.
Dalam membentuk portofolio, akan timbul suatu masalah. Permasalahannya adalah
terdapat banyak sekali kemungkinan portofolio yang dapat dibentuk dari kombinasi aktiva
berisiko yang tersedia di pasar. Kombinasi ini dapat mencapai jumlah yang tidak terbatas.
Padahal kombinasi ini juga memasukkan aktiva bebas risiko di dalam pembentukan
portofolio. Jika terdapat kemungkinan portofolio yang tidak terbatas, maka akan timbul
pertanyaan portofolio mana yang akan dipilih oleh investor. Jika investor adalah rasional,
maka mereka akan memilih portofolio yang optimal.
Investor yang realistis akan melakukan investasi tidak hanya pada satu jenis investasi,
tetapi akan melakukan diversifikasi pada berbagai investasi dengan harapan dapat
meminimalkan risiko dan memaksimalkan return. Sedangkan investor yang rasional
melakukan keputusan investasi yang didasari dengan menganalisis situasi saat ini, mendesain
portofolio optimal, menyusun kebijakan investasi, mengimplementasikan strategi investasi,
memonitor dan melakukan supervisi pada kinerja khusus para manajer keuangan.
Dalam terminologi optimalisasi portofolio, diversifikasi adalah dasar yang paling utama
bagi pengoptimalan portofolio. Diversifikasi harus mempertimbangkan korelasi di antara
asset-asset yang berisiko. Semakin berisiko suatu portofolio, maka semakin tinggi return
yang akan diperoleh dalam jangka panjang. Investasi dalam bentuk portofolio saham perlu
dilakukan monitoring yang berkelanjutan karena analisis portofolio bersifat jangka pendek.
Portofolio optimal dapat ditentukan dengan menggunakan model Markowitz atau
dengan model indeks tunggal. Untuk menentukan portofolio optimal dengan menggunakan
model markowitz dan model indeks tunggal, maka yang pertama kali dibutuhkan adalah
menentukan portofolio efisien. Portofolio yang efisien didefinisikan sebagai portofolio yang
memberikan ekspektasi terbesar dengan risiko yang sudah tertentu atau memberikan risiko
yang terkecil dengan return ekspektasi tertentu.
Berkaitan dengan portofolio optimal dengan menggunakan model indeks tunggal yang
akan digunakan dalam penelitian ini maka jika kita melakukan pengamatan maka akan
nampak bahwa pada saat pasar membaik (yang ditunjukkan oleh indeks pasar yang
tersedia) maka harga saham-saham individual juga meningkat.
Model indeks tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas
berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar. Hal ini menyarankan bahwa return-return dari
sekuritas mungkin berkorelasi karena adanya reaksi umum (common response) terhadap
perubahan nilai-nilai pasar.




SISTEM IJON
Sistem ijon merupakan penjualan hasil tanaman dalam keadaan hijau atau masih
belum dipetik dari batangnya di ladang dengan secara borongan. Sedangkan tukang ijon
dinamai dengan tengkulak merekalah yang menguasai hasil produksi tani di
pagenteran. Masyarakat Pegenteran mayoritas masih umum melakukan sistem ijon dalam
memanen dan bertransaksi, karena teramasuk dianggap tidak ribet, tinggal duduk uang
sudah bisa kita dapat dan cepat mendapatkan uang.
A. Tipikal Petani Dalam Pelaksana Sistem Ijon
Dalam berjalanya sistem ijon hampir seluruh masyarakat Pagenteran masih
menggunakan sistem ijon dengan tidak memandang stratifikasi sosial dalam petani.
Stratifikasi sosial petani yang terhitung tingkat atas mempunyai luas kebun diatas 1
hektar, serta stratifikasi sosial petani yang tergolong menengah ialah petani yang
mempunyai luas kebun setengah hektar dan stratifikasi sosial kelas bawah yang
mempunyai luas hanya sekitar hektar, mereka semua mayoritas masih menggunakan
sistem ijon dalam pemanennya.
B. Berjalannya Sistem Ijon
Berjalannya praktek sistem ijon memiliki perbedaan antara petani dengan
stratifikasi sosial yang tinggi dan yang stratifikasi sosial dengan kelas bawah. Petani
dengan stratifikasi sosial yang tinggi tidak terlalu terikat dengan tengkulak, karena
mereka tidak ada kaitan utang atau kontrak dengan tengkulak, mereka hanya mencari
tengkulak yang mau membeli sayurannya dengan harga yang tinggi dan sesuai pasaran.
Petani dengan stratifikasi sosial tinggi melakukan sistem ijon bertujuan supaya tidak
terlalu cape dalam pemanenanya, mereka hanya menerima uang saja dan terserah
tengkulak mau memanen kapan karena petani sudah tidak mengurusi hasil sayurannya
lagi, misalnya saja kubis, kubis memiliki masa panen 70 sampai 80 hari. Namun, petani
mulai menawarkan ketika umur 50 hari yaitu ketika kubis mulai muncul buah atau
sayurannya dan ketika sudah disetujui oleh salah satu tengkulak, petani tersebut sudah
tidak merawat kubisnya lagi, karena sudah tidak ada ikatan utang dengan tengkulak,
petani pun meminta untuk di bayar sekaligus ditempat dengan sesuai harga pasar, karena
ketika membayarnya nanti atau separo, bisa saja ketika saat panen atau pemetikan tiba
dan harga sayur kubis turun maka akan terjadi pemotongan harga.
Akan berbeda dengan kelas petani yang stratifikasi sosialnya rendah, mereka
memiliki keterkaitan antara tengkulak dengan petani, petani dengan stratifikasi sosial
rendah tidak mempunyai modal sebanyak petani yang stratifikasi sosialnya tinggi
sehingga mereka sebelum pembibitan mereka sudah terlibat hutang terlebih dahulu
dengan tengkulak untuk produksi penyiapan lahan, pembibitan dan perawatan. Sehingga
nanti ketika panen petani harus menyerahkan hasil kebunnya untuk di beli tengkulak
yang menghutanginya, namun ketika pembelian petani diharuskan membayar hutang
pada saat pembibitan awal atau modalnya dengan bunga cukup tinggi. Disitulah letak
kerugian petani yang mereka kurang sadari karena mereka mengharapkan cepat
mendapatkan uang dari hasil kebunnya.
C. Permainan Otak Tengkulak Dan Petani Dibalik Sistem Ijon
Untuk mendapatkan untung yang besar di kedua belah pihak antara petani dan
tengkulak yang saling bertolak belakang, yaitu petani menginginkan hasil yang besar
dengan kerja yang santai walaupun hasil sayurnya kurang baik dan tengkulak juga
menginginkan hasil yang besar dengan membeli hasil kebun yang murah dan kualitas
bagus sehingga mampu untuk dijual kepasar dengan harga yang lebih tinggi.
Permainan otak yang sering dilakukan oleh petani terhadap tengkulak yaitu dengan
cara menjualkan hasil panen nya setengah dari semua kebun yang di garapnya, hal
tersebut bertujuan untuk mengantisipasi harga sayur ketika pemotongan biasanya sering
terjadi ketika pemotongan harga sayur melambung tinggi, ketika harga sayur melambung
tinggi maka petani menjual sendiri setengah hasil panennya yang belum terjual dengan
harga yang tinggi juga. Akan tetapi jika harga sayurannya ternyata merosot sangat drastis
maka hasil kebung yang separo tersebut di jual terhadap tengkulak untuk mengantisipasi
kerugian yang sangat banyak. Tidak hanya itu, ketika sudah terlanjur hasil panennya
terbeli semua dan harga pasar maka petani tersebut menjadi pencuri di kebunnya sendiri,
biasanya dilakukan ketika akan penimbangan, ketika pengawas pemetikannya pulang
maka hasil panen yang sudah dipetik dibawa pulang dengan cukup banyak untuk di jual
sendiri oleh petani demi mendapatkan keuntungan yang besar.
Permainan otak dari tengkulak biasanya terlihat dari permainan harga sayur di
pasaran, tengkulak lebih menguasai harga di pasaran, tidak hanya pasar pemalang, pasar
pratin namun nyampai pasar sayur di bandung, jakarta, madura dan lain-lain sehingga
mampu mencari harga sayur yang lebih murah dengan berpura-pura seakan-akan harga
sayur di pasar saat ini murah dan turun dengan berbagai alasannya dan menjualnya di
pasar yang harga sayurnya masih tinggi. Misalnya saja alesannya yaitu dengan setok
yang masih banyak di pasar dan kondisi sayur yang kurang bagus. Selain itu tengkulak
lebih bermain pada petani yang stratifikasi sosialnya berada dibawah karena modal dari
petani kecil di hutangi oleh tengkulak sehingga tengkulak mampu bermain harga dengan
murah. Dan yang paling membuat petani geram adalah ketika tengkulak membeli murah
hasil perkebunan dan ternyata harga pasar tersebut tinggi mereka tidak bilang serta
langsung menjualkannya lagi ketengkulak lain, jadi tengkulak pertama bertugas
semacam calo, hal tersebut diketahui ketika masa pemetikan dari hasil kebunnya.
Dari berbagai permainan otak yang sudah sering dilakukan kedua belah pihak
terkadang sudah bisa diminimalisir walaupun tidak sepenuhnya mampu dihilangkan,
hanay petani dan tengkulak yang berpengalaman lah yang mampu untuk meminimalisir
terjadinnya kecurangan-kecurang yang tiap kali dilakukan oleh keduanya. Pengalaman
lah yang menjadi benteng pertahanan dari permainan otak.
D. Sudut Pandang Antara Tengkulak Dan Petani
Sudut pandang yang sering terjadi pada kedua belah pihak terkadang menganggap
rendah salah satunya, dengan mengunggulkan kelebihan yang mereka kuasai untuk
menjatuhkan tengkulak atau petani supaya mendapatkan hasil yang besar. Petani
memandang tengkulak itu tak sepandai petani dalam hal pengelolaan sayuran dan hitung-
hitungan penghasilan sehingga ketika sesudah dibeli sayuran tersebut tidak dirawat
kembali, di biarkan saja. Dan ketika melaksanakan sistem ijon petani menganggap
bahwa hasil yang di dapat tengkulak tidak seberapa, hasil yang terbesar adalah petani
karena petani mendapatkan uang bersih tidak usah membayar uang kuli gotong sayur
yang perkilonya Rp.500. atau sesuai dengan jarak yang di gotongnya, bahkan ketika
petani panen sendiri lebih cape dengan hasil yang malah sedikit, belum lagi harus
membayar kuli gotong. Dari sudut pandang petani tengkulak lah yang terkadang sering
dirugikan.
Sudut pandang dari tengkulak menganggap bahwa petani itu bodoh dan bisa di
permainkan, karena petani tidak bisa menguasi harga pasaran sayuran, dari pandangan
tersebut membuat tengkulak mampu berbuat semana-mena dan berbuat curang terhadap
petani, dan membuat lebih tertarik untuk melaksanakan sistem ijon, padahal menurut
tengkulak sendiri ketika memanen sendiri dan paham harga jual di berbagai wilayah
petani tersebut akan mendapatakan hasil yang besar, atau dalam peminjaman uang modal
petani seharusnya meminjam uang koprasi atau bank maka mereka tidak terikat dengan
tengkulak serta mendapatkan bunaga yang cukup rendah. Kalau menggunakan sistem
ijon petani lebih di rugikan dengan pembelian murah dan mendapatkan untung yang
kecil, untung yang besar adalah tengkulaknya.

Anda mungkin juga menyukai