Tingginya pendapatan nasional memang merupakan salah satu
faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Namun untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan sinergitas antarpelaku ekonomi; perusahaan-pemerintah dan rumah tangga-dunia internasional.
PENDAPATAN NASIONAL = PRODUKTIVITAS MESIN PRODUKSI VIDEO PENGERTIAN PENDAPATAN NASIONAL Maka, Pendapatan nasional adalah: Dalam analisis mikro, istilah pendapatan menunjuk pada aliran penghasilan dari penyediaan faktor-faktor produksi untuk periode tertentu. Sementara itu, dalam analisis ekonomi makro, istilah pendapatan menunjuk pada pendapatan nasional suatu negara. SIKLUS AKTIFITAS EKONOMI PENDEKATAN PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL Pendapatan Nasional Produksi : Jumlah nilai tambah produk Pengeluaran : Konsumsi rumah tangga, perusahaan, dan masyarakat luar negeri Pendapatan : Jumlah seluruh pendapatan suatu negara 1. Pendekatan Produksi Pendekatan produksi adalah metode penghitungan PDB dengan menghitung jumlah nilai seluruh produk (barang dan jasa) yang dihasilkan dalam suatu negara selama satu periode tertentu. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang jadi. Dalam praktiknya,proses penjumlahan ini tidak dilakukan secara serta merta dengan menghitung secara langsung nilai produknya. Ini dikarenakan, banyak barang dan jasa yang merupakan input dari proses produksi barang lain. Bila penghitungan dihitung secara langsung, maka akan terjadi perhitungan ganda (double counting) yang akan menyebabkan hasil penghitungan yang melebihi nilai pendapatan nasional yang sesungguhnya. Metode Penghitungan Nilai Tambah Barang Harga Nilai Tambah Gandum
Tepung
Roti 5.000
7.000
10.000 5.000
2.000
3.000 22.000 10.000 Berdasarkan tabel di atas, maka produk roti yang dimasukkan ke dalam pendapatan nasional adalah nilai tambahnya, yaitu Rp.10.000 Penghitungan pendekatan produksi dapat dirumuskan : di mana : PDB = Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product) VA = Value Added (nilai tambah) 1 n = Barang yang Diproduksi Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha PadaTahun 2013 No. Sektor Perekonomian Jumlah 1 Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan 1.311.037,30 2 Pertambangan dan penggalian 1.020.773,20 3 Industri pengolahan 2.152.592,90 4 Listrik, gas, dan air minum 70.074,60 5 Bangunan 907.267,00 6 Perdagangan, hotel, dan restoran 131.056,30 7 Pengangkutan dan Komunikasi 63.688,40 8 Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 683.009,80 9 Jasa-jasa 1.000.822,70 Produk Domestik Bruto 7.340.322,20 (dalam milyar rupiah) Sumber: Badan Pusat Statistik 2. Pendekatan Pengeluaran Pendekatan pengeluaran adalah metode perhitungan PDB dengan menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi di dalam suatu wilayah negara selama satu periode tertentu. Penghitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi yaitu rumah tangga, pemerintah, perusahaan, dan masyarakat luar negeri. Pendekatan ini dapat dirumuskan :
di mana : PDB = Produk Domestik Bruto C = Consumtion (Konsumsi Rumah Tangga) I = Investment (Investasi) G = Government Expenditure (Pengeluaran Pemerintah) X = Total Ekspor M = Total Impor
PDB = C + I + G + (X - M) CONTOH: PDB = C + I + G + (X - M) DATA PENDAPATAN NASIONAL (DALAM MILYAR RUPIAH) Upah 4.900 Ekspor 2.000 Bunga 200 Sewa 100 Belanja pemerintah 3.300 Investasi 1.500 Pertanian 4.800 Impor 1.000 Jasa 500 Pertambangan 5.000 Laba 3.100 Indusri 3.000 Konsumsi 2.500 Hitunglah berapa besar Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pengeluaran! 3. Pendekatan Pendapatan Pendekatan pendapatan adalah metode penghitungan PDB dengan menghitung jumlah seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga, laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu, sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang digunakan oleh perusahaan (tenaga kerja, tanah, modal, skill) Secara matematis, penghitungan pendekatan pendapatan dapat ditulis sebagai berikut.
di mana : PDB = Produk Domestik Bruto r = rent (sewa), balas jasa untuk tanah w = wage (upah), balas jasa untuk tenaga kerja i = interest (bunga), balas jasa untuk modal = profit (laba), balas jasa untuk skill CONTOH: DATA PENDAPATAN NASIONAL (DALAM MILYAR RUPIAH) Upah 4.900 Ekspor 2.000 Bunga 200 Sewa 100 Belanja pemerintah 3.300 Investasi 1.500 Pertanian 4.800 Impor 1.000 Jasa 500 Pertambangan 5.000 Laba 3.100 Indusri 3.000 Konsumsi 2.500 Hitunglah berapa besar Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pendapatan! Diperlukan sebuah indikator untuk melihat bagaimana pendapatan nasional terdistribusikan dalam suatu negara. Karena melalui indikator tersebut, apabila terdapat ketimpangan atau ketidakseimbangan distribusi pendapatan hal itu akan dapat langsung terlihat, dan pemerintah dapat mengambil tindakan untuk menyeimbangkan distribusi pendapatan tersebut.
Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur distribusi pendapatan nasional, adalah Koefisien Gini. DISTRIBUSI PENDAPATAN Koefisien Gini Koefisien Gini digambarkan dalam bentuk kurva yang disebut dengan kurva lorenz. Kurva lorenz memperlihatkan hubungan kuantitatif antara persentase penduduk penerima pendapatan dan persentase pendapatan yang benar-benar diterima selama periode tertentu. Koefisien Gini memberikan kesimpulan ukuran konsentrasi Kurva Lorenz, dengan menghitung penyimpangan dari garis diagonal. Penyimpangan itu dihitung dengan membagi bidang yang diarsir dengan seluruh bidang di bawah garis diagonal.
Kurva Lorenz Koefisien Gini adalah rasio (perbandingan) antara luas bidang yang diarsir degan luas segitiga OPE. Daerah yang diarsir menggambarkan besarnya ketimpangan distribusi pendapatan yang terjadi. Standar Nilai Koefisien Gini Koefisien Gini Distribusi Pendapatan Lebih kecil dari 0,4
0,4 0,5
Lebih besar dari 0,5 Tingkat ketimpangan rendah
Tingkat ketimpangan moderat (sedang)
Tingkat ketimpangan tinggi Sumber: Michael Todaro, 2000 Nilai Koefisien Gini Indonesia Tahun 2005 - 2011 Tahun Angka Koefisien Gini 2005 0.33 2006 0.36 2007 0.36 2008 0.35 2009 0.37 2010 0.38 2011 0.41 Sumber: Badan Pusat Statistik < 0,4 : Tingkat ketimpangan rendah 0,4 0,5 : Tingkat ketimpangan moderat (sedang) > 0,5 : Tingkat ketimpangan tinggi Distribusi Pendapatan Dari Tiga Kelompok Rumah Tangga Pada Tahun 2002-2012 Sumber: Badan Pusat Statistik TERIMA KASIH