Anda di halaman 1dari 16

MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MAKALAH
PACARAN DALAM ISLAM
Dosen Pengampu : Drs. H. Zulkifli Lubis, MA.






Disusun oleh :

Grafiria Vega Novrika
1615121245
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Tahun Angkatan 2012



Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta
2013


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang senantiasa memberikan nikmat dan karunia
kepada umat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul, Pacaran
dalam Islam tepat waktu. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada orangtua dan
teman-teman yang telah memberikan doa serta inspirasi dalam menyelesaikan makalah ini
sebagai syarat untuk memenuhi nilai Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Pendidikan
Agama Islam di jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD).
Makalah ini berisi tentang ketentuan yang ditetapkan agama Islam dalam meluruskan kata
Pacaran di dalam kehidupan sehari-hari, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
memutuskan diri untuk berpacaran, serta ketetapan hukum agama Islam dalam berpacaran.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis
mengharapkan masukan dan kritik yang membangun. Penulis mengucapkan terima kasih atas
perhatiannya, semoga makalah ini dapat berguna bagi mahasiswa dan pelaku pendidikan
lainnya.

Jakarta, Desember 2013


Penulis




DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang ......................................................................................1
b. Rumusan Masalah .................................................................................2
c. Tujuan Penulisan ...................................................................................2
d. Manfaat Penulisan .................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Definisi Pacaran ....................................................................................3
b. Hukum Berpacaran dalam Islam ...........................................................4
c. Perspektif Hukum Islam tentang Berpacaran .......................................6
d. Konsep Islam Mengatur Hubungan Sepasang Remaja .........................9
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan ...........................................................................................12
b. Saran .....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................13


1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cinta kepada lawan jenis merupakan hal yang fitrah bagi manusia. Karena
cinta-lah, keberlangsungan hidup manusia bisa terjaga. Oleh sebab itu, Allah Taala
menjadikan wanita sebagai perhiasan dunia dan kenikmatan bagi penghuni surga.
Islam sebagai agama yang sempurna juga telah mengatur bagaimana menyalurkan
fitrah cinta tersebut dalam syariatnya yang rahmatan lil alamin.
Bagi sebagian besar remaja, pacaran merupakan hal yang sudah dianggap biasa terjadi
di dalam lingkup masyarakat dan pergaulan zaman sekarang. Pacaran identik dengan
bersatunya laki-laki dan perempuan yang belum muhrim dengan pernyataan cinta dari
salah satu pihak yang menjadi symbol adanya ikatan diantara keduanya.Pada masa
ini, seorang remaja biasanya mulai "Naksir" lawan jenisnya sehingga ia berupaya
melakukan pendekatan untuk mendapatkan kesempatan mengungkapkan isi hatinya.
Setelah pendekatannya berhasil dan lawan jenis menyambut, keduanya mulai
berpacaran.
Di kalangan remaja sekarang ini, pacaran menjadi identitas yang sangat
dibanggakan. Biasanya seorang remaja akan bangga dan percaya diri jika sudah
memiliki pacar. Sebaliknya, remaja yang belum memiliki pacar dianggap kurang gaul.
Karena itu, mencari pacar di kalangan remaja tidak saja menjadi kebutuhan biologis
tetapi juga menjadi kebutuhan sosiologis. Maka tidak heran, kalau sekarang
mayoritas remaja sudah memiliki teman spesial yang disebut "pacar".
Topik ini penting untuk dibahas karena pacaran merupakan hal yang sudah
biasa dilakukan oleh sebagian besar orang terutama di kalangan para remaja pada
umumnya, baik yang bertujuan untuk menikah ataupun hanya sebagai wadah untuk
menikmati masa muda mereka, dimana mereka sebenarnya ada yang tidak tahu
bagaimana hukum pacaran menurut agama atau ada yang sudah mengetahui namun
tetap melakukannya karena mengikuti tren atau bahkan takut gengsi dengan temannya
karena tidak mempunyai pacar. Selain itu, akibat dari pacaran juga tidak jarang
yang menimbulkan konflik dan juga merugikan berbagai pihak, diantaranya adalah
putus sekolah, hamil di luar nikah, pernikahan dini, aborsi bahkan ada juga yang
2
sampai bunuh diri. Oleh karena itu, penulis menganggap topik pacaran ini memang
sangat penting untuk dibahas agar kita dapat mengetahui dan memahaminya sesuai
norma agama dan ketentuan-ketentuan di dalam agama Islam.
B. Rumusan Masalah
Topik yang dibahas di dalam makalah ini melahirkan rumusan masalah yang
diantaranya adalah :
a. Apakah yang dimaksud dengan Pacaran?
b. Apakah Islam membolehkan Pacaran?
c. Bagaimana perspektif hukum Islam tentang berpacaran?
d. Bagaimana konsep Islam mengatur hubungan sepasang remaja?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dibuatnya makalah ini mengenai Pacaran dalam Islam yakni agar kita :
a. Mengetahui hukum berpacaran dalam agama Islam
b. Mengetahui bagaimana Islam mengatur urusan hubungan antara laki-laki dan
perempuan
c. Mengetahui bagaimana pacaran yang benar sesuai kaidah norma agama yang
berlaku di Islam
d. Memahami etika pergaulan yang sesuai dengan ajaran Islam

D. Manfaat Penulisan
a. Mampu menginstropeksi dirinya sendiri setelah membaca makalah ini
b. Berusaha untuk tidak menyalahi aturan islam mengenai berpacaran karena tahu
alasan dan sebab-akibat yang akan terjadi
c. Timbulnya rasa takut terhadap Allah SWT.
d. Mampu menjaga diri dan pandangannya kepada orang yang bukan muhrimnya
e. Memperbaiki etika pergaulan dan mengetahui batasan-batasannya


3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pacaran
Pacaran dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar pacar, yang kemudian
diberi akhiranan. Terdapat beberapa pengertian pacaran dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, yaitu :
a. Pacar : teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan
berdasarkan cinta kasih; kekasih
b. Berpacaran : bercintaan, berkasih-kasihan
c. Memacari : menjadikan sebagai pacar; mengencani.
Dari definisi tersebut, pacaran hanya merupakan sikap batin, namun bagi para
remaja sikap batin ini disusul dengan tingkah laku berdua-duaan, saling memegang, dan
seterusnya. Dalam praktiknya, istilah pacaran dengan tunangan sering dirangkai menjadi
satu. Muda-mudi yang pacaran, jika ada kesesuaian lahir batin, dilanjutkan dengan
tunangan. Sebaliknya, mereka bertunangan biasanya diikuti dengan pacaran. Pacaran di
sini, dimaksudkan sebagai proses mengenal pribadi masing-masing, yang dalam Islam
disebut dengan Taaruf(saling kenal-mengenal).
Istilah pacaran sebenarnya tidak dikenal dalam Islam. Untuk istilah hubungan
percintaan antara laki-laki dan perempuan pranikah, Islam mengenalkan istilah "khitbah
(meminang)". Ketika seorang laki-laki menyukai seorang perempuan, maka ia harus
mengkhitbahnya dengan maksud akan menikahinya pada waktu dekat. Selama masa
khitbah, keduanya harus menjaga agar jangan sampai melanggar aturan-aturan yang telah
ditetapkan oleh Islam, seperti berduaan, memperbincangkan aurat, menyentuh, mencium,
memandang dengan nafsu, dan melakukan selayaknya suami istri. Ada perbedaan yang
mencolok antara pacaran dengan khitbah, Pacaran tidak berkaitan dengan perencanaan
pernikahan, sedangkan khitbah merupakan tahapan untuk menuju pernikahan. Persamaan
keduanya merupakan hubungan percintaan antara dua insan berlainan jenis yang
tidak dalam ikatan perkawinan. Dari sisi persamaannya, sebenarnya hampir tidak ada
4
perbedaan antara pacaran dan khitbah. Keduanya akan terkait dengan bagaimana orang
mempraktikkannya.

B. Hukum Berpacaran dalam Islam
Memang larangan mengenai pacaran di dalam Islam tidak dibahas secara
gamblang. Mungkin itulah salah satu faktor yang mengakibatkan kebanyakan orang
awam tidak dapat menerima atas hukum pelarangan pacaran.
Meskipun tidak dijelaskan secara gamblang, namun banyak sekali dalil yang dapat
dijadikan sebagai rujukan untuk pelarangan aktifitas pacaran.
Sebelumnya kita mengetahui bahwa Islam adalah agama yang mengharamkan
perbuatan zina, termasuk juga perbuatan yang mendekati zina.


"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji dan sesuatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra, 17 : 32).

Hal-hal yang termasuk ke dalam zina antara lain, saling memandang, merajuk atau
manja, bersentuhan (berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, dll), berdua-duaan,
dan lainnya. Dikarenakan unsur-unsur ini dilarang dalam agama Islam, maka tentu
saja hal-hal yang di dalamnya terdapat unsur tersebut adalah dilarang, termasuk
dengan aktifitasnya yakni Pacaran. Hal ini sebagaimana telah disebutkan dalam hadits
berikut:
Dari Ibnu Abbas r.a. dikatakan:
"Tidak ada yang ku perhitungkan lebih menjelaskan tentang dosa-dosa kecil dari
pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Allah telah menentukan bagi anak Adam bagiannya dari zina yang pasti dia lakukan.
Zinanya mata adalah melihat (dengan syahwat), zinanya lidah adalah mengucapkan
(dengan syahwat), zinanya hati adalah mengharap dan menginginkan (pemenuhan
nafsu syahwat), maka farji (kemaluan) yang membenarkan atau mendustakannya."
(HR. Al-Bukhari dan Imam Muslim)

5
Dalil di atas kemudian juga diperkuat lagi oleh beberapa hadits dan ayat Al-Qur'an
berikut :
"Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan wanita kecuali bersama
mahramnya." (HR. Al-Bukhari dan Imam Muslim)

"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah seorang laki-
laki sendirian dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya. Karena
sesungguhnya yang ketiganya adalah syaitan." (HR. Imam Ahmad)

"Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik dari pada
menyentuh wanita yang tidak halal baginya." (Hadist Hasan, Thabrani dalam Mu'jam
Kabir 20/174/386)

Telah berkata Aisyah r.a. "Demi Allah, sekali-kali dia (Rasul) tidak pernah
menyentuh tangan wanita (bukan mahram) melainkan dia hanya membai'atnya
(mengambil janji) dengan perkataaan." (HR. Al-Bukhari dan Ibnu Majah).

"Wahai Ali, janganlah engkau meneruskan pandangan haram (yang tidak sengaja)
dengan pandangan yang lain. Karena pandangan yang pertama mubah untukmu.
Namun yang kedua adalah haram." (HR. Abu Dawud, Ath-Tirmidzi dan dihasankan
oleh Al-Albani)

"Pandangan itu adalah panah beracun dari panah-panah iblis. Maka barang siapa
yang memalingkan (menundukan) pandangannya dari kecantikan seorang wanita,
ikhlas karena Allah, maka Allah akan memberikan di hatinya kelezatan sampai pada
hari Kiamat." (HR. Imam Ahmad)

Dari Jarir bin Abdullah r.a. dikatakan: "Aku bertanya kepada Rasulallah SAW tentang
memandang (lawan-jenis) yang (membangkitkan syahwat) tanpa disengaja. Lalu
beliau memerintahkan aku mengalihkan (menundukan) pandanganku." (HR. Imam
Muslim)



6




"Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidak-lah seperti wanita yang lain, jika kamu
bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk (merendahkan suara) dalam berbicara
sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah
perkataan yang baik." (QS. Al-Ahzab : 32)

C. Perspektif Hukum Islam tentang Berpacaran
Islam menciptakan aturan yang sangat indah tentang hubungan lawan jenis
yang sedang jatuh cinta, yaitu dengan konsep khithbah. Khithbah adalah sebuah
konsep pacaran berpahala dari dispensasi agama sebagai media legal hubungan
lawan jenis untuk saling mengenal sebelum memutuskan menjalin hubungan suami-
istri. Konsep hubungan ini sangat dianjurkan bagi seseorang yang telah menaruh hati
kepada lawan jenis dan bermaksud untuk menikah. Akan tetapi hubungan ini harus
tetap terbingkai dalam nilai-nilai kesalehan, sehingga kedekatan hubungan yang bisa
menimbulkan potensi fitnah sudah di luar konsep ini.
Ada perbedaan yang mencolok antara pacaran dengan khitbah yakni, pacaran
tidak berkaitan dengan perencanaan pernikahan, sedangkan khitbah merupakan
tahapan untuk menuju pernikahan. Persamaan keduanya merupakan hubungan
percintaan antara dua insan berlainan jenis yang tidak dalam ikatan perkawinan.
Dari sisi persamaannya, sebenarnya hampir tidak ada perbedaan antara pacaran dan
khitbah. Keduanya akan terkait dengan bagaimana orang mempraktikkannya.
Jika selama masa khitbah, pergaulan antara laki-laki dan perempuan
melanggar batas-batas yang telah ditentukan Islam, maka itu pun haram. Demikian
juga pacaran, jika orang dalam berpacarannya melakukan hal-hal yang dilarang oleh
Islam, maka hal itu haram. Jika seseorang menyatakan cinta pada lawan jenisnya yang
tidak dimaksudkan untuk menikahinya saat itu atau dalam waktu dekat, apakah
hukumnya haram? Tentu tidak, karena rasa cinta adalah fitrah yang diberikan Allah,
sebagaimana dalam firman-Nya berikut:



7






Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dialah menciptakan untukmu isteri -
isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-
Rum : 21)
Allah telah menjadikan rasa cinta dalam diri manusia baik pada laki - laki
maupun perempuan. Dengan adanya rasa cinta, manusia bisa hidup berpasang-
pasangan. Adanya pernikahan tentu harus didahului rasa cinta. Seandainya tidak ada
cinta, pasti tidak ada orang yang mau membangun rumah tangga. Seperti halnya
hewan, mereka memiliki instink seksualitas tetapi tidak memiliki rasa cinta, sehingga
setiap kali bisa berganti pasangan. Hewan tidak membangun rumah tangga.
Menyatakan cinta sebagai kejujuran hati tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Karena tidak ada satu pun ayat atau hadis yang secara eksplisit atau implisit
melarangnya. Islam hanya memberikan batasan-batasan antara yang boleh dan yang
tidak boleh dalam hubungan laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri.

a. Allah memerintahkan kepada wanita untuk menutup auratnya
Allah SWT. berfirman :


Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,
8
karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab : 59)

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. (QS. An Nuur : 31).

b. Agama Islam melarang berduaan dengan lawan jenis
Dari Ibnu Abbas, Nabi SAW bersabda,
Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali jika
bersama mahromnya. (HR. Bukhari, no. 5233)

Rasulullah SAW bersabda,
Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal
baginya karena sesungguhnya syaiton adalah orang ketiga di antara mereka
berdua kecuali apabila bersama mahromnya. (HR. Ahmad no. 15734. Syaikh
Syuaib Al Arnauth mengatakan hadits ini shohih ligoirihi)

c. Jabat tangan dengan lawan jenis termasuk yang dilarang
Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda,
Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang
pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina
kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina
tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah.
Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah
yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian. (HR. Muslim
no. 6925)


9
D. Konsep Islam Mengatur Hubungan Sepasang Remaja
a. Etika Pergaulan
Kemungkinan yang dapat terjadi saat remaja berbeda jenis kelamin bertemu adalah
jatuh cinta. Islam memiliki batasan yang dapat membawa insannya jauh dari
perbuatan yang menjurus pada maksiat atau zina. Melalui batasan-batasan yang telah
dituliskan di Al-Quran ataupun hadist, muncul lah etika pergaulan yang seharusnya
dilakukan para remaja saat ini, yang diantaranya adalah :
1. Tidak melakukan perbuatan yang dapat mengarahkan kepada zina.
Allah SWT berfirman,
"Dan janganlah kamu mendekati zina sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra : 32).
Maksud ayat ini, janganlah kamu melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa
menjerumuskan kamu pada perbuatan zina. Di antara perbuatan tersebut seperti
berdua-duaan dengan lawan jenis ditempat yang sepi, bersentuhan termasuk
bergandengan tangan, berciuman, dan lain sebagainya.

2. Tidak menyentuh perempuan yang bukan muhrimnya.
Rasulullah SAW bersabda, "Lebih baik memegang besi yang panas dari pada
memegang atau meraba perempuan yang bukan istrinya (kalau ia tahu akan
berat siksaannya).

3. Tidak berduaan dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya.
Dilarang laki - laki dan perempuan yang bukan muhrimnya untuk berdua-duaan.
Nabi SAW bersabda, "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
jangan sekali -kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak
muhrimnya, karena ketiganya adalah setan." (HR. Ahmad)

4. Harus menjaga mata atau pandangan.
Sebab mata kuncinya hati, dan pandangan itu pengutus fitnah yang sering
membawa kepada perbuatan zina. Oleh karena itu Allah berfirman,




10
"Katakanlah kepada laki-laki mukmin hendaklah mereka memalingkan
pandangan (dari yang haram) dan menjaga kehormatan mereka, Dan katakanlah
kepada kaum wanita hendaklah mereka meredupkan mata mereka dari yang
haram dan menjaga kehormatan mereka." (QS. An-Nur: 30-31).
Yang dimaksudkan menundukkan pandangan yaitu menjaga pandangan tidak
melepaskan pandangan begitu saja apalagi memandangi lawan jenis penuh
dengan nafsu.

5. Menutup aurat.
Diwajibkan kepada kaum wanita untuk menjaga aurat dan dilarang memakai
pakaian yang mempertontonkan bentuk tubuhnya, kecuali untuk suaminya.
Dalam hadis dikatakan bahwa wanita yang keluar rumah dengan berpakaian yang
mempertontonkan lekuk tubuh, memakai minyak wangi yang baunya semerbak,
memakai "make up" dan sebagainya setiap langkahnya dikutuk oleh para
Malaikat, dan setiap laki-laki yang memandangnya sama dengan berzina
dengannya. Di hari kiamat nanti perempuan seperti itu tidak akan mencium
baunya surga (apa lagi masuk surga).

Sebagaimana kita yakini sebagai seorang muslim bahwa segala sesuatu yang
diharamkan oleh Allah, mesti mempunyai dampak yang negatif di masyarakat. Kita
lihat saja di Amerika Serikat, bagaimana akibat adanya free sex, timbul berbagai
penyakit. Banyak anak-anak yang terlantar, anak yang tidak mengenal ayahnya,
sehingga timbul komplikasi jiwa dan sebagainya. Oleh karena itu, jalan keluar bagi
para pemuda yang tidak kuat menahannya adalah :
a. Menikah, supaya bisa menjaga mata dan kehormatan.
b. Kalau belum siap menikah, banyaklah berpuasa dan berolahraga
c. Jauhkan mata dan telinga dari segala sesuatu yang akan membangkitkan syahwat
d. Dekatkan diri dengan Allah, dengan banyak membaca Al-Quran dan
merenungkan artinya. Banyak berzikir, membaca shalawat, shalat berjamaah di
Masjid, menghadiri pengajian-pengajian dan berteman dengan orang-orang yang
shaleh yang akan selalu mengingatkan kita kepada jalan yang lurus.
e. Dan ingat bahwa Allah telah menjanjikan kepada para anak muda yang sabar
menahan pacaran dan zina yaitu dengan bidadari, yang kalau satu diantaranya f.
11
f. menampakkan wajahnya ke alam dunia ini, setiap laki-laki yang memandangnya
pasti akan jatuh pingsan karena kecantikannya.


12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Islam tidak pernah mengharamkan cinta. Islam mengarahkan cinta agar ia berjalan
pada koridornya. Bila bicara cinta di antara lawan jenis, satu-satunya jalan adalah
dengan pernikahan, yang dengannya cinta menjadi halal dan penuh keberkahan.
Sebaliknya, Islam melarang keras segala jenis interaksi cinta yang tidak halal alias
menjurus kepada hal-hal berbau zinah atau maksiat. Bukan karena apa pun, tapi
karena Islam adalah agama yang memuliakan manusia dan mencegah kerusakan-
kerusakan yang akan terjadi pada diri manusia itu sendiri. "Tidak ditemukan jalan lain
bagi dua orang yang saling mencintai selain menikah" (HR. Ibnu Majah)
Islam mempunyai khitbah dimana konsep hubungan ini sangat dianjurkan bagi
seseorang yang telah menaruh hati kepada lawan jenis dan bermaksud untuk menikah.
Akan tetapi hubungan ini harus tetap terbingkai dalam nilai-nilai kesalehan, sehingga
kedekatan hubungan yang bisa menimbulkan potensi fitnah sudah di luar konsep ini.
Karena sesungguhnya rasa cinta adalah fitrah yang diberikan Allah SWT kepada
setiap insan manusia. Hal yang harus diperhatikan adalah etika dalam bergaul dengan
lawan jenis, seperti tidak melakukan hal yang mengarah pada zina, tidak menyentuh
dan berduaan dengan lawan jenis yang bukan muhirmnya, menjaga pandangan, serta
menutup aurat. Maka dari itu, manusia perlu menahan hawa nafsunya jika belum
merasa berkecukupan dan mapan baik materi ataupun iman bagi pasangannya kelak.

B. Saran
Berdasarkan isi makalah ini, sebaiknya pacaran tidak dilakukan karena lebih banyak
membawa mudaratnya daripada manfaatnya. Jika memang ingin menyalurkan
perasaan karena tertarik pada lawan jenis, disarankan untuk melakukan khitbah
dengan tidak merugikan pihak laki-laki atau perempuan dan mempunyai tujuan yang
jelas yakni pernikahan. Sesungguhnya pacaran yang baik adalah setelah menikah
karena pasangan sudah berstatus halal bagi kedua belah pihak.
13
DAFTAR PUSTAKA

Siauw, Felix Y. 2013. Udah Putusin Aja!. Bandung. Mizania
https://googleusercontent.com
http://blogbaru2011.wordpress.com/2011/12/20/hukum-pacaran-menurut-agama-
islam/
http://beni.yu.tl/hukum-berpacaran-menurut-islam-beserta-d.xhtml

Anda mungkin juga menyukai