Anda di halaman 1dari 84

34

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Profil Perusahaan
Republika adalah Koran Nasional yang dilahirkan oleh kalangan
komunitas muslim bagi publik di Indonesia. Penerbitan tersebut merupakan
puncak dari upaya panjang kalangan umat, khususnya para wartawan
profesional muda yang telah menempuh berbagai langkah. Kehadiran Ikatan
Cedikiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang dapat menembus pembatasan
ketat pemerintah untuk izin penerbitan saat itu memungkinkan upaya-upaya
tersebut berbuah. Republika terbit perdana pada 4 Januari 1993.
Penerbitan Republika menjadi berkah bagai umat. Sebelum massa itu,
aspirasi umat tidak mendapat tempat dalam wacana nasional. Kehadiran
media ini bukan hanya memberi saluran bagi aspirasi tersebut, namun
menumbuhkan pluralisme informasi di masyarakat. Karena itu kalangan umat
antusias memberi dukungan, antara lain dengan membeli saham sebanyak
satu lembar saham per orang. PT Abadi Bangsa Tbk, sebagai penerbit
Republika pun menjadi perusahaan media pertama yang menjadi perusahaan
publik.
Banyak keberhasilan telah ditorehkan Republika. Di antaranya adalah
melahirkan institusi sosial Dompet Dhuafa Republika yang kini menjadi
sebuah yayasan mandiri dan berpengaruh di bidangnya. Surat kabar
Republika juga telah membuahkan penghargaan perwajahan terbaik bagi
surat kabar pada tahun 1994.
35
Di bidang teknologi, Republika menjadi media pertama di Inodesia
yang mengembangkan media online (www. Republika.co.id) yakni pada 17
Agustus 1995, beberapa hari menjelang Microsoft meluncurkan Internet
Explorer.
Republika juga menjadi media nasional pertama yang melakukan Cetak
Jarak Jauh (CJJ) pada 17 Mai 1997, di Solo. Dalam bidang budaya Republika
sukses menyelenggarakan acara senimania. Di bidang Olahraga, Republika
juga telah mengorganisasikan pertandingan di klub AC Milan di stadion
Senayan, Jakarta. Saat itu AC Milan baru menjuarai Liga Italia.
Secara institusi, PT Abdi Bangsa bk juga terus berkembang seiring
dengan perjalanan waktu. Yayasan Abdi Bangsa, yang semula menjadi
pemegang saham utama sekaligus pengendali media ini, telah merangkul
semua pihak dengan konsekuensi presentase sahamnya terus menurun serta
tidak lagi menjadi pengendali utama. Hal itu dilakukan untuk memenuhi
komitmen bahwa Republika memang milik semua orang, bukan salah satu
pihak tertentu, dari lingkungan komunitas umat.
Kerja keras manajemen Republika itu tidak sia-sia. Secara pasti, tingkat
bisnis perusahaan ini terus tumbuh. Pada Mei 2001, Republika mencatat
sejarah setelah perolehan ari iklan melampaui nilai penjualan koran. Banyak
perusahaan penting telah mempercayakan Republika sebagai tempat
mempromosikan produknya. Hal tersebut dapat dipahami lantaran komunitas
mempromosikan produknya. Hal tersebut dapat dipahami lantaran komunitas
36
muslim terbukti merupakan sasaran potensial seperti terlihat pada fenomena
merebaknya ibadah umrah dan lain-lain.
Produk Republika pun berkembang sejalan dengan pertumbuhan usaha.
Seiap hari Republika mengeluarkan suplemen khusus untuk melayani
pembacanya. Suplemen tersebut adalah Pendidikan (Senin), Medika (selasa),
Probis (Rabu), Otomotif (Kamis), Dialog Jumat (Jumat), Belanja (Sabtu),
serta Keluarga (Ahad). Secara berkala setiap bulan, Republika juga
menerbitkan lembar khusus mengangkat profil-profil yang telah berjasa
membangun Indonesia seperti Soekarno, Hatta, Hamka, dan lain-lain.
Akrab dan Cerdas. Demikian Semboyan Republika. Semangat itu yang
menjiwai setiap langkah untuk mengembangkan Republika. Sebagai koran
komunitas muslim, Republika akan tumbuh dan berkembang bersama
komunitas Muslim yang menjadi komunitas terpenting bangsa ini.
B. Visi Dan Misi Republika
Visi :
a. Menegakan amar maruf nahi munkar
b. Membela, melindungi, dan melayani kepentingan umat
c. Mengkritisi tanpa menyakiti
d. Mencerdaskan, mendidik, dan mencerahkan
e. Berwawasan kebangsaan
37
Misi :
Politik :
1. Mengembangkan demokrasi
2. Optimalisasi peran lembaga-lembaga negara
3. Mendorong partisipasi politik semua lapisan masyarakat
4. Mengutamakan kejujuran dan moralitas dalam politik
5. Penghargaan terhadap hak-hak sipil
6. Mendorong terbentuknya pemerintahan yang bersih
Ekonomi :
1. Mendukung terbukanya dan demokrasi ekonomi
2. Mempromosikan profesionalisme
3. Berpihak pada kepeningan ekonomi domestik dan
pengaruh globalisasi
4. Pemerataan sumber-sumber daya ekonimi
5. Mempromosikan etika dan moral dalam berbisnis
6. Berpihak pada usaha menengah, kecil, mikro dan
koperasi (UMKMK)
Budaya :
1. Kritis-apresiatif terhadap bentuk-bentuk ekspresi kreatif
budaya yang berkembang di masyarakat
2. Mengembangkan bentuk-bentuk kesenian dan hiburan
yang sehat, mencerdaskan, menghaluskan perasaan, dan
mempertajam kepekaan nurani
38
3. Menolak bentuk-bentuk kebudayaan/kesenian yang
merusak, moral, akidah, dan mereduksi nilai-nilai
kemanusiaan
4. Menolak pornografi dan pornoaksi
Agama :
1. Mensyiarkan Islam
2. Mempromosikan semangat toleransi
3. Mewujudkan Islam rahmatan lil alamin dalam segala
ilmu.
4. Membela, melindungi, dan melayani kepentingan umat
Hukum :
1. Mendorong terwujudnya masyarakat sadar hukum
2. Menjunjung tinggi supremasi hukum
3. Mengembangkan mekanisme checks and balances
pemerintah masyarakat
4. Menjunjung tinggi HAM
5. Mendorong pemberantasan KKN secara tuntas
39
C. Pembahasan
Penulisan menggunakan analisis wacana terhadap sampel yang telah
diambil secara acak karena penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, maka
penulisan memberikan pemaknaan dalam pembahasan (penelitian) ini hanya
pada tahap teks. Yaitu melihat bagaimana posisi tema, skema, bentuk kalimat,
pilihan kata, dan cara penekanan bahasa yang dilakukan dalam teks.
Total sampel yang diambil adalah enam, yaitu :
1. Edisi 19 FEBUARI 2010 : Pidana Kawin Siri Perlu
Pembahasan
2. Edisi 19 FEBUARI 2010 : Berebut Nikah Massal Biar tak
Masuk Bui
3. Edisi 21 FEBUARI 2010 : RUU Nikah Siri Belum Prioritas
4. Edisi 26 FEBUARI 2010 : Nikah Siri Bukan Dipicu Oleh
Kemiskinan
5. Edisi 8 MARET 2010 : RUU Peradilan Agama Belum
Berpihak Pada Perempuan.
6. Edisi 20 FEBUARI 2010 : Draf Kawin Siri Ilegal.
Sampel dan analisis yang penulis interpretasikan tersebut akan dibahas
dan ditampilkan sebagai berikut:
40
Sampel I. Edisi 19 Febuari 2010
Pidana Kawin Siri Perlu Pembahasan
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Maruf Amin, mendesak agar
pembicaraan mengenai kawin siri. Hal itu untuk mencari kesepahaman bahwa
pencatatan kawin siri itu melindungi anak dan istri dan menghapus bahwa
kawin siri itu haram.
kawin siri itu saya kira dalam pengertian kawin di bawah tangan sebab
kalau kawin itu tidak ada saksi , tidak ada wali, itu salah. Jadi mungkin yang
tepat itu kawin dibawah tangan kata Maruf sebelum mengikuti sidang
Kabinet Terbatas, di kantor Presiden, Kamis (18/2).
Pada 2005, kata Maruf, MUI sudah memutuskan bahwa kawin
dibawah tangan itu kalau syarat dan rukunnya terpenuhi, sah. Tapi, bisa
menjadi haram apabila hak-hak anak dan hak-hak istri tidak terpenuhi, kata
Maruf yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden.
Waktu itu, lanjut Maruf, MUI mengusulkan agar dicatat sehingga
haknya tidak hilang. Tetapi, ketika ada usul untuk dipidanakan, nah sekarang
banyak pro kontra karena ada kesan mengharamkan kaein sirinya, kata
Maruf.
Padahal, kata Maruf, hal yang menjadi persoalan adalah melindungi
hak anak dan istri agar ha-haknya terpenuhi. Kalau usul MUI dulu untuk
didicatatkan bisa diterima, Cuma memang ada kesulitan teknis, waktu itu
pemerintah tidak menindaklanjuti, kata dia.
41
Menutur Maruf, saat ini yang perlu dicari adalah suatu formula supara
tidak menimbulkan pelarangan terhadap kawin sirinya. Tetapi melindungi
hak-hak istri dan anak-anak.
Wakil ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Ali
Mustafa yaqub, mengatakan mestinya kawin siri tidak dipidanakan. Mau
mencari yang halal kok malah dipidana, sementara perzinaan dibiarkan,
katanya.
Koordinator Bidang Dakwah Pucuk Pimpinan Fatayat NU, Badriyah
Fayumi, mengatakan, sanksi pidana dalam rancangan undang-undang itu
perlu diberikan, sesuai dengan tingkat kerugian yang ditimbulkan
Menurut Badriyah, kawin siri merugikan perempuan dan anak yang
masuk dalam dominan perkawinan.
42
Tabel I
Feature Nikah Siri yang diterbitkan pada bulan Febuari-Maret
2010
Dengan Caption Pidana Kawin Siri Perlu Pembahasan
Struktur Wacana Hal yang Diamati Elemen
Sruktur makro Kawin siri untuk mencari
kesepahaman bahwa
pencatatan kawin siri itu
melindungi hak anak dan ostri
dan menghapus kesan kawin
siri itu haram
Yang perlu dicari adalah suatu
formula supaya tidak
menimbulkan terhadap kawin
sirinya. Tetapi melindungi
hak-hak anak dan istri.
Supersrtuktur Pada alinea I:
Menjelaskan Ketua Majelis
Ulama Indonesia (MUI)
Maruf Amin, mendesak agar
ada pembicaraan mengenai
pidana kawin siri hal itu untuk
mencari kesepahaman bahwa
pencatatan kawin siri itu
melindungi hak anak dan istri
dan menghapus kesan kawin
Dari umum ke khusus
(Deduktif)
43
siri itu haram.
Pada alinea II:
Menjelaskan tentang kawin
siri dalam pengertian kawin
dibawah tangan sebab kalau
kawin itu tidak ada saksi, tidak
ada wali, itu salah. Jadi yang
tepat itu kawin di bawah
tangan.
Pada alinea III:
Menjelaskan tentang pada
tahun 2005 MUI sudah
memutuskan bahwa kawin
dibawah tangan itu kalau
syarat dan rukunya terpenuhi,
sah. Tapi bisa jadi haram
apabila hak-hak anak dan hak-
hak istri tidak terpenuhi kata
Maruf
Dari umum ke khusus
(Deduktif)
Dari khusus ke umum
(induktif)
44
Pada alinea IV:
Menjelaskan tentang MUI
mengusulkan untuk dicatatkan
sehingga haknya tidak hilang.
Tetapi ketika ada usul yang
dipidanakan, nak sekarang
menjadi banyak pro kontra
mengharamkan kawin sirinya.
Kata Maruf.
Pada alinea V:
Menjelaskan tentang hal yang
menjadi persoalan adalah
melindungi anak dan istri agar
hak-haknya terpenuhi. Kalau
usul MUI dulu untuk
dicatatkan itu bisa diterima,
Cuma memang ada kesalahan
teknis. Waktu itu pemerintah
tidak menindaklanjuti kata
dia.
Dari khusus ke umum
(induktif)
Dari umum ke khusus
(Deduktif)
45
Pada alinea VI:
Menjelaskan tentang saat ini
yang perlu dicari adalah
formula supaya tidak
menimbulkan pelarangan
terhadap kawin sirinya, tetapi
melindungi hak anak dan
istrinya.
Pada alinea VII:
Menjelaskan tentang mestinya
kawin siri tidak dipidanakan.
mau mencari yang halal kok
malah dipidana, sementara
perzinaan dibiarkan kata KH
Ali Mustafa Yaqub.
Pada alinea VIII:
Menjelaskan tentang sanksi
pidana dalam rancang undang-
undang (UU) itu perlu
diberikan , sesuai dengan
tingkat kerugian yang
Dari khusus ke umum
(induktif)
Dari umum ke khusus
(Deduktif)
Dari umum ke khusus
(Deduktif)
46
ditimbulkan.
Pada alinea IX:
Menjelaskan tentang kawin siri
merugikan perempuan dan
anak yang masuk dalam
domain perkawinan.
Dari umum ke khusus
(Deduktif)
Sruktur mikro Pada alinea I:
Hal itu untuk mencari
kesepahaman bahwa
pencatatan kawin siri itu
melindungi anak dan istri dan
menghapus bahwa kawin siri
itu haram
Pada alinea III:
Tapi, bisa menjadi haram
apabila hak-hak anak dan istri
tidak terpenuhi, kata Maruf.
Pada alinea V:
Padahal, kata Maruf, saat ini
yang perlu dicari adalah suatu
47
Sruktur Mikro
formula supaya tidak
menimbulkan pelarangan
terhadap kawin sirinya tetai
melindungi hak anak dan
isrtinya.
Pada alinea XI:
Menurut Badriyah, kawin siri
merugikan perempuan dan
anak yang masuk dalam
domain perkawinan.
Pada alinea I:
Desakan
Pada kalimat Maruf
mendesak agar ada
pembicaraan mengenai kawin
siri...
Pada alinea II:
Di bawah tangan
Pada kalimat jadi mungkin
yang tepat itu di bawah tangan
Kata Ganti
Kata Ganti
48
Pada alinea III:
Tapi, bisa menjadi haram
apabila hak-hak anak dan istri
menjadi tidak terpenuhi.
Pada alinea V:
Teknis
Pada kalimat ada kesulitan
teknis, waktu itu pemerintah
Pada alinea VI:
Pelarangan
Pada kalimat supaya tidak
menimbulkan pelarangan
terhadap kawin sirinya
Pada alinea VII:
Mau mencari yang halal kok
malah dipidana, sementara
perzinaan dibiarkan.
Bentuk Kalimat Langsung
Kata Ganti
Kata Ganti
Bentuk Kalimat Langsung
49
Kesimpulan : berita di atas memiliki makna tentang kawin siri yang
dalam pengertian adalah kawin di bawah tangan itu kalau syarat dan
rukunnya terpenuhi. Dan sanksi pidana dalam rancangan undang-undang
(RUU) itu perlu diberikan, sesuai dengan tingkat kerugian yang ditimbulkan.
Sesuai dengan isu nikah siri, pemberitaan yang disajikan dalam
pemberitaan tersebut banyak menitikberatkan pada pemberitaan nikah siri,
menurut penulis teks pemberitaan tersebut sangat sesuai dengan isu nikah siri.
Karena teks pemberitaan di atas memberikan penjelasan tentang isu nikah
siri, perlindungan hak anak dan istri harus diperjuangkan. Karena kawin siri
merugikan perempuan dan anak dalam domain perkawinan.
50
Sampel II, edisi 19 Febuari 2010
Berebut Nikah Massal Biar tak Masuk Bui
Berita perlu tidaknya pelaku nikah siri dipenjara, ternyata telah
membuat heboh masyarakat. Bahkan, di Makassar, sejumlah pasangan yang
sudah bertahun-tahun melakukan nikah siri, Kamis (18/2), secara beramai-
ramai mendaftarkan diri untuk ikut nikas massal.
Ternyata nikah siri itu tidak boleh ya, makanya, saya terus memantau
apakan nama saya sudah ada dikantor lurah, supaya dapat jatah nikah massal.
Alhamdullilah, akhirnya hari ini juga nikah secara resmi, terang mustari
yang didampingi istrinya yang duduk disampingnya.
Pasangan tertua dalam nikah siri dari kelurakan Rappokalling itu
memang Mustari (65tahun) dan Rahmatia (59). Ini keduanya mnegaku sudah
melakukan nikah siri berpuluh tahun lalu. Tapi, pada awal 2010, sebetulnya
pasangan ini sudah mendaftarkan diri untuk ikut nikah massal.
Menurut Mustari, sejak menyaksikan ramai pemberitaan tentang RUU
Nikah Siri di televisi, dia memang tak henti-hentinyamemantau pendaftaran
namanya untuk ikut nikah massal.
Bahkan, anaknya yang saat ini sudah duduk di bangku SMA sempat
mengatakan kalau UU Nikas Siri sudah disahkan, mereka yang sudah
menikah siri akan dipenjarakan. Apakah tidak takut masuk penjara? ujar
Mustari menirukan ancaman anaknya.
51
Di Kecamatan Tallo, yang terdiri atas 15 Kelurahan itu memang sedang
difasilitasi pernikahan massal yang digelar, bekerjasama dengan Wahana
Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat. Sejumlah pasangan yang sudah
melakukan nukah sisi pun berbondong-bondong mendaftrkan untuk ikut
nikah massal, guna mendapatkan payung hukum pernikahan berupa surat
nikah.
Tadinya, acara nikah massal ini akan dilakukan terhadap 450 pasangan
calon pengantin. Namun, karena keterbatasan anggaran, akhirnya yang
dinikahkan baru 15 pasangan yang diambil satu orang dari setiap kelurahan.
Ketua Panitia Pernikahan Massal, Jamil Saleh, mengatakan, sisanya
akan dinikahkan secara bertahap. Kita tidak bisa dilakukan sekaligus karena
terkendala dana. Mereka yang dinikahkan hari ini adlah mereka yang
sebelumnya sudah melakukan nikah siri, dan ingin mengesahkan pernikahan
mereka dimata hukum dan pemerintah, meski itu sudah sah secara agama,
ujar Jamil.
Jamil yang juga imam muda Masjid Babul Khaer, Kelurahan
Rappojawa, mengatakan pernikahan massal yang digelar di tempatnya
tersebut bertujuan membantu pemerintah dan melindungi eksploitasi
perempuan dan perebutan hak asuh anak.
Menurutnya, jika dulu peserta nikah massal dominan diikuti oleh
mereka yang ingin menikah, tapi terkendala biaya, kali ini mereka yang
diterima mendaftar adalah mereka yang tidak punya biaya untuk menikah,
tapi telah melakukan nikah siri.
52
biaya administrasi untuk menikah sekarang kan cukup mahal, sekitar
Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu, ujarnya.
53
Tabel II
Feature Nikah Siri yang diterbitkan pada bulan Febuari-Maret
2010
Dengan Caption Berebut Nikah Massal Biar tak Masuk Bui
Struktur Wacana Hal yang Diamati Elemen
Struktur makro Tema wacana utama dalm
pembahasnnya adalah berita
perlu tidaknya pelaku nikah
siri dipenjara membuat heboh
masyarakat
Di kecamatan Tallo, yang
terdiri atas 15 Kelurahan
memang sedang difasilitasi
pernikahan missal yang
digelar, dan bekerja sama
dengan Wahana Kesejahteraan
Sosial Berbasis Masyarakat.
Superstruktur Pada alinea I:
Menjelaskan berita perlu
tidaknya pelaku nikah siri
dipenjara, ternyata telah
membuat heboh masyarakat.
Bahkan, di Makassar, sejumlah
pasangan yang sudah
bertahun-tahun melakukan
nikah siri, secara beramai-
Dari umum ke khusus
(Deduktif)
54
ramai mendaftarkan diri untuk
ikut nikah massal.
Pada alinea II:
Ternyata nikah siri itu tidak
boleh ya, makanya, saya terus
memantau apakah nama saya
sudah ada di kantor lurah,
supaya dapat jatah nikah
massal. Alhamdullilah,
akhirnya hari ini juga nikah
secara resmi.
Pada alinea III:
Menjelaskan pasangan tertua
dalam nikah siri di Kelurahan
Rappokalling itu memang
Mustari (65 tahun) dan
Rahmatia (59), keduanya
mengaku sudah melakukan
nikah siri berpuluh-puluh
tahun yang lalu, tapi pada awal
2010, sebenarnya sudah
Dari umum ke khusus
(Deduktif)
Dari khusus ke umum
(Induktif)
55
mendaftarkan diri untuk ikut
pernikahan massal.
Pada alinea IV:
Menjelaskan, menurut
Mustari, sejak menyaksikan
ramai pemberitaan tentang
RUU nikah siri di televisi, dia
memang tak henti-hentinya
memantau pendaftaran
namanya untuk ikut nikah
massal.
Pada alinea V:
Menjelaskan, bahkan anaknya
yang saat ini sudah duduk di
bangku SMA sempat
mengatakan kalau UU Nikah
Siri sudah disahkan, mereka
yang sudah menikah siri akan
dipenjarakan. Apakah tidak
takut masuk penjara? ujar
Mustari.
Dari umum ke khusus
(Deduktif)
Dari umum ke khusus
(Deduktif)
56
Pada alinea VI:
Menjelaskan di Kecamatan
Tallo, yang terdiri atas 15
Kelurahan itu memang sedang
difasilitasi pernikahan massal
yang digelar, bekerjasama
dengan Wahana Kesejahteraan
Sosial Berbasis Masyarakat.
Sejumlah pasangan yang sudah
melakukan nikah siri pun
berbondong-bondong
mendaftarkan diri untuk ikut
nikah massal, guna
mendapatkan payung hukum
berupa surat nikah.
Pada alinea VII:
menjelaskan tadinya, acara
nikah massal ini akan
dilakukan terhadap 450
pasangan calon pengantin.
Namun, karena keterbatasan
Dari umum ke khusus
(Deduktif)
Dari khusus ke umum
(Induktif)
57
anggaran, akhirnya yang
dinikahkan baru 15 persen
yang diambil satu dari setiap
Kelurahan.
Pada alinea VIII:
Menjelaskan Ketua Panitia
Perikahan Massal, Jamil saleh,
mengatakan sisanya akan
dinikahkan secara bertahap,
kita tidak bisa dilakukan
sekaligus karena terkendala
dana. Mereka yang dinikahkan
hari ini adalah mereka
sebelumnya pernah menikah
siri, dan ingin mengesahkan
pernikahan mereka di mata
hukum dan pemerintah, meski
itu sudah sah di mata agama
ujar Jamil.
Dari umum ke khusus
(Deduktif)
58
Pada alinea IX:
Menjelaskan Jamil yang juga
imam muda di masjid Babul
Khaer, kelurahan Rappojawa,
mengatakan pernikahan massal
yang digelar di tempatnya
tersebut bertujuan untuk
membantu pemerintah dan
melindungi hak-hak bagi
perempuan, terutama dari
eksploitasi perempuan dan
perebutan hak asuh anak.
Pada alinea X:
Menjelaskan, jika dulu peserta
nikah massal dominan diikuti
oleh mereka yang ingin
menikah, tapi terkendala biaya,
kali ini mereka yang diterima
mendaftar untuk menikah
massal adalah mereka yang
tidak punya biaya untuk
menikah, tapi telah melakukan
Dari umum ke khusus
(Deduktif)
Dari umum ke khusus
(Deduktif)
59
Struktur Mikro
nikah siri.
Pada alinea XI:
Menjelaskan Biaya
administrasi untuk nikah kan
sekarang cukup mahal, sekitar
Rp 300 ribu himgga Rp 500
ribu ujarnya.
Pada alinea I:
Sejumlah pasangan yang sudah
bertahun-tahun menikah siri,
secara beramai-ramai
mendaftarkan diri mereka
untuk ikut nikah massal.
Pada alinea VI:
Di kecamatan Tallo, yang
terdiri atas 15 Kelurahan
memang sedang difasilitasi
dengan pernikahan massal
yang digelar, bekerjasama
dengan Wahana Kesejahteraan
Sosial Berbasis Masyarakat.
Dari umum ke khusus
(Deduktif)
60
Pada alinea VII:
Tadinya, acara nikah massal
ini akan dilakukan terhadap
450 pasangan. Namun karena
keterbatasan anggaran,
akhirnya yang dinikahkan baru
15 pasangan yang diambil satu
orang dari setiap Kelurahan.
Pada alinea VIII:
Mereka yang baru dinikahkan
hari ini adalah mereka yang
sebelumnya sudah pernah
nikah siri dan ingin
mengesahkan pernikahan
mereka di mata hukun dan
pemerintah, meski itu sudah
sah secara agama.
Pada alinea IX:
Pernikahan massal ini digelar
bertujuan untuk membantu
pemerintah dan melindungi
61
hak-hk bagi perempuan,
terutama dari eksploitasi
perempuan dan perebutan hak
asuh anak..
Struktur Mikro Pada alinea VI:
Berbondong-bondong
Pada kalimat melakukan nikah
siri pun berbondong-bondong
mendaftar.
Pada alinea VII:
Anggaran
Pada kalimat karena
keterbatasan anggaran
akhirnya, yang
Pada alinea VIII:
Kita tidak bisa dilakukan
sekaligus karena terkendala
dana. Mereka yang dinikahkan
hari ini adalah mereka yang
sebelumnya pernah nikah siri
Perumpamaan
Kata ganti
Bentuk kalimat langsung
62
dan ingin mengesahkan
pernikahan mereka di mata
hukum dan pemerintah, meski
sudah sah secara agama,
ujarnya
Di mata
Dan ingin mengesahkan
pernikahan mereka di mata
hukum dan pemerintah
Pada alinea XI:
Biaya administrasi untuk
nikah sekarang kan cukup
mahal, sekitar Rp 300 ribu
hingga Rp 500 ribu, ujarnya
Perumpamaan
Bentuk kalimat langsung
Kesimpulan: Berita di atas mempunyai makna bahwa gencarnya
pemberitaan tentang RUU Nikah Siri membuat heboh masyarakat, hingga
pelaku nikah siri beramai-ramai mendaftarkan diri untuk nikah massal. Para
pelaku melakukan nikah siri karena biaya yang cukup mahal sekitar Rp 300
ribu hingga Rp 500 ribu.
63
Sesuai dengan isu nikah siri yang disiarkan dalam berita tersebut
banyak menitikberatkan pada pemberitaan nikah massal, menurut penulis teks
pemberitaan tersebut sangat sesuai dengan nikah massal, karena pemberitaan
di atas memberikan tentang banyaknya para pelaku nikah massal yang sudah
bertahun-tahun tidak memiliki catatan nikah di KUA. Biaya yang mahal
membuat sebagian orang terpaksa melakukan nikah siri.
64
Sampel III, edisi 21 Febuari 2010
RUU Nikah Siri Belum Perioritas
Wakil Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR Achmad Dimyati
Natakusuma mengatakan RUU Hukum Materil Peradilan Agama Bidang
Perkawinan, yang mengatur nikah siri, belum masuk periorotas legidlasi
2010. menurut dia, jika inisiatif RUU ini berasal dari pemerintah, baru
awalnya yang sudah masuk.
Masuk prolegnas (Program Legisladi Nasional), tapi belum perioritas
2010, kata Dimyati, Sabtu (20/2). Tapi tidak menutup kemungkinan RUU
ini menjadi periorotas 2010 melalui kumulatif terbuka, ujar dia, jika
urgensinya dinilai mendesak. Menurut dia, ketika proses penyusunan
prolegnas berlangsung, tidak ada penolakan maupun desakan dukungan untuk
menjadikan RUU ini menjadi perioritas.
Prolegnas, kata Dimyati, dibahas bersama DPR dan Pemerintah. Dalam
penyusunan daftar Prolegnas tersebut, ujar dia, pemerintah menunjuk Menteri
Hukun dan HAM sebagai wakil. Kalau RUU inisiatif pemerintah, studi
awalnya pasti ada, kata dia. Karena RUU Hukum Materil Peradilan Agama
Bidang Perkawinan belum masuk perioritas 2010, kata Dimyati, dia belum
bisa memastikan apakah draf-nya sudah diserahkan ke DPR atau belum.
Hanya RUU perioritas 2010 yang mensyaratkan kesiapan draf RUU sejak
pengusulan untuk masuk prelegnas.
65
Menteri Agama Surya Dharma Ali, di sela pencanangan Gerakan
indonesia menabung kembali menyatakan bahwa Pemerintah belum pernah
merilis draf RUU ini. Perdebatan (soal pidana nikah siri, red) tidak perlu,
(karena) sampai saat ini naskahnya belum ada, tegas dia. Meski demikian
Surya berpendapat aturan sengketa orang Islam terkait perkawinan dan
warisan belum diatur dalam peraturan setingkat UU.
66
Tabel III
Feature Nikah Siri yang diterbitkan pada bulan Febuari-Maret
2010
Dengan Caption RUU Nikah Siri Belum Perioritas
Struktur Wacana Hal Yang Diamati Elemen
Struktur Makro Tema wacana dalam
pembahasannya adalah RUU
Hukum Meteril Bidang
Perkawinan yang mengatur
nikah siri belum masuk
perioritas.
RUU berasal dari pemerintah,
baru studi awalnya saja yang
masuk.
Superstruktur Pada alinea I:
Menjelaskan Wakil Ketua
(Baleg) DPR Achmad Dimyati
Natakusuma mengatakan RUU
Hukum Materil Peradilan
Agama Bidang Perkawinan,
yang mengatur nikah siri,
belum masuk periorotas
legidlasi 2010. menurut dia,
Dari umum ke khusus
(Deduktif)
67
jika inisiatif RUU ini berasal
dari pemerintah, baru awalnya
yang sudah masuk.
Pada alinea II:
Menjelaskan Masuk Prolegnas
tapi belum perioritas 2010,
kata Dimyati, Sabtu (20/2).
Tapi tidak menutup
kemungkinan RUU ini menjadi
periorotas 2010 melalui
kumulatif terbuka, ujar dia, jika
urgensinya dinilai mendesak.
Menurut dia, ketika proses
penyusunan prolegnas
berlangsung, tidak ada
penolakan maupun desakan
dukungan untuk menjadikan
RUU ini menjadi perioritas.
Pada alinea III:
Menjelaskan Prolegnas, kata
Dimyati, dibahas bersama DPR
Dari umum ke khusus
(Deduktif)
68
dan Pemerintah. Dalam
penyusunan daftar prolegnas
tersebut, ujar dia, pemerintah
menunjuk Menteri Hukun dan
HAM sebagai wakil. Kalau
RUU inisiatif pemerintah, studi
awalnya pasti ada, kata dia.
Karena RUU Hukum Materil
Peradilan Agama Bidang
Perkawinan belum masuk
perioritas 2010, kata Dimyati,
dia belum bisa memastikan
apakah draf-nya sudah
diserahkan ke DPR atau belum.
Hanya RUU perioritas 2010
yang mensyaratkan kesiapan
draf RUU sejak pengusulan
untuk masuk prelegnas.
Dari khusus ke umum
(Induktif)
69
Pada alinea IV:
Menjelaskan Menteri Agama
Surya Dharma Ali, di sela
pencanangan Gerakan
Indonesia menabung kembali
menyatakan bahwa Pemerintah
belum pernah merilis draf
RUU ini. Perdebatan (soal
pidana nikah siri, red) tidak
perlu, (karena) sampai saat ini
naskahnya belum ada, tegas
dia. Meski demikian Surya
berpendapat aturan sengketa
orang Islam terkait perkawinan
dan warisan belum diatur
dalam peraturan setingkatUU.
Dari umum ke khusus
(Deduktif)
Superstruktur Pada alinea I:
RUU Hukum Materil Peradilan
Agama Bidang Perkawinan,
yang mengatur nikah siri,
belum masuk periorotas
legislasi 2010.
70
Pada alinea II:
Ketika proses penyusunan
prolegnas berlangsung, tidak
ada penolakan maupun desakan
dukungan untuk menjadikan
RUU ini menjadi perioritas.
Pada alinea IV:
Perdebatan (soal pidana nikah
siri, red) tidak perlu, (karena)
sampai saat ini naskahnya
belum ada, tegas dia. Meski
demikian Surya berpendapat
aturan sengketa orang Islam
terkait perkawinan dan warisan
belum diatur dalam peraturan
setingkat UU.
71
Srtuktur Mikro Pada alinea I:
Perioritas
Pada kalimat belum masuk
perioritas legislasi 2010
Inisiatif
Pada kalimat jika inisiatif RUU
ini berasal dari
Pada alinea III:
Kalau RUU inisiatif
pemerintah, studi awalnya pasti
ada, kata dia.
Draf
Pada kalimat apakah draf-nya
sudah diserahkan
Pada alinea IV:
Pencanangan
Pada kalimat di sela
pencanangan Gerakan
Persamaan
Persamaan
Bentuk kalimat langsung
Persamaan
Persamaan
72
Merilis
Pada kalimat belum pernah
meliris draf
Surya berpendapat aturan
sengketa orang Islam terkait
perkawinan dan warisan belum
diatur dalam peraturan
setingkat UU.
Persamaan
Bentuk kalimat langsung
Kesimpulan: penulis berpendapat berita di atas memiliki makna tentang
RUU nikah siri belum masuk perioritas legislasi 2010. inisiatif RUU ini
berasal dari pemerintah, bru studi awalnya saja yang sudah masuk.
Pemerintah belum pernah merilis darf RUU tersebut.
Sesuai dengan isu nikah siri pemberitaan yang disajikan dalam
pemberitaan tersebut, banyak menitikberatkan pada pemberitaan tentang
nikah siri, menurut penulis teks pemberitaan diatas sesuai dengan isu nikah
siri. Karena teks pemberitaan diatas memberikan penjelasan tentang RUU
nikah siri yang belum masuk perioritas program legislasi 2010.
73
Sampel IV. Edisi 26 Febuari 2010
Nikah Siri Bukan Dipicu Oleh Kemiskinan
Kepala Kanwil Departemen Agama Provinsi DIY Afandi mengatakan
nikah siri yang terjadi di masyarakat kebanyakan bukan karena kemiskinan,
melainkan karena status dan motif poligami. Kalau seorang suami yang
statusnya sudah punya istri, mau menikah lagi kan persyaratan dalam
Undang-Undang Perkawinan macam-macam. Untuk melawati perkawinan itu
maka dilakukanlah niakh siri, ungkap Afandi tadi malam.
Menurut Afandi biaya pernikahan di DIY hanya RP 300 ribu, jika
acaranya dilangsungkan di Kantor Urusan Agama (KUA). Sedangkan biaya
pernikahan di luar kantor KUA, menurut dia, sampai saat ini belum ada
aturan biayamya. Karena itu, dia menghimbau para petugas KUA untuk
menikahkan para oengantin di kantor, sesuai aturan. Namun jika terpaksa
harus menikahkan di luar kantor, dia menghimbau para petugas KUA untuk
tidak meminta biaya tambahan.
Kata dia, nikah siri banyak dilakukan di Jawa bagian barat. Di sana
ada pandangan bahwa ciri kejantanan seorang laki-laki kalau istrinya lebih
dari satu. Sehingga banyak orang yang melakukan nikah siri. Kalau di
Yogyakarta mudah-mudahan tidak terlalu banyak, kata Afandi. Lebih lanjut
Afandi menatakan, dari sisi hukum sebetulnya nikah siri tidak perlu Undang-
Undang (UU). Tetapi karena sekarang nikah siri cenderung merugikan kaum
74
perempuan dan anak-anak, maka perlu aturan untuk tidak menimbulkan
banyak kerugian.
75
Tabel IV
Feature Nikah Siri yang diterbitkan pada bulan Febuari-Maret 2010
Dengan Caption Nikah Siri Bukan Dipicu oleh Kemiskinan
Struktur Wacana Hal Yang Diamati Elemen
Struktur Makro Tema wacana utama dalam
pembahasannya adalah
nikah siri yang terjadi di
masyarakat kebanyakan
bukan karena kemiskinan,
melainkan karena status dan
motif poligami.
Dari sisi hukum
sebetulnya nikah siri tidak
perlu Undang-Undang (UU).
Tetapi karena sekarang
nikah siri cenderung
merugikan kaum perempuan
dan anak-anak, maka perlu
aturan untuk tidak
menimbulkan banyak
kerugian.
Superstruktur Pada alinea I:
Menjelaskan tentang Kepala
Kanwil Departemen Agama
Provinsi DIY Afandi
mengatakan nikah siri yang
terjadi di masyarakat
kebanyakan bukan karena
Dari umum ke khusus
(Deduktif)
76
kemiskinan, melainkan
karena status dan motif
poligami. Kalau seorang
suami yang statusnya sudah
punya istri, mau menikah
lagi kan persyaratan dalam
UU
Perkawinan macam-macam.
Untuk melawati perkawinan
itu maka dilakukanlah niakh
siri, ungkap Afandi tadi
malam.
Pada alinea II:
Menjelaskan bahwa,
Menurut Afandi biaya
pernikahan di DIY hanya RP
300 ribu, jika acaranya
dilangsungkan di (KUA).
Sedangkan biaya pernikahan
di luar KUA, menurut dia,
sampai saat ini belum ada
aturan biayamya. Karena itu,
Dari khusus ke umum
(Induktif)
77
dia menghimbau para
petugas KUA untuk
menikahkan para oengantin
di kantor, sesuai aturan.
Namun jika terpaksa harus
menikahkan di luar kantor,
dia menghimbau para
petugas KUA untuk tidak
meminta biaya tambahan.
Pada alinea III:
Menjelaskan tentang nikah
siri banyak dilakukan di
Jawa bagian barat. Di sana
ada pandangan bahwa ciri
kejantanan seorang laki-laki
kalau istrinya lebih dari satu.
Sehingga banyak orang yang
melakukan nikah siri. Kalau
di Yogyakarta mudah-
mudahan tidak terlalu
banyak, kata Afandi. Lebih
lanjut Afandi menatakan,
Dari umum ke khusus
(Deduktif)
78
dari sisi hukum sebetulnya
nikah siri tidak perlu (UU).
Tetapi karena sekarang
nikah siri cenderung
merugikan kaum perempuan
dan anak-anak, maka perlu
aturan untuk tidak
menimbulkan banyak
kerugian.
Struktur Mikro Pada alinea I:
nikah siri yang terjadi di
masyarakat kebanyakan
bukan karena kemiskinan,
melainkan karena status dan
motif poligami.
Pada alinea III:
dari sisi hukum
sebetulnya nikah siri tidak
perlu (UU). Tetapi karena
sekarang nikah siri
cenderung merugikan kaum
perempuan dan anak-anak,
79
maka perlu aturan untuk
tidak menimbulkan banyak
kerugian.
Struktur Mikro Pada alinea I:
Kalau seorang suami yang
statusnya sudah punya istri,
mau menikah lagi kan
persyaratan dalam UU
Perkawinan macam-macam.
Untuk melawati perkawinan
itu maka dilakukanlah niakh
siri, ungkap Afandi
Pada alinea II:
biaya pernikahan di DIY
hanya RP 300 ribu, jika
acaranya dilangsungkan di
(KUA). Sedangkan biaya
pernikahan di luar kantor
KUA, menurut dia, sampai
saat ini belum ada aturan
biayamya.
Bentuk kalimat langsung
Bentuk kalimat langsung
80
Menghimbau
Pada kalimat dia
menghimbau para petugas
KUA
Pada alinea III:
Cenderung
Pada kalimat nikah siri
cenderung merugikan
kaum
Persamaan
Kata Ganti
Kesimpulan : berita di atas memiliki makna tentang nikah siri yang
terjadi di masyarakat kebanyakan bukan karena kemiskinan, melainkan
karena status dan motif poligami. Dari sisi hukum sebetulnya nikah siri
tidak perlu (UU). Tetapi karena sekarang nikah siri cenderung merugikan
kaum perempuan dan anak-anak, maka perlu aturan untuk tidak
menimbulkan banyak kerugian.
Sesuai dengan isu nikah siri, pemberitaan yang disajikan dalam
berita tersebut banyak menitikberatkan pada pemberitaan nikah siri yang
cenderung merugikan kaum perempuan dan anak-anak. Menurut penulis
teks pemberitaan tersebut sangat sesuai tentang banyaknya para pelaku
nikah siri. Ada pandangan bahwa ciri kejantanan seorang laki-laki kalau
81
istrinya lebih dari satu, sehingga banyak orang yang melakukan nikah
siri.
82
Sampel V, edisi 8 Maret 2010
RUU Peradilan Agama Belum berpihak Terhadap Perempuan
Komisioner Komisi Nasional (Komnas) perempuan, Sri Nurherwati,
menilai rancangan undang-umdang (RUU) Peradilan Agama Bidang
Perkawinan belum berpihak pada nasib kaum perempuan. RUU itu juga
tidak mencabut atau mengamandemenkan UU Perkawinan dan Kompilasi
Hukum Islam (KHI), katanya usai diskusi RUU Peradilan Agama Bidang
Perkawinan dan Upaya Perlindungan terhadap Hak Asasi perempuan di
Semarang, Senin.
Menurut dia, salah satu isu yang hangat dibahas saat ini adalah terkait
kriminalisasi pelaku kawin siri, nikah kontrak, dan nikah campuran, padahal
substansi RUU itu sebenarnya tidak banyak mengalami perubahan.
Substansi yang tidak banyak berubah dari RUU tersebut maksudnya adalah
berdasarkan UU Perkawinan dan KHI, sehingga belum memastikan
perlindungan hukum bagi kaum perempuan, katanya.
Ia mengatakan, dalam RUU itu juga ada beberapa poin yang perlu
dicermati, di antaranya peradilan agama yang memeriksa dan memutus
perkara perkawinan sebagai tindak pidana, dan menggunakan hukum acara
pidana. RUU Peradilan Agama, lanjutnya, juga memasukan perkosaan
sebagai bentuk perzinaan, seperti tercantum dalam pasal 48 bab VIII, yang
mengatur perkawinan perempuan hamil akibat perzinahan.
83
Pengkategorian perkosaan sebagai bentuk perzinaan berdampak
psikologi bagi perempuan, sehingga perlu dilihat dan didiskusikan lagi agar
benar-benar melindungi perempuan, termasuk soal poligami,katanya.
Nurherwati menilai, ada beberapa pasal yang memuat perspektif tidak
konsisten dan tidak berpihak pada perempuan.
Satu sisi melindungi perempuan, namun di sisi lain justru menempatkan
dalam posisi subordinat. RUU itu memang belum melihat posisi dan kondisi
perempuan dalam lingkungan masyarakat Indonesia yang bercorak patriarkis,
sehingga belum memberikan persamaan bagi perempuan di depan hukum dan
keadilan, katanya.
Ia mengatakan, pihaknya akan memberika kajian ulang terkait RUU
tersebut, termasuk memasukan pengalaman kaum perempuan, mengingat
pembahasan RUU itu sudah masuk dalam Program Legislasi Nasional
(Prolegnas) 2010. berdasarkan catatan Komnas perempuan, kasusu kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT) di Indonesia selama 2008 meningkat 100
persen menjadi sekitar 50 ribu kasus, padahal tahun sebelumnya hanya sekitar
25 ribu kasus.
Sementara itu, Direktur Legal Resources Centre untuk Keadilan Jender
dan Hak Asasi Manusia (LRC-KJHAM) Semarang, Evarisan menilai,
lahirnya RUU Peradilan Agama Bidang Perkawinan memang sudah ditunggu.
Ia mengatakan, selama ini memang belum ada UU yang mengatur tentang itu,
sedangkan dampaknya terhadap perempuan dan anak memang snagat
menghawatirkan, terutama terkait perkawinan tidak dicatatkan.
84
namum, implikasi RUU tersebut terhadap perlindungan perempuan
dan anak nantinya perlu digali, termasuk meminta masukan dari berbagai
pihak agar terwujud UU yang memiliki perspektif gender, kata Evarisan.
85
Sampel V, edisi 8 Maret 2010
RUU Peradilan Agama Belum berpihak Terhadap Perempuan
Struktur Wacana Hal yang Diamati Elemen
Srtuktur Makro Tema wacana utama dalam
pembahasannya adalah
Komisioner Komisi
Nasional Komnas
perempuan, menilai RUU
Peradilan Agama Bidang
Perkawinan belum berpihak
pada nasib kaum
perempuan.
Salah satu isu yang hangat
dibahas saat ini adalah
terkait kriminalisasi pelaku
kawin siri, nikah kontrak,
dan nikah campuran,
padahal substansi RUU itu
sebenarnya tidak banyak
mengalami perubahan
Superstuktur Pada alinea I:
Menjelaskan Komisioner
(Komnas) perempuan, Sri
Nurherwati, menilai(RUU
Peradilan Agama Bidang
Perkawinan belum berpihak
pada nasib kaum
perempuan. RUU itu juga
tidak mencabut atau
mengamandemenkan UU
Dari Umum ke Khusus
(Deduktif)
86
Perkawinan dan KHI,
katanya usai diskusi RUU
Peradilan Agama Bidang
Perkawinan dan Upaya
Perlindungan terhadap Hak
Asasi perempuan di
Semarang, Senin.
Pada alinea II:
Menjelaskan tentang salah
satu isu yang hangat dibahas
saat ini adalah terkait
kriminalisasi pelaku kawin
siri, nikah kontrak, dan
nikah campuran, padahal
substansi RUU itu
sebenarnya tidak banyak
mengalami perubahan.
Substansi yang tidak
banyak berubah dari RUU
tersebut maksudnya adalah
berdasarkan UU
Perkawinan dan KHI,
Dari Umum ke Khusus
(Deduktif)
87
sehingga belum memastikan
perlindungan hukum bagi
kaum perempuan, katanya.
Pada alinea III:
Menjelaskan tentang dalam
RUU itu juga ada beberapa
poin yang perlu dicermati,
di antaranya peradilan
agama yang memeriksa dan
memutus perkara
perkawinan sebagai tindak
pidana, dan menggunakan
hkum acara pidana. RUU
Peradilan Agama, lanjutnya,
juga memasukan perkosaan
sebagai bentuk perzinaan,
seperti tercantum dalam
pasal 48 bab VIII, yang
mengatur perkawinan
perempuan hamil akibat
perzinahan.
Dari Umum ke Khusus
(Deduktif)
88
Pada alinea IV:
Menjelaskan tentang
Pengkategorian perkosaan
sebagai bentuk perzinaan
berdampak psikologi bagi
perempuan, sehingga perlu
dilihat dan didiskusikan lagi
agar benar-benar
melindungi perempuan,
termasuk soal
poligami,katanya.
Nurherwati menilai, ada
beberapa pasal yang
memuat perspektif tidak
konsisten dan tidak
berpihak pada perempuan.
Pada alinea V:
Menjelaskan tentang Satu
sisi melindungi perempuan,
namun di sisi lain justru
menempatkan dalam posisi
subordinat. RUU itu
Dari Umum ke Khusus
(Deduktif)
Dari Umum ke Khusus
(Deduktif)
89
memang belum melihat
posisi dan kondisi
perempuan dalam
lingkungan masyarakat
Indonesia yang bercorak
patriarkis, sehingga belum
memberikan persamaan
bagi perempuan di depan
hukum dan keadilan,
katanya.
Pada alinea VI:
Menjelaskan tentang
pihaknya akan memberika
kajian ulang terkait RUU
tersebut, termasuk
memasukan pengalaman
kaum perempuan,
mengingat pembahasan
RUU itu sudah masuk
dalam Prolegnas 2010.
berdasarkan catatan
Komnas perempuan, kasusu
Dari Khusus ke Umum
(Induktif)
90
kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT) di
Indonesia selama 2008
meningkat 100 persen
menjadi sekitar 50 ribu
kasus, padahal tahun
sebelumnya hanya sekitar
25 ribu kasus.
Pada alinea VII:
Menjelaskan tentang
Direktur Legal Resources
Centre untuk Keadilan
Jender dan Hak Asasi
Manusia (LRC-KJHAM)
Semarang, Evarisan
menilai, lahirnya RUU
Peradilan Agama Bidang
Perkawinan memang sudah
ditunggu. Ia mengatakan,
selama ini memang belum
ada UU yang mengatur
tentang itu, sedangkan
Dari Khusus ke Umum
(Induktif)
91
dampaknya terhadap
perempuan dan anak
memang sangat
menghawatirkan, terutama
terkait perkawinan tidak
dicatatkan.
Pada alinea VIII:
Menjelaskan tentang
implikasi RUU tersebut
terhadap perlindungan
perempuan dan anak
nantinya perlu digali,
termasuk meminta masukan
dari berbagai pihak agar
terwujud UU yang memiliki
perspektif gender, kata
Evarisan.
Dari Khusus ke Umum
(Induktif)
Struktur Mikro Pada alinea II:
Salah satu isu yang hangat
dibahas saat ini adalah
terkait kriminalisasi pelaku
92
kawin siri, nikah kontrak,
dan nikah campuran,
padahal substansi RUU itu
sebenarnya tidak banyak
mengalami perubahan
Pada alinea III:
RUU Peradilan Agama,
lanjutnya, juga
memasukkan perkosaan
sebagai bentuk perzinaan,
seperti tercantum dalam
pasal 48 bab VIII, yang
mengatur perkawinan
perempuan hamil akibat
perzinahan.
Pada alinea IV:
Ada beberapa pasal yang
memuat perspektif tidak
konsisten dan tidak
berpihak pada perempuan.
93
Pada alinea VI:
Komnas Perempuan akan
memberikan kajian ulang
terkait RUU tersebut,
termasuk memasukan
pengalaman kaum
perempuan, mengingat
pembahasan RUU itu sudah
masuk dalam Prolegnas
2010.
Pada alinea VII:
Lahirnya RUU Peradilan
Agama Bidang Perkawinan
memang sudah ditunggu. Ia
mengatakan, selama ini
memang belum ada UU
yang mengatur tentang itu,
sedangkan dampaknya
terhadap perempuan dan
anak memang snagat
menghawatirkan, terutama
terkait perkawinan tidak
94
dicatatkan.
Struktur Mikro Pada alinea I:
RUU itu juga tidak
mencabut atau
mengamandemenkan UU
Perkawinan dan KHI, kata
Sri Nurherwati
Pada alinea II:
Substansi yang tidak
banyak berubah dari RUU
tersebut maksudnya adalah
berdasarkan UU
Perkawinan dan KHI,
sehingga belum memastikan
perlindungan hukum bagi
kaum perempuan, katanya.
Pada alinea IV:
Pengkategorian perkosaan
Bentuk Kalimat Langsung
Bentuk Kalimat Langsung
95
sebagai bentuk perzinaan
berdampak psikologi bagi
perempuan, sehingga perlu
dilihat dan didiskusikan lagi
agar benar-benar
melindungi perempuan,
termasuk soal
poligami,katanya.
Pada alinea V:
Patriarkis
Pada kalimat masyarakat
Indonesia yang bercorak
patriarkis, sehingga
Pada kalimat VII:
Selama ini memang belum
ada UU yang mengatur
tentang itu, sedangkan
dampaknya terhadap
perempuan dan anak
memang snagat
menghawatirkan, terutama
Bentuk Kalimat Langsung
Kata Ganti
Bentuk Kalimat Langsung
96
terkait perkawinan tidak
dicatatkan.
Pada alinea VIII:
Gender
Pada kalimat UU yang
memiliki perspektif gender
Persamaan
Kesimpilan: berita di atas memiliki makna tentang RUU Peradilan
Agama belum berpihak terhadap perempuan yang dalam pemberitaannya
adalah RUU itu juga tidak mencabut atau mengamandemenkan UU
Perkawinan dan KHI.
Sesuai dengan isu nikah siri pemberitaan yang disajikan dalm berita
tersebut banyak menitik beratkan pada pemberitaan tentang nikah siri,
menurut penulis teks pemberitaan tersebut sangat sesuai dengan isu nikah siri
karena teks pemberitaan di atas memberikan penjelasan tentang RUU
Peradilan Agama belum berpihak terhadap perempuan RUU Peradilan
Agama, lanjutnya, juga memasukan perkosaan sebagai bentuk perzinaan,
seperti tercantum dalam pasal 48 bab VIII, yang mengatur perkawinan
perempuan hamil akibat perzinahan.
97
Sampel VI, edisi 20 Febuari 2010
Draf Kawin Siri Ilegal
Mentri Agama (Meneg) Suryadharma Ali menyesalkan maraknya
polemik mengenai pemidanaan kawin siri. Padahal, kata dia, belum ada
wujudnya. Ini terkait RUU Hukum Materil Perkawinan Agama Bidang
Perkawinan.
Draf resmi pemerintah belum ada. Saya belum pernah menandatangani
draf itu. Jadi yang beredar itu selama ini adalah draf ilegal, kata
Suryadharma dalam konfrensi pers khusus terkait polemik pemidanaan kawin
siri di kantor Kementrian Agama, Jakarta, Jumat (19/2).
Bahkan, Suryadharma menegaskan bahwa soal hukum pidana bagi
pelaku kawin siri hanya sebatas wacana. Itu kan wacana saja. Jangan-jangan
masalah ancaman pidana itu hanya perdebatan di luar, ujarnya.
Suryadharma menjelaskan, Indonesia adalah negara hukum dan setiap
pengaturan hak dan kewajiban negara, termasuk perdebatan-perdebatan hak
warga negara, harus berdasarkan hukum dan harus ditetapkan dengan
Undang-Undang.
Menurut Suryadharma, selama ini Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang
menjadi hukum dalam memutus sengketa orang Islam, termasuk perkawinan,
belum sesuai dengan UUD 1945 karena didasarkan kepada Instruksi Presiden
Nomor 1 Tahun 1991.
98
Surdharma mengatakan, KHI terdiri atas tiga buku, yaitu buku I tentang
Hukum Perkawinan, buku II tentang Hukum Kewarisan, dan buku III tentang
Hikum Perwakafan. Buku III telah ditingkatkan menjadi UU nomor 41
tentang wakaf.
Sedangkan, buku I dan buku II masih belum ditetapkan dengan
Undang-Undang. Oleh karena itu, kata suryadharma, ada kebutuhan untuk
meningkatkan status KHI pada kedua hal itu, yaitu Hukum Perkawinan dan
Hukum Kewarisan menjadi Undang-Undang.
Namun demikian, sampai saat ini, belum ada draf rancangan undang-
undang yang resmi dari pemerintah. Sehubungan dengan status tersebut,
mohon kiranya berbagai pihak tidak menjadikan sebagai polemik, kata
Suryadharma.
Berbicara secara terpisah di Seminar Nasional Hikum Materil Peradilan
Agama , Dirjen Bimas Islam Kementrian Agama, Nasaruddin Umar,
mengatakan, RUU Hukum Peradilan Agama Bidang Perkawinan disususn
berdasarkan keinginan pemerintah pada tiga pertimbangan.
Pertimbangan itu, kata Nasaruddin, adalah untuk mewibawakan
perkawinan, meningkatkan martabat perempuan, dan hukum melindungi
anak. Ia menyatakan, RUU itu melihat kenyataan bahwa tren perceraian
meingkat.
Kementrian Agama, ungakp Nasaruddin, mencatat rata-rata pernikahan
di Indonesia sebanyak dua juta per tahun dengan angka perceraian sebanyak
99
200 perceraian per tahun. Perceraian ini akan menimbulkan angka
kemiskinan baru katanya.
Terutama, jelas Nasaruddin, dari pihak istri dan anak yang ditinggal
cerai. Fakta ini meggambarkan bahwa perkawinan yang dianggap sakral
sudah semakin rapuh. Terkait perkawinan siri, RUU ini juga menjadi upaya
menekan angka perkawinan siri di Indonesia.
Menurut Nasaruddin, kawin siri menyebabkan banyak anak terlantar
atau tidak tercatat secara administrasi negara. Ia menegaskan pula, dalam
Islam, sebenarnya tidak mengenal kawin siri. Selain tak tercatat secara
administrasi, kawin siri memliki risiko sosial besar.
Mantan ketua Mahkamah Agung RI, Bagir Manan, mengatakan, RUU
yang akan mengatur perkawinan ini harus dibuat dengan hati-hati.
Karena, beberapa negara mencoba mengatur hukum perkawinan malah
gagal, seperti Turki dan Israel, unkap Bagir.
Menurut Bagir, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan sudah terlaksana dengan baik sampai saat ini. Ia menambahkan,
aktualisasi hukum agama dalam perkawinan memang diperlukan, tapi jangan
sampai lebih besar dari yang harus disesuaikan.
Bagir mengatakan, adanyanya wacana sanksi pidana pada RUU ini
kurang tepat. Sebab, seharusnya, pemidanaan merujuk pada kitab undang-
undang hukum pidana.
Ancaman pidana juga tidak sejalan dengan tren hukum yang ingin
mengurangi ancaman pidana, tutur dia.
100
Sampel VI, edisi 20 Febuari 2010
Draf Kawin Siri Ilegal
Strutur Wacana Hal yang Diamati Elemen
Struktur Makro Draf resmi pemerintah
belum ada.
Suryadharma belum
pernah menandatangani
draf itu. Jadi yang
beredar itu selama ini
adalah draf ilegal.ia juga
menjelaskan bahwa soal
hukum pidana bagi
pelaku kawin siri hanya
sebatas wacana saja.
Indonesia adalah negara
hukum dan setiap
pengaturan hak dan
kewajiban negara,
termasuk perdebatan-
perdebatan hak warga
negara, harus
berdasarkan hukum dan
harus ditetapkan dengan
Undang-Undang.
Superstuktur Pada alinea I:
Mentri Agama (Meneg)
Suryadharma Ali
menyesalkan maraknya
polemik mengenai
pemidanaan kawin siri.
Padahal, kata dia, belum
ada wujudnya. Ini
Dari umum ke Khusus
(Deduktif)
101
terkait RUU Hukum
Materil Perkawinan
Agama Bidang
Perkawinan.
Pada alinea II:
Draf resmi pemerintah
belum ada. Saya belum
pernah menandatangani
draf itu. Jadi yang
beredar itu selama ini
adalah draf ilegal, kata
Suryadharma dalam
konfrensi pers khusus
terkait polemik
pemidanaan kawin siri
di kantor Kementrian
Agama, Jakarta, Jumat
(19/2).
Pada alinea III:
Bahkan, Suryadharma
menegaskan bahwa soal
Dari Khusus ke Umum
(Induktid)
Dari Umum ke Khusus
(Deduktif)
102
hukum pidana bagi
pelaku kawin siri hanya
sebatas wacana. Itu kan
wacana saja. Jangan-
jangan masalah
ancaman pidana itu
hanya perdebatan di
luar, ujarnya.
Pada alinea IV:
Suryadharma
menjelaskan, Indonesia
adalah negara hukum
dan setiap pengaturan
hak dan kewajiban
negara, termasuk
perdebatan-perdebatan
hak warga negara, harus
berdasarkan hukum dan
harus ditetapkan dengan
UU.
Dari Khusus ke Umum
(Induktid)
103
Pada alinea V:
Menurut Suryadharma,
selama ini KHI yang
menjadi hukum dalam
memutus sengketa orang
Islam, termasuk
perkawinan, belum
sesuai dengan UUD
1945 karena didasarkan
kepada Instruksi
Presiden Nomor 1
Tahun 1991.
Pada alinea VI:
Surdharma mengatakan,
KHI terdiri atas tiga
buku, yaitu buku I
tentang Hukum
Perkawinan, buku II
tentang Hukum
Kewarisan, dan buku III
tentang Hikum
Perwakafan. Buku III
Dari Umum ke Khusus
(Deduktif)
Dari Umum ke Khusus
(Deduktif)
104
telah ditingkatkan
menjadi UU nomor 41
tentang wakaf.
Pada alinea VII:
Sedangkan, buku I dan
buku II masih belum
ditetapkan dengan
Undang-Undang. Oleh
karena itu, kata
suryadharma, ada
kebutuhan untuk
meningkatkan status
KHI pada kedua hal itu,
yaitu Hukum
Perkawinan dan Hukum
Kewarisan menjadi UU.
Pada alinea VIII:
Namun demikian,
sampai saat ini, belum
ada draf rancangan
undang-undang yang
resmi dari pemerintah.
Dari Umum ke Khusus
(Deduktif)
Dari Umum ke Khusus
(Deduktif)
105
Sehubungan dengan
status tersebut, mohon
kiranya berbagai pihak
tidak menjadikan
sebagai polemik, kata
Suryadharma.
Pada alinea IX:
Berbicara secara
terpisah di Seminar
Nasional Hikum Materil
Peradilan Agama ,
Dirjen Bimas Islam
Kementrian Agama,
Nasaruddin Umar,
mengatakan, RUU
Hukum Peradilan
Agama Bidang
Perkawinan disususn
berdasarkan keinginan
pemerintah pada tiga
pertimbangan.
Dari Khusus ke Umum
(Induktif)
106
Pada alinea X:
Pertimbangan itu, kata
Nasaruddin, adalah
untuk mewibawakan
perkawinan,
meningkatkan martabat
perempuan, dan hukum
melindungi anak. Ia
menyatakan, RUU itu
melihat kenyataan
bahwa tren perceraian
meingkat.
Pada alinea XI:
Kementrian Agama,
ungkap Nasaruddin,
mencatat rata-rata
pernikahan di Indonesia
sebanyak dua juta per
tahun dengan angka
perceraian sebanyak 200
perceraian per tahun.
Perceraian ini akan
Dari Khusus ke Umum
(Induktif)
Dari Umum ke Khusus
(Deduktif)
107
menimbulkan angka
kemiskinan baru
katanya.
Pada alinea XII:
Terutama, jelas
Nasaruddin, dari pihak
istri dan anak yang
ditinggal cerai. Fakta ini
menggambarkan bahwa
perkawinan yang
dianggap sakral sudah
semakin rapuh. Terkait
perkawinan siri, RUU
ini juga menjadi upaya
menekan angka
perkawinan siri di
Indonesia.
Pada alinea XIII:
Menurut Nasaruddin,
kawin siri menyebabkan
banyak anak terlantar
Dari Khusus ke Umum
(Induktif)
Dari Khusus ke Umum
(Induktif)
108
atau tidak tercatat secara
administrasi negara. Ia
menegaskan pula, dalam
Islam, sebenarnya tidak
mengenal kawin siri.
Selain tak tercatat secara
administrasi, kawin siri
memiliki risiko sosial
besar.
Pada alinea XIV:
Mantan ketua
Mahkamah Agung RI,
Bagir Manan,
mengatakan, RUU yang
akan mengatur
perkawinan ini harus
dibuat dengan hati-hati.
Pada alinea XV:
Karena, beberapa
negara mencoba
mengatur hukum
Dari Khusus ke Umum
(Induktif)
Dari Khusus ke Umum
(Induktif)
109
perkawinan malah
gagal, seperti Turki dan
Israel, ungkap Bagir.
Pada alinea XVI:
Menurut Bagir, Undang-
Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang
perkawinan sudah
terlaksana dengan baik
sampai saat ini. Ia
menambahkan,
aktualisasi hukum
agama dalam
perkawinan memang
diperlukan, tapi jangan
sampai lebih besar dari
yang harus disesuaikan.
Pada alinea XVII;
Bagir mengatakan,
adanyanya wacana
sanksi pidana pada RUU
Dari Umum ke Khusus
(Induktif)
Dari Khusus ke Umum
(Deduktif)
110
ini kurang tepat. Sebab,
seharusnya, pemidanaan
merujuk pada kitab
undang-undang hukum
pidana.
Pada alinea XVIII:
Ancaman pidana juga
tidak sejalan dengan
tren hukum yang ingin
mengurangi ancaman
pidana, tutur dia.
Dari Khusus ke Umum
(Deduktif)
Struktur Mikro Pada alinea I:
Suryadharma Ali
menyesalkan maraknya
polemik mengenai
pemidanaan kawin siri.
Padahal, kata dia, belum
ada wujudnya. Ini
terkait RUU Hukum
Materil Perkawinan
Agama Bidang

111
Perkawinan.
Pada alinea IV:
Indonesia adalah negara
hukum dan setiap
pengaturan hak dan
kewajiban negara,
termasuk perdebatan-
perdebatan hak warga
negara, harus
berdasarkan hukum dan
harus ditetapkan dengan
UU
Pada alinea V:
KHI yang menjadi
hukum dalam memutus
sengketa orang Islam,
termasuk perkawinan,
belum sesuai dengan
UUD 1945 karena
didasarkan kepada
112
Instruksi Presiden
Nomor 1 Tahun 1991.
Pada alinea XI:
Kementrian Agama,
mencatat rata-rata
pernikahan di Indonesia
sebanyak dua juta per
tahun dengan angka
perceraian sebanyak 200
perceraian per tahun.
Pada alinea XII:
Dari pihak istri dan anak
yang ditinggal cerai.
Fakta ini
menggambarkan bahwa
perkawinan yang
dianggap sakral sudah
semakin rapuh. Terkait
perkawinan siri, RUU
ini juga menjadi upaya
menekan angka
perkawinan siri di
113
Indonesia.
Pada alinea XIII:
Kawin siri
menyebabkan banyak
anak terlantar atau tidak
tercatat secara
administrasi negara. Ia
menegaskan pula, dalam
Islam, sebenarnya tidak
mengenal kawin siri.
Selain tak tercatat secara
administrasi, kawin siri
memliki risiko sosial
besar.
Struktur Mikro Pada alinea I:
Maraknya polemik
mengenai pemidanaan
kawin siri. Padahal, kata
dia, belum ada
wujudnya. Ini terkait
RUU Hukum Materil
Bentuk Kalimat
Langsung
114
Perkawinan Agama
Bidang Perkawinan.
Polemik
Pada kalimat yang
dipolemikan itu belum
ada wujudnya
Pada alinea II:
Draf resmi pemerintah
belum ada. Saya belum
pernah menandatangani
draf itu. Jadi yang
beredar itu selama ini
adalah draf ilegal, kata
Suryadharma.
Pada alinea III:
Itu kan wacana saja.
Jangan-jangan masalah
ancaman pidana itu
hanya perdebatan di
luar, ujarnya.
Persamaan
Bentuk Kalimat
Langsung
Bentuk Kalimat
Langsung
115
Pada alinea VI:
KHI terdiri atas tiga
buku, yaitu buku I
tentang Hukum
Perkawinan, buku II
tentang Hukum
Kewarisan, dan buku III
tentang Hikum
Perwakafan.
Pada alinea VIII:
Namun demikian,
sampai saat ini, belum
ada draf RUU yang
resmi dari pemerintah.
Sehubungan dengan
status tersebut, mohon
kiranya berbagai pihak
tidak menjadikan
sebagai polemik, kata
Suryadharma.
Bentuk Kalimat
Langsung
Bentuk Kalimat
Langsung
116
Pada alinea XII:
Rapuh
Pada kalimat yang
dianggap sakral sudah
semakin rapuh
Pada alinea XIII:
Menurut Nasaruddin,
kawin siri menyebabkan
banyak anak terlantar
atau tidak tercatat secara
administrasi negara. Ia
menegaskan pula, dalam
Islam, sebenarnya tidak
mengenal kawin siri.
Pada alinea XV:
Karena, beberapa
negara yang mencoba
mngatur hukum
perkawinan malah
gagal, sepertu Tuki dan
Israel, ungkap Bagir.
Pesamaan
Bentuk Kalimat
Langsung
Bentuk Kalimat
Langsung
117
Pada alinea XVIII:
Ancaman pidana juga
tidak sejalan dengan
tren hukum yang ingin
mengurangi ancaman
pidana, tutur dia.
Bentuk Kalimat
Langsung
Kesimpulan : berita di atas memiliki makna tentang draf kawin siri
ilegal. Polemik mengenai pemidanaan kawin siri belum ada wujudnya. Ini
terkait RUU Hukum Materil Peradilan Agama Bidang Perkawinan. Draf
resmi pemerintah belum ada dan belum pernah ditandatangani oleh Mentri
Agama. Indonesia adalah negara hukum dan setiap pengaturan hak dan
kewajiban negara, termasuk perdebatan-perdebatan hak warga negara, harus
berdasarkan hukum dan harus ditetapkan dengan UU
Sesuai dengan isu nikah siri. Pemberitaan yang disajikan dalam berita
tersebut banyak menitikberatkan pada pemberitaan tentang nikah siri,
menurut penulis teks pemberitaan tersebut sangat sesuai dengan isu nikah siri.
Karena teks pemberitaan diatas memberikan penjelasan tentang draf nikah siri
yang ilegal. Bahwa soal hukum pidana bagi pelaku nikah siri hanya sebatas
wacana.

Anda mungkin juga menyukai