Anda di halaman 1dari 1

Siapa yang tidak ingin sekolah?

Tempat dimana kita bisa menimba ilmu dan


pengalaman sebanyak yang kita inginkan. Kita pun tidak dituntut untuk bekerja
bukan? Sungguh istimewa menjadi pelajar. Salah satu keistimewaannya adalah biaya
sehari-hari di tanggung orangtua, kita bisa berteman dengan siapa saja, menjadi
pemimpin OSIS tanpa sikut-sikutan dengan teman sendiri, dengan bebas
mengusulkan pendapat, dan keistimewaan yang lain.
Namun, apakah kita tidak mau merenung sejenak dan bertanya, apakah yang
kita dapatkan selama ini sudah cukup? Apakah cara kita mendapatkan ilmu itu sudah
benar? Apakah sudah berguna bagi oranglain? Jika kita mau merenungkan sejenak,
pasti akan terpikirkan banyak pertanyaan tentang itu atau bahkan lebih dari itu.
Teman-teman pasti sudah pernah merasakan hal-hal seperti, Lho, kok nilaiku
juelek, Remedi lagi remedi lagi, Gurunya kok jarang masuk ya, Ini guru nggak
bisa ngajar atau gimana sih?!. Jika memang itu adalah yang sering kita pikirkan,
apakah teman-teman tidak mau melihat nasib teman-teman kita yang masih jauh
dari kata cukup.
Diambil dari kisah nyata teman-teman yang hidup di desa. Suatu pagi, Aldo
yang berumur 13 tahun ingin berangkat menuju sekolahnya yang berada di seberang
desa. Sebelum shubuh Aldo
Bisa sayang, kamu sih udah ngerjain dari kapan dulu ditunda-tunda terus
jadinya sekarang waktu tinggal dikit jadi nggak sempet deh.
Suatu hari

Anda mungkin juga menyukai