DISUSUN OLEH : KELOMPOK III MAIRINA PO 7125013013 MERYANA PO 7125013014 MIFRA NAYA PO 7125013015 NIA MAISARAH PO 7125013017 NINI FAJRIAH PO 7125013018 NORA SARTIKA PO 7125013019
Dosen Pengajar : Rohani M, S.SiT.,Mkes Mata Kuliah : Etika Profesi dan Hukum Kesehatan
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN ACEH JURUSAN KEPERAWATAN GIGI 2013-2014 KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul KONSEP MORAL DIBIDANG KESEHATAN.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Banda Aceh, 02-04-2014
Penulis
DAFTAR ISI KATA PANGANTAR. DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Rumusan Masalah.. 3. Tujuan dan Manfaat BAB II PEMBAHASAN 1. Konsep Moral Dibidang Kesehatan 2. Kaidah Moral.. 3. Objektivitas Moral.. 4. Mengkaji kaidah moral 5. Aspek moral yang penting.. 6. Martabat Manusia BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan.. 2. Saran DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Moralitas berasal dari kata dasar moral berasal dari kata mos yang berarti kebiasaan. Kata mores yang berarti kesusilaan, dari mos, mores. Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan lain-lain; akhlak budi pekerti; dan susila. Kondisi mental yang membuat orang tetap berani; bersemangat; bergairah; berdisiplin dan sebagainya. W. Poespoprodjo, moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang dengan itu kita berkata bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk atau dengan kata lain moralitas mencakup pengertian tentang baik buruknya perbuatan manusia. Peningkatan pengetahuan dan yang teknologi sedemikian cepat dalam segala bidang serta meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula terhadap meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan. Hal ini merupakan tantangan bagi profesi kesehatan dalam mengembangkan profesionalisme selama memberi pelayanan yang berkualitas. Kualitas pelayanan yang tinggi memerlukan landasan komitmen yang kuat dengan basis pada etik dan moral yang tinggi. Sikap moral profesional yang kokoh dari setiap tenaga kesehatan akan tercermin dalam setiap langkahnya, termasuk penampilan diri serta keputusan yang diambil dalam merespon situasi yang muncul. Oleh karena itu pemahaman yang mendalam tentang etika dan moral serta penerapannya menjadi bagian yang sangat penting dan mendasar dalam memberikan asuhan kesehatan dimana nilai-nilai pasien selalu menjadi pertimbangan dan dihormati. 1.2 Rumusan masalah 1. Bagaimana konsep moral dibidang kesehatan 2. Apa yang dimaksud dengan kaidah moral. 3. Apa itu objektivitas moral. 4. Bagaimana kajian kaidah moral. 5. bagaimana martabat manusia dalam hokum kesehatan.
1.3 Manfaat dan tujuan 1.Mengetahui konsep moral dibidang kesehatan. 2. Mengetahui kaidah moral dalam kesehatan. 3. Mengetahui objektivitas moral dalam kesehatan. 4. Mengetahui kajian kaidah moral dibidang kesehatan. 5. Mengetahui martabat manusia dalam hokum kesehatan.
BAB II PEMBAHASAN
1. Konsep moral di bidang kesehatan Pengertian moral secara umum dapat diartikan sebagai wejangan,ajaran,patokan,kumpulan peraturan dan ketetapan baik lisan maupun tertulis mengenai bagaimana manusia harus bertindak (magnis,1985:14). Moral sendiri mendasari berbagai pandangan manusia sehingga menetapkan sekelompok pola tingkah laku yang nantinya akan berkaitan erat dengan nilai. Moral menentukan baik lurus sikap dan prilaku seseorang. Tekanan baik buruk ini teletak pada tindakan bukan pada peran yang di emban didalam masyarakat. Moralitas menurut kant dibagi ke dalam 2 aspek yaitu : a. Heteronom Moralitas yang ditentukan oleh penilaian yang datangnya dari luar diri manusia, dengan kata lain, tunduk pada suatu kekuatan dari luar dirinya untuk berbuat atau tidak berbuat. Contohnya: Seseorang membuang sampah di tempat sampah Karena takut di denda.ketaatan yang di lakukan disini bukanlah murni Karena kesadaran yang timbul dari dirinya. Tindakan moral yang heteronom ini sekaligus oleh pendidikan dasar dari setiap manusia yang dibagi oleh Kohlberg dalam beberapa tahapan. Tingkat pertumbuhan Tahap pertumbuhan Perasaan
Tingkat pramoral 0-6 tahun Tahap 0 Perbedaan antara baik dan buruk belum di dasarkan atas kewibaan atau normal
- Tingkat prakonfional prhatian khusus untuk akibat perbuatan hukuman,ganjaran: motif- Tahap 1 Anak berpegang pada kepatuhan dan hukuman.takud untuk kekuasaan dan berusaha Takut untuk akibat-akibat negatif dari perbuatan. motif lahiriah dan particular. menghindarkan hukuman. Tahap 2 Anak mendasarkan diri atas egoism naf yang kadang- kadang ditandai relasi timbale balik Tingkat konvisional perhatian juga untuk maksud perbuatan memenuhi harapan mempertahankan ketertiban Tahap 3 Orang berpegang pada keinginan dan persetujuan dari orang lain Tahap 4 Prang berpegang pada ketertiban moral dengan aturannya sendiri rasa bersalah terhadap orang lain bila tidak mengikuti tuntutan lahiriah Tingkat pasca Konvesional atau tingkat berprinsip hidup moral adalah tanggung jawab pribadi atas dasar prinsip- prinsip batin maksud dan akibat akibat tidak diabaikan motif-motif universal Tahap 5 Oang berpegangbpada persetujuan demokratis kontrak sosial konsesus bebas Tahap 6 Orang berpegang pada hati nurani pribadi yang ditandai oleh keniscayaan dan universialitas Penyesalan atau penghukuman diri karena tidak mengikuti pengertian moralnya sendiri
Tabel dikutip dari bertens (bertens 2005:85) Proses di atas memperlihatkanbgaimana tahapan sikap moral bisa terjadi.meskipun faktor- faktor pribadi sangat di pengaruhi oleh unsur-unsur dari luar.namu intermalisasi tetap saja menjadi penentuan proses kedewasaan sikap moral selain dari aspek psikologis yang mungkin timbul dan berpengaruh secara mendalam. Ketiadaan kemandirian moral menyebabkan seseorang miskin reterensi apabila harus menghadapi permasalahan etis, begitupun jika terjadi perubahan pandangan di dalam masyarakat, maka sikap heteronom ini akan menjadi mala petaka bagi kdewasaan moral.contohnya adalah reformasi dan demokrasi yang tidak disekapi dengan kedewasaan moral akan berakibat pada anarki dan tindakan kriminal.karena kebebasan di dalam demokrasi diartikan sebagai kemutlakan dan tidak didasari bahwa kebebasan yang dewasa adalah tahu menempatkan hak orang lain dan mampu membatasi kebebasan pribadi. b. Otonom Moralitas yang penilaian di dasarkan atas kesadaran pribadi.kesadaran pribadi yang dimaksudkan di sini adalah bahwa setiap sikap atau tindakan yang di ambil adalah bahwa setiap sikap atau tindakan yang di ambil adalah suatu hasil dari proses pemikiran dan pertimbangan pribadi terlepas dari faktor-faktor norma yang memiliki sanksi terentu.meskipun aspek dari luar menjadi referens namun sikap yang di ambil tetap di dasarkan atas kesadaran pribadi akibat dari kristalisasi nilai dan wawasan yaang cukup untuk mengelola nilai-nilai yang dihasilkan pada proses internililasi.contoh:amir membuang sampah di tempat sampah,bukan karena bukan karena takut pada sanksi yang mengancam apabila amir tidak melakukannya.namun amir merasa jika tidak membuang sampah di tempatnya maka tindakannya tersebut akan menjadi masalah tidak hanya untuk dirinya tetapi juga orang lain. Tindakan yang otonom seperti ini lahir dari kesadaraan yang di bangun atas dasar pengertian dan pengetahuan yang cukup.bukan atas dasar rasa takut atau karena hukuman hali ini juga yang dalam kebudayaan sering disebut sebagai guilt culture atau rasa bersalah yang timbul karena suatu perbuatan. 2. Kaidah moral Bertens mengungkapkan bahwa kaidah moral menentukan apakah suatu perilaku baik atau buruk dari sudut etis,oleh karena itu kaidah moral adalah perintah yang mengharuskan atau mewajibkan seseorang melakukan sesuatu misalnya:perawat memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai,kejujuran profesional di dalam menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu,keluarga dan masyarakat.(islami.2001:3).sedangkan di dalam bentuknya yang negatif kaidah moral merupakan suatu larangan atas tindakan tertentu.contohnya:pasal 17 peraturan pemerintah RI No.18 tahun 1981 tentang bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis serta transplantasi alat atau jaringan tubuh manusia yang menyatakan bahwa dilarang memperjual-belikan alat atau jaringan tubuh manusia. Konsep moral yang menjadi tolak ukur perbuatan etis adalah konsep moral yang universal.hal ini di tentukan dari beberapa besar nilai tersebut menyentuh harkat kemanusiaan dari suatu perbuatan.contoh yang umum adalah budaya ikut membakar diri pada seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya. Jadi konsep moral universal adalah konsep yang absolut harus di lakukan karena berhubungan dengan kualitas hidup dan kemanusiaan.berlakunyapun mengatasi semua batas geografis dan budaya. 3. Objektivitas moral Benarkah nilai moral objektif?pertanyaan ini muncul karena manusia lahir dengan membawa hak asasinya,dimana salah satu hak tersebut adalah kebebasan menentukan pendapatnya atau dengan kata lain pilihannya.kebebasan ini menentukan pula hak untuk memilih kaidah moral mana yang akan diputuskan untuk di lakukan.sebagai contoh adalah seorang dokter menghadapi dilema untuk melakukan aborsi atas alasan medis pada pasien yang masih memiliki hubungan kerabat dengannya.si satu isi sebagai seorang dokter dia harus menolong pasiennya namun disisi lain karena hubungan kekerabatan yang dekat maka dokter tidak sampai hati untuk menggugurkan janin yang terhitung juga masih kerabatnya.secara eksitensi 1 dokter ini punya kebebasan penuh untuk melakukan aborsi atau tidak melakukan aborsi.hal ini di atur pula didalam di atur pula di dalam deklarasi oslo 1970 dimana dikatakanjika seorang dokter merasa bahwa hati nuraninya tidak membenarkan tindakan tersebut,maka ia berhak mengundurkan diri akan menyerah pelaksanaan kewajiban tersebut pada sejawatnya yang lain,yang kompeten. Keyakinan dokter tersebut bisa saja menolak untuk melakukan aborsi,tetapi itu berarti membiarkan dua nyawa di dalam resiko yang besar,dan demikian penghormatan pada mahkluk hidup insani akan terabaikan tanpa upaya pertolongan apapun.sementara jika dokter memilih melakukan kewajibannya setidaknya satu nyawa akan terselamatkan.sungguh pilihan yang sulit,namun didalam kasus ini kaidah moral harus diperlakukan secara objektif,dimana menempatkan hak hidup pada kemungkinan yang terbaik masih merupakan pilihan yang tepat dan bukan berdasarkan penilaian pribadi semata. 4. Mengkaji kaidah moral Menurut bertens adalah menemukan faktanya jadi kaidah meralitas di kaji secara empiris.kajian secara empiris ini penting karena bagaimanapun tanpa bukti faktual yang bisa dilihat,dirasakan.dialami tentu akan sulit melihat kebenaran. Misalnya seorang ahli patologi berhasil menemukan virus baru hasil rekayasa genetika untuk tujuan dipaparkan pada manusia sehingga terinfeksi.kemudian menciptakan dan membuat antivirus yang nantinya memiliki nilai ekonomi tinggi,jika penyakit baru tersebut merebak adalah perbuatan yang tidak bermoral. Atau menciptakan kedelai transgenik yang berbahaya bagi kesehatan namun memiliki nilai ekonomi yang juga besar,adalah perbuatan jahat . Di dalam hal ini kajian tidak dapat membuktikan bahwa kaidah moral yang mengatakan srategi bisnis dengan penipuan adalah jahat dan tidak bermoral.mengapa?karena faktanya banyak orang melakukan dan hal itu sudah lazim atau biasa.belum lagi akibat yang ditimbulkan selalu bisa diatasi ataupun tidak seketika berefek samping. Oleh karena itu perlu generalisasi dan konsitensi di dalam menetapkan kaidah moral.generalisasi artinya berlaku umum.di dalam hal ini ditetapkan secara umum mengenai suatu nilai yang benar dan yang salah secara tegas sehingga tidak terjadi kerancuan atas biasanya permasalahan. 5. Aspek moral yang penting Menghormati hak hidup orang lain dan makhluk hidup lain Aturan pertama yang melandasi kehidupan manusia adalah menghormati hidup itu sendiri.di dalam banyak cerita dan mitologi merampas hidup orang lain adalah dosa yang sangat berat begitupu di dalam semua agama. Landasan ini pula yang membuat semua bentuk sumpah profesi kesehatan menempatkan hak hidup di tempat yang tertinggi sejak masa hipocrates. Ilmu kesehatan memiliki dua aspek yang penting di dalam harmoni kehidupan.pertama adalah sebagai pemelihara,dimana segala aspek kehidupan di hormati dan di upayakan untuk dapat di pertahankan.aspek yang lain adalah penyeimbang,dimana penyakit dan kematian adalah siklus yang juga di hormati secara alamiah.karena banyak penyebab penyakit dan kematian yan memang tidak dapat di sembuhkan karena faktor-faktor alamiah seperti usia tua,cacat bawaan yang tidak dapat dipulihkan dan karena suatu hal di luar kemampuan manusia. 6. Martabat manusia Immanuel kant yang mengatakan semua orang tidak terkecuali harus menghormati martabat manusia,karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang merupakan tujuan pada akhirnya.mengapa demikian?karena manusia adalah makhluk bebas dan atonom yang sanggup mengambil keputusannya sendiri.yang dimaksudkan dengan menghormati martabat manusia di sini adalah memperlakukan manusia secara terhormat dan tidak hanya menggunakan manusia sebagai sarana saja. Manusia kadang karena faktor sosial,faktor budaya dan pendidikan menjadi alat belaka bagi manusia yang lain.sebagai contoh adlah merebaknya penyakit AIDS akhir-akhir ini karena suatu penelitianyang tidak bertanggung jawab dan mengakibatkan banyak kematia.sebagian orang mengira bahwa AIDS adalah penyakit kutukandari tuhan akibat terjadinya penyimpangan seksual. Namu tidak banyak orang yang tahu bahwa AIDS adalah suatu penyakit yang ternyata sengaja di ciptakan dengan rekayasa genetika untuk menghancurkan ras tertentu dan golongan tertentu (di dalam hal ini adalah kaum homoseksual).
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dalam upaya mendorong profesi kesehatan agar dapat diterima dan dihargai oleh pasien, masyarakat atau orang lain, maka mereka harus memanfaatkan nilai-nilai kesehatan dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuat dalam mengembangkan peran profesionalnya. Dengan demikian tenaga kesehatan yang menerima tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasen, penghormatan terhadap hak-hak pasien, akan berdampak terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan. 3.2 Saran 1. Bagi semua perawat pelaksanaan etika dan moral dalam asuhan keperawatan harus dilaksanakan dengan sebaik baiknya dan perawat harus memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan yang berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktek asuhan profesional. 2. Sebaiknya pihak kampus khususnya perpustakaan menyediakan dan menambah buku buku yang berkaitan agar dapat menambah wawasan para mahasiswa dalam hal pelaksanaan etika dan moral dalam pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Harry dan Poter.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC.Buku Kedokteran. http://subektiheru.blogspot.com/2008/03/etik-dan-moral-dalam-praktek.html http:// www.google.co.id