Anda di halaman 1dari 18

Penyaji

Nama : Yenti Agustina, S.Ked


Nim : 70 2009 027

Pembimbing
Dr. Kurniawan, Sp.OG



SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD
PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2013

PENDAHULUAN
Perdarahan pasca persalinan merupakan salah
satu sebab klasik kematian ibu disamping infeksi dan
preeklamsia
1
. Seperempat kematian ibu disebabkan
oleh perdarahan pasca persalinan.
Perdarahan obstetri dapat terjadi setiap saat, baik
selama kehamilan, persalinan, maupun masa nifas.
Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam
kehamilan setiap tahunnya paling sedikit 128.000
perempuan mengalami perdarahan sampai meninggal.
Lebih dari separuh jumlah seluruh kematian ibu terjadi
dalam waktu 24 jam setelah melahirkan.
Atonia uteri
(50-60%)
Sisa
plasenta
(23-24%)
Retensio
plasenta
(16-17 %)
Laserasi
jalan lahir
(4-5%)
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Atonia Uteri
keadaan lemahnya otot / kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak
mampu menutup perdarahn terbuka dari tempat implastasi plasenta
setelah bayi dan plasenta lahir
Atonia
uteri
- Overdistansion
uterus
- Penanganan salah
dalam usaha
melahirkan plasenta
- Umur yang terlalu
muda dan terlalu tua
- Multipara dengan
jarak kehamilan
pendek
- malnutrisi
- Penggunaan
oksitosin yang
berlebihan
- Hipertensi dalam
kehamilan
Tanda dan
gejala
atonia
uteri
Perdarahan
pervaginam
Konsistensi
rahim lunak
Fundus
uteri naik
Terdapat
tanda-
tanda syok
Tanda dan gejala atonia uteri

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan bila setelah bayi dan
placenta lahir ternyata perdarahan masih aktif dan
banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus
uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi
yang lembek. Perlu diperhatikan bahwa pada saat atonia
uteri didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada
darah sebanyak 500 1.000 cc yang sudah keluar dari
pembuluh darah, tetapi masih tertangkap dalam uterus
dan harus diperhitungkan dalam kalkulasi pemberian
darah pengganti
Operatif: ligasi arteri uterina, ligasi arteri hipogastrika, histerektomi
3. Uterotonik 4. Uterine lavage dan Uterine Packing
1. Resusitasi
2. Masase, merangsang putting susu
dan kompresi bimanual
Penatalaksanaan atonia uteri
1. Resusitasi
Apabila terjadi perdarahan pospartum banyak, maka
penanganan awal yaitu resusitasi dengan oksigenasi dan
pemberian cairan cepat, monitoring tanda-tanda vital,
monitoring jumlah urin, dan monitoring saturasi oksigen.
Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu
dilakukan untuk persiapan transfusi darah.

2. Masase, merangsang puting susu, dan kompresi bimanual
Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi
uterus yang akan menghentikan perdarahan. Pemijatan fundus
uteri segera setelah lahirnya plasenta (max 15 detik)
7,8
.



a. Jika uterus berkontraksi
Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan
uterus berlangsung, periksa apakah perineum atau
vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau
rujuk segera.
b. Jika uterus tidak berkontraksi maka :
Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari
vagina & lobang serviks
3. Uterotonika
Oksitosin merupakan hormon sintetik yang
diproduksi oleh lobus posterior hipofisis. Obat ini
menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya
meningkat seiring dengan meningkatnya umur
kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada
dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan
meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis tinggi
menyababkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara
IM atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus
dengan ringer laktat 20 IU perliter,

1. Atonia uteri adalah gagalnya uterus untuk mempertahankan
kontraksi dan retraksi normalnya dimana tidak mampunya otot
rahim untuk berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan
pemijatan fundus uteri.
2. Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan
factor predisposisi seperti overdistention uterus, umur, multipara,
salah pimpinan kala III, penggunaan oksitosin berlebih, riwayat
perdarahan, persalinan yang cepat, kelainan plasenta serta
penyakit sekunder maternal, dan lain-lain.
3. Tanda dan gejala atonia uteri adalah perdarahan pervaginam,
konsistensi rahim lunak, fundus uteri naik dan terdapat tanda-
tanda syok.
4. Diagnosis ditegakkan bila setelah bayi dan placenta lahir dan
perdarahan masih aktif dan banyaknya 500 1.000 cc,
bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus masih setinggi
pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek.

KESIMPULAN
5. Dalam upaya mencegah atonia uteri ialah melakukan
pananganan kala tiga secara aktif.

6. Atonia uteri dapat ditangani dengan menegakkan
diagnosis kemudian memberi tindakan masase uterus,
kompresi bimanual, pemberian oktsitosin, dan memasang
infus. Jika tindakan berhasil atau perdarahan terkontrol
maka tranfusi darah dan rawat lanjut dengan
observasi ketat. Jika perdarahan masih berlangsung
lakukan histerektomi.






TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai