Anda di halaman 1dari 11

1

PEMANFAATAN PASIR LAUT TANJUNG ALANG SEBAGAI AGREGAT HALUS


PADA CAMPURAN HRS (HOT ROLLED SHEET)

(
1)
Laswar Gombilo Bitu;
2)
Muhammad Kalman)

(Fakultas Teknik Jurusan Sipil -Unidayan- Jln. Sultan Dayanu Iksanudddin No. 100 Baubau)

ABSTRACT

This research is to describe and input concerning to the use of sea sand as an
alternative of the use of small aggregate. On the layer of the rood. It used marshall test and
determining the mix composition of the level of the optimum asphal and the presentage of the
appropriate sea send for the Hot Rolled Sheet (HRS) mix. The result shows that the use of sea
sand with salt countent of 6,96 %, Bulk Specific Grafity of 2,603, Saturated Surface Dry 2,695,
Apparent Spesific Grafity 2,859, Absortion 3,420 etc, is visible to be applied for HRS.

PENDAHULUAN

Seiring dengan meningkatnya
pembangunan, maka semakin meningkat pula
kebutuhan akan bahan dasar konstruksi
sehingga kita dituntut untuk dapat
memanfaatkan sumberdaya alam yang
tersedia. Salah satu contoh yaitu pemanfaatan
pasir laut untuk konstruksi perkerasan jalan.
Hal ini tidak lepas dari susunan konstruksi
perkerasan jalan yang antara lain terdiri dari
lapisan penutup (Surface) sebagai lapisan
perkerasan yang terletak pada bagian atas
suatu kontruksi jalan.
Lapisan penutup (Surface) yang
sering digunakan pada pekerjaan perkerasan
jalan (Road Pavement) adalah Hot Rolled
Sheet (HRS). Bahan HRS adalah Agregat
kasar, agregat halus, filler dan bitumen.
Mengingat bahan HRS terdiri dari 75%-85%
agregat (agregat kasar, agregat halus, filler)
selebihnya adalah bahan pengikat (bitumen),
sehingga diperlukan usaha pemanfaatan
material dengan memperlihatkan kualitas
material.
Maksud dari penulisan ini adalah
untuk memberikan gambaran juga masukan
dalam hal menggunakan pasir laut sebagai
agregat halus pada lapisan perkerasan jalan
dengan metode Marshall.
Tujuan penulisan ini adalah : (1)
Untuk mengetahui sifat-sifat atau karakteristik
campuran HRS bila menggunakan pasir laut
sebagai agregat halus; (2) Untuk memperoleh
komposisi campuran termasuk penentuan
kadar aspal optimum dan prosentase pasir laut
yang ideal untuk campuran HRS.

METODE PENELITIAN
Adapun metode kajian eksperimental
yang digunakan pada penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut :
a. Metode Pengambilan Sampel
Metode yang dimaksudkan adalah
pengambilan sampel untuk pengujian
laboratorium. Sampel (pasir laut) di ambil
langsung dari lapangan dengan berat
sampel masing-masing 10 kg, dengan
jarak sampel yang di ambil dari tepi air
laut sekitar 10 15 meter (pasir laut yang
tidak terkontaminasi dengan air laut).
Pengambilan sampel sebanyak tiga titik
yang digali masing-masing sedalam 20
cm, 40 cm, dan 60 cm dengan jarak tiap
titik sekitar 50 m.
b. Metode penyajian
Metode ini adalah salah satu metode yang
digunakan penulis untuk meperoleh data-
data dengan melakukan percobaan di
Laboratorium.
c. Metode Analisis
Metode yang di maksud adalah
penggunaan spesifikasi HRS yang berlaku
menurut standar Direktorat Bina Marga

2
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada digram alir berikut :




















































START
Survei Lokasi
Pengambilan Sampel
Agregat Kasar
Agregat Halus
Abu Batu
PEMERIKSAAN MUTU MATERIAL
SPESIFIKASI
Rancangan Campuran :
1. Penggabungan Agregat Menggunakan metode trial and
eror
2. Penentuan Gradasi berdasarkan persen berat
3. Penentuan Fraksi Campuran dengan variasi kadar aspal
PEMBUATAN BRIKET
KESIMPULAN DAN SARAN
ANALISA PENGUJIAN
PENGUJIAN MARSHALL
SELESAI

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum
Hot Rolled Sheet (HRS) adalah
campuran dengan bahan pembentuk berupa
agregat kasar (coarse aggregate), agregat
halus (fine aggregate), bahan pengisi (filler)
dan aspal (bitumen) yang pada umumnya di
campur dan di padatkan dalam keadaan panas
(Hot Mix), dengan perbandingan prosentase
yang berbeda-beda. Hot Rolled Sheet
mempunyai fungsi sebagai lapisan penutup
untuk mencegah msuknya air dari permukaan
ke dalam kontruksi perkerasan sehingga dapat
mempertahankan kekuatan kontruksi.
Pada campuran Hot Rolled Sheet di
harapkan dapat memberikan tingkat
fleksibilitas terlalu besar, sehingga gradasinya
merupakan gradasi loncat (senjang). Hal ini
dimaksudkan agar penggunaan agregat kasr
pada Hot Rolled Sheet berfungsi sebagai
bahan tambahan yang dapat memberikan nilai
stabilitas pada mortarnya.
Hot Rolled Sheet dihampar setipis
mungkin, karena beberapa alasan yaitu : (1)
Tebal yang berlebihan dari suatu campuran
berbutir halus dapat mengurangi ketahanan
lapisan terhadap deformasi; (2) Hot Rolled
Sheet adalah lapisan non struktural yang
diharapkan dapat memberi perlindungan pada
struktur yang dilapisi terutama peresapan air
dari permukaan; (3) Karena besarnya agregat
kasar dari campuran adalah maksimum 20
mm, maka ketebalan teoritis yang dipadatkan
adalah sebesar 3,0 cm (pada tabel 1).
Bahan penyusun campuran HRS
hampir sama dengan bahan penyusun
campuran aspal lainnya, yaitu agregat dan
bahan pengikat aspal, yang membedakan
adalah komposisi dan gradasi masing-masing
lapisan perkerasan tersebut sehingga di
peroleh lapisan perkerasan yang berkualitas
tinggi, sesuai dengan persyaratan yang
diizinkan. Disamping itu juga harus
diperhatikan penggunaan agregat maupun
bahan pengikatnya.
Kriteria campuran dalam prosedur
masrhall untuk desain campuran bertujuan
untuk mengidentifikasi kadar optimum bahan
pengikat yang sebelumnya sudah di tentukan
gradasi agregatnya. Kadar optimum bahan
pengikat dalam tugas akhir ini adalah rata-rata
dari kadar bahan pengikat (aspal) untuk
stabilitas maksimu, kerapatan maksimum dan
campuran. Parameter campuran harus sesuai
dengan kriteria (tabel 2).
Hasil Pemeriksaan Material
Dari hasil penggabungan agregat
dengan metode trial and error diperoleh
beberapa perbandingan untuk masing-masing
material dalm perencanaan campuran HRS
adalah sebagai berikut :
Komposisi perbandingan A :
Agregat Kasar ( Batu Pecah ) = 48 %
Agregat Halus (Pasir Laut) = 33 %
Abu Batu = 19 %
Komposisi perbandingan B :
Agregat Kasar ( Batu Pecah ) = 43 %
Agregat Halus (Pasir Laut) = 35 %
Abu Batu = 22 %
Komposisi perbandingan C :
Agregat Kasar ( Batu Pecah ) = 45 %
Agregat Halus (Pasir Laut) = 30 %
Abu Batu = 24 %
Komposisi perbandingan D :
Agregat Kasar ( Batu Pecah ) = 46 %
Agregat Halus (Pasir Laut) = 30 %
Abu Batu = 24 %
Komposisi perbandingan E :
Agregat Kasar ( Batu Pecah ) = 50 %
Agregat Halus (Pasir Laut) = 27 %
Abu Batu = 23 %
Dari komposisi campuran diatas maka
diperoleh analisa penggabungan aggregate
sebagai berikut :
Contoh perhitungan analisa penggabungan
agregat untuk komposisi A :
Bahan yang lolos saringan No. 8
Agregat Kasar ( Batu Pecah ) = 0 %
Agregat Halus (Pasir Laut) = 100 %
Abu Batu = 89.8 %
Jadi komposisi campuran pada saringan no. 8
adalah Agregat Kasar ( Batu Pecah )
= 0 % x 48 % = 0
Agregat Halus (Pasir Laut)
=100 % x 33 % = 33 %
Abu Batu = 89.8 % x 19 % = 17.062 %

4
Perhitungan selanjutnya (pada tabel 3, 4, 5, 6 dan tabel 7)
Hasil Pengujian Dengan Methode Marshall
Menghitung sifat-sifat campuran aspal dengan metode Marshall
Contoh dengan kadar aspal 6,5 % diketahui T (berat jenis aspal) = 1,014 (tabel 8).

a. B.D. Maksimum Campuran (D)
Rumus :
100
D =
100 A A
C T

Jadi : 100
D = = 2,342
100 6,5 6,5
2,576 1,014

b. Isi Benda Uji (H)
Rumus : H = G F
Jadi : H = 1183 669 = 514 gram

c. B.D. Bullk Campuran (J)
Rumus : E
J =
H
Jadi : 1150
J = = 2.237 gram
514

d. Rongga Udara (K)
Rumus : ( D J )
K = 100 x
D

( 2,342 2,237 )
J = 100 x = 4.461 gram
2,342
e. Stabilitas Disesuaikan (M)
M = Stabilitas dibaca x Kalibrasi x Angka Korelasi x LBS x Tingkat Kepercayaan
Dimana kalibrasi Alat = 28,0375
1 LBS = 0,454 kg
Tingkat Kepercayaan = 0,95
Jadi : M = 40 x 28,0375 x 0,93 x 0,454 x 0,95 = 527,24 kg

f. Hasil Bagi Marshall (P)
Rumus : M
P =
102 x N

527.24
P = = 1.590 kn/mm
102 x 3.25

5

g. Luasan Permukaan Agregat (Q)
Rumus : Q = Total tertahan saringan x Luas permukaan
Saringan 3/4 = 100 x 0,41 = 41
Saringan 1/2 = 83.3 x 0,41 = 34,153
Saringan 3/8 = 70.7 x 0,41 = 28.987
Saringan No.4 = 56.1 x 0,41 = 23.001
Saringan No.8 = 50.1 x 0,82 = 41.082
Saringan No.30 = 42.8 x 2,87 = 122.836
Saringan No. 100 = 79.9 x 12,29 = 981.971
Saringan No. 200 = 5.2 x 32,77 = 170.404
Jumlah = 1443.436
100
= 14.434 m
2
/Kg

h. Penyerapan Aspal (R)
T ( 100 A ) 100 x 1,014
Rumus : R = A -
B D

1,014( 100 6.5 ) 100 x 1,014
Rumus : R = 5 -
2.484 2,342
= 1.368

i. Tebal Lapis Film (S)
100 ( A R)
Rumus : S =
Q x T (100-A)

S = 100 (6.5 1.368
14.434 x 1,014 (100 6.5 )
S = 5.961 um (tabel 9).


Tabel 1 : Gradasi yang diizinkan untuk campuran HRS
Saringan Spesifikasi
inchi
inchi
3/
8
inchi
No. 4
No.8
No.30
No. 100
No. 200
100-100
70-100
57-82
50-61
46-60
14-60
3-28
2-8
Sumber : Spesifikasi PJP & PJK Bina Marga, Panduan Praktikum Laboratorium Jalan Raya
Dan Transportasi




6

Tabel 2 : Karakteristik Campuran HRS
Karakteristik Spesifikasi
VIM (Void in the Mix) (%)
Stabilias (Stability) (Kg)
Kelelehan (flow) (mm)
Masrhall Quotinons (KN/mm)
4-6
450-850
2-4
1-4
Sumber : Spesifikasi HRS (Direktorat Bina Marga)

Tabel 3 : Analisa Aggregat Gabungan Untuk Komposisi A
Material Kasar Halus
Abu
Batu
Nomor
Saringan
48 % 33 % 19 %
Total
Ideal
Spec
Spec
3 / 4 48 33 19 100 100 100
1/ 2 31.344 33 19 83.3 85 70-100
3 / 8 18.672 33 19 70.7 69,5 67-82
No.4 4.128 33 19 56.1 65,5 50-81
No. 8 0.048 33 17.062 50.1 64 46-80
No.30 0 32.703 10.089 42.8 54 14-60
No.100 0 3.168 4.769 79.9 15,5 3-28
No.200 0 1.419 3.8 5.2 5 2-8

Tabel 4 : Analisa Agregat Gabungan Untuk Komposisi B
Material Kasar Halus
Abu
Batu
Nomor
Saringan
43 % 35 % 22 %
Total
Ideal
Spec
Spec
3 / 4 43 35 22 100 100 100
1/ 2 28.079 35 22 85.1 85 70-100
3 / 8 16.727 35 22 73.7 69,5 67-82
No.4 3.698 35 22 60.7 65,5 50-81
No. 8 0.043 35 19.756 54.8 64 46-80
No.30 0 34.685 11.682 46.4 54 14-60
No.100 0 3.36 5.522 8.9 15,5 3-28
No.200 0 1.505 4.4 5.9 5 2-8

Tabel 5 : Analisa Agregat Gabungan Untuk Komposisi C
Material Kasar Halus
Abu
Batu
Nomor
Saringan
45 % 37 % 18 %
Total
Ideal
Spec
Spec
3 / 4 45 37 18 100 100 100
1/ 2 29.385 37 18 84.4 85 70-100
3 / 8 17.55 37 18 72.5 69,5 67-82
No.4 3.87 33 18 58.9 65,5 50-81
No. 8 0.045 37 18 53.2 64 46-80
No.30 0 36.667 16.164 46.2 54 14-60
No.100 0 3.556 9.552 8.1 15,5 3-28

7
No.200 0 1.591 4.515 5.2 5 2-8
Tabel 6 : Analisa Agregat Gabungan Untuk Komposisi D
Material Kasar Halus
Abu
Batu
Nomor
Saringan
46 % 30 % 24 %
Total
Ideal
Spec
Spec
3 / 4 46 30 24 100 100 100
1/ 2 30.038 30 24 84.0 85 70-100
3 / 8 17.899 30 24 71.9 69,5 67-82
No.4 3.956 30 24 58.0 65,5 50-81
No. 8 0.046 30 21.552 51.6 64 46-80
No.30 0 29.73 12.744 42.5 54 14-60
No.100 0 2.88 6.024 8.9 15,5 3-28
No.200 0 1.29 4.8 6.1 5 2-8
Tabel 7 : Analisa Agregat Gabungan Untuk Komposisi E
Material Kasar Halus
Abu
Batu
Nomor
Saringan
50 % 27 % 23 %
Total
Ideal
Spec
Spec
3 / 4 50 27 23 100 100 100
1/ 2 32.65 27 23 82.7 85 70-100
3 / 8 19.45 27 23 69.5 69,5 67-82
No.4 4.3 27 23 54.3 65,5 50-81
No. 8 0.05 27 20.654 47.7 64 46-80
No.30 0 26.757 12.213 39.0 54 14-60
No.100 0 2.592 5.773 8.4 15,5 3-28
No.200 0 1.161 4.6 5.8 5 2-8
Tabel 8 : Hasil Pengujian Marshall Test
Berat (Gram) Kadar
Aspal
B.D
Bulk
Dari
total
agregat
B.D
Effectif
Dari
total
agregat
Di Udara
Dalam
Air
Kering
Permuk.
Stabilitas kelelehan
A B C E F G L N
No
Benda
Uji
% Berat
total
cmp.
Dari Lab Dari
Lab
Dari
Lab
Dibaca FLOW
I 6,5 % 2.486 2.576 1150 669 1183 40 3.25
II 6,5 % 2.486 2.576 1163 670 1190 51 3.46
III 6,5 % 2.486 2.576 1168 671 1196 42 3.30
Tabel 9 : Hasil Pengujian Pasir Laut sebagai agregat halus pada campuran HRS
Hasil Pemeriksaan Variasi Agregat Halus No. Uraian
27 % 38 % 33 % 35 % 37 %
Satuan
1 Stabilitas 415.4 467.01 665.79 795.73 860.63 Kg
2 Rongga Udara 6.386 5.575 4.944 3.709 1.853 %
3 Flow 4.340 3.620 3.350 2.630 1.860 Mm

8
4 Marshall Quotient 0.940 1.267 1.921 2.964 4.598 Kn/mm
Grafik Analisa dan Penyajian Data


Pada grafik terlihat bahwa semakin meningkatnya prosentase kandungan pasir laut dalam
campuran maka nilai Flow semakin menurun, dan pada prosentase pasir laut sebesar 27 % dan
37 %, nilai Flow yang diperoleh sebesar 4,34 dan 1,86 dimana nilai ini melampaui batas yang
telah disyaratkan, yaitu 2 4 mm yang dapat mengakibatkan terjadinya alur (ruting)


Grafik 2. Hubungan Stabilitas Vs Variasi Pasir Laut (agregate halus)

Dari grafik 2 terlihat bahwa semakin meningkatnya prosentase kandungan pasir laut dalam
campuran maka nilai stabilitas yang diperoleh semakin meningkat hingga melampaui batas,
yang dapat mengakibatkan lapisan menjadi kaku dan cepat mengalami keretakan.

9

Grafik 3. Hubungan Rongga Udara Vs Variasi Pasir Laut (Agregat Halus)

Dari grafik 3 terlihat bahwa semakin meningkatnya prosentase kandungan pasir laut dalam
campuran maka nilai rongga udara semakin menurun, dan pada prosentase pasir laut sebesar 27
% melampaui batas maksimum yang dapat mengakibatkan lapisan tidak lagi kedap air, oksidasi
mudah terjadi, aspal rapuh/getas dan untuk nilai 37 % tidak mencapai batas minimum yang
dapat mengakibatkan bleeding.
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan
pengujian Laboratorium mengenai
pemanfaatan Pasir Laut sebagai aggregat
halus untuk perkerasan HRS, maka dapat
kami simpulkan sebagai berikut :
1. Penggunaan pasir laut dengan kadar
garam sebesar 6,96 % berat jenis bulk
2,603, berat jenis SSD 2,695, berat jenis
semu 2,859, penyerapan 3,420, berat isi
kondisi lepas 1,255 dan kondisi padat
1,375, ternyata layak digunakan untuk
perencanaan campuran HRS.
2. Dari hasil pengujian Marshall untuk
campuran HRS dengan kadar aspal yang
bervariasi antara 6,5 % - 8,5 % diperoleh
nilai kadar aspal optimum 7,5 % dengan
prosentase pasir laut antara 27 % sampai
37 %.
3. Prosentase pasir laut yang ideal untuk
digunakan adalah 30 %, 33 %, 35 %
sedang untuk 27 % dan 37 % melewati
batas maksimum dan minimum.

Saran-saran
1. Dari hasil penelitian pemanfaatan Pasir
Laut sebagai aggregat halus untuk
perkerasan jalan sebaiknya lebih
memperhatikan proporsi campuran agar di
peroleh hasil yang akurat
2. Campuran HRS dengan Pasir Laut
sebagai aggregat halus perlu di uji lebih
banyak dan pada lokasi yang berbeda
3. Untuk penelitian lebih lanjut sebaiknya
menggunakan kadar garam yang berbeda
.

1
0
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonimus, 1976 Manual pemeriksaan
Badan Jalan, No.01/MN/BM/1976,
Direktorat jendral Bina Marga,
Depertemen pekerjaan Umum, Jakarta.
2. Anonimus 1992, Spesifikasi Umum Jalan
Kabupaten, Direktorat Jendral Bina
Marga, Jakarta.
3. Anonimus, panduan Praktikum
Laboratorium Jalan Raya dan Transportasi
UMI, Makassar.
4. Anonimus 1991/1992, Buku 3 Spesifikasi
Umum Proyek peningkatan Jalan,
Direktorat Jendral Bina Marga, Jakarta
5. Anonimus, 1983, Petunjuk Pelaksanaan
Lapis Tipis Aspal Beton (LATASTON)
No. 12/PT/B/1983, Direktorat Jenderal
Bina Marga, Jakarta.
6. Anonimus 2000, Proyek Peningkatan
Jalan, Dinas Pekerjaan Umum Bina
Marga, Sulawesi Tenggara.
7. Slamet Sudarmaji, Bambang Haryono
Suhardi, Prosedur Analisa Untuk Bahan
Makanan dan Pertanian, Liberty,
Yogyakarta.
8. Silvia Sukirman, 1999, Perkerasan Lentur
Jalan Raya, Nova, Bandung.

11

Anda mungkin juga menyukai