Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Nur Asri
Zulkarnain Prakoso
RESIDEN PEMBIMBING :
dr. Intarniati N
DOSEN PEMBIMBING :
dr. Bambang Prameng Sp.F
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................2
KATA PENGANTAR..................................................................................................2
A.LATAR BELAKANG............................................................................................3
B.MASALAH............................................................................................................3
C.TUJUAN.................................................................................................................3
D.MANFAAT............................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................5
A.BIOLOGI TULANG MANUSIA..........................................................................5
1.Anatomi Tulang ......................................................................................................5
2.Struktur Molekuler Tulang .....................................................................................6
3.Histologi dan Metabolisme Tulang ........................................................................6
4.Pertumbuhan Tulang ..............................................................................................8
B.PENENTUAN JENIS KELAMIN BERDASAR PEMERIKSAAN TULANG....9
1.Identifikasi Berdasarkan Tulang-Tulang Kranium............................................9
2.Identifikasi Berdasarkan Tulang-Tulang Post-Kranium..................................14
C.PENENTUAN UMUR BERDASARKAN PEMERIKSAAN TULANG...........21
KESIMPULAN...........................................................................................................28
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan
KaruniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan referat yang berjudul Pemeriksaan
Tulang Untuk Identifikasi Umur dan Jenis Kelamin ini.
Referat ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam
menyelesaikan program pendidikan profesi dokter pada bagian Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Kami
mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Dr. L. Bambang Prameng N., Sp.F
2. Dr. Intarniati N. R.
yang telah memberikan bimbingan serta meluangkan waktunya bagi kami semua
sehingga referat ini terselesaikan.
Semoga referat ini dapat menambah wawasan serta informasi tentang
Pemeriksaan Tulang Untuk Identifikasi Umur dan Jenis Kelamin dalam Ilmu
Kedokteran Forensik bagi pembaca dan penulis.
Semarang,
Oktober 2007
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan
membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang.1 Tetapi adakalanya
korban yang ditemukan hanya berupa potongan tubuh atau bahkan hanya berupa
kerangka. Jika demikian maka proses identifikasi akan lebih sulit. Meskipun
demikian dari kerangka tersebut kita masih dapat memperoleh informasi yang
berkaitan dengan identitas seseorang seperti ras, jenis kelamin, umur, dan
perkiraan tinggi badan dari pemilik rangka tersebut.
Cabang ilmu dari forensik yang berkaitan dengan proses identifikasi
adalah antropologi forensik. Definisi dari antropologi forensik itu sendiri adalah
identifikasi dari sisa hayat manusia yang jaringan lunaknya telah hilang sebagian
atau seluruhnya sehingga tinggal kerangka, dalam konteks hukum.2
Dalam antropologi forensik, proses identifikasi rangka manusia dimulai
dengan identifikasi ras, lalu dilanjutkan dengan identifikasi jenis kelamin
kemudian identifikasi umur dan diakhiri dengan identifikasi tinggi badan. 2 Dalam
referat ini, kami akan membahas lebih lanjut mengenai identifikasi umur dan jenis
kelamin berdasarkan pemeriksaan tulang.
B. MASALAH
1. Bagaimanakah cara menentukan umur dan jenis kelamin berdasarkan
pemeriksaan tulang?
2. Tulang apa saja yang dapat digunakan untuk identifikasi umur dan jenis
kelamin?
C. TUJUAN
Tujuan dari penulisan referat ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui
cara-cara dan tulang apa saja yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam
identifikasi umur dan jenis kelamin.
3
D. MANFAAT
Manfaat dari penulisan referat ini adalah untuk menambah informasi
mengenai penentuan umur dan jenis kelamin berdasarkan pemeriksaan tulang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dewasa,
kolagen
mengeras
karena
terisi
bahan
anorganik
yang
kaya
kolagen.
Kalsifikasi
tulang
bertugas
meresorbsi
tulang.
Pembentukan
kembali
atau
4. Pertumbuhan Tulang
Osteogenesis atau osifikasi terjadi pada dua lokasi: intramembraneous
(contohnya pada tulang frontal dan parietal) dan endochondral (contohnya
pada tulang iga, vertebra, basis cranii, tulang tangan dan kaki), di mana
osifikasinya melalui fase kartilago. Pertumbuhan tulang meluas dari lokasi
penetrasi awal, yang menjadi foramen nutrisi, Membrana tipis bemama
perichondrium mengelilingi kartilago pada tulang panjang. Osteoblast di
bawah perichondrium pada tulang panjang fetus mulai mendeposit tulang di
sekitar bagian luar batang kartilago. Sekali hal ini terjadi, membran ini disebut
periosteum, jaringan ikat berserabut yang mendeposit tulang selapis demi
selapis. Diameter tulang panjang meningkat, dan osteoklas pada permukaan
endosteal meresorpsi tulang sedangkan osteoblas pada periosteum mendeposit
tulang. Proses pertumbuhan pada tulang melebar (diametrik) tulang panjang
ini disebut pertumbuhan aposisional. 2
Pertumbuhan memanjang tulang panjang terjadi pada bidang
epiphyseal oleh karenanya lokasi ini disebut bidang pertumbuhan yang
terletak diantara metaphysis (pusat osifikasi primer) dan epiphysis (pusat
osifikasi sekunder). Pertumbuhan memanjang ini menjauhi bagian tengah
tulang yakni menuju proksimal dan menuju distal. Pertumbuhan memanjang
tulang panjang berhenti ketika metaphysis menyatu dengan epiphysis. 2
Pada sebelas minggu sebelum lahir. biasanya terdapat kurang lebih
800 pusat osifikasi. Pada waktu lahir terdapat 450 pusat osifikasi. Pusat
osifikasi primer muncul sebelum lahir dan pusat osifikasi sekunder muncul
sesudah lahir. Setelah dewasa, semua pusat osifikasi primer dan sekunder
menyatu dan jumlah tulang menjadi 206 elemen. 2
kelamin.
1. Identifikasi Berdasarkan Tulang-Tulang Kranium.
Identifikasi berdasarkan tulang-tulang kranium ada dua cara. Cara
yang pertama yaitu dengan pengamatan dan cara yang kedua dengan
pengukuran.
a. Cara pengamatan
Terdapat dua cara pengamatan identifikasi jenis kelamin dari tulang
kranium, yaitu menurut Buikstra dan Mielke (1985) serta menurut
Krogmann (1986).
Laki-laki
Secara umum lebih besar
Cenderung >1450 cc
Lebih menonjol
Mengarah kebelakang
Perempuan
Secara umum lebih kecil
Cenderung <1300 cc
Lebih halus, datar
Halus,
tegak,
dan
membulat
Tumpul
Tajam
garis Lebih berkembang dan Kurang
berkembang,
menonjol
occipitalis eksterna
Krista mastoideus, processus Lebih besar, lebih lebar Halus, lebih tegak dan
supramastoideus,
zygomaticus
Tulang zygomaticus
membulat
ramping
dan kasar
halus
Mandibula: corpus, ramus, Lebih lebar, besar, tinggi, Kecil dan halus
symphisis dan condylus
Sudut gonion
Dagu/ gnathion
cenderung eversi
Cenderung segi empat, Lebih runcing
berproyeksi kedepan
10
dan
Laki-laki
besar
Lebih menonjol
Sedang-besar
Terdapat tanda perlekatan
otot
Kecil
Kecil
Persegi dengan tepi
tumpul
Membentuk slope, kurang
membulat
Berat, menonjol kelateral
Besar, lebar, bentuk U
Besar
Besar, simphysis tinggi,
ramus lebar
Bentuk U
Membentuk sudut
Menonjol
Perempuan
Kecil
Lebih halus, datar
Kecil-sedang
Tidak terdapat tanda
perlekatan otot
Besar
Besar
Bulat dengan tepi tajam
Vertical
Kecil, ramping
Kecil, parabolic
Kecil
Kecil, simphysis rendah
dan ramus lebih kecil
Bentuk V
Vertical
Datar
Gambar. 1 Perbandingan antara tengkorak laki-laki dan perempuan (kiri) dan perbandingan
antara mandibula laki-laki dan perempuan (kanan)
b. Cara pengukuran
Cara identifikasi dengan menggunakan pengukuran memiliki
akurasi 80-90%. Standar pengukuran yang digunakan adalah pengukuran
Hooton (1946). Sembilan pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:2
11
12
2)
3)
Laki-laki, p.05
565,79
1448,76
935,75
Laki-laki, rata-rata
558,22
1436,80
920,55
Borderline
536,93
1387,72
891,48
Perempuan, rata-rata
515,63
1338,64
862,41
13
Perempuan, p.05
509,72
1316,72
849,99
A
B
Gambar. 4
Jari-jari area foramen magnum (misal: r) = A + B
2
Area foramen magnum = 22 x r2
Rata rata daerah foramen magnum adalah 909.91 + 126.02 mm pada pria
dan 819.01 117.24 mm2- pada wanita.6
2. Identifikasi Berdasarkan Tulang-Tulang Post-Kranium
Identifikasi jenis kelamin berdasarkan tulang-tulang post-cranial
seringkali diobservasi berdasarkan dari ukuran tulang dan tekstur tulang.
Tetapi hal ini seringkali menimbulkan kesalahan karena banyak terjadi
tumpang tindih antara laki-laki dan wanita baik diantara populasi yang sama
maupun antar populasi yang berbeda.5
Pada umumnya pemeriksaan untuk penetuan jenis kelamin berdasarkan
tulang panggul, tulang dada dan tulang panjang.
a. Tulang panggul
14
Gambar. 5 Pelvis laki-laki (kiri) dan pelvis wanita (kanan). Panjang os pubis
ditandai dengan panah biru sedangkan panjang os ischium dengan panah merah.
Gambar. 7 Pelvis laki-laki ( gambar. 6a) dan pelvis perempuan ( gambar. 6b)
dilihat dari atas
a.
b.
Gambar 8. Pelvis laki-laki ( gambar. 7a) dan pelvis perempuan ( gambar. 7b)
dilihat dari depan
16
Gambar. 9 Pada gambar ini terlihat jelas bahwa kelengkungan sacrum pria berlanjut sampai
ke bawah sampai keseluruhan tulang sehingga proyeksi os coccyx agak kedepan.
17
Tabel 4. Identifikasi jenis kelamin pada tulang panggul yang diadaptasi dari
Buikstra dan Mielke (1985)4
Karakter tulang
Lengkung subpubic
Laki-laki
Perempuan
Bentuk V
Ramus ischiopubicum
Sedikit elevasio
Simphysis
Tinggi,segitiga,bikonveks Rendah,segiempat,anterior
arah antero-posterior
Foramen obturator
Acetabulum
Incisura
Besar
Kecil, cenderung segitiga
Besar, lebih mengarah Kecil, lebih mengarah
kedepan
kelateral
ischiadica Sudut agak menutup dan Sudut lebar dan dangkal,
mayor
Ilium
dalam, 30
Tinggi, mengarah keatas
60
Rendah, bagian atas lebih
Sendi sacro-iliaca
Sacrum
Besar
Relatif tinggi dan sempit
mengarah kelateral
Kecil dan oblik
Pendek dan lebar, lebih
oblik, bagian atas kurang
melengkung, susut sakro-
Inlet superior
Sulcus praauricularis
Lengkung ventral
Tidak nyata
Tidak nyata
lebih besar
Nyata
Nyata
b. Tulang Dada
Tulang sternum bisa bermanfaat dalam pengukuran manubrium,
pada wanita setengah dari panjang sternum, sedangkan manubrium pada
laki-laki
kurang
dari
setengah
panjang
sternum.
Penemuan
ini
18
Laki-laki
Perempuan
Rasio laki-laki
Panjang (mm)
Panjang (mm)
dan perempuan
20
Femur
Tibia
Fibula
Humerus
Radius
Ulna
491
409
388
336
255
276
434
359
351
317
220
236
88,5
88,0
90,5
94,5
86,4
85,5
21
dan
ligamen
terutama
tendon
gracilis
dan
ligamen
sakrotuberosum.
8) Fase kedelapan (39-44 tahun)
Permukaan simfisis umumnya halus dan inaktif, permukaan ventral
juga inaktif, batas oval sempurna atau hampir sempurna, ekstremitas
sangat jelas, tidak dijumpai bingkai (rim) yang jela pada permukaan
simfisis, tidak dijumpai bibir yang jelas baik pada tepi ventral aupun
dorsal.
9) Fase kesembilan (umur 45-50 tahun)
Permukaan simfisis menunjukan lebih kurang bingkai yang jelas, tepi
dorsal smuanya berbibir, tepi ventral berbibir tidak teratur.
10) Fase kesepuluh (umur 50 tahun keatas)
Permukaan simfisis mengalami erosi dan menunjukan osifikasi yang
tidak menentu, tepi ventral lebih kurang mulai hancur dengan
bertambahnya umur.
22
6) Lereng ventral.
Sampai umur 22 tahun keatas, batas ventral permukaan simfisis pubis
bersatu dengan permukaan ventral permukaan tulang pubis. Pada
umur yang lebih tua terbentuk permukaan sempit diantara keduanya.
Tood menyebutkan lereng ventral permukaan intermedia dan
menganggapnya sebagai gambaran yang berguna untuk perkiraan
umur. Ia mulai muncul pada umur 23 tahun dan baru sempurna pada
umur 27 tahun. Antara 28-33 tahun ia telah terbentuk sempurna
sepanjang permukaan simfisis pubis. Pada individu yang pada
umurnya lebih tua dari 33 atau 34 tahun bagian atas lereng ventral
menghilang tapi pada variasi hal ini sangat besar.
7) Bingkai simfisis
Pada orang yang lebih tua, permukaan simfisis kadang-kadang
dibatasi oleh bingkai yang relatif lebar dan tumpul. Hal ini dapat
dijumpai pada orang yang berumur diatas 30 tahun dan frekuensinya
meningkat setelah umur 34 tahun, meskipun variasinya juga besar.
karenanya bila dijumpai bingkai yang jelas secara aman dapat
dikatakan bahwa umur 35-an atau lebih, tetapi individu tanpa bingkai
mungkin tidak selalu mudah.
24
Klavikula, medial
Scapula: processus acromialis
Humerus : caput
Tuberkel mayor
24
24
11 15
9 13
Epicondylus lateralis
Radius: caput
11 17
14 19
10 14
13 16
distal
Ulna, distal
Ilium : Krista iliaca
Ischium: pubis
Tuberositas ischium
Femur: caput
16 20
18 20
17 20
79
17 22
15 18
16 19
16 19
17 19
79
16 20
13 17
Distal
Tibia: proximal
14 19
15 19
14 17
14 17
Distal
Fibula : proximal
14 18
14 20
14 16
14 18
14 18
13 16
Trochlea
distal
25
e. Sphenotemporal superior
Gigi incisivus 1
: 6 8 bulan
Gigi incisivus 2
: 8 10 bulan
Gigi caninus
: 16 20 bulan
Gigi molar 1
: 16 20 bulan
Gigi molar 2
: 20 30 bulan
Rahang Bawah
Incisivus 1
7 8 tahun
6 7 tahun
Incisivus 2
8 9 tahun
7 8 tahun
Caninus
11 13 tahun
8 10 tahun
Premolar 1
10 11 tahun
10 11 tahun
Premolar 2
12 13 tahun
11 12 tahun
Molar 1 (6 tahun)
6 7 tahun
6 7 tahun
11 13 tahun
11 13 tahun
26
Molar 3
17 21 tahun
27
17 21 tahun
BAB III
KESIMPULAN
Jenis kelamin dan umur bisa ditentukan dari pemeriksaan tulang. Secara garis
besar penentuan jenis kelamin dari sebuah rangka dilakukan melalui 2 cara, yaitu cara
yang pertama adalah melalui pengamatan dari karakteristik tulang-tulang tertentu dan
cara yang kedua yaitu dengan cara pengukuran. Tulang-tulang yang dapat digunakan
sebagai bahan identifikasi jenis kelamin diantaranya adalah tulang kranium, tulang
panggul, tulang dada, dan tulang panjang. Sedangkan penentuan umur bisa
berdasarkan morfologi simpisis pubis, mulai bersatunya epifisis dan diafisis,
penutupan sutura kranium, dan erupsi gigi.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Munim A, Hertian S, et al.
Ilmu kedokteran forensik. Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 1997
2. Indrati E. Antropologi forensik. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press, 1993
3. Knight B. Forensic pathology. Second ed. New York: Oxford University Press,
1996
4. Briggs CA. Anthropological assessment. In : Clement JG, Ranson DL, editors.
Craniofacial identification in forensic medicine. New York: Oxford University
Press, 1998. p. 53-55
5. Determination of sex by foramen magnum. Available from URL: HYPERLINK
http://www.ispub.com
6. Idries AM. Pedoman ilmu kedokteran forensic. Edisi pertama. Jakarta: Bina Rupa
Aksara, 1997
7. Fatteh A. Handbook of forensic pathology. Philadelphia: J.B.Lippincot Company,
1973. p. 51-65
8. Ritonga
M, Penentuan umur
melihat
dari perubahan
bentuk simfisis
29
30