Anda di halaman 1dari 134

PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI

Kedelai
TAHUN 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Kementerian Pertanian
2013
PEDOMANTEKNISPENGELOLAANPRODUKSI
Kedelai
TAHUN 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Kementerian Pertanian
2013
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
KATA PENGANTAR
Kebutuhan kedelai nasional meningkat setiap tahunnya, seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya kesadaran masyarakat akan
gizi makanan, berkembangnya industri pangan dan pakan ternak.
Melihat peran yang sangat strategis tersebut, peluang pengembangan
kedelai dalam negeri cukup luas, iklim yang sesuai, ketersediaan teknologi
tepat guna, besarnya permintaan dalam negeri serta dukungan program
Pemerintah.
Dalam rangka tercapainya produksi kedelai tahun 2013 upaya yang dilakukan
melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam, maka disusun
pedoman teknis kedelai sebagai acuan bagi daerah. Diharapkan untuk
kelancaran pelaksanaan di daerah agar pedoman teknis tersebut dijabarkan
kedalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) di tingkat Provinsi dan Petunjuk
Teknis (Juknis) di tingkat Kabupaten/Kota.
Dengan adanya Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun
2013 ini, diharapkan semua pihak dapat saling berkoordinasi dan bersinergi
sehingga kegiatan pelaksanaan kedelai dapat berjalan sesuai yang diharapkan
dan produksi kedelai tercapai.
Jakarta, Januari 2013
Direktur Jenderal Tanaman Pangan
Udhoro Kasih Anggoro
NIP. 19561106 198403 1 002
i
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
i
ii
iv
v
I.
II.
III.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Dasar Hukum
C. Tujuan
D. Maksud
E. Pengertian
SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
A. Sasaran
B. Strategi
C. Kebijakan
PROGRAM, KEGIATAN, ANGGARAN DAN INDIKATOR
KEBERHASILAN
A. Program
B. Kegiatan
C. Anggaran
D. Indikator Keberhasilan
1
1
2
6
6
6
11
11
13
14
17
17
18
22
26
ii
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
IV
V.
VI.
PENGORGANISASIAN PELAKSANANAAN PROGRAM
DAN KEGIATAN
A. Pengorganisasian
B. Tata Hubungan Kerja Operasional
C. Jadwal dan Mekanisme Pengadaan Barang Jasa
PENGENDALIAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Pengendalian
B. Evaluasi
C. Pelaporan
D. Pelaksanaan Program
PENUTUP

27
27
47
49
55
55
55
55
56
58
iii
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Kedelai Tahun 2013
Skenario Peningkatan Produksi Kedelai Tahun 2013
Kriteria Kawasan SL-PTT Kedelai
Indikator Kinerja dan Keluaran (Output) Kegiatan
Peningkatan Produksi dan Produktivitas Kedelai
Tahun 2013
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan SL-PTT Kedelai
Tahun 2013
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Model
PTT Kedelai Tahun 2013
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Perluasan Areal Tanam
Baru (PATB) Kedelai Tahun 2013
Kriteria Kesesuaian Agroklimat Untuk Tanaman Kedelai
Daftar Nama Kedelai Berdasarkan Umur dan Warna Biji
Penyebaran Varietas Kedelai Tahun 2010
11
12
19
26
50
51
52
60
68
71
iv
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Kedelai Tahun 2013 per Provinsi
Rincian Kegiatan Pengembangan Kedelai Tahun 2013
yang Dibiayai APBN per Provinsi
Rincian SL-PTT Kedelai Tahun 2013 Per Kabupaten
Pembagian Lokasi SL-PTT Berdasarkan Bantuan
Benih Subsidi
Rincian Biaya (Unit Cost) SL-PTT Kedelai Tahun 2013
Rincian Pengembangan Kedelai Model Tahun 2013
per Kabupaten
Rincian Biaya (Unit Cost) Pengembangan Model PTT
Kedelai
Rincian Perluasan Areal Tanam Baru (PATB) Kedelai
Tahun 2013 per Kabupaten
Daftar Calon Petani dan Calon Lokasi Penerima
Bantuan Benih Bersubsidi SL-PTT dan Bansos
SL-PTT Tahun 2013
Contoh Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota
Lampiran Surat Keputusan Kepala Dinas Kabupaten/
Kota Penetapan Kelompoktani Penerima Dana
Bansos untuk LL dan Dana Pertemuan Kelompok
SL-PTT Tahun 2013
Lampiran Surat Keputusan Kepala Dinas Kabupaten/
Kota Penetapan Kelompoktani Penerima Bantuan
Benih Subsidi SL-PTT Tahun 2013
Rencana Usaha Kelompok Pelaksanaan SL-PTT
Tahun 2013
72
73
74
81
87
92
93
94
96
97
100
101
102
v
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 18
Lampiran 19
Lampiran 20
Lampiran 21
Lampiran 22
Lampiran 23
Lampiran 24
Lampiran 25
Lampiran 26
Lampiran 27
Surat Pernyataan
Berita Acara Pemeriksaan Barang Bantuan Paket
Teknologi Budidaya Kedelai Kegiatan PATB TA. 2013
Berita Acara Serah Terima Barang Bantuan Paket
Teknologi Budidaya Kedelai Kegiatan PATB TA. 2013
Rekapitulasi Berita Acara Serah Terima Barang
Bantuan Paket Teknologi Budidaya Kedelai Kegiatan
PATB TA. 2013
Laporan Kelompok Tani Pelaksana SL-PTT
Mekanisme Pencairan Dana Bantuan SL-PTT Pola
Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) TA. 2013
Berita Acara Penerimaan Dana Bantuan SL-PTT/
Pengembangan Model PTT Tahun 2013
Blangko Laporan Bulanan Kecamatan Realisasi
SL- PTT/Pengembangan Model PTT/PATB Kedelai
Tahun 2013
Blangko Laporan Bulanan Kabupaten Realisasi
SL-PTT/ Model PTT Kedelai Tahun 2013
Blangko Laporan Bulanan Kabupaten Realisasi PATB
Kedelai Tahun 2013
Blangko Laporan Bulanan Provinsi Realisasi SL-PTT
/Pengembangan Model PTT Kedelai Tahun 2013
Blangko Laporan Bulanan Provinsi Realisasi PATB
Kedelai Tahun 2013
Blangko Laporan Akhir Provinsi Realisasi SL-PTT
Kedelai Tahun 2013
Blangko Laporan Akhir Provinsi Realisasi
Pengembangan Model PTT/PATB Kedelai Tahun 2013
103
104
106
108
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
vi
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
Lampiran 28
Lampiran 29
Lampiran 30
Laporan Awal Pengelolaan Produksi Tanaman Kedelai
Tahun 2013
Laporan Bulanan Pengelolaan Produksi Tanaman
Kedelai Tahun 2013
Laporan Akhir Pengelolaan Produksi Tanaman
Kedelai Tahun 2013
120
121
122
vii
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan akan kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun seiring
dengan pertumbuhan penduduk. Dalam kurun waktu lima tahun
ke depan (tahun 2010-2014) kebutuhan kedelai setiap tahunnya
2.300.000 ton biji kering, akan tetapi kemampuan produksi dalam
negeri saat ini baru mampu memenuhi sebanyak 851.286 ton (ATAP
Tahun 2011, BPS) atau 37,01 % dari kebutuhan sedangkan berdasarkan
ARAM II tahun 2012 baru mencapai 783.158 ton atau 34,05 %.
Sehingga untuk memenuhi kekurangan kebutuhan tersebut harus
dipenuhi dari impor. Adanya impor tersebut akan menyebabkan berbagai
kerugian bagi Indonesia antara lain: a) hilangnya devisa negara yang
cukup besar, b) mengurangi kesempatan kerja bagi rakyat Indonesia,
dan c) meningkatkan ketergantungan jangka panjang. Sehingga dengan
adanya, fenomena ini akan mempengaruhi sistem ketahanan pangan
nasional.
Beberapa dekade ini, isu pangan nasional sering mengalami guncangan
baik karena praktek perdagangan maupun karena isu perubahan
iklim yang tidak dapat diprediksi. Baru-baru ini, negara yang menjadi
produsen kedelai seperti Amerika Serikat semakin hati-hati mengelola
komoditi strategis akibat prediksi iklim kekeringan yang akan terjadi.
Momentum ini merupakan suatu pembelajaran penting bagi Indonesia
dalam merevitalisasi kemampuan produksi komoditi strategis yang
dimiliki.
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
2
Beberapa permasalahan terjadi rendahnya produksi kedelai adalah:
1. Menurunnya luas pertanaman dan luas panen kedelai.
2. Masih rendahnya produktivitas kedelai yang dicapai, dimana di tingkat
petani produktivitas rata-rata kedelai hanya mencapai 13,78 ku/ha
(ARAM II Tahun 2012, BPS), sedangkan potensi produksi beberapa
varietas unggul dapat mencapai 20,00 35,00 ku/ha. Hal ini dikarenakan
belum optimalnya penerapan teknologi spesik lokasi di lapangan.
3. Adanya persaingan harga antar komoditi, dimana harga kedelai di
tingkat petani cenderung rendah akibat dari membanjirnya kedelai
impor dengan harga yang lebih murah menjadi penyebab utama
berkurangnya minat petani menanam kedelai.
4. Kepemilikan lahan petani kedelai mayoritas kecil/gurem (<0,5 ha)dan
komoditi kedelai seringkali dijadikan pilihan terakhir bagi petani.
Bila dilihat dari perspektif waktu swasembada kedelai tahun 2014 hanya
menyisakan 2 tahun pertanaman (Oktober 2012-September 2013 untuk
mencapai sasaran produksi 2013 dan Oktober 2013-September 2014
untuk mencapai sasaran produksi 2014). Oleh karena itu diperlukan
kerja keras untuk pencapaian produksi. Berangkat dari konteks di
atas Direktorat Jenderal Tanaman Pangan merancang kegiatan untuk
peningkatan produksi kedelai tahun 2013.
B. Dasar Hukum
Menimbang : a. bahwa dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
02/ Permentan/OT.140/1/2012 telah ditetapkan
Pedoman Pengelolaan Bantuan Sosial Kementerian
Pertanian Tahun Anggaran 2012
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
3
b. bahwa dalam rangka pemberdayaan sosial,
perlindungan sosial, penanggulangan kemiskinan,
dan penanggulangan bencana, kegiatan penyaluran
Bantuan Sosial untuk Pertanian perlu dilanjutkan
dan disempurnakan pada Tahun Anggaran 2013;
c. bahwa atas dasar hal tersebut di atas, dan agar
pelaksanaan kegiatan Pengelolaan Belanja Bantuan
Sosial Kementerian Pertanian Tahun Anggaran
2013 dapat berjalan dengan baik, maka perlu
menetapkan Pedoman Umum Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Belanja Bantuan Sosial
Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2013;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4286);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4355);
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4400);
4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2012 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2013 (Lembaran Negara Tahun 2012
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
4
Nomor 228, Tambahan Lembaran Negara Nomor
5361);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4609) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4855);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara
Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5165);
7. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon
I Kementerian Negara;
8. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah juncto
Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor
54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;
9. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2012 tentang
Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013;
10. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang
Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (Lembaran Negara Tahun 2002
Nomor 73 Tambahan Lembaran Negara 4212) juncto
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
5
Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara;
11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/
PMK.06/2005 tentang Pedoman Pembayaran
Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara;
12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/
OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pertanian;
13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 37/
PMK.02/2012 tentang Standar Biaya Umum Tahun
2013;
14. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 6452/Kpts/
KU.410/12/2012 tentang Penetapan Pejabat
Pengelola Keuangan Lingkup Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Tahun
Anggaran 2013;
15. Keputusan Direktur Jenderal Tanaman pangan
Selaku Kuasa Pengguna Anggaran Nomor I/KPA/
SK.310/12/2013 tentang Pengangkatan Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK)/ dan Penanggung Jawab
Teknis Kegiatan pada Satuan Kerja Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan;
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
6
C. Tujuan
Pedoman teknis pengelolaan produksi kedelai bertujuan untuk :
1. Menyediakan acuan bagi pelaksanaan pengembangan budidaya
kedelai untuk mendukung kegiatan peningkatan produksi tahun
2013 di Provinsi dan Kabupaten/Kota
2. Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan peningkatan
produksi kedelai melalui kegiatan pengembangan budidaya kedelai
antara pusat, provinsi dan kabupaten/kota
3. Mempercepat penerapan komponen teknologi PTT/spesik lokasi
kedelai oleh petani sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam mengelola usahataninya untuk mendukung
peningkatan produksi nasional
4. Memfasilitasi dan memediasi stakeholders terkait dalam rangka
mendukung peningkatan produksi dan pengembangan komoditas
kedelai dari hulu hingga hilir
5. Meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan serta
kesejahteraan petani kedelai
D. Maksud
Sebagai bahan acuan bagi pelaksanaan kegiatan dan petugas di tingkat
lapang.
E. Pengertian
1. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) adalah suatu pendekatan
inovatif dalam upaya meningkatkan produktivitas dan esiensi
usahatani melalui perbaikan sistem / pendekatan dalam perakitan
paket teknologi yang sinergis antar komponen teknologi, dilakukan
secara partisipatif oleh petani serta bersifat spesik lokasi.
Komponen teknologi dasar PTT adalah teknologi yang dianjurkan
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
7
untuk diterapkan di semua lokasi. Komponen teknologi pilihan
adalah teknologi pilihan disesuaikan dengan kondisi, kemauan, dan
kemampuan
2. Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT)
adalah suatu tempat pendidikan non formal bagi petani untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali
potensi, menyusun rencana usahatani, mengatasi permasalahan,
mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai
dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan
berwawasan lingkungan sehingga usahataninya menjadi esien,
berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan. Dengan luasan minimal
500 ha per Kabupaten/Kota
3. Laboratorium Lapangan (LL) adalah kawasan / area yang
terdapat dalam kawasan SL-PTT yang berfungsi sebagai lokasi
percontohan, temu lapang, tempat belajar dan tempat praktek
penerapan teknologi yang disusun dan diaplikasikan bersama oleh
kelompoktani / petani
4. Petugas/PemanduLapangan (PL) adalah Penyuluh Pertanian,
Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), Pengawas
Benih Tanaman (PBT) yang telah mengikuti pelatihan SL-PTT
5. POSKO I - V adalah Pos Simpul Koordinasi sebagai tempat
melaksanakan koordinasi dalam rangka mendukung kelancaran
pelaksanaan SL-PTT, POSKO yang dimaksud adalah POSKO yang
telah ada misalnya POSKO P2BN
6. Rencana Usahatani Kelompok (RUK) adalah rencana kerja usahatani
dari kelompoktani untuk satu periode musim tanam yang disusun
melalui musyawarah dan kesepakatan bersama dalam pengelolaan
usahatani sehamparan wilayah kelompoktani yang memuat uraian
kebutuhan, jenis, volume, harga satuan dan jumlah uang yang
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
8
diajukan untuk pembelian saprodi
7. Pupuk Organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya
terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran
hewan, antara lain pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos
(humus) berbentuk padat yang telah mengalami dekomposisi
8. Pengawalan dan Pendampingan oleh Peneliti adalah kegiatan
yang dilakukan oleh peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) didukung oleh peneliti UK/UPT Lingkup Badan Litbang
Pertanian guna meningkatkan pemahaman dan akselerasi adopsi
PTT dengan menjadi narasumber pada pelatihan, penyebaran
informasi, melakukan uji adaptasi varietas unggul baru, demplot,
dan supervisi penerapan teknologi
9. Pengawalan dan Pendampingan oleh Penyuluh adalah kegiatan yang
dilakukan oleh Penyuluh guna meningkatkan penerapan teknologi
spesik lokasi sesuai rekomendasi BPTP dan secara berkala
hadir di lokasi khususnya lokasi LL dalam rangka pemberdayaan
kelompoktani sekaligus memberikan bimbingan kepada kelompok
dalam penerapan teknologi
10. Pengawalan dan Pendampingan oleh POPT (Pengawas Organisme
Pengganggu Tanaman) adalah kegiatan pendampingan oleh
Pengawas OPT dalam rangka pengendalian hama terpadu
11. Pengawalan dan Pendampingan oleh Pengawas Benih Tanaman
adalah kegiatan pendampingan oleh Pengawas Benih dalam rangka
pengawasan benih
12. Kelompoktani adalah sejumlah petani yang tergabung dalam satu
hamparan / wilayah yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan
untuk meningkatkan usaha agribisnis dan memudahkan pengelolaan
dalam proses distribusi, baik benih, pestisida, sarana produksi dan
lain-lain
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
9
13. Swadaya adalah semua upaya yang berasal dari modal petani
sendiri
14. Benih subsidi adalah benih padi hibrida, padi lahan kering, jagung
(hibrida dan komposit) dan kedelai bersertikat kelas benih sebar
(BR) yang mendapatkan subsidi bersumber dari dana APBN dalam
proses pengadaan dan penyalurannya oleh PT. SHS (Persero) dan
PT. Pertani (Persero)
15. Kawasan pertumbuhan adalah kawasan esksiting yang belum
berkembang dengan titik berat pengembangan pada kegiatan
on farm, penerapan teknologi budidaya, penyediaan sarana dan
prasarana pertanian, penguatan kegiatan, penyuluhan pertanian
16. Kawasan pengembangan adalah kawasan pada kondisi yang
cukup berkembang dengan titik berat pengembangan on farm,
kelembagaan tani, penyediaan sarana dan prasarana, penyuluhan
17. Kawasan pemantapan adalah kawasan yang telah berkembang
dengan titik berat pengembangan pada penguatan kelembagaan,
peningkatan mutu, penguatan akses pemasaran, pengembangan
pasca panen, pengembangan olahan
18. Pengembangan Model Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
Kedelai adalah sarana mempercepat desiminasi/transfer teknologi
PTT dengan luasan minimal 5.000 ha per Kabupaten/Kota
19. Perluasan Areal Tanam Baru (PATB) Kedelai adalah perluasan areal
tanam kedelai pada lahan-lahan yang sebelumnya tidak pernah
ditanami kedelai dan atau dulu pernah ditanam kedelai tetapi
sekarang tidak ditanami lagi (peningkatan IP) bisa pada lahan
sawah beririgasi, sawah tadah hujan, lahan pasang surut/rawa,
lahan kering, lahan perhutani dll dengan luasan minimal 250 ha per
Kabupaten/Kota
20. Belanja bantuan bansos adalah pengeluaran berupa transfer uang,
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
10
barang atau jasa yang diberikan oleh Pemerintah Pusat/Daerah
kepada masyarakat guna melindungi masyarakat dari kemungkinan
terjadinya resiko sosial, meningkatnya kemampuan ekonomi dan /
atau kesejahteraan masyarakat
21. Dana bantuan sosial adalah penyaluran atau transfer uang kepada
kelompok/masyarakat pertanian yang mengalami resiko sosial
keterbatasan modal sehingga mampu mengakses pada lembaga
permodalan secara mandiri
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
11
II. SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
A. Sasaran
1. Sasaran Produksi Tahun 2013
Dalam upaya peningkatan produksi kedelai menuju swasembada
tahun 2014, maka ditetapkan sasaran produksi kedelai tahun 2013
sebesar 50% dan tahun 2014 sebesar 80%. Sasaran produksi
kedelai tahun 2013 sebesar 1.500.000 2.250.000 ton, jika
dibanding dengan produksi berdasarkan Aram II 2012 sebesar
783.158 ton meningkat 91,53% 187,30%. Sasaran luas tanam,
luas panen, produktivitas dan produksi kedelai tahun 2013 seperti
pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Kedelai Tahun 2013
2. Skenario Pencapaian Produksi
Dari sasaran tersebut diatas pencapaian produksi kedelai tahun
2013 akan ditempuh melalui Peningkatan Produktivitas pada
areal tanam yang selama ini telah terbiasa melakukan budidaya
kedelai seluas 600.000 ha dan Perluasan Areal Tanam yang
diarahkan merupakan lahan areal tanam baru diluar areal tanam
yang sudah terbiasa bertanam kedelai, seluas 418.500 ha. Adapun
No Uraian Roadmap Awal Usulan Revisi
1 Luas Tanam (ha) 1,538,000 1,018,500
2 Luas Panen (ha) 1,465,000 970,000
3 Produktivitas (ku/ha) 15.36 15.46
4 Produksi (ton) 2,250,000 1,500,000
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
12
secara rinci sasaran capaian produksi kedelai 2013 seperti pada
tabel 2 berikut ini.

Skenario pencapaian produksi 2013 dapat terealisasi apabila
seluruh faktor kunci dan pendukung peningkatan produksi berikut
ini dapat dipenuhi:
a. Fasilitasi pemerintah dalam penyediaan bantuan sarana produksi.
b. Kebijakan harga (HPP) dan pemasaran hasil kedelai
c. Penyediaan anggaran dan pembiayaan
Berdasarkan skenario pencapaian 2013 kedelai di atas kegiatan yang
dibiayai oleh APBN 2013 adalah SL-PTT Kedelai seluas 455.000 ha,
Pengembangan Model PTT Kedelai seluas 110.000 ha dan Perluasan
Areal Tanam Baru (PATB) kedelai seluas 118.250 ha. Sedangkan
untuk swadaya di lahan eksisting seluas 145.000 ha dan perluasan
areal swadaya seluas 180.250 ha, dan perluasan areal tanam di
lahan perhutani seluas 10.000 ha sehingga sasaran produksi kedelai
2013 diharapkan akan tercapai sebesar 1.500.000 2.250.000 ton.
No. Uraian
Luas
Tanam
(Ha)
Luas
Panen
(Ha)
Produk-
tivitas
(ku/ha)
Produksi
(Ton)
1 Peningkatan Produktivitas 600,000 571,440 15.07 888,618
a. Kegiatan SL-PTT pada eksisting area
pola kawasan
455,000 433,342 16.00 693,347
b. Pembinaan areal Swadaya + subsidi
Rhizobium+Ca
145,000 138,098 14.14 195,271
2 Perluasan Areal Tanam 418,500 398,560 15.68 611,382
a. Pengembangan Model PTT areal baru 110,000 104,764 17.00 178,099
b. Perluasasan Areal Tanam Baru (PATB)
peningkatan IP
118,250 112,621 17.00 191,456
c. Pengembangan kedelai di lahan
Perhutani (GP3K)
10,000 9,523 15.00 13,244
d. Perluasan areal swadaya 180,250 171,652 13.73 228,583
JUMLAH 1,018,500 970,000 15.46 1,500,000
Tabel 2. Skenario Peningkatan Produksi Kedelai Tahun 2013
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
13
B. Strategi
Pencapaian peningkatan produksi kedelai tahun 2013 dilakukan melalui
strategi sebagai berikut :
1. Peningkatan Produktivitas
Upaya peningkatan produktivitas dilaksanakan melalui peningkatan
kualitas dan kuantitas sistem perbenihan kedelai, perbaikan teknik
budidaya kedelai di tingkat petani, memperlancar penyediaan
saprodi, modal dan teknologi, dan mempercepat adopsi paket
teknologi melalui SL-PTT disertai pengawalan, sosialisasi,
pemantauan, pendampingan dan koordinasi.
2. Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan
Perluasan areal dan optimasi lahan dilaksanakan dengan menarik
minat dan gairah petani dan investor dalam pengembangan
kedelai, meningkatkan IP, dalam rangka optimalisasi lahan dan
teknologi, perluasan wilayah baru, untuk mengembangkan pusat
pertumbuhan, pengembangan kerjasama investor dengan petani
dan kooperasi, pengembangan produksi kedelai skala besar untuk
bahan baku industri, dan pengembangan budidaya tumpang sari
dengan ubi kayu.
3. Pengamanan Produksi
Pengamanan produksi dilakukan melalui pengendalian OPT dan
antisipasi dampak fenomena iklim serta pengurangan kehilangan
hasil dengan menerapkan gerakan manajemen pasca panen,
teknologi panen melalui mobilisasi peralatan, sabit bergerigi, terpal,
pedal dan power threser.
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
14
4. Penyempurnaan Manajemen
Strategi tersebut dilakukan melalui 1) Kebijakan pasar, distribusi
dan harga hasil produksi, 2) Perbaikan system perkreditan
pertanian, 3) Penguatan sistem data, 4) Pengembangan kawasan
food estate, 5) Pengembangan system resi gudang, 6) Penguatan
petugas lapangan, 7) Pemantapan pola pengadaan saprodi, 8) Penataan
kebijakan subsidi pertanian, 9) Meningkatkan intensitas koordinasi
Pusat, daerah dan seluruh stakeholder.
C. Kebijakan
Kebijakan yang ditempuh untuk swasembada kedelai tahun 2014 pada
dasarnya diarahkan untuk mendorong terwujudnya usaha tani kedelai
yang memiliki daya saing terhadap kedelai impor, memenuhi kebutuhan
kedelai nasional serta untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Dasar
pengambilan kebijakan tersebut berasal dari 4 (empat) Sukses Program
Kementerian Pertanian, Gema Revitalisasi Pertanian. Kebijakan
kebijakan yang di tempuh meliputi:
1. Meningkatkan produksi kedelai menuju swasembada tahun 2014
2. Mengembangkan agribisnis kedelai dengan menumbuhkembangkan
peran swasta, koperasi dan BUMN
3. Meningkatkan sumber permodalan usaha tani yang mudah di
akses petani
4. Mengembangkan sistem pemasaran hasil panen dan merevitalisasi
tata niaga yang kondusif bagi petani
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
15
Secara operasional, kebijakan pembangunan tanaman pangan
khususnya untuk Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi
diprioritaskan pada pencapaian swasembada kedelai tahun 2014.
Dalam pencapaian swasembada tersebut perlu didukung oleh iklim
berusahatani yang kondusif. Dukungan kebijakan untuk menciptakan
iklim usahatani kedelai yang kondusif diantaranya dengan:
1. Harga
Usaha tani kedelai dapat berjalan apabila petani memperoleh
insentif/keuntungan yang memadai. Oleh karena itu pemerintah
perlu menjaga kestabilan harga dan pasar melalui penetapan harga
pembelian oleh pemerintah. Dalam pengendalian harga tersebut
diperlukan koordinasi dengan instansi dan stakeholder terkait, baik
pada tingkat pusat, Propinsi maupun Kabupaten/Kota.
2. Penetapan Tarif Bea Masuk
Produk kedelai impor sering membanjiri pasar dalam negeri dengan
harga yang lebih murah. Hal ini dapat menghancurkan agribisnis
kedelai dalam negeri. Oleh karena itu perlindungan terhadap petani
mulai dari aspek proses produksi sampai aspek pemasaran hasil
dan sistem perdagangannya perlu dikembangkan lebih lanjut. Salah
satu upaya untuk menghadapi persaingan dengan produk impor,
pemerintah menerapkan pemberlakuan tarif bea masuk impor.
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
16
3. Penyederhanaan Tataniaga
Rantai tataniaga kedelai dalam negeri cenderung rumit dan panjang
sehingga selisih harga di tingkat produsen (petani) dengan harga di
tingkat grosir dan eceran cukup mencolok. Untuk meminimalisir
hal tersebut, pemerintah perlu mengatur tataniaga kedelai agar
lebih sederhana dengan rantai tataniaga yang lebih pendek.
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
17
III. PROGRAM, KEGIATAN, ANGGARAN
DAN INDIKATOR KEBERHASILAN
A. Program
Dalam mewujudkan sasaran utama Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan, program yang ditetapkan tahun 2013 adalah Program
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan
Untuk mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan.
Indikator keberhasilan kinerja Program Peningkatan Produksi,
Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan Untuk mencapai Swasembada
dan Swasembada Berkelanjutan adalah perluasan penerapan budidaya
tanaman pangan yang tepat yang didukung oleh sistem penanganan
pascapanen dan penyediaan benih serta pengamanan produksi yang
esien untuk mewujudkan produksi tanaman pangan yang cukup dan
berkelanjutan.
Pelaksanaan Program Pengelolaan Produksi, Produktivitas dan Mutu
Kedelai dilakukan melalui tahapan kegiatan antara lain :
1. Penetapan sasaran luas tanam, luas panen, produktivitas, dan
produksi bulanan dan tahunan
2. Penyusunan kegiatan untuk pencapaian sasaran produksi
3. Penyusunan kebutuhan sarana prasarana factor produksi
4. Monitoring dan evaluasi pencapaian sasaran luas tanam, luas
panen, produktivitas, dan produksi bulanan, triwulan dan tahunan
5. Koordinasi dan monitoring daerah pengembangan kedelai
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
18
Program disusun dan dilaksanakan secara berjenjang sebagai berikut:
1. Program Tingkat Nasional disusun dan dilaksanakan oleh Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan yang dikelola oleh Direktorat Budidaya
Aneka Kacang dan Umbi, dengan mempertimbangkan hasil
koordinasi dengan Provinsi dan instansi terkait serta pemangku
kepentingan lainnya.
2. Program Tingkat Provinsi merupakan penjabaran dari Program
Nasional, disusun dan dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Provinsi
dengan mempertimbangkan hasil koordinasi dengan Kabupaten/
Kota dan instansi terkait serta pemangku kepentingan lainnya.
3. Program Tingkat Kabupaten merupakan penjabaran dari Program
Provinsi, dengan mempertimbangkan hasil koordinasi dengan
Kecamatan dan instansi terkait serta pemangku kepentingan
lainnya.
Hasil penyusunan Program Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota agar
disampaikan pada awal tahun Anggaran, sedangkan hasil monitoring
dan evaluasi pelaksanaan dikirim ke pusat setiap bulan.
B. Kegiatan
Kegiatan yang melekat pada Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan
Umbi dalam rangka mewujudkan program tanaman pangan adalah
Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Indikator
output kinerja Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang
dan Umbi adalah tercapainya luas areal penerapan budidaya tanaman
aneka kacang dan umbi yang berkelanjutan.
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
19
Dalam mewujudkan peningkatan produksi dan produktivitas kedelai,
maka dilakukan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-
PTT) Kedelai, Pengembangan Model PTT Kedelai dan Perluasan Areal
Tanam Baru (PATB) Kedelai, Pengembangan Kedelai secara swadaya
dan Perluasan Areal Tanam di Lahan Perhutani yang diharapkan ada
kerjasama dengan BUMN.
Pelaksanaan kegiatan pengelolaan produksi kedelai meliputi :
1. SL-PTT
Pelaksanaan sekolah lapangan pengelolaan tanaman terpadu (SL-
PTT) kedelai tahun 2013 dibagi berdasarkan pendekatan kawasan
dan bantuan benih. Menurut pendekatan kawasan, SL-PTT dibagi
kedalam 3 (tiga) kawasan yaitu kawasan pertumbuhan, kawasan
pengembangan dan kawasan pemantapan. Sasaran tanam SL-PTT
Kedelai tahun 2013 seluas 455.000 Ha yang terdiri dari 47.500 Ha
kawasan Pemantapan, 394.500 Ha kawasan Pengembangan dan
13.000 Ha kawasan Pertumbuhan. Luas minimal kawasan SL-PTT
kedelai adalah 500 Ha. Adapun kriteria masing-masing kawasan
sebagai berikut:
Tabel 3 . Kriteria Kawasan SL-PTT Kedelai
Kawasan Pertumbuhan Kawasan Pengembangan Kawasan Pemantapan
- Produktivitas lebih rendah dari
rata-rata Provinsi
- Pemanfaatan lahan belum
optimal
- Tingkat kehilangan hasil masih
tinggi
- Produktivitas hampir
sama dengan
produktivitas rata-rata
Provinsi atau rata-rata
Pusat
- Pemanfaatan Lahan
hampir optimal
- Mutu hasil belum
optimal
- Tingkat kehilangan hasil
sedang
- Produktivitas sudah lebih tinggi
dari produktivitas rata-rata
pusat
- Mutu hasil belum optimal
- Efesiensi usaha belum
berkembang
- Optimalisasi pendapatan
melalui produksi subsektor
tanaman sudah maksimal
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
20
Berdasarkan bantuan benih, SL-PTT dibagi menjadi SL-PTT benih
subsidi dan SL-PTT benih non subsidi. Karena keterbatasan
jumlah benih kedelai bersubsidi sehingga kawasan SL-PTT tidak
seluruhnya mendapatkan bantuan benih subsidi. Kawasan SL-PTT
yang mendapat bantuan benih bersubsidi atau sumber benih lainnya
seluas 375.000 Ha, sedangkan 80.000 Ha SL-PTT dipenuhi dari
swadaya petani dengan persyaratan benih yang akan digunakan
adalah benih varietas unggul bermutu, berproduktivitas tinggi.
Areal SL-PTT yang tidak mendapatkan bantuan benih bersubsidi
adalah areal SL-PTT yang termasuk kawasan pemantapan dan
sebagian kawasan pengembangan yang terdapat Kegiatan
Pengembangan Model PTT, dengan pertimbangan kawasan
pemantapan sudah mampu menyediakan benih sendiri.
2. Swadaya
Areal yang biasa ditanami kedelai (eksisting) yang tidak mendapat
bantuan SL-PTT diharapkan dapat dikelola secara swadaya. Dalam
areal swadaya ini dilakukan pengawalan dan pendampingan oleh
petugas lapangan (PPL/POPT/Petugas Dinas Pertanian Kabupaten/
Kota). Luas areal pengembangan kedelai secara swadaya sebesar
325.250 Ha.
3. Pengembangan Model Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
Kedelai
Pengembangan Model melalui PTT dilaksanakan pada areal baru
yang belum pernah ditanami kedelai atau areal yang sudah lama
tidak ditanami kedelai atau penambahan Indeks Pertanaman (IP).
Diharapkan dengan adanya pengembangan model PTT ini terjadi
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
21
penambahan luas tanam dan ada diseminasi teknologi kepada
petani.
Sasaran tanam Pengembangan Model PTT Kedelai tahun 2013
seluas 110.000 Ha, diharapkan sebagian dari pertanaman dapat
dijadikan benih untuk pertanaman selanjutnya. Agar proses
diseminasi teknologi dapat terjadi maka setiap hektar dari areal
Pengembangan Model PTT Kedelai diberi bantuan paket lengkap
untuk dijadikan areal percontohan dan penambahan areal tanam.
Bantuan saprodi yang diberikan berupa bansos dengan transfer
uang langsung ke kelompoktani.
4. Perluasan Areal Tanam Baru (PATB) Kedelai
Perluasan Areal Tanam Baru (PATB) Kedelai dilaksanakan di
lahan sawah/tadah hujan/lahan kering/pasang surut/lebak/lahan
perhutani dll dengan luasan minimal 250 ha per Kabupaten/Kota
yang merupakan areal baru, penambahan IP yang sesuai untuk
kedelai dan diharapkan akan menambah luas tanam kedelai tahun
2013 sehingga meningkatkan produksi tahun 2013. Perluasan
Areal Tanam Baru (PATB) Kedelai direncanakan seluas 118.250 Ha
di 12 Provinsi pada 47 Kabupaten, diberi bantuan paket lengkap
teknologi budidaya sesuai dengan rekomendasi teknologi spesik
lokasi. Pemberian bantuan berupa bansos yang dilakukan melalui
transfer barang yang proses pengadaannya oleh satuan kerja pusat.
5. Perluasan di Lahan Perhutani
Perluasan areal pengembangan kedelai di lahan Perhutani
direncanakan seluas 10.000 Ha di 3 Unit Perum Perhutani.
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
22
Dalam pelaksanaannya diharapkan ada kerjasama dengan BUMN
khususnya Perhutani dalam penyediaan lahan dan bantuan saprodi
dengan sistem korporasi.
6. Kegiatan Pendukung Lainnya
Kegiatan pendukung lainnya meliputi pendampingan, pengamanan
produksi dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT),
pengurangan kehilangan hasil melalui pengelolaan pascapanen,
perbenihan dan kegiatan lainnya seperti pembinaan, supervisi,
monitoring, evaluasi dan pelaporan. Kegiatan pendukung tersebut
agar dapat dilakukan secara terencana dan terkoordinasi, sehingga
dapat dihasilkan output yang optimal dan dapat menjamin
keberhasilan pencapaian sasaran.
C. Anggaran
1. Anggaran Berdasarkan Alokasi
Kegiatan Pengelolaan Produksi kedelai Tahun Anggaran 2013
bersumber dari APBN sebesar Rp. 838,632 Milyar dibagi menjadi
3 (tiga) yaitu Tingkat Pusat, Tingkat Provinsi (Dekonsentrasi) dan
Tingkat Kabupaten (Tugas Pembantuan) :
a. Anggaran Kegiatan di Tingkat Pusat
Pada Tahun Anggaran 2013 untuk kegiatan di tingkat pusat
dialokasikan sebesar Rp. 297,48 milyar untuk kegiatan bantuan
sosial PATB, pembinaan, sosialisasi, koordinasi, monitoring,
evaluasi dan pembelian peralatan kantor dalam menunjang
kelancaran pelaksanaan kegiatan.
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
23
b. Anggaran Kegiatan di Tingkat Provinsi (Dekonsentrasi)
Pembiayaan melalui anggaran dekonsentrasi untuk pembinaan
sebesar Rp. 11,41 milyar digunakan untuk memfasilitasi
kegiatan kedelai yang bersifat non sik dan dilaksanakan
oleh Dinas Tanaman Pangan Provinsi. Fokus kegiatan
adalah pembinaan di areal tanam aneka kacang dan umbi
dan pembinaan di areal SL-PTT Kedelai dan Pengembangan
Model PTT Kedelai dan kegiatan teknis lainnya. Selain untuk
pembinaan, monitoring dan evaluasi dana dekonsentrasi juga
dialokasikan untuk kegiatan koordinasi kemitraan antara petani
dengan stake holder.
c. Anggaran Kegiatan di Tingkat Kabupaten (Tugas Pembantuan)
Pembiayaan melalui anggaran tugas pembantuan sebesar
Rp 529,74 milyar digunakan untuk memfasilitasi kegiatan
SL-PTT kedelai, Pengembangan Model PTT Kedelai yang
dilaksanakan oleh Dinas Tanaman Pangan Tingkat Kabupaten.
Fokus kegiatan adalah identikasi calon lokasi (CL) sampai
tingkat Desa, pembinaan, monitoring dan evaluasi diareal
SL-PTT Kedelai, Pengembangan Model PTT Kedelai, dan
untuk pengadaan saprodi untuk areal LL SL-PTT kedelai,
Pengembangan Model PTT Kedelai, dan Ubinan SLPTT
kedelai.
Mengingat bantuan Pemerintah Pusat untuk bantuan
saprodi sangat terbatas hanya untuk pelaksanaan SL-PTT,
pengembangan model dan perluasan areal tanam baru kedelai,
maka penyediaan saprodi lainnya agar ditanggung secara
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
24
swadana oleh anggota kelompok atau berasal dari sumber
lainnya.
Dana APBN (dekonsentrasi dan tugas pembantuan) hanya
sebagai pemicu/stimulan sehingga diharapkan ada sharing
dari pemerintah daerah melalui dana APBD Provinsi, APBD
Kabupaten/Kota, swasta/stakeholders lainnya, serta dana dari
masyarakat dalam bentuk tenaga dan sarana lainnya.
Petani/kelompok tani diarahkan pula memanfaatkan fasilitas
pembiayaan pemerintah untuk mendapatkan kredit usaha antara
lain melalui : KKP-E, SP-3, BLM-KIP, KUR dan lain sebagainya.
2. Anggaran Berdasarkan Kegiatan
a. Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT)
Kedelai
Sumber pembiayaan pelaksanaan SL-PTT kedelai dapat
berasal dari APBN dan APBD maupun dana dari pihak
swasta/stakeholders. Anggaran dari APBN disediakan untuk
membiayai kegiatan sebagai berikut :
Bantuan sosial (Bansos) melalui Tugas Pembantuan
Kabupaten Tahun 2013 dalam bentuk bantuan dana
pembelian pupuk urea, NPK dan pupuk organik serta
dolomit/kapur pertanian (bila diperlukan) sesuai rekomendasi
teknologi spesik lokasi, biaya pertemuan SL-PTT.
Bantuan pendampingan SL-PTT sebagai pemandu lapangan
oleh PPL, POPT, PBT dan TNI.
Bantuan pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan
SL-PTT melalui Tugas Dekonsentrasi di Dinas Pertanian
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
25
Provinsi serta melalui Tugas Pembantuan di Dinas
Kabupaten/Kota.
Paket bantuan SL-PTT dibedakan berdasarkan tipe kawasan
dan lokasi (pulau Jawa dan diluar pulau Jawa). Rincian unit
cost SL-PTT per hektar dapat dilihat pada lampiran 5.
b. Pengembangan Model Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
Kedelai
Sumber pembiayaan pelaksanaan pengembangan model
pengelolaan tanaman terpadu (PTT) kedelai dapat berasal dari
APBN, APBD maupun dana dari pihak swasta/stakeholders.
Anggaran dari APBN disediakan dalam bentuk bantuan sosial
(bansos) melalui Tugas Pembantuan (TP) Kabupaten/Kota
Tahun 2013. Bantuan sosial dikelompoktani untuk pembelian
sarana produksi dengan pola penyaluran berupa Bantuan
Langsung Masyarakat (BLM) yang ditransfer langsung kepada
kelompoktani. Rincian paket bantuan seperti pada lampiran 7.
c. Perluasan Areal Tanam Baru (PATB) Kedelai
Sumber pembiayaan pelaksanaan perluasan areal tanam baru
(PATB) kedelai berasal dari APBN melalui bansos transfer
barang yang anggarannya dialokasikan di Pusat. Jenis bantuan
berupa bantuan paket lengkap teknologi budidaya sesuai
dengan rekomendasi teknologi spesik lokasi, meliputi benih,
pupuk, rhizobium, pestisida organik, pembenah tanah dan
kapur pertanian. Paket teknologi budidaya dibagi 3 (tiga) jenis
yaitu paket bantuan teknologi budidaya untuk lahan sawah/
kering di Pulau Jawa, paket bantuan teknologi budidaya untuk
lahan sawah/kering di Luar Pulau Jawa dan paket bantuan
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
26
teknologi budidaya untuk lahan pasang surut di Luar Pulau
Jawa. Perkiraan alokasi anggaran per paket dan unit cost
bantuan per hektar akan disusun sesuai dengan hasil survei
harga.
D. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dan keluaran (output) yang harus dicapai
sebagaimana telah ditetapkan dalam kegiatan peningkatan produksi
dan produktivitas kedelai dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel4. Indikator Kinerja dan Keluaran (Output) Kegiatan Peningkatan
Produksi dan Produktivitas Kedelai Tahun 2013
Indikator Kinerja Keluaran (Output)
1. Perencanaan pelaksanaan program
pengembangan kedelai
2. Pelaksanaan SL-PTT kedelai
3. Pelaksanaan Pengembangan Model PTT
Kedelai
4. Pelaksanaan Perluasan Areal Tanam Baru
5. Jumlah dokumen perencanaan program
(pedoman pelaksanaan dan pedoman
teknis)
6. Jumlah dokumen perencanaan anggaran
1. Rancangan pengembangan kedelai
2. Laporan pelaksanaan dan evaluasi
kegiatan SL-PTT Kedelai seluas 455.000
ha
3. Laporan pelaksanaan dan evaluasi
kegiatan Pengembangan Model PTT
Kedelai seluas 110.000 ha
4. Laporan pelaksanaan dan evaluasi
kegiatan Perluasan Areal Tanam Baru
Kedelai seluas 118.250 ha
5. Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi
Kedelai
6. Petunjuk Teknis Perluasan Areal Tanam
Baru Kedelai
7. Laporan Pelaksanaan Pengembangan
Kedelai
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
27
IV. PENGORGANISASIAN PELAKSANAAN
PROGRAM DAN KEGIATAN
A. Pengorganisasian
1. Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT)
Kedelai
a. Penentuan Calon Lokasi
1) Lokasi SL-PTT diusahakan berada pada satu kawasan dalam
satu Kabupaten minimal 500 ha
2) Diusahakan lokasi pada satu hamparan dalam 1 Kecamatan,
namun jika dalam 1 Kecamatan areal tanam tidak terpenuhi
maka dapat ditempatkan pada Kecamatan yang berdekatan/
berbatasan namun masih dalam 1 Kabupaten yang sama
sampai terpenuhi luasan 500 Ha
3) Lokasi pelaksanaan SL-PTT kedelai, diprioritaskan pada areal
dengan luasan memenuhi syarat, tipe, kriteria dan mempunyai
potensi untuk dapat ditingkatkan produktivitasnya serta
petaninya responsif terhadap teknologi
4) Lokasi dapat berupa lahan sawah irigasi, sawah tadah hujan,
lahan kering dan sawah pasang surut
5) Diprioritaskan bukan daerah endemis hama dan penyakit,
bebas dari bencana kekeringan, kebanjiran dan sengketa
6) Luasan LL minimal 1 ha, ditempatkan pada lokasi yang sering
dilewati petani sehingga mudah dijangkau dan dilihat petani
sekitarnya
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
28
b. Penentuan Calon Petani/Kelompoktani
1) Petani yang dipilih adalah petani yang aktif yang mempunyai
lahan ataupun penggarap/penyewa dan mau menerima
teknologi baru
2) Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT
3) Wajib mengikuti setiap tahap pertanaman dan
mengaplikasikan kombinasi komponen teknologi spesik
lokasi
4) Kelompoktani masih aktif dan mempunyai kepengurusan
yang lengkap yaitu Ketua, Sekretaris dan Bendahara,
diusahakan lahan usaha taninya berada dalam satu
hamparan
5) Kelompoktani SL-PTT ditetapkan dengan Surat
Keputusan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan /
yang membidangi tanaman pangan Kabupaten / Kota,
sebagaimana contoh pada lampiran
6) Kelompoktani peserta SL-PTT diutamakan yang belum
pernah menerima bantuan SL-PTT tahun anggaran
2012 atau bantuan dari BLBU tahun 2012, jika tidak
memungkinkan sehubungan dengan kawasan maka
kelompoktani tersebut diperbolehkan menjadi peserta
SLPTT 2013
7) Kelompoktani yang sudah mendapat bantuan untuk
pengembangan komoditi lain pada tahun yang sama,
diperkenankan untuk melaksanakan kegiatan SL-PTT
kedelai
8) Satu kelompoktani dapat melaksanakan SL-PTT lebih dari
1 (satu) unit selama arealnya terpenuhi
9) Memiliki rekening yang masih berlaku/masih aktif di Bank
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
29
Pemerintah (BUMN atau BUMD/ Bank Daerah) yang
terdekat dan bagi kelompok tani yang belum memiliki,
harus membuka rekening di bank
10) Rekening bank dapat berupa rekening kelompoktani
ataupun rekening gabungan kelompoktani (gapoktan). Jika
menggunakan rekening gapoktan mekanisme pengaturan
antar kelompoktani diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas
Kabupaten/Kota yang bersangkutan
11) Membuat surat pernyataan bersedia dan sanggup
menggunakan dana bantuan SL-PTT sesuai peruntukannya
12) Bersedia menambah biaya pembelian benih unggul
bersertikat bilamana bantuan benih yang tersedia tidak
mencukupi
c. Paket Bantuan
1) Paket bantuan yang diberikan dialokasikan untuk LL dan
SL
2) Disamping paket saprodi diberikan subsidi benih
3) Benih diberikan kepada pelaksana SL-PTT termasuk areal
LL 1 Ha sebesar 40 kg/ha.
4) Subsidi benih diberikan Pemerintah kepada petani
pelaksana SL-PTT tahun 2013. Dari sasaran 455.000 ha
yang dapat diberikan subsidi benih seluas 375.000 ha
sedangkan untuk pemenuhan kekurangan seluas 80.000
ha dapat dipenuhi dari benih swadaya petani, dengan
syarat benih yang akan digunakan adalah benih varietas
unggul bermutu berproduktivitas tinggi
5) Pengadaan dan penyaluran benih bersubsidi mengacu
kepada Pedoman Subsidi Benih Tahun 2013 dari Direktorat
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
30
Perbenihan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
6) Jenis paket yang diberikan disesuaikan berdasarkan kriteria
kawasan (pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan)
Jawa dan di luar Jawa. Dapat dilihat pada lampiran 5
7) Dosis pemupukan disesuaikan dengan rekomendasi
setempat dan dana yang tersedia
d. Teknis Pelaksanaan
1) Agar kegiatan SL-PTT berkontribusi nyata pada produksi
tahun 2013, maka pertanaman diupayakan dapat
dilaksanakan pada bulan Januari s/d September (MH II,
MK I, MK II), kecuali secara teknis tidak memungkinkan
dilakukan maka dapat dilakukan pertanaman Oktober
Desember
2) Luas satu unit SL-PTT Kedelai adalah 10 ha yang
didalamnya terdapat satu unit LL seluas minimal 1 ha
3) Luas satu unit SL-PTT diatas (point 1) dapat disesuaikan
dengan kondisi luasan setempat, dengan ketentuan :
Luasan setiap unit SL-PTT bisa bervariasi disesuaikan
dengan kondisi setempat namun total luasan dan unit
SL-PTT tidak boleh kurang dari yang dibiayai
Total luasan dan unit SL-PTT bisa lebih dari yang
dibiayai, kelebihan luasan ataupun unit SL-PTT
ditanggung anggaran lain ataupun swadana petani
Luas areal LL bisa lebih dari 1 ha apabila dananya
masih memungkinkan tetapi tidak boleh kurang dari
1 ha
4) Peserta tiap unit SL-PTT idealnya terdiri dari 15 25 petani
yang berasal dari 1 kelompoktani yang sama, namun
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
31
jumlah peserta disesuaikan dengan luas pemilikan lahan
serta situasi dan kondisi setempat
5) Sebelum pelaksanaan SL-PTT dilakukan pertemuan
persiapan dengan tokoh formal dan informal serta petani
calon peserta untuk menetapkan langkahlangkah yang
menyangkut tujuan, rencana kerja, permasalahan dan hasil
yang diharapkan serta metode pembelajaran SL-PTT yang
dilakukan bersama sebagai suatu kesepakatan
6) Pertemuan kelompoktani untuk kegiatan SL-PTT sebanyak
6 kali pertemuan dan dipandu oleh pemandu lapang
7) Dengan alasan keterbatasan petugas pemandu lapangan
(PPL) maka pertemuan kelompok dapat dilakukan
dengan menggabungkan minimal 5 unit SL-PTT (50 ha)
atau kelipatannya. Selain dipandu oleh pemandu lapang
pelaksanaan SL-PTT dikawal/didampingi oleh TNI
8) Menentukan 1 (satu) hari sebagai hari lapang petani
untuk memasyarakatkan dan mendeseminasikan
penerapan teknologi budidaya melalui SL-PTT kepada
kelompoktani dan petani sekitarnya
9) Mewajibkan semua peserta SL-PTT untuk mengadakan
pengamatan bersamasama dan membahas temuan
Lapangan.
10) Pendampingan SL-PTT oleh penyuluh agar dilakukan
secara berkala/intensif
e. Pencairan dana dan pengadaan
1) Pencairan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) SL-
PTT, dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan
undangan yang berlaku antara lain Peraturan Kementerian
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
32
Keuangan atau Peraturan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Kementerian Keuangan, tentang tata cara
Pencairan Belanja Bantuan Sosial dan peraturan lainnya
2) Mekanisme Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) SL-PTT,
dengan sumber dana APBN melalui Pos Belanja Bantuan
Sosial, adalah sebagai berikut :
- Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang
membidangi Tanaman Pangan, menerbitkan Surat
Keputusan tentang penetapan Kelompok tani yang
akan menerima dana bantuan kegiatan SL-PTT,
termasuk di dalamnya dilengkapi data-data nama
kelompok, jumlah anggota, nama ketua kelompok,
luas lahan, alamat kelompok, nomor rekening dan
nama bank atas nama kelompok tani sasaran, jumlah
bantuan yang akan diberikan serta data lainnya yang
diperlukan
- Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satuan Kerja
setempat, mengajukan usulan pencairan dana
atas dasar Surat Keputusan Kepala Dinas tentang
penetapan kelompok tani penerima dana SL-PTT,
melalui penerbitan Surat Permintaan Pembayaran
Langsung (SPP-LS) kepada Pejabat Penanda Tangan
Surat Perintah Membayar (SPM) dengan dilampiri
dokumen-dokumen sebagai berikut :
Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/
Kota yang membidangi Tanaman Pangan tentang
penetapan Kelompoktani penerima bantuan
Rencana Usaha Kelompok (RUK)
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
33
Surat Pernyataan Kelompoktani tentang kesediaan
mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT
3) Pejabat Penanda Tangan SPM melakukan pengujian SPP-
LS meliputi pemeriksaan rinci dokumen pendukung SPP
sesuai peraturan perundang-undangan; ketersediaan pagu
anggaran dalam DIPA untuk memperoleh keyakinan bahwa
tagihan tidak melampaui batas pagu anggaran; memeriksa
hak tagih yang terkait meliputi pihak yang ditunjuk untuk
menerima pembayaran bantuan (nama penerima bantuan
SL-PTT, alamat, nomor rekening dan nama bank) dan nilai
bantuan yang harus dibayar
4) Berdasarkan hasil pengujian SPP, Pejabat Penanda
Tangan SPM menerbitkan SPM-LS secara penuh/tanpa
pemotongan pajak
5) Pejabat Penanda Tangan SPM mengajukan SPM-LS
kepada KPPN setempat dengan melampirkan :
- Surat Pertanggung Jawaban Belanja (SPTB);
- Surat Pernyataan Kuasa Pengguna Anggaran
bahwa semua dokumen pendukung sebagaimana
dipersyaratkan dalam pedoman pelaksanaan bantuan
dana SL-PTT telah diteliti kebenarannya dan berada
pada Kuasa Pengguna Anggaran
6) KPPN setempat melakukan pengujian atas SPM-LS dan
menerbitkan SP2D serta mentransfer dana ke rekening
kelompok tani sasaran pada bank yang ditunjuk
7) Untuk kelompok tani yang mendapatkan bantuan subsidi
benih, pengajuan bantuan benih bersubsidi di atur dalam
Pedoman Teknis Subsidi Benih 2013
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
34
8) Bagi kelompok tani yang tidak mendapatkan benih subsidi,
dapat membeli benih secara swadaya
9) Dana yang telah di terima kelompoktani, dibelanjakan
langsung oleh kelompoktani untuk pengadaan paket
sarana produksi yang telah ditetapkan dalam pedoman
teknis dan disesuaikan dengan kebutuhan kelompok tani
yang tertuang dalam RUK
10) Proses pengadaan saprodi oleh kelompoktani dilakukan
sesuai peraturan yang berlaku. Apabila ada kelebihan dana
dari dana yang disediakan akibat dari penghematan, maka
sisa dana tersebut dipergunakan untuk membeli keperluan
saprodi lain yang mendukung peningkatan produktivitas
atau perluasan LL
11) Dalam rangka pengawasan pelaksanaan bantuan SL-
PTT, kelompoktani penerima bantuan agar melakukan
pengadministrasian penggunaan anggaran sesuai
peraturan yang berlaku
12) Saprodi yang belum digunakan agar disimpan dengan baik
untuk menjaga mutu
13) Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bertanggung
jawab penuh terhadap penyaluran dan penggunaan BLM
SL-PTT oleh petani.
f. Mekanisme Pemberian Bantuan Benih Subsidi
1) Kelompoktani membuat RUK dan RDKK
2) Mengajukan pembelian benih bersudsidi kepada Kepala
Dinas Kabupaten/Kota
3) Kepala Dinas Kabupaten/Kota mengajukan permintaan
penyaluran benih subsidi kepada BUMN pelaksana
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
35
4) BUMN pelaksana menjual/menyalurkan benih subsidi
kepada kelompoktani sesuai dengan permintaan dari
Kepala Dinas Kabupaten/Kota
5) Untuk lebih jelasnya mengacu pada Pedoman Teknis
Subsidi Benih Tahun 2013
2. Pengembangan Model Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
Kedelai
Pengembangan model PTT kedelai dari sasaran 110.000 ha,
diupayakan sebagian pertanaman untuk penyediaan benih.
a. Penentuan Calon Lokasi
1) Lokasi untuk pengembangan model PTT kedelai adalah
lahan yang sesuai untuk pengembangan kedelai dengan
kriteria :
- Lahan baru yang belum pernah ditanami kedelai atau
lahan yang sudah lama tidak ditanami kedelai serta
dilahan yang dapat ditingkatkan indeks pertanamannya
(IP). Lahan tersebut bisa merupakan lahan sawah/
tadah hujan/lahan kering/ pasang surut/ lebak/ lahan
perhutani dll.
- Diprioritaskan bukan daerah endemis hama dan
penyakit, bebas dari bencana kekeringan, kebanjiran
dan sengketa.
2) Lokasi pengembangan model PTT kedelai diusahakan
berada pada satu kawasan dalam satu kabupaten minimal
5.000 ha yang berlokasi dalam satu kecamatan, namun
apabila tidak memungkinkan dapat menambah pada
wilayah kecamatan yang berdampingan sehingga mencapai
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
36
luasan yang ditentukan, mempunyai potensi untuk
pengembangan kedelai dan anggota kelompoktaninya
responsif terhadap penerapan teknologi.
b. Penetapan Calon Petani/Kelompoktani
1) Kelompoktani yang sudah terbentuk, masih aktif,
mempunyai kepengurusan yang lengkap yaitu ketua,
sekretaris dan bendahara;
2) Petani/kelompoktani yang responsif terhadap teknologi
dan bersedia berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan
kegiatan pengembangan model PTT kedelai;
3) Wajib mengikuti setiap tahap pertanaman dan
mengaplikasikan teknologi budidaya spesik lokasi;
4) Kelompoktani peserta pengembangan model PTT kedelai
diutamakan yang belum pernah menerima bantuan.
5) Memiliki rekening yang masih berlaku / masih aktif di
Bank Pemerintah (BUMN atau BUMD/ Bank Daerah) yang
terdekat dan bagi kelompok tani yang belum memiliki,
harus membuka rekening di bank.
6) Rekening bank dapat berupa rekening kelompoktani
ataupun rekening gabungan kelompoktani (gapoktan). Jika
menggunakan rekening gapoktan mekanisme pengaturan
antar kelompoktani diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas
Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
7) Kelompoktani pengembangan model PTT kedelai
ditetapkan dengan surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian
Tanaman Pangan/yang membidangi tanaman pangan
Kabupaten/Kota
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
37
8) Membuat surat pernyataan bersedia dan sanggup
menggunakan dana bantuan Pengembangan Model PTT
Kedelai sesuai peruntukannya.
9) Bersedia menyelesaikan administrasi yang terkait dengan
bantuan benih, pupuk NPK, Organik, pupuk hayati, dan
pestisida
10) Peserta tiap unit Pengembangan Model PTT Kedelai
idealnya terdiri dari 15-25 petani yang berasal dari
kelompoktani yang sama, namun jumlah peserta dapat
disesuaikan dengan luas pemilikan lahan serta situasi dan
kondisi setempat
c. Paket bantuan
Paket yang diberikan berupa benih kedelai, pupuk NPK, Kapur
Pertanian, Pupuk hayati, pupuk organik dan pestisida per ha
yang dibedakan berdasarkan lokasi (pulau Jawa dan luar pulau
Jawa) sebagai berikut :
a) Pengembangan model PTT kedelai di Pulau Jawa
- Bantuan benih kedelai sebesar 40 kg/ha,
- Bantuan pupuk NPK 150 kg/ha, pupuk hayati 1 paket,
pupuk organik 500 kg, dan pestisida 2 liter
- Bantuan transport untuk pendampingan petugas dan
aparat
b) Pengembangan model PTT kedelai di luar pulau Jawa
- Bantuan benih kedelai sebesar 40 kg/ha,
- Bantuan pupuk NPK 150 kg/ha, pupuk hayati 1 paket,
pupuk organik 500 kg, kapur pertanian 500 kg dan
pestisida 2 liter
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
38
- Bantuan transport untuk pendamping petugas dan
aparat
Paket bantuan dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesik
lokasi (apabila salah satu komponen di atas berlebih dapat
digunakan untuk komponen yang lain yang lebih dibutuhkan).
Dan apabila dana saprodi tidak tercukupi dapat dipenuhi
melalui APBD atau sumber-sumber lainnya.
d. Teknis pelaksanaan
1) Pelaksanaan pertanaman pengembangan model PTT kedelai,
diarahkan sebagian untuk pengembangan produksi benih
dalam rangka memenuhi kebutuhan benih areal tanam lainnya,
dan sebagian lagi diarahkan untuk penyediaan konsumsi.
2) Dalam pengembangan model untuk produksi benih agar
dilaksanakan sesuai prosedur produksi benih dan berkoordinasi
dengan BPSBTPH di masing-masing lokasi.
3) Pengembangan model PTT kedelai untuk penyediaan
benih diharapkan dapat dilaksanakan pada bulan Januari
s.d. Maret 2013, agar benih yang dihasilkan dapat
digunakan untuk pertanaman selanjutnya.
4) Pengembangan model untuk konsumsi diupayakan harus
sudah dilaksanakan pada Januari September untuk
kontribusi produksi 2013
5) Pendampingan kegiatan pengembangan budidaya kedelai
oleh petugas (PP,POPT dan PBT) dan aparat
6) Pengorganisasian dan operasional agar dibentuk tim pembina
tingkat Pusat, tim pembina dan tim teknis tingkat Provinsi, tim
pelaksana dan tim teknis tingkat Kabupaten/Kota.
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
39
7) Tim tersebut ditetapkan dengan surat keputusan/surat
penugasan.
e. Pencairan dana dan pengadaan
1) Pencairan dana bantuan langsung masyarakat (BLM)
pengembangan model PTT kedelai dilakukan sesuai
dengan peraturan perundanganundangan yang berlaku
antara lain Peraturan Menteri Keuangan atau Peraturan
Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan,
tentang tata cara Pencairan Belanja Bantuan Sosial dan
peraturan lainnya.
2) Mekanisme bantuan langsung masyarakat (BLM)
Pengembangan model PTT kedelai, dengan sumber dana
APBN melalui pos belanja bantuan sosial, adalah sebagai
berikut :
- Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang
membidangi tanaman pangan, menerbitkan Surat
Keputusan tentang penetapan kelompok tani yang
akan menerima dana bantuan kegiatan pengembangan
model PTT kedelai, dengan dilengkapi data-data nama
kelompok, jumlah anggota, nama ketua kelompok,
luas lahan, alamat kelompok, nomor rekening dan
nama Bank atas nama kelompok tani, sasaran, jumlah
bantuan yang akan diberikan, serta data lainnya yang
diperlukan.
- Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) satuan kerja
setempat, mengajukan usulan pencairan dana atas
dasar Surat Keputusan Kepala Dinas tentang penetapan
kelompok tani penerima dana pengembangan model
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
40
PTT kedelai, melalui penerbitan Surat Permintaan
Pembayaran Langsung (SPP-LS) kepada Pejabat
Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (SPM)
dengan dilampiri dokumen-dokumen sebagai berikut :
Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/
Kota yang membidangi tanaman pangan tentang
penetapan kelompoktani penerima bantuan
Rencana Usaha Kelompok (RUK)
Surat pernyataan kelompoktani tentang
kesediaan mengikuti seluruh rangkaian kegiatan
pengembangan model PTT kedelai
3) Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (SPM)
melakukan pengujian SPP-LS meliputi pemeriksaan rinci
dokumen pendukung SPP sesuai peraturan perundang-
undangan; ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untuk
memperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui
batas pagu anggaran; memeriksa hak tagih yang terkait
meliputi pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran
bantuan (nama penerima bantuan pengembangan model
PTT kedelai, alamat, nomor rekening dan nama bank) dan
nilai bantuan yang harus dibayar.
4) Berdasarkan hasil pengujian SPP, Pejabat Penanda Tangan
Surat Perintah Membayar (SPM) menerbitkan SPM-LS
secara penuh/tanpa pemotongan pajak.
5) Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (SPM)
mengajukan SPM-LS kepada KPPN setempat dengan
melampirkan :
- Surat Pertanggung Jawaban Belanja (SPTB);
- Surat Pernyataan Kuasa Pengguna Anggaran
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
41
bahwa semua dokumen pendukung sebagaimana
dipersyaratkan dalam Petunjuk Pelaksanaan Bantuan
dana Pengembangan Model PTT Kedelai telah diteliti
kebenarannya dan berada pada Kuasa Pengguna
Anggaran.
6) KPPN setempat melakukan pengujian atas SPM-LS dan
menerbitkan SP2D serta menstransfer dana ke rekening
kelompok tani sasaran pada bank yang ditunjuk.
7) Dana yang telah diterima kelompoktani, dibelanjakan
langsung oleh kelompoktani untuk pengadaan paket
sarana produksi yang telah ditetapkan dalam pedoman
teknis dan disesuaikan dengan kebutuhan kelompoktani
yang tertuang dalam RUK
8) Proses pengadaan saprodi oleh kelompoktani dilakukan
sesuai peraturan yang berlaku. Apabila ada kelebihan dana
dari dana yang disediakan akibat dari penghematan, maka
sisa dana tersebut dipergunakan untuk membeli keperluan
saprodi lain yang mendukung peningkatan produktivitas
9) Dalam rangka pengawasan pelaksanaan bantuan
pengembangan model PTT kedelai, Kelompoktani
penerima bantuan agar melakukan pengadministrasian
dokumen pengadaan dan daftar barang yang dibeli dan
digunakan.
10) Saprodi yang belum digunakan agar disimpan dengan baik
untuk menjaga mutu.
11) Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bertanggung
jawab penuh terhadap penyaluran dan penggunaan BLM
pengembangan budidaya kedelai oleh petani.
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
42
3. Perluasan Areal Tanam Baru (PATB) Kedelai
a. Penentuan Calon Lokasi
1) Kriteria lokasi untuk perluasan areal tanam baru kedelai
sebagai berikut:
- Lahan baru yang belum pernah ditanami kedelai atau
lahan yang sudah lama tidak ditanami kedelai serta
dilahan yang dapat ditingkatkan indeks pertanamannya
(IP). Lahan tersebut bisa merupakan lahan sawah/
tadah hujan/ lahan kering/ pasang surut/ lebak/ lahan
perhutani dll.
- Diprioritaskan bukan daerah endemis hama dan
penyakit, bebas dari bencana kekeringan, kebanjiran
dan sengketa.
2) Lokasi perluasan areal tanam baru kedelai diusahakan
berada pada satu kawasan dalam satu kabupaten minimal
250 ha yang berlokasi dalam satu kecamatan, namun
apabila tidak memungkinkan dapat menambah pada
wilayah kecamatan yang berdampingan sehingga mencapai
luasan yang ditentukan, mempunyai potensi untuk
pengembangan kedelai dan anggota kelompoktaninya
responsif terhadap penerapan teknologi.
b. Ketentuan Calon Petani/Kelompoktani
1) Kelompoktani, masih aktif dan mempunyai kepengurusan
yang lengkap yaitu ketua, sekretaris dan bendahara dan
bersedia berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan kegiatan
perluasan areal tanam baru kedelai
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
43
2) Petani yang mau menerapkan teknologi budidaya kedelai
secara optimal dengan memanfaatkan bantuan sarana
produksi atau petani yang adoptif melakukan penanaman
kedelai
3) Kelompoktani penerima bantuan perluasan areal tanam
baru kedelai ditetapkan dengan surat Keputusan Kepala
Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi
tanaman pangan
4) Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan
5) Bersedia melakukan budidaya kedelai secara optimal
dengan memanfaatkan bantuan benih, pembenah tanah
organik, pupuk NPK, Rhizobium, dan pestisida organik/
nabati yang diberikan
6) Bersedia menyelesaikan administrasi yang terkait dengan
bantuan bantuan benih, pembenah tanah organik, pupuk
NPK, Rhizobium, dan pestisida organik/nabati yang
diberikan
c. Paket bantuan
1) Kelompoktani yang telah ditetapkan diberikan bantuan
teknologi budidaya berupa paket lengkap saprodi
2) Komponen bantuan paket teknologi dibedakan berdasarkan
lokasi pulau Jawa, lahan pasang surut luar Jawa dan lahan
non pasang surut luar Jawa
3) Penyediaan bantuan paket teknologi budidaya, disediakan
dari Satker Pusat melalui transfer barang
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
44
d. Pengadaan dan Pendistribusian Bantuan Paket Teknologi
1) Kepala Dinas Kabupaten/Kota menetapkan CPCL
penerima bantuan paket disampaikan ke Dinas Provinsi.
Dinas Provinsi memverikasi CPCL dan selanjutnya
disampaikan ke Pusat
2) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan cq Direktur
Budidaya Aneka Kacang dan Umbi, melaksanakan proses
pengadaan dan kontrak kerja bantuan paket teknologi
budidaya dengan penyedia barang pemenang lelang
3) Penyedia barang bantuan paket teknologi budidaya
mendistribusikan bantuan sesuai lokasi atau CPCL yang
sudah ditetapkan.
4) Sebelum barang didistribusikan ke kelompoktani
dilakukan pemeriksaan oleh Tim Pemeriksa Pusat
maupun Pemeriksa Barang di Kabupaten/Kota dan di
buat Berita Acara Pemeriksaan Barang (BAPB). Contoh
BAPB terlampir.
5) Kelompoktani penerima bantuan menandatangani
Berita Acara Serah Terima Barang (BASTB), sesuai
barang yang diterima dan ditanda tangani oleh ketua/
sekretaris/ bendahara kelompoktani dan penyedia barang
serta diketahui oleh petugas lapangan. Contoh BASTB
terlampir.
6) Berita Acara Pemeriksaan Barang (BAPB) dan Berita
Acara Serah Terima Barang (BASTB), diserahkan ke
Pejabat Pembuat Komitmen Direktorat Budidaya Aneka
Kacang dan Umbi, Ditjen Tanaman Pangan melalui
penyedia barang.
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
45
7) Dinas Pertanian Kabupaten/Kota membuat rekapitulasi
penyaluran dan penerimaan paket bantuan dan
disampaikan kepada Kepala Dinas Provinsi dan Direktorat
Budidaya Aneka Kacang dan Umbi sebagai bahan
monitoring dan pelaporan.
8) Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, agar melakukan
verikasi dan menyimpan arsip Berita Acara Pemeriksaan
Barang (BAPB) dan Berita Acara Serah Terima Barang
(BASTB) sebelum disampaikan ke Pusat melalui penyedia
barang.
9) Satker Pusat Ditjen Tanaman Pangan cq Direktorat
Budidaya Aneka Kacang dan Umbi, melakukan verikasi
atas dokumen Berita Acara Pemeriksaan Barang (BAPB)
dan Berita Acara Serah Terima Barang (BASTB) oleh
Tim Pemeriksa Dokumen Pengadaan sebagai bahan
pembayaran.
10) Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten/
Kota, melakukan pengawalan dan pengawasan atas
penyaluran bantuan paket teknologi budidaya oleh
penyedia barang dan pelaksanaan kegiatan perluasan
areal tanam baru (PATB) kedelai.
11) Dinas Pertanian Kabupaten/Kota membuat laporan
pelaksanaan kegiatan perluasan areal tanam baru (PATB),
disampaikan ke Dinas Provinsi dan Pusat cq Direktorat
Budidaya Aneka Kacang dan Umbi dengan alamat Jl.
Raya Ragunan No. 15 Pasar Minggu, Jakarta Selatan
12520, email kedelai.akabi@gmail.com , Faximile (021)
7805179.
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
46
e. Teknis pelaksanaan
1) Menyiapkan CPCL, RDKK dan RUK yang ditetapkan
melalui Surat Kepala Dinas Kabupaten/Kota disampaikan
ke Provinsi dan ke Pusat.
2) Pertanaman diupayakan harus sudah dilaksanakan pada
bulan Januari - September untuk kontribusi produksi 2013
3) Melakukan sosialisasi pelaksanaan perluasan areal tanam
baru (PATB) kedelai
4) Peserta tiap unit perluasan areal tanam baru kedelai
idealnya terdiri dari 15-25 petani yang berasal dari
kelompoktani yang sama, namun jumlah peserta dapat
disesuaikan dengan luas pemilikan lahan serta situasi dan
kondisi setempat
5) Kelompok tani wajib mengikuti setiap tahap pertanaman
dan mengaplikasikan kombinasi komponen teknologi
yang sesuai spesik lokasi mulai dari pengolahan tanah,
budidaya, penanganan panen dan pasca panen.
6) Rincian langkah-langkah pelaksanaan kegiatan perluasan
areal tanam baru (PATB) kedelai dan kegiatan pendukung
kegiatan perluasan areal tanam baru (PATB) lainnya yang
dalam proses revisi akan dijabarkan dalam buku petunjuk
teknis
7) Pendampingan kegiatan perluasan areal tanam baru
kedelai oleh petugas lapang (PP, POPT dan PBT).
8) Monev pelaksanaan kegiatan perluasan areal tanam baru
(PATB) kedelai oleh petugas lapangan
9) Membuat laporan hasil kegiatan selama pelaksanaan
perluasan areal tanam baru (PATB) kedelai.
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
47
B. Tata Hubungan Kerja Operasional
1. Dibentuk tim pembina tingkat Pusat, tim pembina dan tim teknis
tingkat Provinsi, tim pelaksana dan tim teknis tingkat Kabupaten/
Kota, agar pelaksanaan SL-PTT, pengembangan model PTT kedelai
dan perluasan areal tanam baru (PATB) kedelai terkoordinasi dan
terpadu mulai dari kelompoktani, Kabupaten, Provinsi sampai ke
tingkat pusat.
2. Tim pembina tingkat Pusat, ditetapkan dengan Surat Keputusan
Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Tim pembina tingkat Provinsi
dan tim teknis tingkat Provinsi ditetapkan dengan Surat Keputusan
Gubernur/Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang bersangkutan.
Sedangkan tim pelaksana tingkat Kabupaten/Kota dan tim teknis
tingkat kabupaten/kota ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati/
Walikota/ Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
3. Tim pembina dan tim teknis tingkat Provinsi serta tim pelaksana
dan tim teknis tingkat Kabupaten/Kota melaksanakan kegiatan
koordinasi pelaksanaan SL-PTT, pengembangan model PTT
kedelai dan perluasan areal tanam baru (PATB) kedelai di Pos
Simpul Koordinasi (POSKO) mulai dari tingkat Desa, Kecamatan,
Kabupaten/Kota sampai tingkat Provinsi.
4. Bimbingan, pembinaan dan pendampingan yang dilaksanakan
meliputi:
a) Pelaksanaan bimbingan, pembinaan dan pendampingan
dilakukan secara periodik mulai dari persiapan sampai dengan
panen dan berjenjang mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten/
Kota dan Kecamatan serta Desa.
b) Pusat melakukan koordinasi, supervisi dan pembinaan
pelaksanaan SL-PTT kedelai, pengembangan model PTT kedelai
dan perluasan areal tanam baru (PATB) kedelai di Provinsi dan
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
48
Kabupaten sebanyak dua kali dalam setahun atau disesuaikan
dengan ketersediaan dana yang ada.
c) Provinsi melakukan koordinasi, supervisi, pembinaan dan
pengawalan pelaksanaan SL-PTT kedelai, pengembangan model
PTT kedelai dan perluasan areal tanam baru (PATB) kedelai
di Kabupaten/Kota per dua bulan atau disesuaikan dengan
ketersediaan dana yang ada.
d) Sedangkan Kabupaten/Kota melakukan koordinasi dan
pembinaan pelaksanaan SL-PTT kedelai, pengembangan model
PTT kedelai dan perluasan areal tanam baru (PATB) kedelai
di tingkat lapangan/kelompoktani pelaksana SL-PTT kedelai,
pengembangan model PTT kedelai dan perluasan areal tanam
baru (PATB) kedelai setiap bulan atau disesuaikan dengan
ketersediaan dana yang ada.
e) Melakukan pendampingan kelompoktani pelaksana SL-PTT
kedelai, pengembangan model PTT kedelai dan perluasan areal
tanam baru (PATB) kedelai dalam menerapkan paket teknologi
spesik lokasi dan membantu kelancaran distribusi bantuan SL-
PTT kedelai, pengembangan model PTT kedelai dan perluasan
areal tanam baru (PATB) kedelai dll
f) Pengawalan dan pendampingan oleh peneliti Puslitbangtan,
BB Padi, Balitsereal, Balitkabi, dan Lolit Tungro bersama
peneliti BPTP. Pengawalan dan pendampingan dilakukan
di 60 % lokasi SL-PTT kedelai, pengembangan model PTT
kedelai dan perluasan areal tanam baru (PATB) kedelai tahun
2013 di wilayah yang sudah ditetapkan untuk peneliti lingkup
Puslitbangtan di setiap Provinsi dan peneliti BPTP di setiap
Kabupaten/Kota
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
49
g) Tugas pengawalan / pendampingan SL-PTT, pengembangan
model PTT kedelai dan perluasan areal tanam baru (PATB)
kedelai oleh peneliti Puslitbangtan adalah a) menyediakan
benih kedelai untuk uji adaptasi dan demplot PTT di
laboratorium lapang, b) melakukan supervisi penerapan
teknologi melalui kunjungan lapang 3 kali/tahun, c)
memberikan saran pemecahan masalah pengamanan
produksi dan d) menyampaikan laporan hasil pengawalan
dan pendampingan kepada Puslitbangtan
h) Sedangkan tugas pengawalan SL-PTT, Pengembangan
Model PTT Kedelai dan Perluasan Areal Tanam Baru (PATB)
kedelai oleh peneliti BPTP adalah a) melaksanakan demo-
plot PTT dan superimpose uji adaptasi kedelai, b) memonitor
perkembangan OPT bersama dengan instansi terkait daerah,
c) melakukan supervisi penerapan teknologi, d) memberikan
saran pemecahan masalah pengamanan produksi, e)
menyampaikan laporan hasil pengawalan dan pendampingan
kepada Kepala BBP2TP
i) Bentuk pengawalan dan pendampingan yang dilakukan oleh
jajaran peneliti adalah a) Dem farm 3 5 Ha (di luar lokasi
SL-PTT), b) Introduksi/Uji Adaptasi VUB, c) Temu lapang, d)
Materi teknologi (cetak dan elektronik) dan e) Pelatihan
C. Jadwal dan Mekanisme Pengadaan Barang Jasa
1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
a. SL-PTT Kedelai
Pelaksanaan SL-PTT kedelai mulai dari penyusunan Pedoman
Teknis sampai dengan laporan akhir pelaksanaan kegiatan,
pemantauan dan pengendalian yang dilaksanakan sejak bulan
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
50
Oktober 2012 sampai dengan Desember 2013 dapat dilihat
pada tabel 5 dibawah ini.
Tabel 5. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan SL-PTT Kedelai
Tahun 2013
b. Pengembangan Model PTT Kedelai
Pelaksanaan pengembangan model PTT kedelai mulai dari
penyusunan pedoman teknis sampai dengan laporan akhir
pelaksanaan kegiatan, pemantauan dan pengendalian yang
dilaksanakan sejak bulan Oktober 2012 sampai dengan
Desember 2013 dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini.
No Uraian
2012 2013
Okt-
Des
Jan Feb Mart Aprl Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nop Des
1 Pedoman Teknis SL-PTT
2 Penetapan CPCL
3 Penyusunan RUK
4
Melakukan sosialisasi
dan koordinasi
5
Menyusun Juklak dan
Juknis
6
Transfer dana ke
kelompok
7
Melakukan pengawasan
pengadaan
8 Pelaksanaan pertanaman
9
Pembinaan/bimbingan
kpd Kelompoktani
10
Pertemuan Kelompoktani
(6 kali)
11 Monitoring dan evaluasi
12
Menyusun laporan
pelaksanaan,
pemantauan dan
pengendalian
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
51
Tabel 6. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Model
PTT Kedelai Tahun 2013
c. Perluasan Areal Tanam Baru (PATB) Kedelai
Pelaksanaan Perluasan Areal Tanam Baru (PATB) kedelai
mulai dari penyusunan RKAKL sampai dengan laporan akhir
pelaksanaan kegiatan, yang dilaksanakan sejak bulan Desember
2012 sampai dengan Desember 2013 dapat dilihat pada tabel
7 dibawah ini.
No Uraian
2012 2013
Okt-
Des
Jan Feb Mart Aprl Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nop Des
1
Pedoman Teknis
Pengembangan Model
PTT Kedelai
2 Penetapan CPCL
3 Penyusunan RUK
4
Melakukan sosialisasi
dan koordinasi
5
Menyusun Juklak dan
Juknis
6
Transfer dana ke
kelompoktani
7
Melakukan pengawasan
pengadaan
8 Pelaksanaan pertanaman
9
Pembinaan/bimbingan
kpd kelompoktani
10 Monitoring dan evaluasi
11
Menyusun laporan
pelaksanaan,
pemantauan dan
pengendalian
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
52
Tabel 7. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Perluasan Areal Tanam
Baru (PATB) Kedelai Tahun 2013
2. Mekanisme Pengadaan Barang
a. SL-PTT Kedelai
1) Bantuan paket SL-PTT berupa BLM di transfer ke
kelompoktani
2) Kelompoktani melakukan pengadaan barang sesuai paket
yang disediakan
3) Selain bantuan paket, disediakan subsidi benih untuk
pelaksanaan SL-PTT
No Kegiatan Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1 RKAKL
2
Pedum dan
Juknis, DIPA
3
Penyusunan
KAK/ TOR
4
Adminitrasi
Pengadaan
5
Proses
Pengadaan
Bantuan
6
Penyaluran
Bantuan
7
Pelaksanaan
pertanaman
8 Pendampingan
9 Monev
10 Pelaporan
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
53
4) Mekanisme pengadaan sebagai berikut :
b. Pengembangan Model PTT Kedelai
1) Bantuan paket pengembangan model PTT kedelai berupa
BLM di transfer ke kelompoktani
2) Kelompoktani melakukan pengadaan barang sesuai
paket yang disediakan
3) Mekanisme pengadaan sebagai berikut :
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
54
c. Perluasan Areal Tanam Baru (PATB) Kedelai
1) Bantuan paket teknologi budidaya kedelai berupa sarana
produksi lengkap
2) Proses pengadaan dilakukan oleh Satker Pusat cq Pejabat
Pembuat Komitmen Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan
Umbi
3) Mekanisme pengadaan sebagai berikut :
Dinas Provinsi
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
55
V. PENGENDALIAN, EVALUASI DAN
PELAPORAN
A. Pengendalian
1. Pengendalian dilaksanakan secara berjenjang oleh Pusat, Dinas
Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bersama
pihak ketiga pengadaan dan penyaluran saprodi (benih, pupuk dll)
2. Dilaksanakan secara periodik mulai dari persiapan sampai dengan
panen
3. Pengendalian meliputi perkembangan pelaksanaan program dan
kegiatan pencapaian produksi kedelai tahun 2013
B. Evaluasi
1. Evaluasi dilaksanakan secara berjenjang oleh Pusat, Dinas
Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bersama
pihak ketiga pengadaan dan penyaluran saprodi (benih, pupuk dll).
2. Dilaksanakan secara periodik mulai dari awal kegiatan sampai akhir
kegiatan
3. Evaluasi meliputi a) komponen kegiatan dalam mendukung
pencapaian produksi kedelai tahun 2013, b) tingkat pencapaian
sasaran areal dan produksi, c) kenaikan tingkat produktivitas dan
produksi, d) permasalahan yang ada di tingkat lapang, e) kegiatan
pendukung lainnya.
C. Pelaporan
Kegiatan pelaporan dilaksanakan oleh petugas Provinsi, Kabupaten/
Kota, dan Kecamatan secara periodik setiap bulan. Pelaporan meliputi
laporan pelaksanaan program, pelaksanaan kegiatan, penyampaian
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
56
data dan informasi. Pelaporan dilakukan secara berjenjang yaitu dari
pemandu lapangan ke Kabupaten/Kota dan Provinsi ke pusat.
D. Pelaksanaan Program
1. Sasaran tanam, panen, produktivitas dan produksi bulanan
a. Pusat, Provinsi dan Kab/Kota merencanakan dan membuat
laporan blanko sasaran tanam, panen, produktivitas dan
produksi kedelai tahun 2013
b. Laporan sasaran tanam, panen, produktivitas dan produksi
kedelai tahun 2013 Kab/Kota di laporkan ke Provinsi
c. Provinsi mengirim laporan sasaran tanam, panen, produktivitas
dan produksi kedelai tahun 2013 ke Pusat
2. Realisasi sasaran tanam, panen, produktivitas dan produksi bulanan
a. Kabupaten/Kota mengirimkan laporan blanko realisasi tanam,
panen, produktivitas dan produksi kedelai bulanan tahun 2013
ke Provinsi
b. Provinsi mengirimkan laporan blanko realisasi tanam, panen,
produktivitas dan produksi kedelai bulanan tahun 2013 ke
Pusat
c. Penyampaian laporan realisasi tanam, panen, produktivitas dan
produksi kedelai tahun 2013 Kab/Kota di laporkan ke Provinsi
dan Pusat setiap bulan sampai akhir tahun
3. Kendala dan permasalahan yang dihadapi ditingkat lapangan
a. Dinas Kab/Kota memberikan laporan kendala dan permasalahan
kegiatan pengelolaan produksi kedelai di lapangan antara lain
meliputi bagaimana ketersediaan benih, tanaman yang terkena
OPT, banjir maupun kekeringan
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
57
b. Dari laporan Kab/Kota yang disampaikan ke dinas Provinsi dan
akan di laporkan ke Pusat
c. Laporan kendala dan permasalahan di tingkat lapangan
disampaikan ke Pusat setiap bulan
d. Perkembangan serangan OPT dilakukan bulanan, triwulan dan
tahunan
e. Dari hasil laporan perkembangan tersebut akan dievaluasi oleh
Pusat dan Daerah
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
58
VI. PENUTUP
Pedoman teknis pengelolaan produksi tanaman kedelai tahun 2013 ini
merupakan acuan bagi Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten/Kota, pihak ke tiga
pengadaan dan penyaluran benih serta pemangku kepentingan lainnya dalam
pelaksanaan SL-PTT, Pengembangan Model PTT Kedelai, Perluasan Areal
Tanam Baru (PATB) Kedelai dan kegiatan pendukung lainnya tahun anggaran
2013 di lapangan. Dengan demikian maka diharapkan tujuan dan sasaran
peningkatan produksi kedelai dapat dicapai secara optimal.
Pedoman teknis pengelolaan produksi tanaman kedelai ini, hendaknya dapat
ditindaklanjuti menjadi Petunjuk Teknis oleh Dinas Pertanian Provinsi dan
Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
Apabila terdapat kekeliruan atau perubahan kebijakan dalam peraturan yang
lebih tinggi, pedoman teknis ini akan disesuaikan.
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
59
BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI
A. Kesesuaian Agroklimat
Di Indonesia kedelai ditanam pada lahan sawah (setelah panen padi)
dan pada lahan kering (terutama pada lahan kering yang tidak masam).
Di Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera ada juga kedelai ditanam pada
lahan pasang surut/lebak yaitu pada musim kemarau. Sampai saat ini
penyebaran kedelai di Indonesia masih terluas di pulau Jawa. Di Jawa
kedelai ditanam sebagian besar dilahan sawah.
Lahan yang sesuai untuk tanaman kedelai adalah tidak lahan masam/
pH diatas 5,0/, tekstur lempung dan kandungan bahan organik tinggi
sampai sedang. Kandungan hara tanah (N, P2O5, K2O, Ca, Mg) yang
cocok atau sesuai adalah tinggi sampai sedang. Curah hujan 1.000
2.500 mm/tahun dan temperatur 20 35 C untuk lebih jelasnya adapun
kriteria kesesuaian lahan agroklimat untuk tanaman kedelai seperti pada
tabel 8 berikut.
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
60
Tabel 8. Kriteria kesesuaian Agroklimat untuk Tanaman Kedelai
Sumber: Badan Litbang Kementan RI
B. Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai
1. Iklim
Tanaman kedelai merupakan tanaman daerah subtropis yang
dapat beradaptasi baik didaerah tropis. Dapat tumbuh baik, antara
garis lintang 0-52, dengan curah hujan diatas 500 mm/tahun.
Suhu optimal 25-30C dengan penyinaran penuh minimal 10 jam
No. Faktor Agroklimat Sangat sesuai Sesuai Agak sesuai Kurang sesuai
1 Suhu rata-rata (C) 25-28 29-35
20-25
36-38
18-19
>38
<18
2 Curah hujan (mm/h) 1.500-2.500 1.000-1.500 2.500-3.500
700-1.000
>3.500
3 Curah hujan selama
musim tanam kedelai
(mm/3bulan)
Ketersediaan irigasi
pada musim kemarau
300-400
5-6 x pengairan
250-300
4 x pengairan
200-250
2-3 x pengairan
<200
1 x pengairan
4 Tekstur tanah - Lempung
- Lempung
berliat
- Lempung
berdebu
- Lempung liat
berdebu
- Lempung
berpasir
- Liat
berpasir
- Pasir
berlempung
- Liat berdebu
- Pasir
- Kerikil
- Liat padat
5 Drainase tanah Baik, sedang Agak lambat - Lambat
- Sangat cepat
- Sangat cepat
- Sangat
lambat
6 Kedalaman lapisan olah
(cm)
>50 30-45 15-25 <15
7 Bahan organik tanah Tinggi-sedang sedang Agak rendah Rendah
8 Kemasaman tanah (pH) 5,8-6,9 5,0-5,8 4,5-5,0 <4,5
>7,0
9 - N tanah
- P2O5 tersedia
- K2O tersedia
- Ca, Mg
- Kejenuhan AI (%)
Tinggi-sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
<10
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
10-15
Agak rendah
Agak rendah
Agak rendah
Agak rendah
15-20
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
>20
10 Topogra Datar <15% 16-50% >50%
11 Naungan Tanpa <15% 16-30% >30%
12 Evelasi (m,dpl) 100-800 1-100
800-1.000
1.000-1.200 >1.200
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
61
perhari,kelembaban rata-rata 65%. Penanaman pada ketinggian
lebih dari 750m dpl, pertumbuhan mulai terhambat dan umur
tambah panjang namun masih berproduksi baik pada ketinggian 110
mdpl.
Untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal, sebaiknya kedelai
ditanam pada bulan-bulan yang agak kering, tetapi air tanah masih
cukup tersedia. Air diperlukan sejak pertumbuhan awal sampai pada
periode pengisian polong.
Pada tanah yang terlalu becek, apalagi sering tergenang air tidak
baik untuk pertumbuhan kedelai. Terlalu banyak hujan pada saat
menjelang panen pun kurang menguntungkan, karena akan
mengakibatkan turunnya kwalitas hasil. Waktu tanam yang tepat
sangat berbeda untuk satu daerah dengan daerah lainnya. Tetapi
pada umumnya pada tanah tegalan yang drainasenya baik, musim
tanam yang sesuai adalah awal musim penghujan.
Dianjurkan menanam secara serempak untuk daerah-daerah yang
berdekatan, dengan maksud untuk membatasi penyebaran hama.
Pada penanaman yang tidak serempak tanaman yang lebih dahulu
dipanen akan merupakan sumber penularan hama. Agar tidak terjadi
akumulasi hama disuatu daerah, sebaiknya penanaman kedelai
dirotasikan dengan tanaman lain.
2. Tanah
Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asalkan drainase
dan aerasi tanah cukup baik. Kecuali untuk tanah PMK (podzolik
merah kuning) dan tanah-tanah yang banyak mengandung pasir
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
62
kwarsa pertumbuhannya kurang baik, kecuali bila diberikan pupuk
organik, dan kapur pertanian untuk tanah PMK dalam jumlah cukup,
pH tanah yang cocok untuk kedelai adalah sekitar 5,8-7,0 tetapi pada
pH 4,5 pun kedelai masih dapat menghasilkan. Pemberian kapur
1-2,5 ton/ha pada tanah dengan pH dibawah 5,5 pada umumnya
dapat menaikkan hasil. Untuk memperbesar peluang keberhasilan, di
daerah-daerah yang belum pernah ditanam kedelai perlu diinokulasi
dengan bakteri Rhizobium. Sekarang ini telah direkomendasikan
Badan Litbang Deptan adalah inokulasi Rhizoplus.
Dan telah ada pula produk-produk hayati baru yaitu: Bio P 2000 Z
yang berdasarkan hasil-hasil demonstrasi di beberapa lokasi dapat
meningkatkan produksi secara nyata.
Pada lahan sawah, kedelai ditanam setelah panen padi (pola tanam
padi-padi-kedelai atau padi-kedelai-palawija lain/sayuran). Pada lahan
kering ditanam setelah panen padi gogo atau jagung atau tanaman
lainnya (pola tanam: padi/jagung-kedelai-palawija lain/sayuran/berra
atau padi-palawija lain-kedelai dan sebagainya). Budidaya kedelai
meliputi penggunaan benih bermutu tinggi, pengolahan/penyiapan
lahan, bertanam, pemupukan dasar (saat tanam, dan pemupukan
susulan menjelang berbunga), penyiangan dua kali (sesuai keperluan),
pembumbunan (saat penyiangan pertama), penyemprotan pestisida
(sesuai keperluan), panen, penjemuran dan perontokan.
3. Teknologi Pra dan Pasca Panen
Teknologi pra dan pasca panen telah tersedia baik di wilayah sentra
produksi maupun di wilayah pengembangan produksi kedelai. Hal
ini karena teknik penanganan pra dan pasca panen kedelai telah
disebarkan ke seluruh pelosok Indonesia melalui Instansi/Lembaga
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
63
Pertanian dan pada tingkat lapang oleh Penyuluh Pertanian. Adapun
teknologi pra dan pasca panen sebagai berikut:
a. Benih
Varietas yang ditanam dapat dipilih varietas yang unggul di
lokasi tersebut. Kebutuhan benih sekitar 40 - 50 kg/ha biji kecil
( 600.000 butir) dan 80 kg/ha untuk biji besar ( 600.000
butir). Varietas berumur genjah (70-80 hari) sangat cocok untuk
meningkatkan indeks pertanaman menjadi IP-300. Varietas
sedang (81-90 hari) dan varietas (di atas 90 hari). Sistem
pengadaan benih dapat pula dengan pola JABALSIM (jalinan
benih antara lapang dan antar musim).
b. Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan sawah tanah tidak perlu diolah, cukup
dibersihkan dan dibuat saluran drainase atau selokan dengan
jarak 3 meter khususnya untuk menghindari genangan air. Pada
lahan tegal tanah diolah hingga gembur (olah tanah sempurna),
dibuat bedengan 2-3 meter atau teras dengan batas pematang.
c. Tanam
Pada lahan sawah, penanaman optimal 7 hari setelah panen
padi sawah. Perlakuan benih dengan seed treatment antara lain
dengan 10 gram Marshal/kg benih, untuk mencegah hama lalat
kacang, benih ditugal, jarak tanam 40x10 cm atau 20x20 cm,
jumlah benih 2-3 biji/lubang. Jumlah lubang 250.000/ha, populasi
optimal 450.000 tanaman/ha. Inokulasi dengan PMMG Rhizoplus
dosis 150 gr/ha atau dengan Bio P 2000 Z. Penutupan mulsa
jerami 5 ton/ha untuk mencegah lalat bibit dan sebagai pupuk.
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
64
d. Pemupukan
Tanah sawah yang subur cukup diberikan 50 kg urea/ha saat
tanam sebagai pemicu awal pertumbuhan. Tanah grumosol
perlu dipupuk 50 kg urea + 75 kg TSP + 75 kg KCL/ha. Tanah
hidromorf seperti pantai utara Jawa Barat perlu dipupuk
100 kg urea + 75-100 kg TSP + 100 kg KCL/ha. Akan tetapi
dengan adanya teknologi hemat biaya PMMG (pupuk mikroba
multiguna) Rhizoplus hasil penelitian Tim Penelitian Balitbio,
maka pemberian PMMG Rhizoplus dengan dosis 150 gr/ha
dapat menghemat penggunaan pupuk N maupun fosfat yaitu:
tanpa pemupukan N dan penghematan 50% pupuk fosfat,
sedangkan KCL diberikan sesuai anjuran daerah setempat.
Untuk lahan kering perlu diberi pupuk kandang 3-5 ton/ha dan
pada lahan kering bereaksi masam perlu diberi kapur pertanian
0,5-2,5 ton/ha agar memperoleh hasil maksimal.
Saat ini sudah berkembang penggunaan pupuk hayati/
Rhizobium (dosis 200 gr/ha) dengan menggunakan bermacam-
macam merk dagang dari produsen BUMN/ swasta.
e. Anjuran pupuk lainnya
Pupuk fused Magnesium Phosfat (FMP) untuk kedelai dianjurkan
dosis 100 kg/ha, waktu aplikasi adalah pada saat pemupukan
dasar. Pupuk phosfat alam dianjurkan di lahan sawah bukaan
baru dengan dosis anjuran 500 kg/ha, diberikan dengan cara
larikan pada saat pemupukan dasar.
f. Penyiangan
Penyiangan harus dilakukan seawal mungkin, agar gulma tidak
menyaingi pertumbuhan kedelai. Pertama 3 minggu setelah
tanam, dan kedua 6 minggu setelah tanam, pada daerah yang
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
65
sukar tenaga kerja dapat digunakan herbisida pra tumbuh.
g. Pengairan
Perlu diusahakan kelembaban tanah setara dengan kapasitas
lapang, terutama pada awal pertumbuhan vegetatif, saat
pertumbuhan polong dan saat pengisian biji. Kekeringan pada
saat-saat tersebut dapat mengakibatkan merosotnya produksi.
Tanaman perlu diairi (di leb) 1 kali dalam 2 minggu mulai saat
pertumbuhan hingga pembungaan dan pembentukan polong.
Jika tidak dapat dengan cara leb maka dilahan kering dilakukan
penyiraman jika diperlukan.
h. Pengendalian hama dan penyakit
Aplikasi insektisida yang efektif disesuaikan dengan keperluan,
yaitu menurut intensitas serangan atau populasi hama
berdasarkan hasil pengamatan atau apabila telah mencapai
ambang ekonomi, baru dilakukan penyemprotan dengan
insektisida. Nilai ambang ekonomi beberapa hama adalah,
lalat kacang: 2% serangan atau terdapat 1 lalat dewasa per
5 meter baris tanaman, perusak daun: 12,5% kerusakan oleh
berbagai ulat atau ditemukan 2-5 ekor ulat muda per tanaman,
khususnya pada periode menjelang berbunga sampai pengisian
polong, perusak polong: 2% serangan, dengan cara mengamati
kerusakan polong tanaman (10-20 rumpun). Apabila tenaga
pengamat hama belum memadai, pengamatan hama dapat
dilakukan pada periode kritis (7, 20, 45 dan 60 hari). Pengendalian
penyakit dilakukan bila tanaman pada umur sekitar 30 hari
terdapat gejala karat daun dan perlu disemprotkan dengan
fungisida. Penyakit karat yang mulai menyerang pada umur 70
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
66
hari atau lebih tidak perlu dikendalikan, karena tidak berpengaruh
pada hasil.
i. Penggunaan Alsintan
Penggunaan alsintan akan mempercepat pekerjaan pra dan
pasca panen. Traktor digunakan untuk mempercepat pengolahan
tanah. Pompa air aksial dan centrifugal akan membantu
pengairan tanaman 1 kali dalam 2 minggu. Dryer dan Tresher
untuk membantu kegiatan pengeringan dan perontokan kedelai.
j. Teknologi pasca panen
Umur kedelai berkisar antara 72-90 hari tergantung varietasnya.
Secara visual saat panen ditandai dengan daun berwarna
kuning coklat kehitaman dan rontok, batang telah kering serta
polong berwarna coklat dan pecah, pada kondisi normal kadar
air berkisar 20-24%. Cara panen adalah memotong batang
menggunakan sabit bergerigi. Tanaman diupayakan tidak
tercabut agar bintil akar Rhizobium tetap dalam tanah sebagai
pupuk. Hasil pemotongan dikumpulkan secara teratur dan
dipisahkan bila tingkat kematangannya berbeda. Pengumpulan
dilakukan dengan baik sehingga tidak ada yang tercecer.
Pengeringan brangkasan untuk memudahkan perontokan/
pembijian dilakukan dengan sinar matahari atau pengeringan
buatan jika musim hujan. Pengeringan dilakukan sampai kadar air
17%. Setelah pembijian dilakukan lagi pengeringan sampai kadar
air 14%. Pada musim hujan pengeringan harus dibantu dengan
peralatan dryer. Jika belum dijual/digunakan, maka dilakukan
penyimpanan dengan kedap udara. Biji kedelai yang telah kering
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
67
(kadar air 9-14%) disimpan dalam kaleng yang dilapisi dengan
bahan-bahan yang dapat menyerap air/kelembaban (antara lain
bubuk arang).
4. Varietas Kedelai
Sampai dengan tahun 2009 telah dilepas sebanyak 80 varietas kedelai.
Berdasarkan umurnya varietas kedelai dibagi ke dalam 3 jenis yaitu
varietas berumur genjah (<80 hari), umur sedang (80-89 hari) dan umur
dalam (>90 hari), sedangkan berdasarkan warna bijinya kedelai dibagi
menjadi biji kuning dan biji hitam. Pemilihan varietas kedelai disesuaikan
dengan lokasi (spesik lokasi). Untuk mendapatkan hasil yang tinggi,
disarankan agar menggunakan varietas unggul yang bermutu.
a. Varietas Kedelai yang Telah Direalease
Varietas kedelai yang telah di realease oleh Pemerintah sebanyak
80, untuk mendukung produksi kedelai. Daftar nama nama varietas
kedelai yang sudah dirilis sampai dengan tahun 2009 disajikan pada
tabel 9 berikut.
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
68
Tabel 9 . Daftar Nama Varietas Kedelai Berdasarkan Umur dan Warna Biji
Varietas
Tahun
Dilepas
Hasil
(ton/Ha)
Bobot 100 biji
(g)
Umur Panen
(hari)
Nilai Protein
(%)
1. KEDELAI KUNING
A. Umur Genjah ( 80 hari)
1 Taichung 1,3-1,5 10.5 75-80 34.27
2 Shakti 1,0-1,5 12-16 g 60-85 41.6
3 Sumbing 1,0-1,5 8 75-80 38.8
4 Lokon 1982 1,1-2,0 10.8 76 37
5 Guntur 1982 1,1-2,0 10.6 78 31.3
6 Tidar 1987 1,4-2,0 7 75 37
7 Muria 1987 1.8 12.5 83 35-36
8 Petek 1989 1,0-1,5 8 80 38.78
9 Lumajang Bewok 1989 1,2-2,0 9.6 80 34.54
10 Dieng 1991 1,2-2,0 11 74 37
11 Tengger 1991 1,2-2,0 7.5 78 38.52
12 Malabar 1992 1,3-2,0 12 70 37
13 Lawu 1991 1,2-2,0 11 79 31.4
14 Sindoro 1995 2.03 12 86 33
15 Kawi 1998 2.04 10.5 88 38.5
16 Leuser 1998 1.87 10.6 78-80 37
17 Meratus 1998 1.4 9-10 g 73-77 39.5
18 Baluran 2002 2,5-3,0 15-17 80 38-40
19 Gepak Kuning 2008 2.2 8.3 73
20 Gepak Ijo 2008 2.2 6.8 76
B. Umur Sedang (81-89 hari)
1 Tk 5 1,0-1,5 17.8 80-85 34.73
2 Ringgit 1935 1,0-1,5 8 >85 39
3 Merapi 1938 1 8 85 41
4 Davros 1965 1,0-1,5 12 80-85 37.13
5 Orba 1974 1.5 12-14 g 85-90 38.5
6 Galunggung 1981 1.5 12.5 80-90 44.4
7 Wilis 1983 1,5-2,5 10 88 37
8 Kerinci 1985 1,5-2,5 9 87 42
9 Raung 1986 1,5-2,5 13 85 39
10 Rinjani 1989 1,5-2,5 10 88 37
11 Tambora 1989 1,5-2,0 14 85 39
12 Jayawijaya 1989 1,5-2,5 9 87 39
13 Lampobatang 1989 1,2-2,0 10 86 38
14 Krakatau 1992 1,6-2,7 8 85 36
15 Tampomas 1992 1,5-2,5 11 84 34
16 Singgalang 1992 1,5-2,0 10 85 34
17 Kipas Putih 1992 1.7 12 85-90 35
18 Pangrango 1995 1,7-2,2 10 88 39
19 Argomulyo 1998 1,5-2,0 20 82 39.4
20 Bromo 1998 1,5-2,5 16 85 Na
21 Manglayang 1999 1,02-2,45 92 35.32
22 Burangrang 1999 1,5-2,5 21 81 39
23 Slamet 1995 2,0-2,5 12.5 87 34
24 Sinabung 2001 2.16 10.68 88 46
25 Kaba 2001 2.13 10.37 85 44
26 Anjasmoro 2001 2,25-2,03 14,8-15,3 85 41,78-42,05
27 Mahameru 2001 2,16-2,04 16,5-17,0 86 42,87-44,25
28 Tanggamus 2001 1.22 11 85 44.5
29 Sibayak 2001 1.41 12.5 87 44.6
30 Menyapa 2001 1,9-2 9.1 85
31 Lawit 2001 1,9-2 10.5 84
32 Malabar 1992 1.3 12 70
33 Meratus 1998 1.4 10 75
34 Baluran 2002 2.5 16 79
35 Grobogan 2008 2.8 18 75
36 Ijen 2003 2.5 11.2 83
37 Panderman 2003 2.4 18-19 85
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
69
Lanjuatan Tabel 9
Ket: Biji besar (berat 100 biji15 g); biji sedang (berat 100 biji 10-15 g); biji kecil (berat
100 biji <10 g)
b. Penyebaran Varietas Kedelai
Varietas benih tanaman pangan termasuk kedelai dibagi menjadi 3
kategori yaitu :
1) Varietas Produksi Tinggi (VPT) dengan produktivitas per hektar
diatas 2 ton (20 ku/ha)
2) Varietas Produksi Sedang (VPS) dengan produktivitas per hektar
1-2 ton (10-20 ku/ha)
3) Varietas Produksi Rendah (VPR) dengan produktivitas dibawah
1 ton per hektar (10 ku/ha)
Berdasarkan data penyebaran varietas dari Direktorat Perbenihan, Ditjen
Tanaman Pangan bahwa secara nasional penggunaan Varietas Produksi
Varietas
Tahun
Dilepas
Hasil
(ton/Ha)
Bobot 100 biji
(g)
Umur Panen
(hari)
Nilai Protein
(%)
1. KEDELAI KUNING
B. Umur Sedang (81-89 hari)
38 Gumitir 2005 2.1 15.8 81
39 Agopuro 2005 2.3 17.8 84
40 Seulawah 2004 1.6 9.5 93
41 Ratai 2004 1.6 10.5 90
42 Rajabasa 2004 2.1 15 85
43 Kipas Merah Bireuen 2008 3.5 12 85-90
44 Mitani 2008 3.2 12.8 82-90
C. Umur Dalam (90 hari)
1 Otau 1918 1,0-1,2 7-8 g 90-100 36.7
2 No. 27 1919 1,0-1,2 7-8 g 90-110 40
3 No. 29 1924 1,0-1,5 7 90-110 43
4 Dempo 1984 1,5-2,5 13 90 41
5 Merabu 1986 1,5-2,5 10 90 45
6 Kipas Putih 1992 1,7-2,1 12 90 35
7 Nanti 2001 1.24 11.5 90 42.8
8 Merubetiri 2002 2,5-3,0 13-14 95 38-40
9 Arjasari 2005 1-4,6 19.2 98-100
2. KEDELAI HITAM
1 Cikuray 1992 1,4-2,2 12 85 35
2 Mallika 2007 2.9 9-10 g 85-90
3 Detam-1 2008 2.5 14.8 84
4 Detam-2 2008 2.5 13.5 82
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
70
Tinggi (VPT) kedelai sudah mencapai 84,77%, Varietas Produksi Sedang
(PVS) mencapai 4,77% dan Varietas Produksi Rendah (VPR) mencapai
10,47%.
Varietas kedelai yang banyak digunakan petani antara lain : varietas
Dieng (31,71%), Anjasmoro (15%), Baluran (7,61%), TK 5 (5,47%),
Wilis (5,27%), Grobogan (3,67%) dan varietas lokal (4,69%). Daftar
penyebaran varietas kedelai per provinsi seluruh Indonesia tahun 2010
dapat dilihat pada tabel 10 berikut :
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
71
Tabel 10. Penyebaran Varietas Kedelai Tahun 2010
No. VARIETAS NAD Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Banten
Jawa
Barat
Jateng
DI.
Yogya
Jawa
Timur
Kalbar Kalsel Kaltim Bali NTB NTT Sulut Sulteng Sulsel Sultera Maluku Papua Gorontalo Jumlah %
I. V P T 7,056 2,917 106 2,578 3,526 4,097 127 2,000 54 13,075 13,149 24,409 237,741 71 26 173 1,926

48,995
15 3,640 376 22,057 827 154 199 218 389,511 84.77
1 Anjasmoro 6,564 2,183 38 2,237 3,236 867 60 805 - 729 1,054 5,693 11,253 30 23 7 1,422

32,345
1 - 173 155 29 - - - 68,903 15.0
2 Bungrangrang - - - - 94 - - - - 7 3 - - - - - - - - - - 6,452 - - - - 6,556 1.43
3 Bromo - - - - - - - - - 290 - - - - - - - 4,184 - - - - - - - - 4,474 0.97
4 Baluran - - - - 104 - - - - 23 - 14,071 19,408 41 - 10 - - 14 - - 1,209 - - 78 - 34,958 7.61
5 Davros - - - - - - - - - 182 - - - - - - - - - - 54 - - - 7 - 243 0.05
6 Dieng - - - - - - - - - - - - 145,699 - - - - - - - - - - - - - 145,699 31.71
7 Galunggung - - - - - 1,119 9 23 - - - 222 - - - - - - - - - - 8 - - - 1,381 0.30
8 Guntur - - - - - - - - - - 1,215 - - - - - - - - - - - - - - - 1,215 0.26
9 Ijen - - - - - - - 14 - - 6,250 574 314 - - - - - - - - - - - 85 - 7,237 1.57
10 Kipas Putih 105 195 35 - - - - - - - - - 12 - - - - - - - - - - - - - 347 0.08
11 Kipas Ungu - - - - - 294 - - - - - - 3,709 - - - - - - - - - - - - - 4,003 0.87
12 Lokon - - - 21 11 376 22 222 51 137 - 2,759 - - - - - - - 314 - - 7 - - - 3,920 0.85
13 Lompo Mas - - - - - - - - - - 300 - - - - - - - - - - - - - - - 300 0.07
14 Lumajang Bewok - - - - - - - 184 - 108 - - - - - - - - - - - - - - - - 292 0.06
15 Muria - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 459 - - - - - - 459 0.10
16 Mahameru - - - - 9 - - - - 40 - - - - - - - 1,596 - 1,180 33 11,988 500 - - 4 15,350 3.34
17 Malabar - 7 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 7 0.00
18 Nanti - - - - - - - - - - 62 - - - - - - - - - - - - - - - 62 0.01
19 Orba - 102 - 74 - 8 - 115 3 10,621 - - - - - 4 - - - 858 75 846 174 70 - 131 13,081 2.85
20 Rinjani - - - - - - - - - - - - 1,018 - - - - - - - - - - - - - 1,018 0.22
21 Ringgit - - - - - - - - - - 110 - - - - - - - - - - - - - - - 110 0.02
22 Sumbing - - - - - - - - - - - - 3,297 - - - - - - - - - - - - - 3,297 0.72
23 Semeru - - - - - - - - - - - - 8,446 - - - - - - - - - - - - - 8,446 1.84
24 Sinambung - 14 - - - - - - - - - - 4,107 - - - - - - - - - - 1 - - 4,122 0.90
25 Tampomas - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 206 - - - - 206 0.04
26 Tidar - - - - - - - - - - - - 14,447 - - - - - - - - - - - - - 14,447 3.14
27 Tk. 5 - - - - - - - - - - - - 25,140 - - - - - - - - - - - - - 25,140 5.47
28 Wilis 387 416 33 246 72 1,433 36 637 - 938 4,155 1,090 891 - 3 152 504 10,870 - 828 41 1,201 109 83 29 83 24,237 5.27
II. VPS - 21 - 45 152 142 - 158 - 205 8,522 8,173 2,920 25 - 1 - 529 - 762 59 135 - 1 62 - 21,911 4.77
1 Argomulyo - - - - - - - - - 93 1,054 - 919 - - 1 - 57 - - 49 - - - - - 2,173 0.47
2 Kerinci - - - 45 - - - - - - 3 - - - - - - 10 - 349 - - - - - - 407 0.09
3 Kaba - - - - 152 - - - - 76 - - - - - - - 241 - - 10 135 - 1 62 - 677 0.15
4 Meratus - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 413 - - - - - - 413 0.09
5 Tanggamus - 21 - - - - - 158 - - 1,215 - - - - - - - - - - - - - - - 1,394 0.30
6 Grobogan - - - - - 142 - - - 36 6,250 8,173 2,001 25 - - - 221 - - - - - - - - 16,848 3.67
III. V P R 9,607 1,052 254 623 1,786 1,144 44 347 6,827 2,478 300 5,698 9,853 5 2,755 31 217 3,352 92 54 311 935 180 11 - 134 48,089 10.47
1 Paris - - - - - - - - - - 300 - - - - - - - - - - - - - - - 300 0.07
2 Slamet - - - - - - 12 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 12 0.00
3 Lain-lain 7,191 323 - 623 1,043 31 - 263 2,063 2,478 - 600 5,406 - 2,717 - 76 3,337 50 - - - - - - 40 26,241 5.71
4 Varietas lokal 2,416 729 254 - 743 1,113 32 84 4,764 - - 5,098 4,447 5 38 31 141 15 42 54 311 935 180 11 - 95 21,536 4.69
JUMLAH 16,663 3,990 360 3,246 5,464 5,383 171 2,505 6,881 15,758 21,971

38,280
250,514 101 2,781 205 2,143 52,875 107 4,455 746 23,127 1,007 165 261 352 459,510 100.00
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
72
Lampiran 1
Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai
Tahun 2013 per Provinsi

NO.
PROVINSI
2013
Luas Tanam (Ha) Luas Panen (Ha)
Produktivitas
(Ku/Ha)
Produksi (ton)
1 ACEH 65,835 62,700 15.15 95,000
2 SUMUT 16,508 15,822 12.28 23,397
3 SUMBAR 2,625 2,500 15.00 3,750
4 RIAU 6,472 6,164 11.20 6,904
5 KEPRI - - - -
6 JAMBI 10,000 7,257 13.42 12,739
7 SUMSEL 19,500 12,410 15.95 19,794
8 BABEL - - - -
9 BENGKULU 6,405 6,000 13.42 8,186
10 LAMPUNG 13,600 12,952 11.71 15,173
11 DKI JAKARTA - - - -
12 JABAR 123,313 115,346 16.23 88,204
13 BANTEN 20,818 19,350 16.40 31,736
14 JATENG 69,500 66,285 16.48 185,100
15 DI YOGYA 33,035 31,462 12.26 38,580
16 JATIM 384,966 378,000 16.10 632,700
17 BALI 7,035 6,700 13.80 9,246
18 NTB 98,615 94,967 14.43 137,000
19 NTT 6,719 6,399 13.39 4,740
20 KALBAR 3,500 2,872 13.75 3,948
21 KALTENG 2,297 2,188 11.73 2,566
22 KALSEL 5,250 5,000 13.50 5,000
23 KALTIM 3,190 3,038 12.98 3,943
24 SULUT 15,322 14,592 14.94 21,800
25 GORONTALO 3,255 3,100 13.86 5,600
26 SULTENG 8,135 7,748 15.35 11,891
27 SULSEL 46,473 43,308 16.04 69,448
28 SULAWESI BARAT 9,975 9,500 16.40 14,094
29 SULTRA 19,950 19,000 13.40 25,460
30 MALUKU 3,250 3,000 13.60 6,800
31 MALUKU UTARA 3,637 3,464 14.29 4,950
32 PAPUA 8,231 7,839 12.60 10,500
33 PAPUA BARAT 1,088 1,036 16.90 1,751
INDONESIA 1,018,500 970,000 15.46 1,500,000
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
73
Lampiran 2
Rincian Kegiatan Pengembangan Kedelai Tahun 2013 yang Dibiayai APBN
per Provinsi
NO. PROVINSI
SLPTT
PENGEMB.
KEDELAI
MODEL
PERLUASAN
AREAL
TANAM
BARU*)
TOTAL
PERTUMBUHAN PENGEMBANGAN PEMANTAPAN
JUMLAH
SLPTT
SLPTT PENINGKATAN IP SLPTT PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
LL SL JUMLAH LL SL JUMLAH LL
1 ACEH 50 450 500 2.850 25.650 28.500 - 29.00 15.000 21.000 65.000
2 SUMUT - - - 800 7.200 8000 - 8.000 - 1.000 9.000
3 SUMABR - - - 150 1.350 1.500 - 1.500 - 1.500
4 RIAU - - - 400 3.600 4.000 - 4.000 - 1.250 5.250
5 JAMBI - - - 700 6.300 7.000 - 7.000 - 3.000 10.000
6 SUMSEL - - - 700 6.300 7.000 - 7.000 - 12.500 19.500
7 BENGKULU - - - 500 4.500 5.000 - 5.000 - 5.000
8 LAMPUNG - - - 400 3.600 4.000 - 4.000 - 2.000 6.000
9 JABAR 100 900 1.000 2.200 19.800 22.000 3.000 26.000 15.000 500 41.500
10 JATENG 150 1.350 1.500 4.050 36.450 40.500 16.500 58.500 10.000 66.750 135.250
11 DI YOGYAKARTA 100 900 1.000 2.700 24.300 27.000 - 28.000 5.000 33.000
12 JATIM 300 2.700 3.000 12.450 112.050 124.500 17.000 144.500 25.000 169.500
13 KALBAR 50 450 500 300 2.700 3.300 - 3.500 - 6250 9.750
14 KALTENG - - - 200 1.800 2.000 - 2.000 - 2.000
15 KALSEL - - - 150 1.350 1.500 - 1.500 - 1.000 2.500
16 KALTIM - - - 100 900 1.000 - 1.000 - 1.000
17 SULUT - - - 300 2.700 3.000 - 3.000 - 3.000
18 SULTENG - - - 300 2.700 3.000 - 3.000 - 3.000
19 SULSEL 100 900 1.000 1.400 12.600 14.000 11.000 26.000 15.000 1.000 42.000
20 SULTRA - - - 250 2.250 2.500 - 2.500 - 2.500
21 BALI - - - 400 3.600 4.000 - 4.000 - 4.000
22 NTB 50 450 500 6.000 54.000 60.000 - 60.500 15.000 75.500
23 NTT - - - 400 3.600 4.000 - 4.000 - 4.000
24 MALUKU - - - 150 1.350 1.500 - 1.500 - 2.000 3.500
25 PAPUA - - - 200 1.800 2.000 - 2.000 - 2.000
26 BANTEN - - - 500 4.500 5.000 - 5.000 10.000 15.000
27 GORONTALO - - - 250 2.250 2.500 - 2.500 - 2.500
28 PAPUA BARAT - - - 100 900 1.000 - 1.000 - 1.000
29 SULBAR 400 3.600 4.000 550 4.950 5.500 - 9.500 - 9.500
TOTAL 1.300 11.700 13.000 39.050 355.050 394.500 47.500 455.000 110.000 118.250 683.250
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
74
Lampiran 3
Rincian SL-PTT Kedelai Tahun 2013 Per Kabupaten
NO. PROV/KAB
KAWASAN
JUMLAH
PERTUMBUHAN PENGEMBANGAN PEMANTAPAN
SL SL SL
Hektar Hektar Hektar
1 ACEH 500 28,500 - 29,000
1 Kab. Aceh Besar 500 - 500
2 Kab. Aceh Timur 2,500 - 2,500
3 Kab. Aceh Utara 1,500 - 1,500
4 Kab. Bireuen 11,000 - 11,000
5 Kab. Aceh Pidie 500 2,500 - 3,000
6 Kab. Aceh Barat Daya 500 - 500
7 Kab. Aceh Jaya 500 - 500
8 Kab. Aceh Tamiang 2,000 - 2,000
9 Kab. Bener Meriah 1,500 - 1,500
10 Kab. Pidie Jaya 6,000 - 6,000
2 SUMUT - 8,000 - 8,000
1 Kab. Asahan 500 500
2 Kab. Deli Serdang - 500 - 500
3 Kab. Labuhan Batu - 500 - 500
4 Kab. Langkat - 500 - 500
5 Kab. Mandailing Natal - 500 - 500
6 Kab. Simalungun 500 500
7 Kab. Tapanuli Selatan - 500 - 500
8 Kab. Serdang Bedagai - 500 - 500
9 Kab. Padang lawas 500 500
10 Kota Binjai 500 500
11 Kab. Nias Selatan - 1,500 - 1,500
12 Kab Padang Lawas Utara - 500 - 500
13 Kab. Labuhan Batu Utara - 500 - 500
14 Kab. Batu Bara 500 500
3 SUMBAR - 1,500 - 1,500
1 Kab. Pasaman 500 500
2 Kab. Pesisir Selatan 500 500
3 Kab. Pasaman Barat 500 500
4 RIAU - 4,000 - 4,000
1 Kab. Indragiri Hilir - 500 - 500
2 Kab. Kampar - 500 - 500
3 Kab. Rokan Hilir - 2,000 - 2,000
4 Kab. Rokan Hulu - 1,000 - 1,000
5 JAMBI - 7,000 - 7,000
1 Kab. Batanghari - 500 - 500
2 Kab. Bungo - 500 - 500
3 Kab. Kerinci - 500 - 500
4 Kab. Merangin - 1,000 - 1,000
5 Kab. Muaro Jambi - 500 - 500
6 Kab. Sarolangun - 500 - 500
7 Kab. Tanjung Jabung Barat - 1,000 - 1,000
8 Kab. Tj. Jabung Timur - 1,500 - 1,500
9 Kab. Tebo - 1,000 - 1,000
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
75
Lanjutan ...
NO. PROV/KAB
KAWASAN
JUMLAH
PERTUMBUHAN PENGEMBANGAN PEMANTAPAN
SL SL SL
Hektar Hektar Hektar
6 SUMSEL - 7,000 - 7,000
1 Kab. Lahat - 3,000 - 3,000
2 Kab. Musi Banyuasin - 1,000 - 1,000
3 Kab. Musi Rawas - 500 - 500
4 Kab. Muara Enim - 500 - 500
5 Kab. Ogan Komering Ilir - 500 - 500
6 Kab. OKU Timur - 1,000 - 1,000
7 Kab. OKU Selatan - 500 - 500
7 BENGKULU - 5,000 - 5,000
1 Kab. Rejang Lebong - 1,500 - 1,500
2 Kab. Kaur - 500 - 500
3 Kab. Seluma - 500 - 500
4 Kab. Muko-muko - 1,000 - 1,000
5 Kab. Kepahiang 500 500
6 Kab Bengkulu Tengah - 1,000 1,000
8 LAMPUNG - 4,000 - 4,000
1 Kab. Lampung Tengah - 1,000 - 1,000
2 Kab. Lampung Timur - 1,000 - 1,000
3 Kab. Tanggamus 1,000 1,000
4 Kab. Way Kanan - 500 - 500
5 Kab. Mesuji 500 500
9 JABAR 1,000 22,000 3,000 26,000
1 Kab. Ciamis - 3,000 3,000
2 Kab. Cianjur 500 3,500 - 4,000
3 Kab. Garut 500 6,500 - 7,000
4 Kab. Indramayu 2,000 - 2,000
5 Kab. Karawang 500 500
6 Kab. Kuningan 500 - 500
7 Kab. Majalengka 1,500 - 1,500
8 Kab. Subang 500 - 500
9 Kab. Sukabumi 2,000 - 2,000
10 Kab. Sumedang 2,000 - 2,000
11 Kab. Tasikmalaya 2,000 - 2,000
12 Kota Banjar 500 500
13 Kab. Bandung Barat 500 500
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
76
Lanjutan ...
NO. PROV/KAB
KAWASAN
JUMLAH
PERTUMBUHAN PENGEMBANGAN PEMANTAPAN
SL SL SL
Hektar Hektar Hektar
10 JATENG 1,500 40,500 16,500 58,500
1 Kab. Banjarnegara 500 - 500
2 Kab. Banyumas 2,000 - 2,000
3 Kab. Blora 5,000 - 5,000
4 Kab. Boyolali 2,000 - 2,000
5 Kab. Brebes - 500 500
6 Kab. Cilacap 500 4,500 - 5,000
7 Kab. Demak - 3,000 3,000
8 Kab. Grobogan - 10,000 10,000
9 Kab. Kebumen 500 6,500 - 7,000
10 Kab. Kendal 1,000 - 1,000
11 Kab. Klaten 2,000 - 2,000
12 Kab. Pati 2,000 - 2,000
13 Kab. Purworejo 500 4,000 - 4,500
14 Kab. Rembang 4,000 - 4,000
15 Kab. Semarang 500 - 500
16 Kab. Sragen - 2,000 2,000
17 Kab. Sukoharjo - 1,000 1,000
18 Kab. Tegal 500 - 500
19 Kab. Wonogiri 6,000 - 6,000
11 DI YOGYAKARTA 1,000 27,000 - 28,000
1 Kab. Bantul 2,500 - 2,500
2 Kab. Gunung Kidul 1,000 22,000 - 23,000
3 Kab. Kulon Progo 2,000 - 2,000
4 Kab. Sleman 500 - 500
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
77
Lanjutan ...
NO. PROV/KAB
KAWASAN
JUMLAH
PERTUMBUHAN PENGEMBANGAN PEMANTAPAN
SL SL SL
Hektar Hektar Hektar
12 JATIM 3,000 124,500 17,000 144,500
1 Kab. Bangkalan 4,000 - 4,000
2 Kab. Banyuwangi 15,000 - 15,000
3 Kab. Blitar 500 6,500 - 7,000
4 Kab. Bojonegoro 11,000 - 11,000
5 Kab. Gresik 500 - 500
6 Kab. Jember 10,500 - 10,500
7 Kab. Jombang 4,500 - 4,500
8 Kab. Lamongan - 10,000 10,000
9 Kab. Lumajang 3,000 - 3,000
10 Kab. Madiun 500 5,500 - 6,000
11 Kab. Magetan 1,000 - 1,000
12 Kab. Mojokerto 1,500 - 1,500
13 Kab. Nganjuk 500 8,000 - 8,500
14 Kab. Ngawi 500 10,500 - 11,000
15 Kab. Pacitan 2,500 - 2,500
16 Kab. Pasuruan 11,500 - 11,500
17 Kab. Ponorogo 3,000 - 3,000
18 Kab. Sampang 500 14,500 - 15,000
19 Kab. Sidoarjo 500 - 500
20 Kab. Sumenep 500 5,000 - 5,500
21 Kab. Trenggalek 4,000 - 4,000
22 Kab. Tuban 2,000 - 2,000
23 Kab. Tulungagung - 7,000 7,000
13 KALBAR 500 3,000 - 3,500
1 Kab. Sambas 500 2,500 - 3,000
2 Kab. Kayong Utara 500 500
14 KALTENG - 2,000 - 2,000
1 Kab. Barito Utara - 500 - 500
2 Kab. Kapuas - 500 - 500
3 Kab. Lamandau - 500 - 500
4 Kab. Pulang Pisau - 500 - 500
15 KALSEL - 1,500 - 1,500
1 Kab. Kota Baru - 500 - 500
2 Kab. Tabalong - 500 - 500
3 Kab. Tanah Laut - 500 - 500
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
78
Lanjutan ...
NO. PROV/KAB
KAWASAN
JUMLAH
PERTUMBUHAN PENGEMBANGAN PEMANTAPAN
SL SL SL
Hektar Hektar Hektar
16 KALTIM - 1,000 - 1,000
1 Kab. Berau - 500 - 500
2 Kab. Kutai Barat - 500 - 500
17 SULUT - 3,000 - 3,000
1 Kab. Bolaang Mangondow - 1,000 - 1,000
2 Kab. Minahasa - 500 - 500
3 Kab. Kep. Talaud - 500 - 500
4 Kab. Minahasa Utara - 500 - 500
5 Kab. Bolmang Timur - 500 - 500
18 SULTENG - 3,000 - 3,000
1 Kab. Banggai - 1,000 - 1,000
2 Kab. Morowali - 500 - 500
3 Kab. Parigi Moutong - 1,000 - 1,000
4 Kab. Tojo Una-Una - 500 - 500
19 SULSEL 1,000 14,000 11,000 26,000
1 Kab. Bone - 7,000 7,000
2 Kab. Enrekang 500 - 500
3 Kab. Gowa 1,000 - 1,000
4 Kab. Jeneponto 500 3,000 - 3,500
5 Kab. Luwu 500 - 500
6 Kab. Luwu Utara 500 - 500
7 Kab. Maros 500 4,000 - 4,500
8 Kab. Pangkep 500 - 500
9 Kab. Pinrang 1,500 - 1,500
10 Kab. Sidenreng Rappang 500 - 500
11 Kab. Soppeng - 2,000 2,000
12 Kab. Takalar 1,000 - 1,000
13 Kab. Tana Toraja 500 - 500
14 Kab. Wajo - 2,000 2,000
15 Kab. Luwu Timur 500 - 500
20 SULTRA - 2,500 - 2,500
1 Kab. Buton - 500 - 500
2 Kab. Konawe - 500 - 500
3 Kab. Kolaka - 500 - 500
4 Kab. Konawe Selatan - 500 - 500
5 Kab. Buton Utara - 500 - 500
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
79
Lanjutan ...
NO. PROV/KAB
KAWASAN
JUMLAH
PERTUMBUHAN PENGEMBANGAN PEMANTAPAN
SL SL SL
Hektar Hektar Hektar
21 BALI - 4,000 - 4,000
1 Kab. Badung - 1,000 - 1,000
2 Kab. Jembrana - 1,000 - 1,000
3 Kab. Klungkung - 1,000 - 1,000
4 Kab. Tabanan - 1,000 - 1,000
22 NTB 500 60,000 - 60,500
1 Kab. Bima 14,000 - 14,000
2 Kab. Dompu 12,000 - 12,000
3 Kab. Lombok Barat 1,500 - 1,500
4 Kab. Lombok Tengah 23,000 - 23,000
5 Kab. Lombok Timur 500 - 500
6 Kab. Sumbawa 500 6,500 - 7,000
7 Kota Bima 500 - 500
8 Kab. Sumbawa Barat 500 - 500
9 Kota Mataram * - 1,500 - 1,500
23 NTT - 4,000 - 4,000
1 Kab. Kupang 500 500
2 Kab. Manggarai - 1,000 - 1,000
3 Kab. Ngada - 500 - 500
4 Kab. Sumba Barat 500 500
5 Kab. Timor Tengah Selatan 500 500
6 Kab. Rote-Ndao 500 500
7 Kab. Manggarai Barat - 500 - 500
24 MALUKU - 1,500 - 1,500
1 Kab. MTB 500 500
2 Kab. Maluku Tengah 500 500
3 Kab. Pulau Buru 500 500
25 PAPUA - 2,000 - 2,000
1 Kab. Jayapura 500 500
2 Kab. Merauke - 500 - 500
3 Kab. Nabire 500 500
4 Kab. Keerom 500 500
26 BANTEN - 5,000 - 5,000
1 Kab. Lebak 2,000 - 2,000
2 Kab. Pandeglang 2,500 - 2,500
3 Kab. Serang 500 - 500
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
80
Lanjutan ...
NO. PROV/KAB
KAWASAN
JUMLAH
PERTUMBUHAN PENGEMBANGAN PEMANTAPAN
SL SL SL
Hektar Hektar Hektar
27 GORONTALO - 2,500 - 2,500
1 Kab. Gorontalo - 500 - 500
2 Kab. Pohuwato - 2,000 - 2,000
28 PAPUA BARAT - 1,000 - 1,000
1 Kab. Manokwari - 500 - 500
2 Kab. Teluk Bintuni - 500 - 500
29 SULBAR 4,000 5,500 - 9,500
1 Kab. Mamuju 2,000 2,000 - 4,000
2 Kab. Mamasa 1,000 1,000
3 Kab. Mamuju Utara 1,000 1,500 - 2,500
4 Kab. Polewali Mandar 1,000 1,000 - 2,000
TOTAL 13,000 394,500 47,500 455,000
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
81
Lampiran 4
Pembagian Lokasi SL-PTT Berdasarkan Bantuan Benih Subsidi
PERTUMBUHAN PENGEMBANGAN JUMLAH PENGEMBANGAN PEMANTAPAN JUMLAH
1 ACEH 500 23.500 24.000 5.000 - 5.000 29.000
1 Kab. Aceh Besar 500 500 - 500
2 Kab. Aceh Timur 2.500 2.500 - 2.500
3 Kab. Aceh Utara 1.500 1.500 - 1.500
4 Kab. Bireuen 6.000 6.000 5.000 5.000 11.000
5 Kab. Aceh Pidie 500 2.500 3.000 - 3.000
6 Kab. Aceh Barat Daya 500 500 - 500
7 Kab. Aceh Jaya 500 500 - 500
8 Kab. Aceh Tamiang 2.000 2.000 - 2.000
9 Kab. Bener Meriah 1.500 1.500 - 1.500
10 Kab. Pidie Jaya 6.000 6.000 - 6.000
2 SUMUT - 8.000 8.000 - - - 8.000
11 Kab. Asahan 500 500 500
12 Kab. Deli Serdang 500 500 500
13 Kab. Labuhan Batu 500 500 500
14 Kab. Langkat 500 500 500
15 Kab. Mandailing Natal 500 500 500
16 Kab. Simalungun 500 500 500
17 Kab. Tapanuli Selatan 500 500 500
18 Kab. Serdang Bedagai 500 500 500
19 Kab. Padang lawas 500 500 500
20 Kota Binjai 500 500 500
21 Kab. Nias Selatan 1.500 1.500 1.500
22 Kab Padang Lawas Utara 500 500 500
23 Kab. Labuhan Batu Utara 500 500 500
24 Kab. Batu Bara 500 500 500
3 SUMBAR - 1.500 1.500 - - - 1.500
25 Kab. Pasaman 500 500 500
26 Kab. Pesisir Selatan 500 500 500
27 Kab. Pasaman Barat 500 500 500
PROVINSI NO
SLPTT
RENCANA LOKASI YANG MENDAPAT SUBSIDI
BENIH
RENCANA LOKASI YANG MENGGUNAKAN
BENIH SWADAYA JUMLAH
SLPTT


PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
82
Lanjutan ...

PERTUMBUHAN PENGEMBANGAN JUMLAH PENGEMBANGAN PEMANTAPAN JUMLAH
4 RIAU - 4.000 4.000 - - - 4.000
28 Kab. Indragiri Hilir 500 500 500
29 Kab. Kampar 500 500 500
30 Kab. Rokan Hilir 2.000 2.000 2.000
31 Kab. Rokan Hulu 1.000 1.000 1.000
5 JAMBI - 7.000 7.000 - - - 7.000
32 Kab. Batanghari 500 500 500
33 Kab. Bungo 500 500 500
34 Kab. Kerinci 500 500 500
35 Kab. Merangin 1.000 1.000 1.000
36 Kab. Muaro Jambi 500 500 500
37 Kab. Sarolangun 500 500 500
38 Kab. Tanjung Jabung Barat 1.000 1.000 1.000
39 Kab. Tj. Jabung Timur 1.500 1.500 1.500
40 Kab. Tebo 1.000 1.000 1.000
6 SUMSEL - 7.000 7.000 - - - 7.000
41 Kab. Lahat 3.000 3.000 3.000
42 Kab. Musi Banyuasin 1.000 1.000 1.000
43 Kab. Musi Rawas 500 500 500
44 Kab. Muara Enim 500 500 500
45 Kab. Ogan Komering Ilir 500 500 500
46 Kab. OKU Timur 1.000 1.000 1.000
47 Kab. OKU Selatan 500 500 500
7 BENGKULU 500 5.000 5.500 - - - 5.500
48 Kab. Rejang Lebong 1.500 1.500 1.500
49 Kab. Kaur 500 500 500
50 Kab. Seluma 500 500 500
51 Kab. Muko-muko 1.000 1.000 1.000
52 Kab. Kepahiang 500 500 500
53 Kab Bengkulu Tengah 1.000 1.000 1.000
54 Kab. Bengkulu Selatan 500 500 500
8 LAMPUNG - 4.000 4.000 - - - 4.000
55 Kab. Lampung Tengah 1.000 1.000 1.000
56 Kab. Lampung Timur 1.000 1.000 1.000
57 Kab. Tanggamus 1.000 1.000 1.000
58 Kab. Way Kanan 500 500 500
59 Kab. Mesuji 500 500 500
PROVINSI NO
SLPTT
RENCANA LOKASI YANG MENDAPAT SUBSIDI
BENIH
RENCANA LOKASI YANG MENGGUNAKAN
BENIH SWADAYA JUMLAH
SLPTT


PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
83
Lanjutan ...
PERTUMBUHAN PENGEMBANGAN JUMLAH PENGEMBANGAN PEMANTAPAN JUMLAH
9 JABAR 1.000 14.500 15.500 7.500 3.000 10.500 26.000
60 Kab. Ciamis - - 3.000 3.000 3.000
61 Kab. Cianjur 500 3.000 3.500 500 500 4.000
62 Kab. Garut 500 1.500 2.000 5.000 5.000 7.000
63 Kab. Indramayu 1.000 1.000 1.000 1.000 2.000
64 Kab. Karawang 500 500 - 500
65 Kab. Kuningan 500 500 - 500
66 Kab. Majalengka 1.500 1.500 - 1.500
67 Kab. Subang 500 500 - 500
68 Kab. Sukabumi 1.000 1.000 1.000 1.000 2.000
69 Kab. Sumedang 2.000 2.000 - 2.000
70 Kab. Tasikmalaya 2.000 2.000 - 2.000
71 Kota Banjar 500 500 - 500
72 Kab. Bandung Barat 500 500 - 500
10 JATENG 1.500 35.500 37.000 5.000 16.500 21.500 58.500
73 Kab. Banjarnegara 500 500 - - 500
74 Kab. Banyumas 2.000 2.000 - - 2.000
75 Kab. Blora 5.000 5.000 - - 5.000
76 Kab. Boyolali 2.000 2.000 - - 2.000
77 Kab. Brebes - - 500 500 500
78 Kab. Cilacap 500 4.500 5.000 - - 5.000
79 Kab. Demak - - 3.000 3.000 3.000
80 Kab. Grobogan - - 10.000 10.000 10.000
81 Kab. Kebumen 500 6.500 7.000 - - 7.000
82 Kab. Kendal 1.000 1.000 - - 1.000
83 Kab. Klaten 2.000 2.000 - - 2.000
84 Kab. Pati 2.000 2.000 - - 2.000
85 Kab. Purworejo 500 4.000 4.500 - - 4.500
86 Kab. Rembang 4.000 4.000 - - 4.000
87 Kab. Semarang 500 500 - - 500
88 Kab. Sragen - - 2.000 2.000 2.000
89 Kab. Sukoharjo - - 1.000 1.000 1.000
90 Kab. Tegal 500 500 - - 500
91 Kab. Wonogiri 1.000 1.000 5.000 - 5.000 6.000
11 DI YOGYAKARTA 27.000 27.000 - - - 27.000
92 Kab. Bantul 2.500 2.500 2.500
93 Kab. Gunung Kidul - 22.000 22.000 22.000
94 Kab. Kulon Progo 2.000 2.000 2.000
95 Kab. Sleman 500 500 500
PROVINSI NO
SLPTT
RENCANA LOKASI YANG MENDAPAT SUBSIDI
BENIH
RENCANA LOKASI YANG MENGGUNAKAN
BENIH SWADAYA JUMLAH
SLPTT
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
84
Lanjutan ...

PERTUMBUHAN PENGEMBANGAN JUMLAH PENGEMBANGAN PEMANTAPAN JUMLAH
12 JATIM 3.000 114.500 117.500 10.000 17.000 27.000 144.500
96 Kab. Bangkalan 4.000 4.000 - - 4.000
97 Kab. Banyuwangi 10.000 10.000 5.000 - 5.000 15.000
98 Kab. Blitar 500 6.500 7.000 - - 7.000
99 Kab. Bojonegoro 11.000 11.000 - - 11.000
100 Kab. Gresik 500 500 - - 500
101 Kab. Jember 5.500 5.500 5.000 - 5.000 10.500
102 Kab. Jombang 4.500 4.500 - - 4.500
103 Kab. Lamongan - - 10.000 10.000 10.000
104 Kab. Lumajang 3.000 3.000 - - 3.000
105 Kab. Madiun 500 5.500 6.000 - - 6.000
106 Kab. Magetan 1.000 1.000 - - 1.000
107 Kab. Mojokerto 1.500 1.500 - - 1.500
108 Kab. Nganjuk 500 8.000 8.500 - - 8.500
109 Kab. Ngawi 500 10.500 11.000 - - 11.000
110 Kab. Pacitan 2.500 2.500 - - 2.500
111 Kab. Pasuruan 11.500 11.500 - - 11.500
112 Kab. Ponorogo 3.000 3.000 - - 3.000
113 Kab. Sampang 500 14.500 15.000 - - 15.000
114 Kab. Sidoarjo 500 500 - - 500
115 Kab. Sumenep 500 5.000 5.500 - - 5.500
116 Kab. Trenggalek 4.000 4.000 - - 4.000
117 Kab. Tuban 2.000 2.000 - - 2.000
118 Kab. Tulungagung - - 7.000 7.000 7.000
13 KALBAR 500 3.000 3.500 - - - 3.500
119 Kab. Sambas 500 2.500 3.000 3.000
120 Kab. Kayong Utara 500 500 500
14 KALTENG - 2.000 2.000 - - - 2.000
121 Kab. Barito Utara - 500 500 500
122 Kab. Kapuas - 500 500 500
123 Kab. Lamandau - 500 500 500
124 Kab. Pulang Pisau - 500 500 500
PROVINSI NO
SLPTT
RENCANA LOKASI YANG MENDAPAT SUBSIDI
BENIH
RENCANA LOKASI YANG MENGGUNAKAN
BENIH SWADAYA JUMLAH
SLPTT

PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
85
Lanjutan ...

PERTUMBUHAN PENGEMBANGAN JUMLAH PENGEMBANGAN PEMANTAPAN JUMLAH
15 KALSEL - 1.500 1.500 - - - 1.500
125 Kab. Kota Baru - 500 500 500
126 Kab. Tabalong - 500 500 500
127 Kab. Tanah Laut - 500 500 500
16 KALTIM - 1.000 1.000 - - - 1.000
128 Kab. Berau - 500 500 500
129 Kab. Kutai Barat - 500 500 500
17 SULUT - 3.000 3.000 - - - 3.000
130 Kab. Bolaang Mangondow - 1.000 1.000 1.000
131 Kab. Minahasa - 500 500 500
132 Kab. Kep. Talaud - 500 500 500
133 Kab. Minahasa Utara - 500 500 500
134 Kab. Bolmang Timur - 500 500 500
18 SULTENG - 3.000 3.000 - - - 3.000
135 Kab. Banggai - 1.000 1.000 1.000
136 Kab. Morowali - 500 500 500
137 Kab. Parigi Moutong - 1.000 1.000 1.000
138 Kab. Tojo Una-Una - 500 500 500
19 SULSEL 1.000 14.000 15.000 - 11.000 11.000 26.000
139 Kab. Bone - - 7.000 7.000 7.000
140 Kab. Enrekang 500 500 - - 500
141 Kab. Gowa 1.000 1.000 - - 1.000
142 Kab. Jeneponto 500 3.000 3.500 - - 3.500
143 Kab. Luwu 500 500 - - 500
144 Kab. Luwu Utara 500 500 - - 500
145 Kab. Maros 500 4.000 4.500 - - 4.500
146 Kab. Pangkep 500 500 - - 500
147 Kab. Pinrang 1.500 1.500 - - 1.500
148 Kab. Sidenreng Rappang 500 500 - - 500
149 Kab. Soppeng - - 2.000 2.000 2.000
150 Kab. Takalar 1.000 1.000 - - 1.000
151 Kab. Tana Toraja 500 500 - - 500
152 Kab. Wajo - - 2.000 2.000 2.000
153 Kab. Luwu Timur 500 500 - - 500
20 SULTRA - 2.500 2.500 - - - 2.500
154 Kab. Buton - 500 500 500
155 Kab. Konawe - 500 500 500
156 Kab. Kolaka - 500 500 500
157 Kab. Konawe Selatan - 500 500 500
158 Kab. Buton Utara - 500 500 500
PROVINSI NO
SLPTT
RENCANA LOKASI YANG MENDAPAT SUBSIDI
BENIH
RENCANA LOKASI YANG MENGGUNAKAN
BENIH SWADAYA JUMLAH
SLPTT

PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
86
Lanjutan ...
PERTUMBUHAN PENGEMBANGAN JUMLAH PENGEMBANGAN PEMANTAPAN JUMLAH
21 BALI - 4.000 4.000 - - - 4.000
159 Kab. Badung - 1.000 1.000 1.000
160 Kab. Jembrana - 1.000 1.000 1.000
161 Kab. Klungkung - 1.000 1.000 1.000
162 Kab. Tabanan - 1.000 1.000 1.000
22 NTB 500 55.000 55.500 5.000 - 5.000 60.500
163 Kab. Bima 14.000 14.000 - 14.000
164 Kab. Dompu 12.000 12.000 - 12.000
165 Kab. Lombok Barat 1.500 1.500 - 1.500
166 Kab. Lombok Tengah 18.000 18.000 5.000 5.000 23.000
167 Kab. Lombok Timur 500 500 - 500
168 Kab. Sumbawa 500 6.500 7.000 - 7.000
169 Kota Bima 500 500 - 500
170 Kab. Sumbawa Barat 500 500 - 500
171 Kota Mataram * - 1.500 1.500 - 1.500
23 NTT - 4.000 4.000 - - - 4.000
172 Kab. Kupang 500 500 500
173 Kab. Manggarai - 1.000 1.000 1.000
174 Kab. Ngada - 500 500 500
175 Kab. Sumba Barat 500 500 500
176 Kab. Timor Tengah Selatan 500 500 500
177 Kab. Rote-Ndao 500 500 500
178 Kab. Manggarai Barat - 500 500 500
24 MALUKU - 1.500 1.500 - - - 1.500
179 Kab. MTB 500 500 500
180 Kab. Maluku Tengah 500 500 500
181 Kab. Pulau Buru 500 500 500
25 PAPUA - 2.000 2.000 - - - 2.000
182 Kab. Jayapura 500 500 500
183 Kab. Merauke - 500 500 500
184 Kab. Nabire 500 500 500
185 Kab. Keerom 500 500 500
26 BANTEN - 5.000 5.000 - - - 5.000
186 Kab. Lebak 2.000 2.000 2.000
187 Kab. Pandeglang 2.500 2.500 2.500
188 Kab. Serang 500 500 500
27 GORONTALO - 2.500 2.500 - - - 2.500
189 Kab. Gorontalo - 500 500 500
190 Kab. Pohuwato - 2.000 2.000 2.000
28 PAPUA BARAT 500 1.000 1.500 - - - 1.500
191 Kab. Manokwari - 500 500 500
192 Kab. Teluk Bintuni - 500 500 500
193 Kab. Fak-fak 500 500 500
29 SULBAR 4.000 5.500 9.500 - - - 9.500
194 Kab. Mamuju 2.000 2.000 4.000 4.000
195 Kab. Mamasa 1.000 1.000 1.000
196 Kab. Mamuju Utara 1.000 1.500 2.500 2.500
197 Kab. Polewali Mandar 1.000 1.000 2.000 2.000
-
13.000 362.000 375.000 32.500 47.500 80.000 455.000 29 Prov, 197 Kab.
PROVINSI NO
SLPTT
RENCANA LOKASI YANG MENDAPAT SUBSIDI
BENIH
RENCANA LOKASI YANG MENGGUNAKAN
BENIH SWADAYA JUMLAH
SLPTT

PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
87
Lampiran 5
Rincian Biaya (Unit Cost) SL-PTT Kedelai Tahun 2013
1. Kawasan Pertumbuhan
FASILITAS (LL) KAWASAN PERTUMBUHAN KEDELAI DI PULAU JAWA
FASILITAS (SL) KAWASAN PERTUMBUHAN KEDELAI DI PULAU JAWA
Uraian Volume Harga (Rp/Satuan) Jumlah (Rp. 000)
Bantuan Sosial
Pupuk NPK 150 Kg 2,300 /Kg 345
Pupuk Organik 1000 Kg 500 /Kg 500
Pupuk Hayati 1 Paket 250,000 /Paket 250
Pestisida 2 Liter 125,000 /Ltr 250
TOTAL SAPRODI 1,345
Pertemuan kelompok 6 Paket 3000 /Ha 18
TOTAL BANSOS 1,363
Belanja Barang Non
Operaional Lainnya
Papan Nama 1 Paket Per Kawasan 50 Ha 50
Pendampingan Petugas 3 Kali Per Kawasan 100 Ha 330
Pendampingan Aparat 1 Kali Per Kawasan 100 Ha 110
Uraian Volume Harga (Rp/Satuan) Jumlah (Rp. 000)
Bantuan Sosial
Pupuk NPK 150 Kg 2,300 /Kg 345
Pestisida 2 Liter 125,000 /Ltr 250
TOTAL SAPRODI 595
Pertemuan kelompok 6 Paket 3000 /Ha 18
TOTAL BANSOS 613
Belanja Barang Non
Operaional Lainnya
Papan Nama 1 Paket Per Kawasan 50 Ha 50
Pendampingan Petugas 3 Kali Per Kawasan 100 Ha 330
Pendampingan Aparat 1 Kali Per Kawasan 100 Ha 110
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
88
FASILITAS (LL) KAWASAN PERTUMBUHAN KEDELAI DI LUAR PULAU JAWA
FASILITAS (SL) KAWASAN PERTUMBUHAN KEDELAI DI LUAR PULAU JAWA
Uraian Volume Harga (Rp/Satuan) Jumlah (Rp. 000)
Bantuan Sosial
Pupuk NPK 150 Kg 2,300 /Kg 345
Pupuk Hayati (Rhizobium) 1 Paket 250,000 /Paket 250
Pupuk Organik 1,000 Kg 500 /Kg 500
Kapur Pertanian 500 Kg 1,000 /Kg 500
Pestisida 2 Ltr 125,000 /Ltr 250
TOTAL SAPRODI 1,845
Pertemuan kelompok 6 Paket 3000 /Ha 18
TOTAL BANSOS 1,863
Belanja Barang Non
Operaional Lainnya
Papan Nama 1 Paket Per Kawasan 50 Ha 50
Pendampingan Petugas 3 Kali Per Kawasan 100 Ha 330
Pendampingan Aparat 1 Kali Per Kawasan 100 Ha 110
Uraian Volume Harga (Rp/Satuan) Jumlah (Rp. 000)
Bantuan Sosial
Pupuk NPK 150 Kg 2,300 /Kg 345
Pupuk Organik 1,000 Kg 500 /Kg 500
Pestisida 2 Ltr 125,000 /Ltr 250
TOTAL SAPRODI 1,095
Pertemuan kelompok 6 Paket 3000 /Ha 18
TOTAL BANSOS 1,113
Belanja Barang Non
Operaional Lainnya
Papan Nama 1 Paket Per Kawasan 50 Ha 50
Pendampingan Petugas 3 Kali Per Kawasan 100 Ha 330
Pendampingan Aparat 1 Kali Per Kawasan 100 Ha 110
Lanjutan Lampiran 5
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
90
FASILITAS (LL) KAWASAN PENGEMBANGAN KEDELAI DI LUAR PULAU JAWA
FASILITAS (SL) KAWASAN PENGEMBANGAN KEDELAI DI LUAR PULAU JAWA
Uraian Volume Harga (Rp/Satuan) Jumlah (Rp. 000)
Bantuan Sosial
Pupuk NPK 125 Kg 2,300 /Kg 288
Pupuk Hayati 1 Paket 250,000 /Paket 250
Pestisida 2 Liter 125,000 /Ltr 250
Kapur Pertanian 500 Kg 1,000 /Kg 500
TOTAL SAPRODI 1,288
Pertemuan kelompok 6 Paket 3000 /Ha 18
TOTAL BANSOS 1,306
Belanja Barang Non
Operaional Lainnya
Papan Nama 1 Paket Per Kawasan 50 Ha 50
Pendampingan Petugas 3 Kali Per Kawasan 100 Ha 330
Pendampingan Aparat 1 Kali Per Kawasan 100 Ha 110
Uraian Volume Harga (Rp/Satuan) Jumlah (Rp. 000)
Bantuan Sosial
Pupuk NPK 100 Kg 2,300 /Kg 230
Pestisida 1 Ltr 125,000 /Ltr 125
Pupuk Organik 1,000 Kg 500 /Kg 500
TOTAL SAPRODI 855
Pertemuan kelompok 6 Paket 3000 /Ha 18
TOTAL BANSOS 873
Belanja Barang Non
Operaional Lainnya
Papan Nama 1 Paket Per Kawasan 50 Ha 50
Pendampingan Petugas 3 Kali Per Kawasan 100 Ha 330
Pendampingan Aparat 1 Kali Per Kawasan 100 Ha 110
Lanjutan Lampiran 5
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
91
3. Kawasan Pemantapan
Keterangan : Pupuk hayati (Rhizobium) dan pembenah tanah (Ca+) dari subsidi yang dibeli petani

Uraian Volume Harga (Rp/Satuan) Jumlah (Rp. 000)
Bantuan Sosial
Pestisida 3 Ltr 125,000 /Ltr 375
TOTAL SAPRODI 375
Pertemuan kelompok 6 Paket 3000 /Ha 18
TOTAL BANSOS 393
Belanja Barang Non
Operaional Lainnya
Papan Nama 1 Paket Per Kawasan 50 Ha 50
Pendampingan Petugas 3 Kali Per Kawasan 100 Ha 330
Pendampingan Aparat 1 Kali Per Kawasan 100 Ha 110
Lanjutan Lampiran 5
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
92
Rincian Pengembangan Kedelai Model Tahun 2013 per Kabupaten
NO. PROPINSI
PENGEMBANGAN KEDELAI MODEL
Hektar
1 ACEH 15,000
1 Kab. Aceh Timur 5,000
2 Kab. Bireuen 5,000
3 Kab. Aceh Pidie 5,000
2 JABAR 15,000
1 Kab. Ciamis 5,000
2 Kab. Indramayu 5,000
3 Kab. Sukabumi 5,000
3 JATENG 10,000
1 Kab. Grobogan 5,000
2 Kab. Wonogiri 5,000
4 DI YOGYAKARTA 5,000
1 Kab. Gunung Kidul 5,000
5 JATIM 25,000
1 Kab. Banyuwangi 5,000
2 Kab. Bojonegoro 5,000
3 Kab. Jember 5,000
4 Kab. Lamongan 5,000
5 Kab. Pasuruan 5,000
6 SULSEL 15,000
1 Kab. Bone 5,000
2 Kab. Soppeng 5,000
3 Kab. Wajo 5,000
7 NTB 15,000
1 Kab. Bima 5,000
2 Kab. Dompu 5,000
3 Kab. Lombok Tengah 5,000
8 BANTEN 10,000
1 Kab. Lebak 5,000
2 Kab. Pandeglang 5,000
8 Prov, 22 Kab 110,000
Lampiran 6
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
93
Lampiran 7
Rincian Biaya (Unit Cost) Pengembangan Model PTT Kedelai
No. Uraian Volume Harga (Rp/Satuan) Jumlah (Rp. 000)
1 Pulau Jawa
Benih 40 Kg 13,500 /Kg 540
Pupuk NPK 150 Kg 2,300 /Kg 345
Pupuk Organik 500 Kg 500 /Kg 250
Pupuk Hayati 1 Paket 250,000 /Paket 250
Pestisida 2 Liter 125,000 /Ltr 250
TOTAL 1,635
2 Luar Pulau Jawa
Benih 40 Kg 13,500 /Kg 540
Pupuk NPK 150 Kg 2,300 /Kg 345
Pupuk Hayati (Rhizobium) 1 Paket 250,000 /Paket 250
Pupuk Organik 500 Kg 500 /Ltr 250
Kapur Pertanian 500 Kg 1,000 /Paket 500
Pestisida 2 Ltr 125,000 /Ltr 250
TOTAL 2,135
Papan Nama 1 Paket Per Kawasan 50 Ha 50
Pendampingan Petugas 3 Kali Per Kawasan 100 Ha 330
Pendampingan Aparat 1 Kali Per Kawasan 100 Ha 110
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
94
Lampiran 8
Rincian Perluasan Areal Tanam Baru (PATB) Kedelai Tahun 2013
per Kabupaten

NO PROVINSI/KAB LUAS (HA)
1 Aceh 21,000
1. Kab. Aceh Timur 18,000
2. Kab. Pidie 3,000
2 Sumatera Utara 1,000
1. Kab.Padang Lawas 500
2. Kab.Padang Lawas Utara 500
3 Jambi 3,000
1. Kab. Tanjab Timur 250
2. Kab. Kerinci 1,000
3. Kab.Merangin 500
4. Kab.Sarolangun 500
5. Kab.Muaro Jambi 500
6. Kab. Tanjab Barat 250
4 Sumsel 12,500
1. Kab. OKU Timur 1,500
2. Kab. Banyuasin 4,500
3. Kab. Muba 3,000
4. Kab. OKI 2,500
5. Kab. Ogan Ilir 500
6. Kab.Lahat 500
5 Lampung 2,000
1. Kab. Mesuji 1,000
2. Kab. Lamp.Teng 1,000
6 Riau 1,250
1. Kab.Rokan Hulu 1,250
7 Jawa Barat 66,750
1. Kab.Garut 4,000
2. Kab. Cianjur 12,000
3. Kab. Ciamis 10,000
4. Kab.Sukabumi 12,000
5. Kab. Tasikmalaya 2,000
6. Kab.Karawang 8,000
7. Kab. Bandung 500
8. Kab. Kuningan 1,500
9. Kab. Cirebon 500
10. Kab. Majalengka 4,000
11. Kab. Sumedang 1,000
12. Kab. Indramayu 4,750
13. Kab. Subang 4,000
14. Kab. Bandung Barat 2,000
15. Kota Banjar 500
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
95
Lanjutan ...
8 Jawa Timur 6,250
1. Kab.Sampang 2,500
2. Kab. Jember 1,000
3. Kab.Bojonegoro 1,000
4. Kab. Bangkalan 1,750
9 Banten 500
1. Kab. Pandeglang 500
10 NTB 1,000
1. Kab. Bima 500
2. Kab.Lomteng 500
11 Kalsel 1,000
1. Kab. Banjar 500
2. Kab.HST 500
12 Sulawesi Selatan 2,000
1. Kab. Soppeng 500
2. Kab. Maros 500
3. Kab. Sinjai 500
4. Kab. Bulukumba 500
12 Prov, 47 Kab 118,250
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
96
Lampiran 9
DAFTAR CALON PETANI DAN CALON LOKASI
PENERIMA BANTUAN BENIH BERSUBSIDI SL-PTT DAN BANSOS
SL-PTT TAHUN 2013

Nama Poktan / Gapoktan :
Jumlah Anggota Kelompok :
Desa :
Kecamatan :
Kabupaten :

Komoditi :

Mengetahui Kelompok Tani
KCD/Penyuluh

Nama ........................ Nama ......................
NO. Nama Petani
Luas Areal
(Ha)
Kebutuhan Benih
(Kg)
Varietas Jadwal Tanam
1
2
3
4
5
dst
JUMLAH
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
97
Lampiran 10
SURAT KEPUTUSAN
KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN/KOTA
NOMOR : .............................................2013
TENTANG
PENETAPAN KELOMPOKTANI PENERIMA DANA BANTUAN SOSIAL
(BANSOS) DAN BANTUAN BENIH BERSUBSIDI SL-PTT KEDELAI/
PENGEMBANGAN MODEL PTT/PERLUASAN AREAL TANAM BARU *)
TAHUN ANGGARAN 2013
KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN/KOTA
Menimbang : a. Bahwa ketahanan pangan nasional perlu terus
diupayakan melalui peningkatan produksi untuk
menjamin kecukupan pangan yang semakin
meningkat seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk.
b. Bahwa Peningkatan produksi kedelai tahun 2013
difokuskan pada peningkatan produktivitas melalui
penerapan teknologi dalam SL-PTT/Pengembangan
Model PTT/Perluasan areal tanam baru (PATB)
Kedelai*).
c. Bahwa pelaksanaan SL-PTT/ pengembangan model
PTT/ perluasan areal tanam baru (PATB) kedelai*)
untuk peningkatan produksi, produktivitas dan
pendapatan petani perlu ditetapkan kelompoktani
penerima Bansos.
d. Bahwa sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b dan
c perlu ditetapkan Kelompoktani Penerima Bantuan
C
o
n
t
o
h
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
98
SL-PTT/Pengembangan Model PTT/Perluasan areal
tanam baru (PATB) Kedelai*) Tahun Anggaran 2013.
Mengingat : 1. Undang Undang Nomor .............. Tahun .............
tentang ................;
2. Surat Keputusan .......... Nomor .............. Tahun
............. tentang ................;
3. Peraturan Daerah Kabupaten / Kota Nomor ..............
Tahun ............. tentang ................;
4. dst
Memperhatikan : 1. DIPA Dinas Pertanian Kabupaten / Kota Nomor
.............. Tanggal ............. Bulan ................ Tahun
............
2. Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai
Tahun 2013.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
PERTAMA : Penetapan Kelompoktani penerima bantuan SL-
PTT/ pengembangan model PTT/ perluasan areal
tanam baru(PATB) kedelai*) tahun anggaran 2013
sebagaimana tercantum dalam lampiran Keputusan
ini.
KEDUA : Kelompoktani sebagaimana dimaksud pada Diktum
PERTAMA berhak menerima dana bantuan benih
bersubsidi SL-PTT .....................................................**)
yang dibiayai dari dana APBN Kementerian Pertanian
melalui anggaran tugas pembantuan pada DIPA***)
Dinas pertanian Kabupaten / Kota Nomor .....................
Tanggal.................. bulan .............. tahun..............
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
99
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini maka akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di :...............................
Pada Tanggal : ................................
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten
/ Kota
..........................................
NIP. .....................................
Tembusan :
1. Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian RI di Jakarta
2. Bupati / Walikota di ..............
3. Kepala Dinas Pertanian Provinsi di ................
4. dst.
*)Coret yang tidak perlu
**) Bantuan benih subsidi untuk SL-PTT, untuk pengembangan model PTT
dan perluasan areal tanam baru bantuan berupa saprodi
***) disesuaikan dengan sumber bantuan
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
100
Lampiran 11
Lampiran Surat Keputusan Kepala Dinas Kabupaten/Kota
Penetapan Kelompoktani Penerima Dana Bansos untuk LL
dan Dana Pertemuan Kelompok SL-PTT/Pengembangan Model
PTT/Perluasan Areal Tanam Baru (PATB) Kedelai *) Tahun 2013
Ditetapkan, ......Bln ............, 2013
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota


Nama
Nip.
Ket : *) Pilih salah satu
No.
Nama
Nama Ketua
Alamat
Kec
Nomor Jumlah Alamat Bank
Poktan/Gapoktan Desa Rekening (Rp) Cabang, Unit
1
2
3
4
5
dst
Jumlah
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
101
Lampiran 12
Lampiran Surat Keputusan Kepala Dinas Kabupaten/Kota
Penetapan Kelompoktani Penerima Bantuan Benih Subsidi
SL-PTT Tahun 2013
Kabupaten/Kota :
Ditetapkan, ......Bln ............, 2013
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota


Nama
Nip.
No.
Nama
Poktan/Gapoktan
Nama Ketua
Alamat
Desa
Bantuan Benih
Jenis Jumlah
1
2
3
4
5
dst
Jumlah
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
102
Lampiran 13
Rencana Usaha Kelompok
Pelaksanaan SL-PTT Tahun 2013
Nama Kelompoktani :
Alamat Kelompoktani :
Luas Lahan :
Jumlah Anggota Poktan :
Rincian Kebutuhan Kel. :
Komoditi :
Varietas :
Mengetahui
Penyuluh/Petugas Bendahara Ketua
Pertanian Kelompok Kelompok


Nama Nama Nama
No
Uraian Jenis Volume Harga Satuan Jumlah
Kebutuhan (Kg) (Rp) (Rp)
1
2
3
Dst
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
103
Lampiran 14
SURAT PERNYATAAN
Yang bertandatangan dibawah ini adalah nama : .. selaku
Ketua Kelompoktani .......................... Desa . Kecamatan
.. Kabupaten dengan ini menyatakan bahwa
dana yang kami terima akan kami gunakan :
a. Untuk pembelian saprodi SL-PTT
b. Bersedia dan sanggup untuk melaksanakan penanaman, pemeliharaan
sampai panen di areal SL-PTT dan sanggup mengembalikan dana apabila
tidak sesuai peruntukannya.
Demikian Surat Pernyataan ini kami buat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya .
Mengetahui
Petugas Lapangan
(......................................)
............................... 2013
Ketua Kelompoktani
Materai 6.000
(.....................................)
Ket : *) Coret yang tidak perlu
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
104
Lampiran 15
Berita Acara Pemeriksaan Barang
Bantuan Paket Teknologi Budidaya Kedelai
Kegiatan Perluasan Areal Tanam Baru (PATB) TA. 2013
Nomor :
Pada hari ini . tanggal ... bulan . tahun . kami
yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama : ..
Jabatan : ..
Nama Perusahaan : ..
Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA atau YANG MELAKSANAKAN
PEKERJAAN/PENGADAAN
2. Nama : ..
Jabatan : ..
Alamat : ...
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA atau YANG MEMERIKSA BARANG/
PEKERJAAN
PIHAK KEDUA telah melakukan pemeriksaan barang berupa sarana produksi
lengkap dari bantuan paket teknologi budidaya kedelai kegiatan perluasan
areal tanam baru (PATB) TA. 2013, seperti daftar terlampir, yang dilaksanakan
oleh PIHAK PERTAMA, dengan ini menyatakan bahwa barang tersebut diatas
telah sesuai dengan spesikasi yang diminta dalam Surat Perjanjian Nomor :
. tanggal...... 2013.
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
105
Demikian Berita Acara Pemeriksaan Barang dibuat dengan sebenarnya untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.

PIHAK KEDUA
Pemeriksa Barang
(......................................)
PIHAK KEDUA
Pelaksana Kegiatan
(.....................................)
Nip.
Mengetahui dan Mengesahkan
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
(.)
Nip.
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
106
Lampiran 16
Berita Acara Serah Terima Barang
Bantuan Paket Teknologi Budidaya Kedelai
Kegiatan Perluasan Areal Tanam Baru (PATB) TA. 2013
Nomor :
Pada hari ini . tanggal ... di Desa . Kecamatan
Kabupaten Provinsi .. kami yang bertanda tangan
di bawah ini :
1. Nama : ..
Jabatan : ..
Alamat : ..
Yang selanjutnya disebut sebagai pihak PERTAMA
2. Nama :
Jabatan :
Kelompoktani :
Alamat : ...
Yang selanjutnya disebut sebagai pihak KEDUA
Sesuai dengan Perjanjian nomor . dan nomor . tanggal
maka pihak PERTAMA menyerahkan kepada pihak KEDUA bantuan
paket teknologi budidaya kedelai sebagai berikut :
Jenis
Barang
Volume Keterangan
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
107
Demikian Berita Acara Serah Terima Bantuan Paket Teknologi Budidaya
Kedelai ini dibuat , kemudian agar dipergunakan sebagaimana mestinya.

Yang Menerima
Pihak KEDUA/Ketua
Kelompoktani
(......................................)
Yang Menyerahkan
Pihak PERTAMA
(.....................................)
Nip.
Mengetahui,
Petugas Penyuluh Pertanian/KCD
(.)
Nip.
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
108
Lampiran 17
Rekapitulasi Berita Acara Serah Terima Barang
Bantuan Paket Teknologi Budidaya Kedelai
Kegiatan Perluasan Areal Tanam Baru (PATB) TA. 2013
Nomor :
Pada hari ini . tanggal ... di . Kabupaten
Provinsi .. kami yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama : ..
Jabatan : ..
Alamat : ..
Yang selanjutnya disebut sebagai pihak PERTAMA
2. Nama :
Jabatan :
Alamat : ...
Yang selanjutnya disebut sebagai pihak KEDUA
Sesuai dengan Perjanjian nomor . dan nomor . tanggal
maka pihak PERTAMA menyerahkan Bantuan Paket Teknologi
Budidaya Kedelai APBN TA. 2013 kepada kelompok tani di wilayah pihak
KEDUA, sebagai berikut :
Jenis
Barang
Kecamatan
Jumlah
Desa
Jumlah
kelompok tani
Volume Ket.
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
109
Demikian Berita Acara Serah Terima Bantuan Paket Teknologi Budidaya
Kedelai APBN TA. 2013 ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

PIHAK KEDUA
Kepala Dinas Pertanian Kab/
Kota
(......................................)
PIHAK PERTAMA
Pelaksana Pengadaan dan
Penyaluran Bantuan Paket
Teknologi Budidaya Kedelai
(.....................................)
Nip.
Mengetahui dan Mengesahkan
Kepala Dinas Pertanian Provinsi
(.)
Nip.
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
110
Lampiran 18
LAPORAN KELOMPOKTANI PELAKSANA SL-PTT/PENGEMBANGAN
MODEL PTT/PERLUASAN AREAL TANAM BARU (PATB) KEDELAI*)
I. LOKASI
1. Nama Kelompoktani :
2. Jumlah Anggota :
3. Luas Areal :
4. Desa :
5. Kecamatan :
6. Kabupaten :
II. TEKNOLOGI
1. Komoditi :
2. Varietas :
3. Komp. Teknologi PTT :
1). Benih Unggul Bermutu : .................. kg
2). Perlakuan benih : .................. kg
3). dst.
III. HASIL
No. Lokasi
Provitas
(ku/ha)
Produksi
(ton)
1. SL-PTT/Model/PATB*)
2. LL
3. Sekitar SL-PTT/Model/PATB*)
4. Sebelum SL-PTT/Model/PATB*)
Pemandu Lapangan / Penyuluh / KCD
..............................................
Ket : *) Coret yang tidak perlu
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
111
Lampiran 19
MEKANISME PENCAIRAN DANA BANTUAN SL-PTT
POLA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) TA. 2013
Pembentukan Tim
Teknis Kab/Kota
Menyusun Juknis dan
Kriteria Seleksi CP/CL
KPA/PPK
SPP-LS
Kelompok
Sasaran
KPPN
Membuka Rekening di Bank
Pencarian dana dari Rekining
Seleksi Tahap-II Penilaian
Proposal/Usulan Kelompoktani
Penetapan Kelompoktani
Forum Musyawarah &
Berita Acara CP/CL
Seleksi Tahap-I Administrasi
Menyusun RUK
didampingi PPL
& diverifkasi
Tim Teknis Kab/Kota
Bank
Terdekat
SP2D
SPM-LS
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
112
Lampiran 20
BERITA ACARA
PENERIMAAN DANA BANTUAN SL-PTT/Pengembangan Model PTT
TAHUN 2013
Nama Kelompok :
Alamat :
Kecamatan :
Desa :
Mengetahui, ........................ 2013
PPL/KCD/Petugas Pertanian Ketua Kelompoktani
Kabupaten/Kota
Nama Nama
Nip.
No. Nama Anggota
Jumlah Dana
Yang Diterima
(Rp)
Tanda Tangan
1
2
3
4
5
6
dst
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
113
Lampiran 21
BLANKO LAPORAN BULANAN KECAMATAN
REALISASI SL-PTT/Pengembangan Model PTT/PATB KEDELAI*)
TAHUN 2013
Kecamatan :
Bulan :
.......................... 2013
Petugas Penyuluh Pertanian /
Kepala Cabang Dinas Pertanian
Nama : ..........................................
Nip : .........................................
*) Coret yang tidak perlu
No
Jumlah Sasaran
Jumlah
SL-PTT
(Unit)
Realisasi Tanam Realisasi
Dilaksanan
MH 12/13
(Ha)
Ket.
Unit (Ha) (%)
Panen
(Ha)
Provitas
(ku/ha)
Produksi
(ton)
Desa Poktan Unit (Ha)
1
2
3
4
5 dst
Jumlah
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
114
Lampiran 22
BLANKO LAPORAN BULANAN KABUPATEN
REALISASI SL-PTT/PENGEMBANGAN MODEL PTT KEDELAI*)
TAHUN 2013
Kabupaten :
Bulan :
.......................... 2013
Tim Teknis Tingkat Kabupaten / Kota /
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Kota
Nama : ..........................................
Nip : .........................................
*) Coret yang tidak perlu
No Kecamatan
Jumlah Luas Areal
SK Penetapan
CPCL
(Ha)
Pengajuan ke Bank Realisasi Tanam Realisasi Panen
Dilaksanakan
MH 12/13
(Ha)
Ket.
Proses
(Ha)
Cair
(Ha)
Unit (Ha) (%)
Luas
(Ha)
Provitas
(ku/ha)
Produksi
(ton)
Desa Poktan Unit (Ha)
1
2
3
4
5
Jumlah
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
115
Lampiran 23
BLANKO LAPORAN BULANAN KABUPATEN
REALISASI PERLUASAN AREAL TANAM BARU KEDELAI
TAHUN 2013
Kabupaten :
Bulan :
.......................... 2013
Tim Teknis Tingkat Kabupaten/Kota/
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
Nama ...................................
Nip ............................................

No Kecamatan
Jumlah
Luas Areal
(Ha)
SK Penetapan
CPCL
(Ha)
Realisasi Tanam Realisasi
Dilaksanakan
MH 12/13
(Ha)
Keterangan
Unit (Ha) (%)
Panen
(Ha)
Provitas
(ku/ha)
Produksi
(ton)
Desa Poktan
1
2
3
4
5
Jumlah
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
116
Lampiran 24
BLANKO LAPORAN BULANAN PROVINSI
REALISASI SL-PTT/PENGEMBANGAN MODEL PTT KEDELAI
TAHUN 2013
Provinsi :
Bulan :
.......................... 2013
Tim Teknis Tingkat Provinsi
Kepala Dinas Pertanian Provinsi
Nama ...................................
Nip ............................................
*) Coret yang tidak perlu
No Kabupaten
Jumlah Luas Areal
SK Penetapan
CPCL
(Ha)
Pengajuan ke Realisasi Tanam Realisasi
Dilaksanakan
MH 12/13
Keter-
angan Proses
(Ha)
Cair
(Ha)
Unit Ha %
Panen
(Ha)
Provitas
(ku/ha)
Produksi
(ton)
Kec. Desa Poktan Unit Ha
1
2
3
4
5 dst
Jumlah
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
117
Lampiran 25
BLANKO LAPORAN BULANAN PROVINSI
REALISASI PERLUASAN AREAL TANAM BARU KEDELAI
TAHUN 2013
Kabupaten :
Bulan :
.......................... 2013
Tim Teknis Tingkat Provinsi
Kepala Dinas Pertanian Provinsi
Nama ...................................
Nip ............................................

No Kecamatan
Jumlah
Luas Areal
(Ha)
SK Penetapan
CPCL
(Ha)
Realisasi Tanam Realisasi
Dilaksanakan
MH 12/13
(Ha)
Keterangan
Unit (Ha) (%)
Panen
(Ha)
Provitas
(ku/ha)
Produksi
(ton)
Desa Poktan
1
2
3
4
5
Jumlah
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
118
Lampiran 26
BLANKO LAPORAN AKHIR PROVINSI
REALISASI SL-PTT KEDELAI
TAHUN 2013
Provinsi :
Bulan :
.......................... 2013
Tim Teknis Tingkat Provinsi
Kepala Dinas Pertanian Provinsi
Nama ...................................
Nip ............................................
No Kabupaten
Target SK
Penetapan
CPCL
(Ha)
Realisasi Tanam
Bulan
Tanam
Realisasi Panan
Provitas
dalam LL
(ku/Ha)
Provitas
Sebelum
SL (ku/Ha)
Provitas Non
SL pada MT
yang sama
(ku/Ha)
Tidak
Dilaksanan
(Ha)
Ket.
Unit (Ha) (%)
Panen
(Ha)
Provitas
(ku/ha)
Produksi
(ton)
Unit
Luas Area
(Ha)
1
2
3
4
5
Jumlah
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
119
Lampiran 27
BLANKO LAPORAN AKHIR PROVINSI
REALISASI PENGEMBANGAN MODEL PTT/PATB KEDELAI*)
TAHUN 2013
Provinsi :
Bulan :
.......................... 2013
Tim Teknis Tingkat Provinsi
Kepala Dinas Pertanian Provinsi
Nama ...................................
Nip ............................................
*) Coret yang tidak perlu
No Kabupaten
Target SK
Penetapan
CPCL
(Ha)
Realisasi Tanam
Bulan
Tanam
Realisasi Panan
Tidak
Dilaksanan
(Ha)
Keterangan
Unit (Ha) (%)
Panen
(Ha)
Provitas
(ku/ha)
Produksi
(ton)
Unit
Luas Area
(Ha)
1
2
3
4
5
Jumlah
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
120
Lampiran 28
LAPORAN AWAL
PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI
TAHUN 2013
Provinsi :
.......................... 2013
Kepala Dinas Pertanian Provinsi
( ............................................... )
Nip
No.
Kabupaten /
Kota
Kegiatan
Jumlah
Pengembangan
Budidaya Kedelai
GP3K IP Lahan Perkebunan Lahan Tidur/Rawa
Pengembangan
Tumapangsari
Swadaya
Sasaran
(Ha)
Jadwal
Tanam
Sasaran
(Ha)
Jadwal
Tanam
Sasaran
(Ha)
Jadwal
Tanam
Sasaran
(Ha)
Jadwal
Tanam
Sasaran
(Ha)
Jadwal
Tanam
Sasaran
(Ha)
Jadwal
Tanam
Sasaran
(Ha)
Jadwal
Tanam
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
121
Lampiran 29
BULAN : .............
LAPORAN BULANAN
PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI
TAHUN 2013
Provinsi :
.......................... 2013
Kepala Dinas Pertanian Provinsi
( ............................................... )
Nip
No.
Kabupaten /
Kota
Kegiatan
Jumlah
Pengembangan
Budidaya Kedelai
GP3K IP Lahan Perkebunan Lahan Tidur/Rawa Pengembangan Swadaya
Sasaran
(Ha)
Realisasi
tanam
(Ha)
Sasaran
(Ha)
Realisasi
tanam
(Ha)
Sasaran
(Ha)
Realisasi
tanam
(Ha)
Sasaran
(Ha)
Realisasi
tanam
(Ha)
Sasaran
(Ha)
Realisasi
tanam
(Ha)
Sasaran
(Ha)
Realisasi
tanam
(Ha)
Sasaran
(Ha)
Realisasi
tanam
(Ha)
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
122
Lampiran 30
LAPORAN AKHIR
PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI
TAHUN 2013
Provinsi :
.......................... 2013
Kepala Dinas Pertanian Provinsi
( ............................................... )
Nip
No.
Kab/
Kota
Kegiatan
Jumlah
Pengembangan Budidaya Kedelai GP3K IP Lahan Perkebunan Lahan Tidur/Rawa Pengembangan Tumpangsari Swadaya
Tanam
(Ha)
Panen
(Ha)
Prov
(Ku/
Ha)
Prod
(Ton)
Tanam
(Ha)
Panen
(Ha)
Prov
(Ku/Ha)
Prod
(Ton)
Tanam
(Ha)
Panen
(Ha)
Prov
(Ku/
Ha)
Prod
(Ton)
Tanam
(Ha)
Panen
(Ha)
Prov
(Ku/
Ha)
Prod
(Ton)
Tanam
(Ha)
Panen
(Ha)
Prov
(Ku/
Ha)
Prod
(Ton)
Tanam
(Ha)
Panen
(Ha)
Prov
(Ku/
Ha)
Prod
(Ton)
Tanam
(Ha)
Panen
(Ha)
Prov
(Ku/
Ha)
Prod
(Ton)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Kementerian Pertanian
2013

Anda mungkin juga menyukai