Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN



ACARA IV
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS VEGETASI GULMA




Oleh:
Firmansyah Capasaputra
NIM A1L112011


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2013



I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Gulma merupakan tumbuhan yang berasal dari spesies liar yang telah lama
menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, atau spesies baru yang telah
berkembang sejak timbulnya pertanian. Setiap kali manusia berusaha mengubah
salah satu atau seluruh faktor lingkungan alami, seperti pembukaan hutan,
pengolahan tanah, pengairan dan sebagainya, maka selalu akan berhadapan
dengan masalah baru karena tumbuhnya tumbuhan yang tidak diinginkan yang
merupakan salah satu akibat dari perubahan tersebut.
Gulma dikenal karena adanya perlakuan manusia pada sebidang tanah untuk
ditanami dengan tanaman yang dapat memenuhi kebutuhannya. Berarti manusia
yang karena kebutuhannya secara subjektif membedakan tanaman menjadi gulma
dan bukan gulma. Tanaman bukan gulma dapat termasuk pertanaman yang
dibudidayakan, tanaman ruderalle, dan tanaman liar. Gulma terhadap pertanaman
merupakan tanaman pesaing.
Ilmu gulma adalah ilmu tentang gulma dan dasar-dasar pengendaliannya.
Dalam prinsip pengendaliaanya dikenal biologi gulma, fisiologi, taksonomi,
biokimiawi, dan lain-lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, ilmu gulma
termasuk dalam bidang budidaya pertanian sebab cara menyerang gulma pada
tanaman tidak sama dengan hama, namun secara mengadakan persaingan antar
tanaman. Persaingan antar tanaman tesebut meliputi persaingan untuk cahaya,
nutrisi, air, ruang dan adanya peristiwa allelopati. Gulma bersaing untuk hidup
dengan lingkungannya baik di atas maupun di bawah tanah.
Vegetasi menggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan di suatu
wilayah atau daerah. Suatu tipe vegetasi menggambarkan suatu daerah dari segi
penyebaran tumbuhan yang ada baik secara ruang dan waktu. Rawa-rawa, padang
rumput dan hutan merupakan suatu contoh vegetasi. Suatu vegetasi kadangkala
dibagi menjadi beberapa komunitas yang tumbuh bersama di suatu daerah.
Beberapa komunitas tersebut juga disebut assosiasi yaitu sekumpulan tumbuhan
yang tumbuh bersama pada lingkungan yang sama. Komunitas tumbuhan akan
selalu di dominasi oleh jenis tumbuhan tertentu sebagai gulma. Komunitas
tumbuhan sering kali digunakan oleh ahli ekologi untuk menjelaskan suatu
vegetasi di suatu wilayah.

B. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui spesies gulma yang tumbuh mengganggu dan
bersaing dengan tanaman budidaya
2. Mahasiswa mengetahui komposisi atau spesies gulma dan dominasi pada
suatu vegetasi





II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Sukman (1991) bahwa gulma adalah tumbuhan yang mudah
tumbuh pada setiap tempat yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin
nutrisi sampai kaya nutrisi. Sifat inilah yang membedakan gulma dengan tanaman
yang dibudidayakan. Kemampuan gulma mengadakan regenerasi sangat besar
sekali. Gulma juga ada yang memberikan bau yang kurang sedap, bahkan dapat
mengeluarkan zat disekitar tempat tumbuhnya yang dapat meracuni tumbuhan lain
(peristiwa allelopati).
Gulma dapat dibedakan menjadi beberapa golongan: sesuai dengan bentuk
daun, lama hidupnya, habitat hidupnya ,serta dari sudut pentingnya.
- Gulma berdaun lebar. Tumbuhan ini mempunyai bentuk daun lebar, dari
jenis dikotil dan pada umumnya mempunyai lintasan C
3

- Gulma teki-tekian. Mirip dengan rerumputan akan tetapi dapat dibedakan
melalui batangnya yang berbentuk segitiga, mempunyai umbi atau akar rimpang
di dalam tanah.
- Gulma rerumputan. Tumbuhan ini biasanya bervariasi ukurannya, tegak
maupun menjalar. Batang biasa disebut clums jelas terbagi menjadi ruas dengan
buku-buku yang terdapat antar ruas.
- Gulma darat. Pertumbuhan dan persyaratan tumbuhnya di darat.
- Gulma air. Pertumbuhan dan persyaratan tumbuhnya di air.
- Gulma musiman. Siklus hidupnya berlangsung selama satu tahun atau
kurang.
- Gulma tahunan. Siklus hidupnya berlangsung selama lebih dari satu tahun.
Pemberantasan gulma dilaksanakan bila gulma itu benar-benar jahat,
tumbuh di suatu tempat tertentu dalam lintasan yang cukup sempit dan
membahayakan lingkungan. Dengan demikian tujuan pemberantasan gulma
semata-mata untuk membasmi gulma itu selengkapnya (Moerandir, 1988).
Kita perlu membedakan gulma yang berbahaya , cukup berbahaya dan
sedikit berbahaya bagi tanaman budidaya agar kita tahu bagaimana cara
pengendalian gulma yang baik. Yang kita harus lakukan yaitu identifikasi dan
analsis vegetasi. Nama latin suatu gulma akan sangat berarti karena nama tersebut
diterima di dunia internasional. Nama latin suatu jenis biasanya terdiri dari dua
kata, kata pertama menunjukkan marganya yang selalu dimulai dengan huruf
kapital, sedang kata kedua dimulai dengan huruf kecil, merupakan petunjuk ke
arah jenis rumah (Triharso, 1996).
Karakteristik gulma dipakai dalam identifikasi dan penelaan gulma; terbagi
atas sifat-sifat vegetatif yang bisa berubah sesuai dengan lingkungan dan sifat-
sifat generatif yang cenderung tetap. Tanda-tanda yang dipakai yaitu bagian
vegetatif gulma dan bagian generatif gulma. Keadaan gulma yang paling ideal
untuk identifikasi adalah jika semua bagian-bagian tersebut (vegetatif dan
generatif) lengkap (Yakup, 2002).
Sebagai tumbuhan, gulma juga memerlukan persyaratan tumbuh seperti
halnya tanaman lain misalnya kebutuhan akan cahaya, nutrisi, air, gas CO
2
dan
gas lainnya, ruang dan lain sebagainya (Moerandir, 1988).
Data yang diperoleh dari analisis vegetasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu
data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif yaitu data yang menunjukkan
bagaimana suatu jenis tumbuhan tersebar dan berkelompok. Sedangkan data
kualitatif merupakan data yang menyatakan jumlah, ukuran, berat basah/kering
suatu jenis, dan luas daerah yang ditumbuhinya (Soekisman, 1984).
Perkembangbiakan gulma sangat mudah dan cepat, baik secara generatif
maupun secara vegetatif. Secara generatif, biji-biji gulma yang halus, ringan, dan
berjumlag sangat banyak dapat disebarkan oleh angin, air, hewan, maupun
manusia. Perkembangbiakan secara vegetatif terjadi karena bagian batang yang
berada di dalam tanah akan membentuk tunas yang nantinya akan membentuk
tumbuhan baru. Demikian juga, bagian akar tanaman, misalnya stolon, rhizomma,
dan umbi, akan bertunas dan membentuk tumbuhan baru (Barus,2003).








III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan
Bahan yang digunakan adalah lahan kering.

B. Alat
Alat yang digunakan yaitu :
1. Kantong plastik
2. Alat square method (50X50cm)
3. Buku deskripsi gulma atau herbarium
4. Kantong kertas
5. Oven
6. Timbangan analatik
7. Alat tulis.

C. Prosedur Kerja
1. Identifikasi
a. Petakan contoh dibuat dengan ukuran 50 cm x 50 cm menggunakan alat square
method pada lahan kering.
b. Petakan tersebut dilempar secara sembarang, jenis gulma yang tumbuh pada
petak tersebut dicabuti dan dimasukkan ke dalam plastic.
c. Jenis gulma yang ada diidentifikasi dengan menggunakan buku deskripsi
berdasarkan cirri morfologinya, dan ditulis nama spesies, morfologi dan
perkembangbiakannya, daur hidup dan tempat tumbuhnya.
d. Jenis gulma dipisahkan berdasarkan golongannya yaitu rumput, teki-tekian,
dan daun lebar.

2. Analisis Vegetasi
a. Petak contoh dibuat dengan ukuran 50x50 cm dengan cara meletakkan alat
square method pada lahan kering.
b. Semua gulma yang tumbuh pada petak contoh tersebut diambil atau dicabuti
c. Jenis gulma yang ada dipisahkan dan diidentifikasi
d. Masing-masing gulma yang ada dihitung, kemudian dimasukkan kedalam
kantong kertas dan dikeringkan dalam oven pada suhu 70C sampai kering
konstan
e. Masing-masing gulma yang telah dikeringkan atau di oven kemudian
ditimbang
f. Kerapatan, frekuensi, dan dominasi masing-masing jenis gulma dihitung
g. Nilai jumlah dominasi masing-masing jenis gulma dihitung
h. Jenis gulma yang dominan ditentukan.




IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
No
Nama gulma
(Nama latin)
KM KR
(%)
FM
FR
(%)
DM
(gr)
DR
(%)
NJD (%)
I II III IV
1. Cleume
rutidosperma
0 2 4 3 9 8.33% 16.67% 42.4 40.19% 21.73%
2. Imperia
cylindrical
20 0 14 10 44 40.74%

16.67% 16.9 16.02% 24.48%
3. Pennisetum
polystachyon
0 0 4 0 4 3.70%

5.56% 1.6 1.52% 3.59%
4. Euphorbia
prunifolio
0 0 1 0 1 0.92% 5.56% 0.8 0.76% 2.41%
5. Cyanotis
axillaris
0 0 1 0 1 0.92% 5.56% 4 3.76% 3.42%
6. Cyperus
rotundus
0 0 1 0 1 0.92% 5.56% 0.8 0.76% 2.41%
7. Mimosa
pudica
0 1 3 2 6 5.55%

16.67% 13.3 12.61% 11.61%
8. Axonopus
compressus
29 0 0 0 29 26.85% 5.56% 2.4 2.27% 11.56%
9. Digitaria 0 1 0 0 1 0.92% 5.56% 10.7 10.14% 5.54%

B. Pembahasan
Menurut Nurwansyah (2011) bahwa Gulma adalah tumbuhan yang
kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil
yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Bunga mawar pun, jika tumbuh di
tengah sayuran juga termasuk Gulma. Kebanyakan Gulma adalah tanaman yang
cepat tumbuh dan dapat menghasilkan sejumlah besar biji dalam waktu singkat.
Biasanya bijinya mudah tersebar, misalnya bunga dandelion dengan buahnya yang
bisa tersebar hanya dengan angin kecil. Beberapa gulma akan terus menebarkan
bijinya walaupun pohonnya telah dicabut. Di atas tanah, dari gulma kebun biasa,
bunga-bunganya akan membuat setumpuk biji berambut pada timbunan kompos
jika ditaruh disitu dan tidak dihancurkan. Gulma lain seperti tumbuhan rambat
bunga kuning menghasilkan puncuk yang berakar setiap kali menyentuh tanah.
cillaris
10. Ischaemum
timorense
0 0 0 3 3 2.77%

5.56% 6 5.69% 4.67%
11. Euphorbia
hirta
0 0 0 1 1 0.92%

5.56% 2.4 2.27% 2.92%
12. Ageratum
conyzoides
0 0 0 8 8 7.41%

5.56% 4.2 3.38% 5.65%
Total
108 100% 18/4

100% 105.5 100% 100%
Dengan ini, tanaman menjalar dengan cepat. Ada Gulma yang seperti
konvolvulus, harus diangkat sepenuhnya dari tanah. Sisa tangkai yang tercecer
akan tumbuh sebagai tanaman baru.
Gulma dalam agroekosistem mempunyai beberapa peranan penting yaitu
sebagai pencegah erosi tanah, penyubur tanah, dan inang pengganti (alternate
host) predator atau parasitoid serangga hama. Beberapa jenis gulma rumputan
yang tumbuh tegak dan rapat seperti Imperata cylindrical (L.) Beauv., Saccharum
spontaneum L., dan Anastrophus compressus Schlechtend. atau yang tumbuh
menjalar seperti Paspalum conjugatum Berg., Axonopus compessus (Sw.) Beauv.
Ischaemum timorense Kunth, dan Cynodon dactylon (L.) Pers., ternyata dapat
menutup dan melindungi tanah terhadap ancaman erosi (Arsyad, 1989).
Beberapa jenis tumbuhan menjalar yang termasuk kacangan seperti
Centrosema pubencen Bth., Calopogonium mucunoides Desv., dan Pueraria
phaseoloides Bth., di samping dapat mencegah erosi juga dapat menjaga lengas
dan kesuburan tanah (Fitler, 1981).
Gulma juga mempunyai pengaruh positif dalam pertanian yaitu bermanfaat
untuk:
1. Melindunngi tanah dari erosi yaitu Imperata cylindrica, paspalum,
conjugatan, axonopus. Gulma gulma tersebut menjalar pada perakaran
tanah sehingga dapat menahan air sehingga tidak terjadi erosi.
2. Menyuburkan tanah. Gulma yang dapat menyuburkan tanah yaitu Centrocema
pubescens, Rureuria Javanica.
3. Sebagai Inang Pengganti. Gulma juga dapat berperan sebagai predator
serangga hama atau pathogen
4. Sebagai Musuh Alami. Contoh gulma sebagai musuh alami yaitu Cytrohynus
lividevenis, Diadema Ecerophaga
5. Sebagai Trop Crop. Gulma yang berfungsi sebagai Trop Crop yaitu
Tripascum laxum pada teh, Platylenchus Titonia Diversipolia.
6. Sebagai Tanaman Penghalang. Contohnya Tagetes patula, Meloidgyne
Hapla.
7. Sebagai Herbalium (Setiawan, 2012).

Menurut morfologinya biasanya orang membedakan gulma ke dalam tiga
kelompok. Ketiga kelompok gulma memiliki karakteristik tersendiri yang
memerlukan strategi khusus untuk mengendalikannya.
a. Gulma teki-tekian
Kelompok ini memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian
mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan
berbulan-bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C4 yang
menjadikannya sangat efisien dalam 'menguasai' areal pertanian secara cepat. Ciri-
cirinya adalah penampang lintang batang berbentuk segi tiga membulat, dan tidak
berongga, memiliki daun yang berurutan sepanjang batang dalam tiga baris, tidak
memiliki lidah daun, dan titik tumbuh tersembunyi. Kelompok ini mencakup
semua anggota Cyperaceae (suku teki-tekian) yang menjadi gulma. Contoh: teki
ladang (Cyperus rotundus), udelan (Cyperus kyllinga), dan Scirpus moritimus.
b. Gulma rumput-rumputan
Gulma dalam kelompok ini berdaun sempit seperti teki-tekian tetapi
memiliki stolon, alih-alih umbi. Stolon ini di dalam tanah membentuk jaringan
rumit yang sulit diatasi secara mekanik. Contoh gulma kelompok ini adalah alang-
alang (Imperata cylindrica).
c. Gulma daun lebar
Berbagai macam gulma dari anggota Dicotyledoneae termasuk dalam
kelompok ini. Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budidaya. Kompetisi
terhadap tanaman utama berupa kompetisi cahaya. Daun dibentuk pada meristem
pucuk dan sangat sensitif terhadap kemikalia. Terdapat stomata pada daun
terutama pada permukaan bawah, lebih banyak dijumpai. Terdapat tunas-tunas
pada nodusa, serta titik tumbuh terletak di cabang. Contoh gulma ini ceplukan
(Physalis angulata L.), wedusan (Ageratum conyzoides L.), sembung rambut
(Mikania michranta), dan putri malu (Mimosa pudica) (Iskandar, 2009).
Pengendalian gulma merupakan subjek yang sangat dinamis dan perlu
strategi yang khas untuk setiap kasus. Beberapa hal perlu dipertimbangkan
sebelum pengendalian gulma dilakukan:
1. Jenis gulma dominan
2. Tumbuhan budidaya utama
3. Alternatif pengendalian yang tersedia
4. Dampak ekonomi dan ekologi
Gulma dapat diidentifikasi dengan menempuh satu atau kombinasi dari
sebagian atau seluruh cara-cara di bawah ini :
1. Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di
herbarium.
2. Konsultasi langsung dengan para ahli di bidang yang bersangkutan.
3. Mencari sendiri melalui kunci identifikasi.
4. Membandingkan dengan determinasi yang ada.
5. Membandingkan dengan illustrasi yang berbeda (Moenandir, 1988).
Berikut merupakan identifikasi dari gulma yang ditemukan pada lahan yang
diamati :

1.) Mimosa pudica (Puteri Malu)
a.) Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Subfamili : Mimosoideae
Genus : Mimosa
Spesies : Mimosa pudica

b.) Ekologi
Habitat tumbuhan asli Amerika tropis ini dapat ditemukan pada ketinggian
1 1200 m dpl. Penggunaan tumbuhan ini rasanya manis, sifatnya agak dingin,
astringen. Herba putri malu berkhasiat sebagai penenang, peluruh dahak
(ekspektoran), peluruh kencing (diuretik),obat batuk (antitusif), pereda demam
(antipiretik), dan antiradang. Akar dan biji putri malu dapat berkhasiat sebagai
perangsang muntah.

c.) Morfologi
Daun berupa daun majemuk menyirip ganda dua yang sempurna. Jumlah
anak daun setiap sirip 5 26 pasang. Helaian anak daun berbentuk memanjang
sampai lanset, ujung runcing, pangkal membundar, tepi rata, permukaan atas dan
bawah licin, panjang 6 16 mm, lebar 1 3 mm, berwarna hijau, umumnya tepi
daun berwarna ungu. Jika daun tersentuh akan melipatkan diri, menyirip rangkap.
Sirip terkumpul rapat dengan panjang 4 5, 5 cm. Batang bulat, berambut, dan
berduri tempel. Batang dengan rambut sikat yang mengarah miring ke bawah.
Akar berupa akar pena yang kuat. Bunga berbentuk bulat seperti bola, bertangkai,
berwarna ungu/merah. Kelopak sangat kecil, bergigi 4, seperti selaput putih.
Tabung mahkota kecil, bertaju 4, seperti selaput putih. Buah berbentuk polong,
pipih, seperti garis. Biji bulat dan pipih (Wikipedia,2010).

7.) Imperata cylindrica (Alang-alang)
a.) Klasifikasi
Kerajaan: Plantae


b.) Ekologi
Alang-alang dapat berbiak dengan cepat, dengan benih-benihnya yang
tersebar cepat bersama angin, atau melalui rimpangnya yang lekas menembus
tanah yang gembur. Berlawanan dengan anggapan umum, alang-alang tidak suka
tumbuh di tanah yang miskin, gersang atau berbatu-batu. Rumput ini senang
dengan tanah-tanah yang cukup subur, banyak disinari matahari sampai agak
teduh, dengan kondisi lembap atau kering. Di tanah-tanah yang becek atau
terendam, atau yang senantiasa ternaungi, alang-alang pun tak mau tumbuh.
Gulma ini dengan segera menguasai lahan bekas hutan yang rusak dan terbuka,
bekas ladang, sawah yang mengering, tepi jalan dan lain-lain. Di tempat-tempat
semacam itu alang-alang dapat tumbuh dominan dan menutupi areal yang luas.
Sampai taraf tertentu, kebakaran vegetasi dapat merangsang pertumbuhan alang-
alang. Pucuk-pucuk ilalang yang tumbuh setelah kebakaran disukai oleh hewan-
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Imperata
Spesies: I. cylindrical

Imperata cylindrical
hewan pemakan rumput, sehingga lahan-lahan bekas terbakar semacam ini sering
digunakan sebagai tempat untuk berburu.
Alang-alang menyebar alami mulai dari India hingga ke Asia timur, Asia
Tenggara, Mikronesia dan Australia. Kini alang-alang juga ditemukan di Asia
utara, Eropa, Afrika, Amerika dan di beberapa kepulauan. Namun karena sifatnya
yang invasif tersebut, di banyak tempat alang-alang sering dianggap sebagai
gulma yang sangat merepotkan.
c.)Morfologi
Rumput menahun dengan tunas panjang dan bersisik, merayap di bawah
tanah. Ujung (pucuk) tunas yang muncul di tanah runcing tajam, serupa ranjau
duri. Batang pendek, menjulang naik ke atas tanah dan berbunga, sebagian
kerapkali (merah) keunguan, kerapkali dengan karangan rambut di bawah buku.
Tinggi 0,2 1,5 m, di tempat-tempat lain mungkin lebih. Helaian daun berbentuk
garis (pita panjang) lanset berujung runcing, dengan pangkal yang menyempit dan
berbentuk talang, panjang 12-80 cm, bertepi sangat kasar dan bergerigi tajam,
berambut panjang di pangkalnya, dengan tulang daun yang lebar dan pucat di
tengahnya. Karangan bunga dalam malai, 6-28 cm panjangnya, dengan anak bulir
berambut panjang (putih) lk. 1 cm, sebagai alat melayang bulir buah bila masak
(Wikipedia,2010).

13.) Axonopus Compressus (Jakut pahit)
a.) Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Axonopus
Spesies : Axonopus compressus

b.) Ekologi
Termasuk ke dalam gulma semusim yang menyukai habitat darat (gulma
darat). Penyebaran geografi berasal dari Afrika tropika kemudian menyebar dan
diperkenalkan ke daerah tropika di dunia dan tumbuh alami diseluruh Asia
Tenggara. Dikembangkan terus menerus dengan berbagai silangan sehingga
menghasilkan banyak kultivar terutama di Amerika, Philippine dan India.

c.) Morfologi
Morfologinya tergolong jenis rumputan. Rumput gajah mini bisanya ada
yang 10 cm meskipun tampilannya pada buntet tapi terlihat rapi. Panjang 5 cm
daunnya berwarna hijau pekat menyejukkan mata, berdaun tebal dengan tepian
yang agak kriting daunnya tidak tumbuh keatas tapi ke samping. Panjang
perakaran gulma ini sekitar 3-5 cm (Wikipedia,2010).




Cara-cara identifikasi gulma dapat ditempuh satu atau kombinasi dari
sebagian atau seluruh cara-cara di bawah ini:
- Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di
herbarium
- Konsultasi langsung dengan para ahli di bidang yang bersangkutan
- Mencari sendiri melalui kunci identifikasi
- Membandingkan dengan determinasi yang ada
- Membandingkan dengan ilustrasi yang tersedia.
Karakteristik gulma dipakai dalam identifikasi dan penelaan gulma; terbagi
atas sifat-sifat vegetatif yang bisa berubah sesuai dengan lingkungan dan sifat-
sifat generatif yang cenderung tetap. Tanda-tanda yang dipakai yaitu bagian
vegetatif gulma dan bagian generatif gulma. Keadaan gulma yang paling ideal
untuk identifikasi adalah jika semua bagian-bagian tersebut (vegetatif dan
generatif) lengkap (Triharso, 1996).
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk
menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendeskripsikan suatu
vegetasi sesuai dengan tujuan. Metode analisis vegetasi sangat beragam
tergantung keadaan vegetasi itu sendiri. Beberapa analisis vegetasi antaralain:
1. Metode garis.
Merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis. Untuk
areal luas, metode ini sering digunakan karena selain cepat juga cukup teliti. Alat
yang digunakan yaitu pita meteran 15-25 meter disebut sebagai garis rintisan.
Metode garis atau rintisan, adalah petak-contoh memanjang, diletakkan di atas
sebuah komunitas vegetasi.
2. Metode kuadrat
Yang dimaksud kuadrat di sini adalah suatu ukuran luas yang dinyatakan
dalam satuan kuadrat (misalnya m
2
, cm
2
, dan sebagainya) tetapi bentuk petak-
contoh dapat berupa segi-empat (kuadrat), segi panjang, atau sebuah lingkaran.
3. Metode titik.
Merupakan suatu variasi metode kuadrat. Jika suatu kuadrat diperkecil
sampai tidak terhingga, akan menjadi titik. Metode ini sangat efektif untuk
sampling vegetatif yang rendah, rapat dan membentuk anyaman, yang tidak jelas
batas satu dengan lainnya. Parameter yang diperoleh adalah dominasi dan
frekuensi.
4. Metode estimasi visual
Pengamatan dilakukan pada titik tertentu yang selalu tetap letaknya,
misalnya selalu di tengah atau di salah satu sudut yang tetap pada petak-contoh
yang telah terbatas. Besaran yang dihitung berupa dominansi yang dinyatakan
dalam persentase penyebaran. Digunakan untuk pengamatan sebuah petak untuk
daerah yang luas serta tidak tersedia waktu yang banyak (Yakup, 2012).

Parameter dalam analisis vegetasi yang digunakan adalah persentase
penyebaran , kerapatan, frekuensi dan dominansi. Selain dinyatakan dalam persen,
luas penyebaran komponen vegetasi sering diubah kedalam 5-10 skala abundansi.
Kerapatan menunjukkan jumlah individu suatu jenis tumbuhan pada tiap petak
contoh. Yang dimaksud frekuensi jenis tumbuhan adalah beberapa jumlah petak
contoh (dalam persen) yang memuat jenis tersebut, dari sejumlah petak-contoh
yang dibuat. Dominansi, istilah digunakan untuk menyatakan berapa luas area
yang ditumbuhi atau kemampuan suatu jenis tumbuhan dalam hal bersaing dengan
jenis lainnya. Dominansi dinyatakan dalam istilah kelindungan (coverage) atau
luas basal atau biomassa atau volume. Perbandingan nilai penting atau summed
dominance ratio (SDR) menunjukkan jumlah nilai penting dibagi jumlah besaran.
SDR biasa dipakai karena jumlahnya tidak pernah lebih dari 100%, sehingga
mudah diinterprestasi. SDR hanya berharga jika dipakai untuk menunjukkan
jumlah dominasi suatu jenis dengan jenis lain dalam suatu komunitas. Dalam
suatu analisis vegetasi akan diperoleh beberapa data yang penting yaitu data
kualitatif dan data kuantitatif.
Pada dasarnya data yang diperoleh dari analisis vegetasi dapat dibagi atas
dua golongan yaitu data kualitatif dan data kuantitaif. Data kualitatif
menunjukkan bagaimana suatu jenis tumbuhan tersebar dalam kelompok,
stratifiksinya, periodisitas, dan lain sebagainya; sedang data kuantitatif
menunjukkan jumlah, ukuran, berat basah/ kering suatu jenis, luas daerah yang
ditumbuhinya. Data kuantitatif didapat dari hasil penjabaran petak-petak contoh
di lapangan, sedangkan data kualitatif didapat dari hasil pengamatan lapangan
berdasar pengalaman yang luas atau hasil penelitian aotecology (Tjitrosoediro,
1984).

Pada praktikum identifikasi gulma terdapat sebanyak 17 jenis spesies gulma
yang diperoleh dari lahan kering. Berdasarkan golongannya gulma dibagi menjadi
3 kelompok, yaitu rumput, teki-tekiaan dan daun lebar. Contoh gulma yang
tergolong rumput pada lahan yang diamati adalah Imperata cylindrica, Paspalum
conjugatum, Eleusin indica dan lain-lain. Sedangkan untuk gulma yang tergolong
teki-tekian adalah Emilia sacchifolia, dan lain-lain. Gulma yang berdaun lebar
pada lahan yang diamati adalah Chromolaena odorata, Statychalpheta indica,
Calopogonium sp, dan lain-lain.
Keadaan gulma yang paling ideal untuk identifikasi adalah jika semua
bagian-bagian tersebut (vegetatif dan generatifnya) lengkap. Tentu saja hal ini
hanaya dijumpai pada gulma yang telah dewasa. Padahal dalam rangka
pengelolaan gulma yang baik, sering kali harus mengetahui jenis gulma apakah
yang terdapat di suatu perkebunan jauh sebelum gulma tersebut dewasa dan
megnadakan kompetisi dengan tanaman budidaya.
Habitat gulma tergantung pada sifat masing-masing gulma dimana cocok
pada kondisi lingkungan tertentu. Pada praktikum habitat gulma yang
didentifikasi dan analisis vegetasi adalah gulma yang tumbuh di sawah lahan
basah yaitu tanaman padi dan sawah lahan kering untuk tanaman jagung.
Pada praktikum analisis vegetasi gulma terdapat sebanyak 17 jenis spesies
gulma yang diperoleh dari lahan kering. Dari pengamatan yang telah dilakukan
diperoleh beberapa data perhitungan, yaitu :
1.) Kerapatan
a.) Kerapatan mutlak (KM) suatu jenis adalah jumlah individu species itu dalam
petak contoh.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh jumlah species gulma yang diperoleh
adalah 17 species dengan jumlah individu total sebanyak 156 pada empat petak
yang diamati. Jumlah individu tertinggi didominasi oleh Imperata cylindrica,
pada lahan kering spesies ini mendominasi di petak kedua dari empat petak yang
diamati.

b.) Kerapatan nisbi suatu jenis =



Berdasarkan hasil praktikum diperoleh jumlah species gulma yang diperoleh
adalah 17 species dengan jumlah kerapatan relative semua species sebesar
99,99%, artinya kerapatan berbagai spesies gulma yang tumbuh pada lahan yang
diamati mendekati 100%. Kerapatan relative tertinggi didominasi oleh Imperata
cylindrica sebesar 23,72%. Kerapatan relative terendah didominasi oleh
Goodenia koningsberri, Lantana camara, Spilanthes paniculata wall, Emilia
sachifolia, Calopogonium sp masing-masing sebesar 0,64%.

2.) Frekuensi
a.) Frekuensi mutlak (FM) suatu spesies adalah hasil pembagian jumlah petak
contoh berisi spesies itu dengan jumlah semua petak contoh yang diambil.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh jumlah species gulma yang diperoleh
adalah 17 species dengan jumlah frekuensi mutlak semua species sebesar 25/4 .
Frekuensi mutlak tertinggi didominasi oleh Imperata cylindrica dan
Stachytalpheta indica, yaitu masing-masing sebesar 3/4. Frekuensi mutlak
terendah didominasi oleh Goodenia koningsbergeri, Axonopus compresuss,
Eleusine indica, Lantana camara, Paspalum conjugatum, Tridax procumbers, ,
Spilanthes paniculata wall, Emilia sachifolia, Calopogonium sp dan Vernonia
cinerea yaitu masing-masing sebesar 1/4.

b.) Frekuensi relative



Berdasarkan hasil praktikum diperoleh jumlah species gulma yang diperoleh
adalah 17 species. Individu yang memiliki nilai frekuensi relative tertinggi
didominasi oleh Imperata cylindrica dan Stachytalpheta indica, yaitu masing-
masing sebesar 12%. Individu yang memiliki nilai frekuensi relative terendah
didominasi oleh Goodenia koningsbergeri, Axonopus compresuss, Eleusine
indica, Lantana camara, Paspalum conjugatum, Tridax procumbers, , Spilanthes
paniculata wall, Emilia sachifolia, Calopogonium sp dan Vernonia cinerea, yaitu
masing-masing sebesar 4%.

3.) Dominasi
a.) Dominasi mutlak (DM) suatu species adalah biomassa atau bobot kering
gulma.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh jumlah species gulma yang diperoleh
adalah 17 species dengan jumlah biomassa semua species sebesar 79,77 gram.
Biomassa spesies tertinggi yaitu Stachytalpheta indica, sebesar 13,7 gram.
Biomassa spesies terendah yaitu Goodenia koningbergeri, sebesar 0,4 gram.

b.) Dominasi relative



Berdasarkan hasil praktikum diperoleh jumlah species gulma yang diperoleh
adalah 17 species dengan jumlah biomassa relative semua species sebesar
99,99%, artinya biomassa spesies gulma yang diamati pada lahan mendekati
100%. Biomassa relative spesies tertinggi yaitu Stachytalpheta indica, sebesar
17,17%. Biomassa relative spesies tertinggi yaitu Goodenia koningbergeri,
sebesar 0,50%.

4.) Nilai Jumlah Dominasi (NJD)
NJD menunjukkan jumlah nilai penting dibagi jumlah besaran NJD,
biasanya dipakai karena jumlahnya tidak lebih dari 100 % sehingga mudah
diinterpretasikan.
NJD


Komposisi masing-masing spesies dapat dilihat di tabel dengan Nilai jumlah
Dominasi/Sum of Domination Ratio (SDR). Berdasarkan hasil praktikum
diperoleh jumlah species gulma yang diperoleh adalah 17 species dengan NJD
semua species sebesar 99,94%. Dari daftar NJD tampak bahwa spesies gulma
yang paling dominan adalah lahan kering, spesies Imperata cylindrica dengan
perolehan 17,21%. Sementara itu, untuk NJD terendah yaitu Goodenia
koningbergeri sebesar 1,71%.
Analisis vegetasi sendiri juga merupakan salah satu cara untuk
mempermudah untuk mengendalikan gulma, Karena pada analisis vegetasi itu
sendiri ada pengovenan yang berguna untuk mengeringkan kandungan air di
dalam gulma tersebut. Tujuan dihilangkannya kandungan air itu sendiri adalah
untuk menghitung bobot kering gulma sehingga diperoleh nilai SDR.
Tujuan analisis vegetasi gulma adalah untuk mengetahui komposisi spesies-
spesies yang membentuk komunitas gulma yang tumbuh bersama, pada suatu
waktu dan tingkat pertumbuhan tertentu. Metode analisis vegetasi gulma yang
digunakan adalah metode estimasi visual (visual estimation), yakni metode
analisis dengan pandangan mata dan pencacatan macam spesies gulma beserta
skor kelebatan pertumbuhannya masing-masing atau metode kuadrat (Sukman,
1991).



V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari data hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan
beberapa hal mengenai identifikasi dan analisis vegetasi gulma, yaitu sebagai
berikut :
1. Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan
pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.
3. Gulma yang tergolong rumput pada lahan yang diamati adalah Imperata
cylindrica, Paspalum conjugatum, Eleusin indica dan lain-lain. Sedangkan untuk
gulma yang tergolong teki-tekian adalah Emilia sacchifolia, Mimosa pudica dan
lain-lain. Gulma yang berdaun lebar pada lahan yang diamati adalah Chromolaena
odorata, Statychalpheta indica, Calopogonium sp, dan lain-lain.
4. Komposisi masing-masing spesies dapat dilihat di tabel dengan Nilai jumlah
Dominasi/Sum of Domination Ratio (SDR). Dari daftar NJD tampak bahwa
spesies gulma yang paling dominan adalah lahan kering, spesies Imperata
cylindrica dengan perolehan 17,21%.

B. Saran
1. Praktikum harus dilakukan dengan cermat dan tepat
2. Pengidentifikasian tanaman gulma dan penghitungan nilai SDR harus
dilakukan dengan teliti sehingga didapatkan nilai SDR yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Klasifikasi Tumbuhan. www.plantamor .com Diakses pada tanggal 13
Oktober 2013.
Barus, Emanuel .2003. Pengendalian Gulma Perkebunan. Kanisius: Yogyakarta.
Direktorat Jenderal Perkebunan, 1985. Pedoman Pengendalian Gulma Penting pada
Budidaya Perkebunan. Direktorat Perlindungan Tanaman Perkebunan,
Departemen Pertanian, Jakarta, 93 p.
Fitler, A.H. 1981. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta : Gajahmada Press.
Iskandar, Riska. 2009. Analisis Vegetasi Gulma Kuantitatif (online).
http://riskaiskandar.blogspot.com/2009/02/analisis-vegetasi-gulma-
kuantitatif.html. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2013.
Moenandir, Jody. 1988. Pengantar Ilmu Gulma dan Pengendalian Gulma (Ilmu Gulma
Buku 1). Rajawali Press : Jakarta.
Nurwansyah, 2011. Arti, Peran, Sifat dan Klasifikasi Gulma.
http://wahanapertanian.blogspot.com/2011/05/arti-peran-sifat-dan-klasifikasi-
gulma.html. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2013.
Purba, E. 1996. Dasar Ilmu Gulma. USU Press. Medan
Rukmana, Rahmat, Suganda Saputra. 1999. Gulma dan Tehnik Pengendalian. Kanisius :
Yogyakarta.
Scheper, Jack. 2004. Floridata Master Plant List. www.floridata.com. Diakses pada
tanggal 13 Oktober 2013.
Setiawan, Peky. 2012. Manfaat Gulma.
http://pekysetiawan.blogspot.com/2012/06/manfaat-gulma.html. diakses pada
tanggal 12 Oktober 2013.
Tjitrosoedarmo, S. 1984. Pengeloaan Gulma di Perkebunan. Jakarta :Gramedia.
Triharso. 1996. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta.
Wikipedia, 2010. Klasifikasi Ilmiah Spesies Gulma. www.wikipedia.org. diakses pada
tanggal 13 Oktober 2013
Yakup, Sukman Y. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.

Anda mungkin juga menyukai