Anda di halaman 1dari 4

PEMERINTAH BARU HARAPAN BARU BAGI REFORMASI BIROKRASI

Arief Hadianto
1


Enam belas tahun reformasi berlalu sudah, kondisi bangsa kita seperti jalan di tempat . Berbagai
indikator daya saing menunjukkan posisi Indonesia masih di bawah rata-rata negara-negara di
kawasan Asia Pasifik . Data United Nations Development Programme (UNDP) mencatat indeks
pembangunan manusia (IPM) Indonesia pada 2012 sebesar 0,629. nilai IPM Indonesia saat ini
masih di bawah angka rata-rata negara dengan nilai IPM menengah," kata Direktur UNDP untuk
Indonesia, Beate Trankman. Ia menjelaskan, rata-rata angka IPM negara yang masuk kategori
menengah sebesar 0,640. Nilai IPM Indonesia juga lebih rendah jika dibandingkan nilai rata-rata
IPM negara di kawasan Asia Timur dan Asia Pasifik yang sebesar 0,683. Dari tingkat korupsi
juga menunjukkan hal yang senada. Berdasarkan data Indeks persepsi korupsi yang dikeluarkan
Transparency International pada tahun 2013 Indonesia berada di urutan 114 di antara 177 negara
dengan indeks 32. Di kawasan Asia Pasifik, Indonesia terlihat masih jauh di bawah Singapura
yang memperoleh skor 86, Hong Kong dengan skor 75, Taiwan dengan skor 61, Korea Selatan
dengan skor 55, dan China dengan skor 40. Sementara di ASEAN, Indonesia jauh di bawah
Brunei Darussalam yang meraih skor 60, dan Malaysia dengan skor 50. Indonesia juga sedikit di
bawah Filipina yang memperoleh skor 36, dan Thailand dengan skor 35. Namun Indonesia
sedikit lebih baik dari Vietnam yang mendapat skor 31, Timor Leste dengan skor 30, Laos
dengan skor 26, dan Myanmar dengan skor 21. Rendahnya berbagai indeks tersebut
menunjukkan rendahnya tata kelola pemerintahan kita.
Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah sampai kapan bangsa Indonesia bisa bangkit dari
keterpurukan. Tahun 2014 sebagai tahun terbentuknya pemerintah baru hasil PEMILU
merupakan momen penting bagi kita untuk mulai mengejar ketertinggalan dengan bangsa-bangsa
lain. Harapan akan perubahan bangsa ini diletakkan pada pundak pemerintah baru nanti siapa
pun yang terpilih. Garry Hamel mengatakan bahwa di abad ke-21 ini, mereka yang akan mampu
bertahan dan maju hanyalah mereka yang mampu berubah dengan cepat (The Future of
Management, 2007). Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana cara memperbaiki kondisi bangsa
agar bisa mensejajarkan diri dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Reformasi Birokrasi sebagai Gerbang Perubahan
Untuk menjawab pertanyaan cara melakukan perbaikan menuju Negara yang dapat
diperhitungkan di dunia, kita perlu melihat pendapat para pakar. Di sini terjadi pertentangan
pendapat para ahli apakah untuk menuju kepada kemakmuran bangsa dilakukan dengan
mekanisme pasar atau pemerintah yang kuat. Namun pada akhirnya untuk memacu pertumbuhan
ekonomi suatu negara yang akan mensejahterakan masyarakatnya diperlukan mekanisme pasar.

1
Penulis adalah mahasiswa doktoral ilmu administrasi (kebijakan publik), Universitas Indonesia.
Menurut Fukuyama dalam bukunya State Building (2004) dijelaskan bahwa tanpa pemerintahan
yang kuat, mekanisme pasar tidak akan dapat berjalan dengan lancar dan menghasilkan
pertumbuhan yang cepat. Pemerintahan yang kuat adalah pemerintah yang dapat menjalankan
kebijakan dengan baik, mampu mencegah korupsi, menghindari rent seeking, menghapuskan
praktek suap menyuap, menciptakan transparansi dan akuntabilitas serta yang paling krusial
adalah menegakkan hukum yang adil dan tegas sehingga dapat menjamin kepastian hukum.
Karena kepastian hukum adalah prasyarat bagi tumbuhnya iklim investasi yang kondusif yang
akan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Melihat karakteristik tersebut, bangsa kita masih jauh
dari kondisi ideal di atas. Kemudian bagaimana untuk mewujudkan pemerintahan ideal tersebut?
Satu-satunya cara adalah dengan reformasi tata kelola pemerintahan atau lebih dikenal dengan
reformasi birokrasi.
Prinsip Reformasi Birokrasi
Menurut Dudi Hidayat (2007) paling tidak ada dua prinsip yang harus dipegang ketika memulai
upaya reformasi birokrasi. Pertama adalah prinsip yang menyatakan bahwa reformasi birokrasi
adalah merupakan proses politik. Karena birokrasi merupakan alat pemerintah yang berkuasa,
maka iklim dan proses politik sangat berpengaruh terhadap struktur dan kinerja birokrasi.
Seringkali birokrasi menjadi alat bagi para politisi untuk mencapai tujuan mereka dan karenanya
mengabaikan kepentingan bangsa yang lebih besar. Prinsip kedua menyatakan bahwa birokrasi
tidak bisa mereformasi dirinya sendiri. Kedua prinsip ini secara bersamaan mengisyaratkan
bahwa agar reformasi birokrasi dapat berjalan baik, diperlukan proses dan kepemimpinan politik
yang mendukung.
Hal inilah yang masih menjadi hambatan dalam pemerintah kita. Partai politik masih menjadi
pihak yang pro status quo, karena dengan birokrasi yang lembek seperti saat ini, mereka
menggunakan kesempatan untuk mengeruk dana negara untuk kepentingan partai atau
sekelompok individu. Dengan sistem demokrasi yang masih diwarnai politik uang (money
politic) sulit diharapkan terbentuknya pemerintah yang bersih seperti yang dicita-citakan dalam
reformasi birokrasi. Hal ini dapat kita buktikan dengan banyaknya tokoh partai yang terjerat
dalam kasus tindak pidana korupsi.
Memang disadari perjalanan reformasi birokrasi sampai saat ini masih banyak dikritisi.
Semangat reformasi birokrasi lebih sering dipersepsikan sebagai upaya mendapat renumerasi
atau perbaikan kesejahteraan dan melupakan esensinya untuk melakukan perbaikan organisasi
dan perbaikan layanan publik. Ekspektasi masyarakat yang tinggi atas keberhasilan reformasi
birokrasi juga berbenturan dengan kondisi yang ada seperti masih buruknya pelayanan publik,
penganggaran yang sebagian besar disedot belanja pegawai serta maraknya kasus korupsi.
Namun terlepas dari fenomena tersebut, masih banyak tokoh partai yang baik , punya integritas
dan moral yang baik yang diharapkan akan dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
Hal ini dapat dilihat dengan disahkannya UU Aparatur Sipil Negara (ASN) pada tanggal
14 Januari 2014 yang merupakan tonggak baru bagi langkah awal menuju reformasi birokrasi.
Reformasi Birokrasi tentunya sangat diharapkan dapat mengawal seluruh proses pembangunan
yang sedang berjalan sehingga komitmen pembangunan daya saing dapat terus kita tingkatkan.
Birokrasi yang modern, sesuai kebutuhan zaman, dan dikelola dengan professional tentunya akan
mendorong output pembangunan yang lebih berkualitas baik dari dimensi waktu, biaya, maupun
SDM.
Untuk itu semoga pemerintah baru yang akan terbentuk nanti menghasilkan pemerintah yang
mempunyai komitmen yang kuat untuk mempercepat proses reformasi birokrasi sehingga akan
membawa perubahan menuju Indonesia Baru yang berdaya saing dan bersih serta dapat
membawa kepada kesejahteraan masyarakat. Untuk itu diperlukan kecerdasan masyarakat dalam
memilih pemimpin tidak hanya berdasar kharismanya saja tetapi lebih kepada karakter yang
bersih dan memiliki visi ke depan yang maju, inovatif dan responsif terhadap permasalahan
bangsa.
**fin**

















Berikut adalah biodata Penulis.

Nama : ARIEF HADIANTO, SE.Akt.M.Ec.Dev
Surel : ahadianto008@yahoo.com
HP : 0815-675-4851
TTL : Surakarta, 20 Desember 1971
Alamat : Jln. Utan Kayu No 68, Jakarta Timur
Pendidikan : S3 Ilmu Administrasi kekhususan Administrasi Publik, Universitas Indonesia,
Jakarta (2013 sekarang)
S2 Magister Ekonomi Pembangunan, Universitas Gajah Mada, Jogjakarta
(2006-2008)
S1 Sarjana Ekonomi Akuntansi, Universitas Diponegoro, Semarang (1995-
1998)
D3 STAN , Jakarta (1990-1993)

Sertifikasi : Ak. (Akuntan dari Kemenkeu, 1998)
Pekerjaan : Mahasiswa Doktoral di Ilmu Administrasi UI, Jakarta (2013 sekarang)
Pemeriksa di BPKP (1995 sekarang)
Pengalaman
kerja
: Melaksanakan pemeriksaan keuangan, kinerja dan dengan tujuan tertentu di
kementerian, dan badan usaha milik negara
Melaksanakan konsultansi keuangan daerah pada pemerintah daerah
Interest value : governance, akuntabilitas, dan trust.
Publikasi : Urgensi Revaluasi Aset (2007) Warta Pengawasan, BPKP, Jakarta
Peran Penilaian dikaitkan dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dalam
rangka Penyusunan Laporan Keuangan (2010), Pendopo, BPKP Jawa Tengah
Pengelolaan Barang Milik Negara Menuju Good Governance (2011) Pendopo,
BPKP Jawa Tengah
Wonogiri Menata Aset Menuju WTP (2011) Pendopo, BPKP Jawa Tengah

Anda mungkin juga menyukai