)
Polythiazide (Renese)
125-500
12,5-25
12,5-50
2-4
1,25-2,5
1-2
1
1
1
1
Indapamide (Lozol
)
Metalazone (Mykrox)
Metalazone (Zaroxolyn)
0,5-1,0
2,5-5
1
1
Loop Diuretik Bumetanide (Bumex
)
Furosemide (Lasix
)
Torsemid (Demadex
)
0,5-2
20-80
2,5-10
2
2
1
Diuretik Hemat
Kalium
Amiloride (Midamor
)
Triamterene (Dyrenium)
5-10
50-100
1-2
1-2
Aldosteron
Reseptor Bloker
Eplerenone (Inspra)
Spironolakton (Aldactone
)
50-100
25-50
1
1
Beta bloker Atenolol (Tenormin
)
Betaxolol (Kerione
)
Bisoprolol (Zebeta
)
Metaprolol (Lopressor
)
Metoprolol Extended Release
(Toprol XL)
Nadolod (Corgard
)
Propanolol (Indera
l)
Propanolol Long acting (Inderal
LA
)
Timolol (Blocadren
)
25-100
5-20
2,5-10
50-100
50-100
40-120
40-160
60-180
20-40
1
1
1
1-2
1
1
2
1
2
Beta bloker
aktivitas
simpatomimetik
intrinsik
Acebutolol (Sectral
)
Penbutolol (Levatol)
Pindolol (Generik)
200-800
10-40
10-40
2
1
2
Kombinasi Alpha
dan Beta Bloker
Carvedilol (Coreg)
Labetolol (Normodyne, Trandate
)
12,5-50
200-800
2
2
ACEI Benazepril (Lotensin
)
Captopril (Capoten
)
Enalapril (Vasotec
)
Fosinopril (Monopril)
lisinopril (Prinivil, Zestril)
moexipril (Univasc)
10-40
25-100
5-40
10-40
10-40
7.5-30
1
2
1-2
1
1
1
perindopril (Aceon)
quinapril (Accupril)
ramipril (Altace)
trandolapril (Mavik)
4-8
10-80
2.5-20
1-4
1
1
1
1
Angiotensin II
Antagonis
candesartan (Atacand)
eprosartan (Teveten)
irbesartan (Avapro)
losartan (Cozaar)
olmesartan (Benicar)
telmisartan (Micardis)
valsartan (Diovan)
8-32
400-800
150-300
25-100
20-40
20-80
80-320
1
1-2
1
1-2
1
1
1-2
CCB Non
Dihidropiridin
Diltiazem extended release
(Cardizem CD, Dilacor XR, Tiazac)
diltiazem extended release
(Cardizem LA)
verapamil immediate release (Calan,
Isoptin)
verapamil long acting (Calan SR,
Isoptin SR)
verapamilCoer, Covera HS,
Verelan PM)
180-420
120-540
80-320
120-480
120-360
1
1
2
1-2
1
CCB-
Dihidropiridin
amlodipine (Norvasc)
felodipine (Plendil)
isradipine (Dynacirc CR)
nicardipine sustained release
(Cardene SR)
nifedipine long-acting
(Adalat CC, Procardia XL)
nisoldipine (Sular)
2,5-10
2,5-20
2,5-10
60-120
30-60
10-40
1
1
2
2
1
1
Alpha 1 Bloker doxazosin (Cardura)
prazosin (Minipress)
terazosin (Hytrin)
1-16
2-20
1-20
1
2-3
1-2
Alpha 2 agonis clonidine (Catapres) 0,1-0,8 2
sentral dan obat
lainnya yang
bekerja sentral
clonidine patch (Catapres-TTS)
methyldopa (Aldomet)
reserpine (generic)
guanfacine (Tenex)
0,1-0,3
250-1000
0,1-0,25
0,5-2
1 Minggu
2
1
1
Vasodilator
Langsung
hydralazine (Apresoline)
minoxidil (Loniten)
25-100
2,5-80
2
1-2
Tabel 2.4. Obat-Obat Oral Antihipertensi
*
Saat obat antihipertensi telah diberikan, pasien diharuskan kembali untuk follow paling
tidak dalam interval sebulan sekali sampai tekanan darah target tercapai. Kunjungan yang
lebih sering dibutuhkan untuk pasien dengan kategori hipertensi stage 2 atau jika disertai
dengan komplikasi penyakit penyerta. Pemeriksaan kadar serum kalium dan kreatinin harus
dilakukan paling tidak sebanyak 1-2 kali per-tahun. Setelah tekanan darah mencapai target
dan stabil, follow up dan kunjungan harus dilakukan dalam interval 3-6 bulan sekali.
Penyakit penyerta seperti gagal jantung, dan diabetes dapat mempengaruhi frekuensi jumlah
kunjungan. Faktor resiko penyakit kardiovaskuler lainnya harus diobati untuk mendapatkan
nilai tekanan darah target, dan penghindaran penggunaan tembakau harus dilakukan.
Penggunaan aspirin dosis rendah dilakukan hanya ketika tekanan darah terkontrol, oleh
karena resiko stroke hemoragik yang meningkat pada pasien dengan hipertensi tidak
terkontrol.
2.5 HIPERTENSI DAN LATIHAN OLAHRAGA
Pengobatan pada hipertensi semestinya dilakukan secara nonfarmakologi. Upaya non
farmakologi yang lebih memasyarakat adalah olahraga aerobik, karena pelaksanaanya mudah
,murah, meriah, manfaat dan aman. Banyak bentuk olahraga aerobik yang dapat ditempuh
oleh para pasien hipertensi, mulai dari jalan cepat, jogging, senam aerobik, dan lainnya yang
dilakukan secara sukarela dan sesuai dengan peminatnya terhadap macam olahraga aerobik.
2.5.1. Olahraga Untuk Penderita Hipertensi
Penderita hipertensi atau mereka yang mengidap penyakit tekanan darah tinggi dapat
mengikuti program olahraga atau latihan yang sesuai dengan kondisi penyakitnya. Seseorang
mungkin saja hanya mengidap hipertensi tanpa mengidap penyakit laiannya, salah satunya
ialah penyakit jantung koroner (PJK).
Untuk penderita hipertensi faktor yang harus diperhatikan adalah tingginya tekanan
darah. Semakin tinggi tekanan darah semakin keras kerja jantung, sebab untuk mengalirkan
drah saat jantung memompa berarti jantung harus mengeluarkan tenaga sesuai dengan
tingginya tekanan itu. Bila jantung tidak mampu memompa dengan tekanan setinggi itu,
berarti jantung akan gagal memompa darah.
Masuk akal bagi penderita hipertensi faktor tekanan darah memegang peranan penting
dalam menentukan boleh tidaknya berolahraga, takaran dan jenis olahraga yang akan
dilakukan. Jika dalam keadaan istirahat atau diam seseorang yang tekanan darahnya sudah
mencapai 200/120 mmHg, dapat dibayangkan bila bergerak atau melakukan aktivitas fisik
tekanan darahnya akan semakin naik pula.
Oleh karena itu beberapa hal yang dapat dijadikan acuan yang harus dipenuhi sebelum
memutuskan untuk berolahraga diantaranya adalah :
1. Penderita hipertensi sebaiknya dikontrol atau dikendalikan tanpa dengan obat terlebih
dahulu tekanan darahnya, sehingga tekanan darah sistolik tidak melebihi 160 mmHg dan
tekanan diastolik tidak melebihi 100 mmHg. Artinya seseorang yang menderita hipertensi
jika ingin berolahraga harus mengontrol tekanan darahnya, kalau mungkin sampai taraf relatif
normal yaitu tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
2. Hal yang sangat bijak jika sebelum berolahraga anda mendapatkan informasi mengenai
penyebab hipertensi yang sedang diderita, sekaligus kalau mungkin juga informasi mengenai
kondisi organ tubuh lainnya yang akan terpengaruh oleh penyakit tersebut. Antara lain
bagaimana keadaan jantung, ginjal, serta pemeriksaan laboraturium darah maupun urin.
Kondisi organ tersebut akan mempengaruhi keberhasilan dalam memperoleh pengaruh
positifolahraga yang anda lakukan.
3. Sebelum melakukan latihan sebaiknya telah dilakukan uji latih jantung dengan beban
(treadmill/ergometer) agar dapat dinilai reaksi tekanan darah serta perubahan aktivitas listrik
jantung (EKG), sekaligus menilai tingkat kapasitas fisik. Berdasarkan hasil uji latih ini dosis
latihan dapat diberikan secara akurat.
4. Pada saat uji latih sebaiknya obat yang sedang diminum tetap diteruskan sehingga dapat
diketahui efektifitas obat terhadap kenaikan beban. Apakah obat sudah tepat, artinya tekanan
darah berada dalam lingkup ukuran normal atau masih menunjukan reaksi hipertensi saat
anda diberi tes pembebanan.
5. Latihan yang diberikan ditujukan untuk meningkatkan daya tahan (endurance) dan tidak
boleh menambah peningkatan tekanan sehingga bentuk latihan yang paling tepat adalah jalan
kaki, bersepeda, senam dan berenang (olahraga aerobik).
6. Olahraga yang bersifat kompetisi tidak diperbolehkan. Olahraga yang bersifat kompetisi
dikhawatirkan akan memacu emosi sehingga akan mempercepat peningkatan tekanan darah.
7. Olahraga peningkatan kekuatan tidak diperbolehkan. Seperti angkat beban dan sejenisnya
. Olahraga ini akan menyebabkan peningkatan tekanan darah secara mendadak dan melonjak.
8. Secara teratur memeriksa tekanan darah sebelum dan sesudah latihan. Olahraga pada
penderita tidak hanya ditentukan oleh denyut jantung tetapi juga berdasarkan reaksi tekanan
darahnya.
9. Salah satu hasil dari olahraga pada penderita hipertensi adalah terjadi penurunan tekanan
darah, sehingga olahraga dapat menjadi salah satu obat hipertensi. Bagi penderita hipertensi
ringan (tensi 160/95 mmHg tanpa obat), maka olahraga disertai pengaturan makan
(mengurangi konsumsi garam) dan penurunan beratbadan (bagi yang berlebih) dapat
menurunkan tekanan darah sampai tingkat normal (140/80 mmHg).
10.Umumnya penderita hipertensi mempunyai kecenderungan adanya kaitan dengan beban
emosi (stres). Oleh karena itu disamping olahraga yang bersifat fisik dilakukan pengendalian
emosi. Upaya yang mungkin dilakukan adalah mendekatkan diri dengan Tuhan.
11. Jika hasil latihan menunjukan penurunan tekanan darah, maka dosis obat yang sedang
digunakan sebaiknya dilakukan penyesuaian. Untuk itu tanyakan pada dokter ahli yang
menangani hal tersebut.
2.6 Mekanisme Menurunnya Tekanan Darah
Untuk mengetahui mekanisme menurunya tekanan darah, sebaiknya kita simak
dahulu fenomena alam. Kalau kita perhatikan arus sungai, arus menjadi deras jika sungainya
kecil, sebaliknya jika arusnya lambat maka sungainya lebar. Arus sungai diidentikkan dengan
aliran darah didalam pembuluh darah, jika pembuluhnya mengecil tekanannya akan
meningkat, sebaliknya jika pembuluh melebar tekanan akan turun. Salah satu hasil latihan
fisik yang teratur adalah pelebaran pembuluh darah sehingga tekanan darah yang tinggi akan
menurun. Pengaturan lain yang akan mempengaruhi turunnya tekanan darah adalah
terkendalinya pusat pengaturan darah di dalam tubuh. Hal lain adalah hormonal yang biasa
memacu tekanan darah semakin sedikit dikeluarkan atau dipakai. Semua faktor diatas
memberi kontribusi atas turunnya tekanan darah.
2.7 Manfaat Latihan Olahraga Bagi Jantung dan Tubuh
Manfaat olahraga bagi jantung dan tubuh antara lain :
a. Kerja jantung efisien
b. Keluhan nyeri dada ketika melakukan aktifitas akan berkurang atau menghilang
c. Kadar lemak didalam darah akan semakin menurun
d. Pembuluh darah jantung atau arteri koroneria akan lebih besar dan lebar dibanding dengan
orang yang tidak terlatih. Disamping itu kolateral atau pembuluh darah baru bila sudah terjadi
penyempitan atau penyumbatan.
e. Pembuluh darah setelah operasi atau setelah pelebaran dengan balon tetap terbuka.
f. Mencegah timbulnya penggumpalan darah.
g. Enzim bekerja lebih efisien.
h. Kemampuan tubuh atau kesegaran jasmani akan meningkat.
BAB III
KESIMPULAN
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan penyakit yang
mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat dampak yang
ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga membutuhkan
penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu. Tekanan darah dalam
kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki
tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh
aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah
ketika beristirahat.
Strategi penanganan hipertensi dengan modifikasi gaya hidup tidak hanya dilakukan
untuk kategori pre-hipertensi. Hal ini juga dilakukan untuk kategori tingkat lanjut yakni
hipertensi stage 1 dan hipertensi stage 2, oleh karena hipertensi merupakan penyakit
degeneratif yang muncul akibat perilaku gaya hidup yang salah. Aktifitas fisik dapat
menurunkan tekanan darah.
Olah raga aerobik secara teratur paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per minggu
ideal untuk kebanyakan pasien. Studi menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging,
berenang, jalan kaki, dan menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah.
Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan berat badan. Pasien harus
konsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olah-raga mana yang terbaik terutama untuk
pasien dengan kerusakan organ target.
DAFTAR PUSTAKA
1. Human Kinetic. Exercise has beneficial effect on hypertenion.
http://www.humankinetics.com/excerpts/excerpts/exercise-has-beneficial-effect-on-
hypertension-and-cardiovascular-disease [Accessed 5 Juni 2014]
2. JNC VIII 2013 . Available from http://lia2112.blogspot.com/2014/05/eighth-joint-
national-committee-jnc-8.html [Accessed 6 Juni 2014]
3. Mayo Clinic. Lack of activity and high blood pressure: Whats the connection?
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/high-blood-pressure/basics/risk-
factors/con-20019580 [Accessed 7 Juni 2014]
4. JNC VIII Terbaru,Perbedaan JNC VII dan JNC VIII Imam A. 2013. Available from:
http://dokter-medis.blogspot.com/2013/12/perbandingan-antara-joint-national.html
[Accessed 7 Juni 2014]
5. Public Health Journal Faktor perilaku dalam hubungan kejadian hipertensi .
http://publichealth-journal.helpingpeopleideas.com/faktor-perilaku-dan-hypertensi
[Accessed 6 Juni 2014]
6. Second Hypertension Cause-Lack of exercise. 2010. Available from:
http://thediabetesclub.com/second-hypertension-cause-lack-of-exercise-part-2/ [Accessed
6 Juni 2014]