1
= K
1
2
= K
1
. K
2
3
= K
1
. K
2
.K
3
4
= K
1
. K
2
.K
3
.K
4
Dalam reaksi pembentukan kompleks tersebut seringkali ligan H
2
O tidak ditulis
karena jumlah molekul H
2
O yang menghidrasi masing-masing ion pada umumnya belum
diketahui secara pasti, molekul-molekul air tidak mempengaruhi konstanta kesetimbangan
(walaupun terlibat dalam reaksi), dan dalam larutan encer aktivitas air dapat dianggap 1.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Ion Kompleks
1. Aspek ion pusat
a. Rapat muatan (perbandingan muatan dengan jari-jari atom)
Stabilitas ion kompleks bertambah jika rapat muatan ion pusat bertambah
b. CFSE (energi psntabilan medan ligan)
Stabilitas ion kompleks bertambah dengan adanya CFSE, karena CFSE pada dasarnya
merupakan energi penstabilan tambahan yang diakibatkan oleh terjadinya splitting orbital d.
Pengaruh CFSE terhadap K dapat dilihat pada diagram berikut.
Bulatan-bulatan pada gambar tersebut adalah harga log K relatif masing-masing logam
bedasarkan eksperimen, sedang garis putus-putus merupakan kecenderungan harga log K
secara teoritis dengan tanpa memperhitungkan CFSE.
c. Polarisabilitas
Ion-ion logam klas a (asam keras) yaitu yang memiliki muatan tinggi dan ukuran kecil akan
membentuk kompleks ysng stabil jika ligannya berasal dari basa keras, yaitu yang
elektronegatifitasya besar dan berukuran kecil
2. Aspek ligan
a. Efek khelat
Kompleks khelat lebih stabil dibanding kompleks nonkhelat analog (yang atom donornya
sama). [Ni(en)
3
]
3+
dengan
3
sebesar 4.10
18
adalah
lebih stabil dibanding [Ni(NH
3
)
6
]
3+
6
sebesar 10
8
b. Ukuran cincin
Jika ligan tidak memiliki ikatan angkap, ikatan cincin 5 adalah yang paling stabil, tetapi jka
ligan memiliki ikatan rangkap, maka yang paling stabil adalah ikatan cincin 6.
c. Hambatan ruang (steric effect)
Ligan-ligan bercabang pada umumnya kurang stabi dibanding ligan-ligan tak bercabang
yang analog.
d. Polarisabilitas
Ion-ion logam klas a (asam keras) yaitu yang memiliki muatan tinggi dan ukuran kecil akan
membentuk kompleks ysng stabil jika ligannya berasal dari basa keras, yaitu yang
elektronegatifitasya besar dan berukuran kecil.
3. Kestabilan Kinetika.
Kestabilan kinetika menunjuk pada enetgi aktivasi (G
#
) pada substitusi reaksi
pertukaran ligan. Kestabilan kinetika bertambah jika G
#
semakin besar. Kompleks yang
ligannya dapat digantikan oleh ligan lain dengan cepat (kurang dari 1 menit pada suhu 25
o
C
dan konsentrasi larutan 0,1 M) disebut kompleks labil, sebaliknya jika reaksi pertukarannya
berlangsung lambat disebut kompleks inert (lembam).
Seringkali kompleks stabil bersifat inert dan kompleks tidak stabil bersifat labil,
namun hal itu tidak berhubungan. Bisa saja suatu kompleks stabil namun labil. Sebagai
contoh, CN
-
membentuk kompleks yang sangat stabil dengan Ni
2+
, hal ini tercermin dari
harga K yang besar untuk reaksi berikut :
[Ni(H
2
O)
6
]
2+
+ 4CN
-
[Ni(CN
-
)
4
]
2-
+ 6H
2
O
Namun jika ke dalam larutan ditambahkan ion berlabel
13
CN
-
, ternyata terjadi reaksi
pertukaran ligan yang sangat cepat antara CN
-
dengan
13
CN
-
seperti ditunjukkan pada
persamaan reaksi berikut :
[Ni(CN
-
)
4
]
2-
+ 4
13
CN
-
[Ni(
13
CN
-
)
4
]
2-
+ 4CN
-
Kasus sebaliknya, kompoleks [Co(NH
3
)
6
]
3+
tidak stabil dalam larutan asam, sehingga reaksi
berikut hampir sempurna berjalan ke kanan.
4[Co(NH
3
)
6
]
3+
+ 20H
+
+ 26H
2
O 4[Co(H
2
O)
6
]
3+
+ 24NH
4
+
+ O
2
Akan tetapi [Co(NH
3
)
6
]
3+
dapat tinggal dalam larutan asam pada suhu kamar selama
beberapa hari dengan tanpa terjadi perubahan. Ini berarti bahwa kestabilan suatu kompleks
tidak menjamin keinertannya, sebaliknya kompleks yang tidak stabil dapat saja inert..
Kestabilan kinetika kompleks oktahedral dapat diprediksi berdasarkan Aturan Taube, yaitu :
Kompleks oktahedral labil bilamana pada atom pusatnya
- mengandung elektron pada orbital e
g
atau
- mengandung elektron pada orbital d kurang dari 3.
Kompleks oktahedral inert bilamana pada atom pusatnya
- tidak mengandung elektron pada orbital e
g
dan
- mengandung elektron pada orbital d minimal 3.
Aturan Taube tersebut logis dan dapat dinalar. Kompleks yang mengandung elektron
pada orbital e
g
labil, karena elektron tersebut posisinya dekat (behadapan langsung) dengan
ligan sehingga memberikan tolakan yang signifikan terhadap ligan dan dengan demikian
ligan tersebut relatif mudah lepas dan digantikan oleh ligan lain. Kompleks yang
mengandung elektron pada orbital d kurang dari 3 labil, karena pada kompleks tersebut masih
terdapat minimal 1 orbital t
2g
yang kosong dimana ligan pengganti dapat mendekati ion pusat
dengan tolakan yang relatif kecil.
2.8 UNSUR-UNSUR TRANSISI (V DAN Cr)
Unsur-unsur transisi adalah :
a. Terletak antara unsur golongan alkali tanah dan golongan boron.
b. Merupakan unsur logam
c. Merupakan unsur-unsur blok d dalam sistem periodik
Sifat-sifat yang khas dari unsur transisi :
a. Mempunyai berbagai bilangan oksidasi
b. Kebanyakan senyawaannya bersifat paramagnetik
c. Kebanyakan senyawaannya berwarna
d. Unsur transisi dapat membentuk senyawa kompleks
Dalam bentuk logamnya umumnya bersifat :
a. Keras, tahan panas
b. Penghantar panas dan listrik yang baik
c. Bersifat inert
Beberapa kekecualian :
a. Tembaga (Cu) bersifat lunak dan mudah ditarik
b. Mangan (Mn) dan besi (Fe) : bersifat sangat reaktip, terutama dengan oksigen, halogen,
sulfur, dan non logam lain (seperti dengan karbon dan boron).
2.8.1 VANADIUM
2.2.1 SEJARAH VANADIUM
Vanadium berasal dari kata vanadis,yaitu nama dewi kecantikan di Skandinavia, pada
mulanya ditemukan oleh N. G. Selfstrom di Swedia pada tahun 1830, bersama sama dalam
bijih besi. Disebut demikian karena senyawaannya kaya akan warna. Sesungguhnya, unsure
ini telah dikenali oleh A.M.del Rio pada tahun 1801 yang ditemukan dalam bijih timbel yang
disebut eritronium. Namun sayangnya beliau sendiri yang membatalkan penemuan ini.Logam
ini tampak bersinar cemerlang, cukup lunak sehingga mudah dibentuk seperti pembuluh,
mempunyai titik leleh 1915
0
C titik didih 3350
0
C, serta tahan terhadap korosi.
Vanadium adalah unsur kimia dengan lambang V dan nomor atom 23. Ini adalah
lembut, abu-abu keperakan, ulet logam transisi. Pembentukan sebuah menstabilkan lapisan
oksida logam terhadap oksidasi. Andrs Manuel del Ro vanadium menemukannya pada
tahun 1801 dengan menganalisis mineral vanadinite, dan menamainya erythronium. Empat
tahun kemudian, ia diyakinkan oleh Nils Gabriel Sefstrm pada tahun 1831. Pada 1831, ahli
kimia Swedia, Nils Gabriel Sefstrm, menemukan kembali unsur oksida yang baru
ditemukan saat ia bekerja dengan bijih besi. Kemudian pada tahun yang sama, Friedrich
Whler dikonfirmasi sebelumnya del Ro bekerja. Sefstrm memilih nama yang diawali
dengan V, yang tidak ditugaskan untuk setiap elemen. Dia memanggil unsur vanadium
setelah Vanadis (nama lain untuk Freya, yang Norse dewi keindahan dan kesuburan), karena
banyaknya berwarna indah senyawa kimia yang dihasilkan. Pada 1831, para ahli geologi
George William Featherstonhaugh menyarankan agar vanadium harus diganti "rionium"
setelah del Ro, namunsaraninitidakdiikuti. Isolasi logam vanadium ternyata sulit. Pada 1831,
Berzelius melaporkan produksi logam, tapi Henry Enfield Roscoe Berzelius telah
menunjukkan bahwa sebenarnya menghasilkan nitrida, vanadium nitrida (VN). Roscoe
akhirnya menghasilkan logam pada tahun 1867 oleh pengurangan vanadium (III) klorida,
VCL 3, dengan hidrogen. Pada tahun 1927, vanadium murni diproduksi dengan mengurangi
vanadium pentoxide dengan kalsium. Yang pertama industri skala besar penggunaan
vanadium dalam baja ditemukan di chassis dari Ford Model T, terinspirasi oleh mobil balap
Perancis. Baja diperbolehkanuntuk mengurangi beratbadansekaligusvanadium
meningkatkankekuatantarik.
(http://zeiniszzn17.blogspot.com/2010/03/siklus-boigeokimia-vanadium-v.html)
Vanadium juga merupakan suatu logam lembut dan silver-gray unsur metalik.
Nomor-Atom nya adalah 23 dan lambang V. Henry Roscoe mengasingkan vanadium metalik
tahun 1867. Ia mengambil klorid vanadium (VCL3) dan menguranginya dengan hidrogen
untuk membentuk vanadium yang metal dan zatair-khlor (HCL).Vanadium merupakan
sumber daya di Amerika Serikat, dimana pada umumnya dengan bijih uranium di (dalam)
batu pasir yang cukup besar untuk menyediakan U.S. kebutuhan vanadium. Mengimport
produk vanadium dan ferrovanadium itu ternyata lebih murah dan sering dilakukan di
Amerika. Ferrovanadium yang diimport dibeli dari Canada, Negeri China, Cekoslovakia
Republik, Selatan Afrika, dan negara-negara lain. Mayoritas vanadium pentoxide digunakan
di (dalam) pabrikasi gelas diimport dari Selatan Afrika. Ilmuwan sudah menemukan bahwa
suatu campuran yang menyangkut galium dan vanadium unsur-unsur adalah bermanfaat di
dalam membuat superconductive magnit.
(http://geo-student.blogspot.com/2010/01/macam-macam-mineral-dan-kegunaannya.html)
Vanadium boleh diperolehi secara komersil dan penghasilan sampel di dalam makmal
biasanya tidak diperlukan. Dari segi penghasilan komersil pula, kaedah penghasilan logam
vanadium sebagai hasil utama biasanya tidak diperlukan kerana jumlah yang mencukupi
boleh didapati dalam bentuk hasil sampingan proses-proses lain.
Dalam bidang industri, pemanasan bijih vanadium atau baki daripada proses-proses
lain bersama garam, NaCl, atau natrium karbonat, Na
2
CO
3
, pada kira-kira 850 C
memberikan natrium vanadat NaVO
3
. Ia dilarutkan dalam air dan diasidkan untuk
menghasilkan pepejal merah yang kemudiannya dileburkan menjadi bentuk mentah
vanadium pentoksida, "V
2
O
5
". Penurunan vanadium pentoksida dengan kalsium, Ca,
menghasilkan vanadium tulen. Satu cara alternatif sesuai bagi penghasilan skala kecil adalah
penurunan vanadium pentaklorida, VCl
5
, dengan hidrogen, H
2
, atau magnesium, Mg.
Terdapat bermacam lagi kaedah yang boleh digunakan.
Secara industrinya, kebanyakan vanadium digunakan sebagai penambah untuk
memperbaiki ciri keluli. Biasanya tindak balas besi mentah dengan vanadium pentoksida
mentah "V
2
O
5
" sudah mencukupi, dan tidak perlu menggunakan logam vanadium tulen. Ini
menghasilkan ferovanadium yang sesuai untuk kerja-kerja seterusnya.
2.2.5.SIFAT KIMIA VANADIUM
Sifat-sifat :
Dipanaskan dalam H
2
(tanpa gas lain) pada 1100
0
C membentuk vanadium
hibrida yang stabil.
Logam ini reaktif dalam keadaan dingin, bila dipanaskan terbentukV
2
O
(coklat), dipanaskan terus terbentuk V
2
O
3
(hitam), V
2
O
4
(biru), akhirnya V
2
O
5
(orange). Logam ini terbakar dengan nyala terang dengan oksigen.
Bila dipanaskan dengan C1
2
kering terbentuk VC1
4
.
Logam ini tidak bereaksi dengan air brom, HCl / dingin,melepaskan H
2
dengan HF dan membentuk larutan hijau.
Vanadium(V)oksida sebagai katalis Proses Contact
2.3. KROMIUM
2.3.1. SEJARAH KROMIUM
Ditemukan pada tahun 1797 oleh Vauquelin, yang membuat logam khrom pada tahun
berikutnya.. Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Cr dan nomor atom 24. Khrom juga berwarna abu-abu, berkilau, keras sehingga
memerlukan proses pemolesan yang cukup tinggi.
Pada 1781 ia berhasil mengisolasi logam. Vanquelin kemudian memperoleh oksida
oleh penguapan dan akhirnya terisolasi kromium oksida dengan memanaskan dalam oven
arang. Vanquelin juga mengidentifikasi sejumlah kecil krom di ruby dan batu zamrud.
Vauquelin melanjutkan untuk menemukan Berilium pada tahun 1798.
Kromium berasal dari kata Yunani 'kroma', yang berarti warna karena membentuk
berbagai senyawa berwarna-warni.
(http://www.chemicool.com/elements/kromium.html)
Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cr
dan nomor atom 24. Kromium trivalen (Cr(III), atau Cr
3+
) diperlukan dalam jumlah kecil
dalam metabolismegula pada manusia. Kekurangan kromium trivalen dapat menyebabkan
penyakit yang disebut penyakit kekurangan kromium (CHROMIUM DEFICIENCY).
Kromium merupakan logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat.
Dengan sifat ini, kromium (krom) banyak digunakan sebagai pelapis pada ornamen-ornamen
bangunan maupun pada komponen kendaraan seperti knalpot pada sepeda motor. Perpaduan
Kromium dengan besi dan nikel menghasilkan baja tahan karat. Logam kromium murni tidak
pernah ditemukan di alam, umumnya berada dalam bentuk persenyawaan padat atau mineral
dengan unsur lain.
Kromium adalah logam yang tahan korosi oleh karena itu banyak digunakan sebagai
pelapis elektrolit dan inhibitor korosi dalam campuran baja (ALLOY). Senyawa kromium
dalam bentuk kromat dan dikromat sangat banyak digunakan oleh industri tekstil, fotografi,
pembuatan tinta dan industri zat warna. Tingkat bilangan oksidasi kromium yang sering
dijumpai adalah III dan VI. Cr(III) dalam larutan asam berupa ion Cr(H
2
O)
6
3+
, sedangkan
dalam larutan yang basa berupa ion Cr{(OH)
5
(H
2
O)}
2-
dan CR(OH)
6
3-
Cr(VI) dalam larutan
asam (pH lebih kecil dari 6) berupa ion HCrO
4
-
dan Cr
2
OH
4
2-
yang berwarna jingga,
sedangkan dalam larutan basa berupa ion CrO
4
2-
uang berwarna kuning. Pada pH yang rendah
(sangat asam) hanya ion Cr
2
O
7
2-
yang ada di dalam larutan. Kromium yang telah ditemukan
di alam kemudian masuk ke lingkungan melalui limbah industri dari lumpur elektroplating
seperti limbah penyamakan dan pabrik inhibitor korosi.
( http://id.wikipedia.org/wiki/Kromium)
2.3.2. KARAKTERISTIK KROMIUM
Kromium adalah unsure dengan nomor atom 21 yang paling banyak dalam kerak
bumi dengan konsentrasi rata-rata 100 ppm. Senyawa Kromium terdapat di dalam
lingkungan, karena erosi dari batuan yang mengandung kromium dan dapat didistribusikan
oleh letusan gunung berapi. Rentang konsentrasi dalam tanah adalah antara 1 dan 3000 mg /
kg, dalam air laut 5-800 g / liter, dan di sungai dan danau 26 g / liter dengan 5,2 mg / liter.
Hubungan antara Cr (III) dan Cr (VI) sangat tergantung pada pH dan oksidatif sifat lokasi,
tetapi dalam banyak kasus, Cr (III) adalah spesies dominan, meskipun di beberapa daerah di
tanah air dapat mengandung sampai 39 g dari total kromium dari 30 g yang hadir sebagai
Cr (VI).
Kromium merupakan logam perak, berkilau, sangat keras yang dapat mengambil
cermin semir tinggi. Hal ini juga tidak berbau, tawar, dan lunak. Logam membentuk lapisan
tipis oksida pelindung di udara, dan luka bakar ketika dipanaskan untuk membentuk oksida
kromium hijau (Cr
2
O
3).
(http://lovekimiabanget.blogspot.com/2010/04/kromium-cr.html)
)
2.3.5. SIFAT SIFAT KIMIA KROMIUM
Nomor Atom 24
Massa Atom 51,9961 g/mol
Golongan, periode, blok VI B, 4, d
Konfigurasi elektron [Ar] 3d
5
4s
1
Jumlah elektron tiap kulit 2, 8,13, 1
Afinitas electron 64,3 kJ / mol
-1
Ikatan energi dalam gas 142,9 5,4 kJ / mol
-1.
Panjang Ikatan Cr-Cr 249 pm
Senyawa beracun dan mudah terbakar
TUGAS LOGAM TRANSISI VANADIUM DAN KROMIUM DENGAN LIGANNYA
(V DAN CR)
UNSUR TRANSISI PEMBENTUK IKATAN VALENSI SENYAWA
KOMPLEKS
Menurut teori asam basa lewis , ion logam transisi menyediakan orbital d yang
kosong sehingga berperan sebagai asam lewis (akseptor pasangan elektron bebas) dan
ion atau molekul netral yang memiliki pasangan elektron bebas untuk didonorkan
berperan sebagai basa lewis.
Senyawa kompleks dengan atom pusat vanadium (V) dan kromium (Cr)
1. VANADIUM
Vanadium berasal dari kata vanadis,yaitu nama dewi kecantikan di Skandinavia,
pada mulanya ditemukan oleh N. G. Selfstrom di Swedia pada tahun 1830,
bersama sama dalam bijih besi. Disebut demikian karena senyawaannya kaya
akan warna. Sesungguhnya, unsure ini telah dikenali oleh A.M.del Rio pada tahun
1801 yang ditemukan dalam bijih timbel yang disebut eritronium. Namun
sayangnya beliau sendiri yang membatalkan penemuan ini.Logam ini tampak
bersinar cemerlang, cukup lunak sehingga mudah dibentuk seperti pembuluh,
mempunyai titik leleh 1915
0
C titik didih 3350
0
C, serta tahan terhadap korosi.
DENGAN ATOM PUSAT V DAN LIGAN KUAT
[V(CN)
6
] :
Atom V dengan konfigurasi ektron [Ar] 3d
3
4s
2
Oleh karena itu atom V dapat mengikat enam molekul CN
-
Atau Atom V
harus menyediakan enam buah orbital kosong. Proses hibridisasinya adalah
sebagai berikut :
23
V = 1s
2
2s
2
2p
6
3s
2
3p
6
3d
3
4s
2
23
V= [Ar] 3d
3
4s
2
3s 4s
Hibridisasi ion
23
V
dengan ligan kuat (CN
-
) membentuk senyawa kompleks
[V(CN)
6
]
23
V= [Ar] 4s
0
3d
5
3d 4s
23
V
tereksitasi= 1s
2
2s
2
2p
6
3s
2
3p
6
3d
5
4s
0
4p
0
23
V dalam
[V(CN)
6
]
=
CN CN CN CN CN CN
3d
2
4s
4p
Hibridisasi d
2
sp
3
(kompleks oktahedral) atau ion kompleks spin rendah / inner
orbital komplex karena orbital d yang dipakai dalam hibridisasi energinya lebih
rendah dari orbital s dan p
Karena orbital d yang digunakan dalam hibridisasi ini berasal dari orbital d yang
berada disebelah dalam orbital s dan p, maka kompleks dengan orbital hibrida
semacam ini disebut sebagai kompleks orbital dalam (inner orbital complex)
DENGAN ATOM PUSAT V DAN LIGAN LEMAH
[V(H
2
O)
6
]
2+
:
Atom V bermuatan 2+ dengan konfigurasi ektron [Ar] 3d
3
4s
2
Oleh karena itu atom V dapat mengikat enam molekul H
2
O
Atau Atom V
harus menyediakan enam buah orbital kosong. Proses hibridisasinya adalah
sebagai berikut :
23
V = 1s
2
2s
2
2p
6
3s
2
3p
6
3d
3
4s
2
23
V= [Ar] 3d
3
4s
2
3s 4s
Hibridisasi ion
23
V
+2
dengan ligan kuat (H
2
O) membentuk senyawa kompleks
[V(H
2
O)
6
]
2+
23
V
+2
= [Ar] 4s
0
3d
3
3d 4s
23
V
+2
tereksitasi= 1s
2
2s
2
2p
6
3s
2
3p
6
3d
3
4s
0
4p
0
23
V
+2
dalam
[V(H
2
O)
6
]
2+
=
H
2
O H
2
O H
2
O H
2
O H
2
O H
2
O
3d
2
4s
4p
Hibridisasi d
2
sp
3
(kompleks oktahedral) atau ion kompleks spin rendah / inner
orbital komplex karena orbital d yang dipakai dalam hibridisasi energinya lebih
rendah dari orbital s dan p
Karena orbital d yang digunakan dalam hibridisasi ini berasal dari orbital d yang
berada disebelah dalam orbital s dan p, maka kompleks dengan orbital hibrida
semacam ini disebut sebagai kompleks orbital dalam (inner orbital complex)
2. KROMIUM
Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang
Cr dan nomor atom 24. Kromium trivalen (Cr(III), atau Cr
3+
) diperlukan dalam
jumlah kecil dalam metabolismegula pada manusia. Kekurangan kromium
trivalen dapat menyebabkan penyakit yang disebut penyakit kekurangan kromium
(CHROMIUM DEFICIENCY). Kromium merupakan logam tahan korosi (tahan
karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat.
DENGAN ATOM PUSAT Cr DAN LIGAN KUAT
1. ([Cr(NH3)
6
]
+
)
Atom Cr dengan konfigurasi ektron [Ar] 3d
4
4s
2
Oleh karena itu atom Cr dapat mengikat enam molekul en
Atau Atom Cr
harus menyediakan enam buah orbital kosong. Proses hibridisasinya adalah
sebagai berikut :
24
Cr = 1s
2
2s
2
2p
6
3s
2
3p
6
3d
4
4s
2
24
Cr = [Ar] 3d
4
4s
2
3s 4s
Hibridisasi ion
24
Cr
+
dengan ligan kuat (NH
3
) membentuk senyawa kompleks
([Cr(NH3)
6
]
+
)
24
Cr
+1
= [Ar] 4s
0
3d
5
3d 4s
24
Cr
+1
tereksitasi= 1s
2
2s
2
2p
6
3s
2
3p
6
3d
5
4s
0
4p
0
24
Cr
+1
dalam ([Cr(NH3)
6
]
+
)
=
NH
3
NH
3
NH
3
NH
3
NH
3
NH
3
3d
5
4s
4p
Hibridisasi d
2
sp
3
(kompleks oktahedral) atau ion kompleks spin rendah / inner
orbital komplex karena orbital d yang dipakai dalam hibridisasi energinya lebih
rendah dari orbital s dan p
DENGAN ATOM PUSAT Cr DAN LIGAN LEMAH
1. ([Cr(H
2
O)
6
]
3+)
Atom Cr dengan konfigurasi ektron [Ar] 3d
4
4s
2
Oleh karena itu atom Cr dapat mengikat enam molekul en
Atau Atom Cr
harus menyediakan tiga buah orbital kosong. Proses hibridisasinya adalah sebagai
berikut :
24
Cr = 1s
2
2s
2
2p
6
3s
2
3p
6
3d
4
4s
2
24
Cr = [Ar] 3d
4
4s
2
3s 4s
Hibridisasi ion
24
Cr
3+
dengan ligan kuat (H
2
O) membentuk senyawa
kompleks
([Cr(H
2
O)
6
]
3+)
24
Cr
+3
= [Ar] 4s
0
3d
3
3d 4s
24
Cr
+3
tereksitasi= 1s
2
2s
2
2p
6
3s
2
3p
6
3d
3
4s
0
4p
0
24
Cr
+3
dalam ([Cr(H
2
O)
6
]
3+
)
=
H
2
O H
2
O H
2
O H
2
O H
2
O H
2
O
3d
2
4s
4p
3
Hibridisasi d
2
sp
3
(kompleks oktahedral) atau ion kompleks spin rendah / inner
orbital komplex karena orbital d yang dipakai dalam hibridisasi energinya lebih
rendah dari orbital s dan p
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Senyawa koordinasi adalah senyawa yang mengandung satu atau lebih ion kompleks
dengan sejumlah kecil molekul atau ion di seputar atom atau ion logam pusat,
biasanya dari logam golongna transisi.
b. Vanadium adalah logam berwarna putih kelabu yang lembut dan mulur. Ia
mempunyai daya tahan kakisan yang baik terhadap al-kali, asid sulfurik dan asid
hiroklorik. Ia bersedia untuk teroksida pada kira-kira 933 K. vanadium mempunyai
kekuatan struktur yang baik dan keratin rentas belahan neutron yang rendah,
menyebabkannya berguna dalam aplikasi nuclear. Walupun ia sejenis logam,
vanadium bersama dengan kromium dan mangan mempunyai cirri-ciri oksida valensi
yang bersifat asid.
c. Kromium logam masif, berwarna putih perak, dan jika murni dengan titik leleh kira-
kira 1900
o
C dan titik didih kira-kira 2690
o
C. Logam ini sangat tahan terhadap korosi,
karena reaksi dengan udara menghasilkan lapisan Cr
2
O
3
yang bersifat nonpori
sehingga mampu melindungi logam yang terlapisi dari reaksi lebih lanjut. Dengan
sifat logam yang tahan korosi, manfaat utama kromium yaitu sebagai pelapis logam
atau baja.
DAFTAR PUSTAKA
http://wanibesak.wordpress.com/2010/11/14/senyawa-kompleks-dan-tatanama-senyawa
kompleks/
http://www.ilmukimia.org/2013/04/tata-nama-senyawa-kompleks.html
http://imamrezpector79.wordpress.com/2012/07/25/makalah-unsur-unsur-transisi-periode-
keempat/
Maulana Irfan. 2008. Pembentukan Senyawa Kompleks dari Logam Gadolinium Dengan
Ligan Asam Dietilenrriaminpentaasetat (DTPA). Jurnal Universitas Padjajaran, Bandung.
Mudasir. 2009. Memahami Interaksi Senyawa Kompleks Dengan DNA: Langkah maju
Mencari Senyawa Kandidat Antikanker. Jurnal Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.