JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG 2014 I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi merupakan salah satu kebutuhan penting bagi manusia, rasanya tanpa adanya energi akan sangat sulit sekali bagi manusia untuk hidup, dalam kehidupan keseharian semuanya kita lakukan menggunakan energi, sebagian besar kebutuhan energi yang sekarang masih didominasi dari minyak bumi atau bahan bakar fosil. Kondisi minyak bumi pada saat ini persediaan semakin menipis dan dengan diiringi harga semakin meningkat, dengan adanya keadaan yang demikian, kita segera memulai mengembangkan energi alternatif selain minyak bumi dan gas bumi yang tidak akan bertahan lama karena persediaannya yang terbatas di alam. Sumber energi alternatif adalah sumber energi yang bukan merupakan sumber energi konvensional ( yaitu bahan bakar fosil seperti batubara, minyak dan gas alam).
Pendefinisian energi terbarukan atau yang lebih dikenal dengan energi alternatif pada beberapa kamus, misalnya kamus Oxford menempatkan sumber energi alternatif berkorelasi dengan lingkungan dan menyatakan bahwa istilah sumber energi alternatif mengacu pada sumber energi yang tidak merugikan lingkungan. Banyak sumber energi yang dapat digunakan sebagai bahan bakar fosil dan sifatnya terbarukan diantaranya adalah tenaga air, energi panas bumi, energi matahari, bioefuel, tenaga angin. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber sumber daya yang ada dan pengolahan limbah (contohnya tumbuhan getah jarak yang jarang dimanfaatkan) selain ramah lingkungan, namun juga dapat menjadi pengganti penggunaan energi yang berasal dari fosil.
Beberapa tahun belakangan ini terjadi kelangkaan bahan bakar minyak, yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia yang signifikan, yang mendorong pemerintah untuk mengajak masyarakat mengatasi masalah energi bersama-sama. Penghematan telah kita gerakkan sejak dahulu, karena pasokan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi adalah sumber energi fosil yang tidak dapat diperbarui (unrenweable) jika memang dapat didapatkan kembali butuh jutaan tahun, sedangkan kebutuhan masyarakat semakin meningkat, yang diimbangi dengan harga yang semakin meningkat sehingga tidak ada stabilitas keseimbangan permintaan dan penawaran. Salah satu jalan untuk menghemat bahan bakar minyak (BBM) adalah mencari sumber energi alternatif yang dapat diperbarui (renweable).
Pada dasarnya sumber energi alternatif tersedia di alam secara melimpah dan dapat dijumpai secara berkelanjutan. Misalnya, energi matahari, energi angin, energi air, energi panas bumi atau yang biasa disebut geothermal dan energi yang berasal dari limbah. Saat ini energi yang berasal dari air memang paling banyak dimanfaatkan dalam bentuk pembangkit listrik tenga air (PLTA), namun bagi sumber energi lainnya belum terlihat peningkatan pemanfaatan secara signifikan. Energi terbarukan lain yang dapat dihasilkan dengan teknologi tepat guna yang relatif lebih sederhana adalah energi biogas, energi bioetanol dan solar.
II.TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan suatu kenyataan bahwa kebutuhan akan energi, khususnya energi listrik di Indonesia, makin berkembang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari seiring dengan pesatnya peningkatan pembangunan dibidang teknologi, industri dan informasi. Namun, pelaksanaan penyediaan energi listrik yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero), selaku lembaga resmi yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mengelola masalah kelistrikan di Indonesia, sampai saat ini masinh belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan energi listrik secara keseluruhan. Kondisi geografis negara Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau dan kepulauan menyebabkan tidak meratanya penyebaran pusat-pusat beban listrik, rendahnya tingkat permintaan listrik dibeberapa wilayah, tingginya biaya marginal pembangunan sistem suplai energi listrik, serta terbatasnya kemampuan finansial, merupakan faktor-faktor penghambat penyediaan energi listrik dalam skala nasional (Ramani, 1992).
Selain itu makin berkurangnya ketersediaan sumber daya energi fosil khususnya minyak bumi yang sampai saat ini masih merupakan tulang punggung dan komponen utama penghasil energi listrik di Indonesia, serta makin meningkatnya kesadaran akan usaha untuk melestarikan lingkungan, menyebabkan kita harus berpikir untuk mencari alternatif penyediaan energi listrik yang memiliki karakter sebagai berikut : Dapat mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian energi fosil, khususnya minyak bumi. Dapat menyediakan energi listrik dalam skala lokal regional. Mampu memanfaatkan potensi sumber daya energi setempat. Cinta lingkungan, dalam artian proses produksi dan pembuangan hasil produksinya tidak merusak lingkungan hidup disekitarnya. Sistem penyediaan energi listrik yang dapat memenuhi kriteria diatas adalah sistem konversi energi yang memanfaatkan sumber daya energi terbarukan seperti, matahari, angin, air, biomas, dan lain sebagainya. Tak bisa dipungkiri bahwa kecendrungan untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi sumber-sumber daya energi terbarukan dewasa ini telah meningkat dengan pesat khususnya di negara-negara sudah maju yang menguasai rekayasa dan teknologinya serta mempunyai dukungan finansial yang kuat. Oleh sebab itu merupakan hal yang menarik untuk disimak lebih lanjut bagaimana peluang dan kendala pemanfaatan sumber-sumber daya energi terbarukan ini di negara- negara sedang berkembang khususnya di Indonesia. Dengan memperhatikan pertumbuhan ekonomi dalam sepuluh tahun terakhir, skenario ekspor-impor dan pertumbuhan penduduk, pada tahun1990 diramalkan bahwa tingkat pertumbuhan kebutuhan energi listrik nasionaldapat mencapai 8,2 persen rata-rata pertahun.
Kebutuhan energi listrik tersebut diharapkan dapat dipenuhi oleh pusat-pusat pembangkit tenaga listrik baik yang dibangun oleh pemerintah maupun non-pemerintah. Sebagai ilustrasi pada tahun 1990 kebutuhan energi listrik sebesar 51.919 GWh telah dipenuhi oleh seluruh pusat pembangkit listrik yang ada dengan kapasitas daya terpasang sekitar 22.000 MW. Sehingga pada tahun 2010 dari kebutuhan energi listrik, yang diramalkan mencapai 258.747 GWh per tahun, diharapkan dapat dipenuhi oleh sistem suplai energi listrik dengan kapasitas total sebesar 68.760 MW. Penggunaan minyak bumi termasuk solar/minyak disel, sebagai bahan bakar produksi energi listrik akan sangat berkurang, sebaliknya pemanfaatan sumber-sumber daya energi baru dan terbarukan, seperti air, matahari, angin dan biomas, mengalami peningkatan yang cukup tajam. Kecendrungan ini tentu akan terus bertahan seiring dengan makin berkurangnya cadangan minyak bumi serta batubara yang pada saat ini masih merupakan primadona bahan bakar bagi pembangkit listrik di Indonesia. Akan tetapi sejak tahun 1992 kebutuhan energi listrik nasional meningkat mencapai 18 persen rata-rata per tahun, atau sekitar dua kali lebih tinggi dari skenario yang dibuat pada tahun 1990. Hal ini disebabkan oleh tingginya pertumbuhan ekonomi nasional yang kaitannya dengan pertumbuhan industri dan jasa konstruksi. Jika keadaan ini terus bertahan berarti diperlukan pula pengadaan sistem pembangkit tenaga listrik tambahan guna mengantisipai peningkatan kebutuhan tersebut. Dilema yang timbul adalah bahwa disatu sisi, pusat-pusat pembangkit energi listrik yang besar tentu akan diorientasikan untuk mencukupi kebutuhan beban besar seperti, industri dan komersial. Disisi lain perlu juga dipikirkan agar beban kecil, seperti perumahan dan wilayah terpencil dapat dipenuhi kebutuhan energi listriknya. Salah satu alternatif yang dapat adalah dengan membangun pusat-pusat pembangkit kecil sampai sedang, yang memanfaatkan potensi sumber daya energi setempat, khususnya sumber energi baru dan terbarukan (Djojonegoro, 1992).
Setelah terjadinya krisis energi yang mencapai puncak pada dekade 1970, dunia menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak bumi, sebagai salah satu tulang punggung produksi energi terus berkurang. Bahkan beberapa ahli berpendapat bahwa dengan pola konsumsi seperti sekarang, maka dalam waktu 50 tahun cadangan minyak bumi dunia akan habis. Keadaan ini bisa diamati dengan kecenderungan meningkatnya harga minyak di pasar dalam negeri, serta ketidak stabilan harga tersebut di pasar internasional karena beberapa negara maju sebagai konsumen minyak terbesar mulai melepaskan diri dari ketergantungannya kepada minyak bumi sekaligus brusaha mengendalikan harga agar tidak meningkat. Sebagi contoh pada tahun 1970 negara Jerman mengosumsi minyak bumi sekitar 75 persen dari total konsumsi energinya, namun pada tahun 1990 konsumsi tersebut menurun hingga tinggal 50 persen (Pinske, 1993).
Jika dikaitkan dengan penggunaan minyak bumi sebagai bahan bakar sistem pembangkit listrik maka kecenderungan tersebut berarti akan meningkatkan pula biaya operasional pembangkitan yang berpengaruh langsung terhadap biaya satuan produksi energi listriknya. Dilain pihak biaya satuan produksi energi listrik dari sistem pembangkit listrik yang memanfaatkan sumber daya energi terbarukan menunjukkan tendensi menurun, sehingga banyak ilmuwan percaya bahwa pada suatu saat biaaya satuan produksi tersebut akan lebih rendah dari biaya satuan produksi dengan minyak bumi atau energi fosil lainnya. Pmanfaatan sumber daya energi terbaruakn sebagai bahan baku produksi energi listrik mempunyai kelebihan anatra lain : 1. Relatif mudah didapat. 2. Dapat diperoleh dengan gratis, biaya operasional sangat rendah. 3. Tidak mengenal masalah limbah. 4. Proses produksinya tidak menyebabkan kenaikan temperatur bumi. 5. Tidak terpengaruh kenaikan harga bahn bakar (Jarass, 1980).
Akan tetapi bukan berarti pengembangan pemanfaatan sumber daya energi terbarukan ini terbebas dari segala kendala. Khususnya di Indonesia ada beberapa kendala yang menghambat pengembangan energi terbarukan bagi produksi energi listrik seperti : 1. Rekayasa dan teknologi pembuatan sebagian besar komponen utamanya belum dapat dilaksanakan di Indonesia, jadi masih harus mengimpor dari luar negeri. 2. Biaya investasi pembangunan yang tinggi menimbulkan masalah finansial pada penyediaan modal awal. 3. Belum tersedianya data potensi sumber daya yang lengkap, karena masih terbatasnya studi dan penelitian yang dilakukan. 4. Secara ekonomis belum dapat bersaing dengan pemakaian energi fosil. 5. Kontinuitas penyediaan energi listrik rendah, karena sumber daya energinya sangat bergantung pada kondisi alam yang perubahannya tidak menentu. Potensi sumber daya energi terbarukan, seperti; matahari, angindan air, ini secara prinsip memang dapat diperbarui, karena selalu tersedia di alam.Namun, pada kenyataannya potensi yang dapat dimanfaatkan adalah terbatas.Tidak di setiap daerah dan setiapwaktu; matahari bersinar cerah air jatuh dari ketinggan dan mengailir deras serta angin bertiup dengan kencang Disebabkan oleh keterbatasan keterbatasan tersebut, nilai sumber daya energi sampai saat ini belum dapat begitu menggantikan kedudukan sumber daya energi yang berasal dari fosil sebagai bahan baku produksi energi listrik. Oleh sebab itu, energi terbaruk n ini lebih tepat disebut sebagai energi aditif, yaitu sumber daya energi tambahan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi listrik, serta menghambat atau mengurangi peranan sumber daya energi fosil.
Berdasar atas kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan peran energi terbarukan pada produksi energi listrik khususnya, maka beberapa strategi yang mungkin diterapkan, antara lain: 1. Meningkatkan kegiatan studi dan penelitian yang berkaitan dengan; pelaksanaan identifikasi setiap jenis potensi sumber daya energi terbarukan secara lengkap di setiap wilayah; upaya perumusan spesifikasi dasar dan standar rekayasa sistem konversi energinya yang sesuai dengan kondisi di Indonesia; pembuatan "prototype" yang sesuai dengan spesifikasi dasar dan standar rekayasanya; perbaikan kontinuitas penyediaan energi listrik; pengumpulan pendapat dan tanggapan masyarakat tentang pemanfaatan energi terbarukan tersebut. 2. Menekan biaya investasi dengan menjajaki kemungkinan produksi massal sistem pembangkitannya, dan mengupayakan agar sebagian komponennya dapatdiproduksi di dalam negeri, sehingga tidak semua komponen harus diimport dari luar negeri. Penurunan biaya investasi ini akan berdampak langsung terhadap biaya produksi. 3. Memasyarakatkan pemanfaatan energi terbarukan sekaligus mengadakan analisis dan evaluasi lebih mendalam tentang kelayakan operasi sistem di lapangandengan pembangunan beberapa proyek percontohan . 4. Meningkatkan promosi yang berkaitan dengan pemanfaatan energy dan upaya pelestarian lingkungan. 5. Memberi prioritas pembangunan pada daerah yang meliki potensi sangat tinggi, baik teknis maupun sosio-ekonominya. 6. Memberikan subsidi silang guna meringankan beban financial pada tahap pembangunan. Subsidi yang diberikan, dikembalikan oleh konsumen berupa rekening yang harus dibayarkan pada setiap periode waktu tertentu. Dana yang terkumpuldarirekeningtersebutdigunakanuntukmensubsidipembangunansistempemba ngkitenergilistrik di wilayah lain. Pembangunan system pembangkit energy listrik yang memanfaatkan sumber daya energy terbarukan, terutama air, sudah banyak dilaksanakan di Indonesia.Pemanfaatan energy angin banyak diterapkan di daerah pantai, seperti di Jepara, pulau Lombok, Sulawesi dan Bali.Sementara energy matahari telah dimanfaatkan di beberapa wilayah di JawaTimur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan wilayah timur Indonesia.Sebagian besar dari pembangunan tersebut berupa proyek proyek percontohan (Zuhal, 1995).
Indonesia memiliki berbagai sumber energi alternatif dalam jumlah yang cukup besar seperti gas, batubara, tenaga hidro, panas bumi dan tenaga surya. Di beberapa daerah di Indonesia memang telah ada yang memberdayakan energi alternatif tetapi di dalam penyebarannya menemui banyak kendala. Oleh karena itu, bisa dimaklumi apabila dalam pengembangannya belum sesuai dengan harapan dan terlihat masih berjalan ditempat investasi di bidang pengembangan sumber energi alternatif masih perlu dikembangkan.Pemerintah tidak mungkin berjalan sendiri melakukan investasi pada bidang ini, itulah sebabnya pemerintah mendorong pihak swasta baik dalam maupun luar negeri agar secara aktif melakukan investasi di bidang energi alternatif ini. Pemerintah juga sedang menyusun langkah - langkah pengembangan energi altrenatif berbasis nabatiatau biofuel.Program nasional ini telah dimulai sejak tahun 2005 dengan pengembangan energy berbahan dasar kelapa sawit, jagung, tebu, singkong, dan jarak. Dengan demikian, desa-desa tersebut diharapkan akan mampu memenuhi kebutuhan energinya tanpa harus tergantung kepada solar dan minyak tanah (Kurniawan, 2007).
III.KESIMPULAN
Dari hasi diskusi kami dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemakaian sumber energi bahan bakar terus menerus menyebabkan menipisnya sumber daya bahan bakar minyak atau batubara
2. Untuk mengatasi menipisnya sumber daya alam kita perlu memanfaatkan dan mengembangkan sumber energi alternatif dan terbarukan
3. Energi alternatif yang saat ini sedang dikembangkan oleh manusia diantaranya adalah energi matahari, energi panas bumi, energi angin, energi air, energi laut (energi ombak, energi pasang surut, dan hasil konversi energi panas laut), energi biogas, energi biomassa, energi biodiesel, PLTA, PLTU, PLTS, PLN.
4. Kita dapat mencari dan menemukan sumber energi terbarukan dengan mengadakan riset
DAFTAR PUSTAKA
Bauki, Kurniawan. 2007. Mengapa Hidromikro. PT. GramediaPustaka Utama : Jakarta.
Djojonegoro, W. 1992. Pengembangan dan Penerapan Energi Baru dan Terbarukan Untuk pengembangan Masyarakat Pedesaan .Jakarta : BPPT.
Jarass.1980. Strom aus Wind-Integration einer regenerativen Energie Quelle.Berlin: Springer-Verlag.
Ramani, K.V. 1992. Rural Electn Ecation and Rural Development. Bangkok: Asia & Pasific of guide books. Zuhal.1995.Policy & Development Program on Rural ElectrScation for next 10 year. Jakarta : Departemen pertambangan dan energi.