FAKULTAS KEDOKERAN DESEMBER 2013 UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SIROSIS HEPATIS DECOMPENSATA e.c HBV
OLEH Andi Fajar Apriani 110 209 0106
PEMBIMBING dr. Siti Aisyah Ibrahim RESIDEN PEMBACAAN dr. Hendra Yandi Saputra
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2013
2
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa : Nama : Andi Fajar Apriani Stambuk :110 209 0106 Judul refarat : Sirosis Hepatis Decompensata e.c HBV Universitas : Universitas Muslim Indonesia
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.
Makassar, Desember 2013
Pembimbing Co-Ass
dr. Siti Aisyah Ibrahim Andi Fajar Apriani
Pembimbing Baca
dr. Hendra Yandi Saputra 3
DAFTAR ISI Lembar Pengesahan i Daftar Isi ii Bab I Laporan Kasus 1 A. Identitas Pasien.. 1 B. Anamnesis.. 1 C. Pemeriksaan Fisis.. 2 D. Diagnosa Sementara.. 4 E. Penatalaksanaan Awal.. 4 F. Rencana Pemeriksaan... 4 G. Follow Up. 5 H. Pemeriksaan Laboratorium 12 I. Pemeriksaan Radiologi.. 13 J. Prognosis 13 Bab II Pembahasan.. 14 Bab III Refarat 21 A. Pendahuluan... 21 B. Anatomi Hati. 22 C. Fisiologi Hati. 24 D. Definisi.. 26 E. Prevalensi... 27 F. Etiologi... 27 G. Patofisiologi....... 32 H. Klasifikasi.. 36 I. Tanda dan Gejala.. 37 J. Diagnosis.. 39 K. Komplikasi. 41 L. Penatalaksanaan. 45 M. Prognosis 48 Daftar Pustaka 50 4
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. H. Umur : 46 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Kab. Gowa Ruangan : Lontara 1Atas Depan kamar 4 bed 2 RSWS Nomor RM : 633595 Tanggal Masuk RS : 01-12-2013
B. ANAMNESIS Anamnesis : Autoanamnesis Keluhan Utama : Perut Membesar Anamnesis Terpimpin : Keluhan dialami sejak 1 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit, awalnya perut tidak terlalu besar. Namun, lama-kelamaan makin membesar seperti saat ini. Pasien mengeluh nyeri pada seluruh perut yang dialami sejak 1 minggu terakhir disertai rasa kembung. Pasien juga mengeluh cepat merasa kenyang walaupun hanya makan sedikit. Pasien juga mengeluh terjadi penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan yang dialami 1 bulan terakhir. Mata kuning (+) sejak 1 bulan terakhir. Mual (+), muntah (-), nyeri ulu hati (+). Riwayat muntah (+) 1 hari yang lalu. Warna coklat bercampur makanan. Demam (+) sejak 1 minggu terakhir yang sifatnya naik turun dan hilang bila minum obat penurun panas. Menggigil (+), keringat dingin (+), riwayat sering demam (+) dalam 1 bulan terakhir. Pasien juga mengeluh sulit tidur dalam beberapa hari ini. Batuk (-), sesak napas (+) dirasakan sejak perut mulai membesar, sesak bertambah berat di malam hari (-), sesak dipengaruhi aktivitas (+), sesak jika berubah posisi (-), sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca, nyeri dada (-). Buang air kecil lancar dan warna kuning. 5
Buang air besar belum sejak 5 hari yang lalu, riwatar buang air besar warna hitam (-). Riwayat penyakit sebelumnya : Riwayat dirawat di RSI. Faisal 2 minggu yang lalu dengan muntah warna coklat kehitaman selama 3 hari. Riwayat berobat di RS. Gowa 1 minggu yang lalu dengan keluhan yang sama. Riwayat hepatitis (+) waktu kecil. Riwayat transfusi darah tidak pernah Riwayat pemakaian jarum suntik secara bergantian disangkal Riwayat hipertensi tidak pernah Riwayat DM tidak pernah
C. PEMERIKSAAN FISIS Status Present Sakit sedang/ Composmentis / Gizi kurang Tinggi Badan : 160 cm Berat Badan : 45 kg Berat Badan Koreksi : 33,75 kg IMT : 14,30
Tanda vital: Tekanan darah : 110/60 mmHg Nadi : 104 kali/menit (Reguler, kuat angkat) Pernapasan : 28 kali/menit tipe thoracal Suhu : 38,0 C (Axilla)
Leher Pembesaran kelenjar getah bening dan gondok (-) Massa Tumor (-) Nyeri Tekan (-) DVS : R +1cmH2O
Thorax Inspeksi :Simetris kiri = kanan, Spider nevi (+) Palpasi :Nyeri tekan (-), Massa tumor (-), vocal fremitus simetrsi kiri = kanan Perkusi :Sonor simetris kiri = kanan Auskultasi :Bunyi pernapasan: Vesikuler kiri = kanan Bunyi tambahan: Rh -/-,Wh -/- Jantung: Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak Palpasi : Ictus cordis tidak teraba Perkusi : Batas jantung kanan: linea parasternalis dextra Batas jantung kiri: 2 cm linea mid clavicularis sinistra Auskultasi : Bunyi jantung I/II regular, bising (-)
Abdomen Inspeksi : Cembung, ikut gerak nafas, Venektasis (+) Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal Palpasi : Perut distended (+), Massa tumor (-), Nyeri tekan (+) Hepar : teraba 1 cm BAC, tepi tajam, permukaan rata, konsistnsi lunak Lien : teraba schuffner 2 Ginjal : tidak teraba Perkusi : Timpani (+), ascites (+) shifting dullnes
D. DIAGNOSIS SEMENTARA Sirosis Hepatis Dekompensata Ensefalopati Hepatikum Grade 1 Suspek Spontaneus Bakteri Peritonitis
E. PENATALAKSANAAN AWAL: 0 2 2-4 liter/menit Diet Hepar, Diet Rendah Garam IVFD Asering 14 tetes/menit Aminofusin 500 cc / 24 jam Furosemide 40 mg 1-0-0 Hepatosol LOLA 3x1 sachet Lactulosa Syr 3 dd 1 c Cefotaxim 1 gr/12 jam/iv Balance cairan
F. RENCANA PEMERIKSAAN: Analisa Cairan Ascites Darah rutin Urin rutin Protein Total Albumin Globulin Protein total SGOT, SGPT PT, APTT, INR
Ureum, kreatinin GDS Elektrolit Alkalifosfatase, -GT HBsAg Anti HCV Foto thorax PA EKG 8
G. FOLLOW UP Tanggal Perjalanan Penyakit Instruksi Dokter 02/12/2013
T: 110/60 N: 102 P: 26 S: 37,8 o C
BB: 45 kg LP: 95,5 cm S : Perut membesar (+), mual(+), demam (+), nafsu makan menurun (+). Sesak nafas (+). BAB : belum sejak 6 hari BAK : kesan lancar, warna kuning
O : SS/GK/CM Kepala: Anemis (+), Ikterus (+), sianosis () Leher: DVS R+2 cmH2O Thorax: BP : Vesikuler BT :Rh -/-, Wh -/- Jantung: BJ I/II regular, bising(-) Abdomen Venektasis (+), Asites (+) Shiffting dullness, Perut distended (+) Peristaltik (+) kesan normal Hepar teraba 1 cm BAC,permukaan rata,tepi tajam, konsistensi lunak Lien teraba Schufner 2 Ext: Edema dorsum pedis dan pretibial (+/+) Eritema palmaris (+) Flapping Tremor (+) A : Sirosis hepatis dekompensata ec R/ Diet hati, diet rendah garam, diet rendah kalium 0 2 2-4 liter/menit IVFD Asering 14 TPM Aminofusin 1 botol/hari Furosemide 40 mg 1-0-0 Hepatosol LOLA 3x1 sachet Lactulosa Syr 0-0-2 cth Novalgin 1 amp/8 jam/iv Cefotaxim 1 gr/12 jam/iv VIP Albumin 3x3 caps Kalitake 3x1 sachet Klisma yall Pagi & Sore Balance cairan Timbang BB dan LP setiap hari.
9
HBV Ensefalopati hepatikum grade 1 Susp. Spontaneus bakteri peritonitis Anemia normositik normokrom Hipoalbuminemia Hiperkalemia 03/12/2013 T : 110/70 N : 98 P : 24 S : 37,2 o C
BB: 44,5 kg LP: 95 cm S : Perut membesar (+), mual(+), sesak nafas(+). BAB : biasa, kuning BAK : kesan lancar, warna kuning
O : SS/GK/CM Kepala: Anemis (+), Ikterus (+), sianosis () Leher: DVS R+2 cmH2O Thorax: BP : Vesikuler BT :Rh -/-, Wh -/- Jantung: BJ I/II regular, bising(-) Abdomen Venektasis (+), Asites (+) Shiffting dullness, perut distended (+) Peristaltik (+) kesan normal Hepar teraba 1 cm BAC, permukaan rata, tepi tajam, konsistensi lunak Lien teraba Schufner 2 Ext: Edema dorsum pedis dan pretibial (+/+) Eritema palmaris (+) R/ Diet hati, diet rendah garam, diet rendah kalium 0 2 2-4 liter/menit IVFD Asering 14 TPM Aminofusin 1 botol/hari Furosemide 40 mg 1-0-0 Hepatosol LOLA 3x1 sachet Lactulosa Syr 0-0-2 cth Cefotaxim 1 gr/12 jam/iv Koreksi hipoalbumin dgn albumin 20% 100cc 2 botol, 1 btl/hr 14 TPM VIP Albumin 3x3 caps Kalitake 3x1 sachet Klisma yall Pagi & Sore Balance cairan Timbang BB dan LP setiap hari.
Anjuran Konsul Gizi Klinik USG abdomen
10
Flapping Tremor (+) A : Sirosis hepatis dekompensata ec HBV Ensefalopati hepatikum grade 1 Susp. Spontaneus bakteri peritonitis Anemia normositik normonkrom Hipoalbuminemia Hiperkalemia 04/12/2013 T : 110/70 N : 88x P : 26 x S : 37,2 o C
BB: 45 kg LP: 94 cm S : Perut membesar (+) Sesak (+) BAB : biasa, kuning BAK : kesan lancar, warna kuning
O : SS/GK/CM Kepala: Anemis (+), Ikterus (+), sianosis () Leher: DVS R+2 cmH2O Thorax: BP : Vesikuler BT :Rh -/-, Wh -/- Jantung: BJ I/II regular, bising(-) Abdomen Venektasis (+), Asites (+), Shifting dullness, perut distended (+) Peristaltik (+) kesan normal Hepar teraba 1 cm BAC, permukaan rata, tepi tajam,konsistensi lunak Lien teraba Schufner 2 R/ Diet hati, diet rendah garam, diet rendah kalium 0 2 2-4 liter/menit IVFD Asering 14 TPM Aminofusin 1 botol/hari Furosemide 40 mg 1-0-0 Hepatosol LOLA 3x1 sachet Lactulosa Syr 0-0-2 cth Cefotaxim 1 gr/12 jam/iv Koreksi hipoalbumin dgn albumin 20% 100cc 2 botol, 1 btl/hr 14 TPM VIP Albumin 3x3 caps Kalitake 3x1 sachet Klisma yall Pagi & Sore Balance cairan Timbang BB dan LP setiap hari.
Anjuran USG abdomen
11
Ext: Edema dorsum pedis dan pretibial (+/+) Eritema palmaris (+) Flapping Tremor (+) A : Sirosis hepatis dekompensata ec HBV Ensefalopati hepatikum grade 1 Susp. Spontaneus bakteri peritonitis Anemia normositik normonkrom Hipoalbuminemia Hiperkalemia 05/12/2013 T : 110/70 N : 88 x/m P : 26 x/m S : 36,5 o C
BB: 44 kg LP: 93 cm S : Perut membesar (+) Sesak (+) BAB : biasa, kuning BAK : kesan lancar, warna kuning
O : SS/GK/CM Kepala: Anemis (+), Ikterus (+), sianosis () Leher: DVS R+2 cmH2O Thorax: BP : Vesikuler BT :Rh -/-, Wh -/- Jantung: BJ I/II regular, bising(-) Abdomen Venektasis (+), Asites (+), Shifting dullness, perut distended (+) Peristaltik (+) kesan normal Hepar teraba 1 cm BAC, permukaan R/ Diet hati, diet rendah garam, diet rendah kalium 0 2 2-4 liter/menit IVFD Asering 14 TPM Aminofusin 1 botol/hari Furosemide 40 mg 1-0-0 Hepatosol LOLA 3x1 sachet Lactulosa Syr 0-0-2 cth Cefotaxim 1 gr/12 jam/iv Koreksi hipoalbumin dgn albumin 20% 100cc 2 botol, 1 btl/hr 14 TPM VIP Albumin 3x3 caps Kalitake 3x1 sachet Klisma yall Pagi & Sore Balance cairan Timbang BB dan LP setiap hari. 12
rata, tepi tajam, konsistensi lunak Lien teraba Schufner 2 Ext: Edema dorsum pedis dan pretibial (+/+) Eritema palmaris (+) Flapping Tremor (+) A : Sirosis hepatis dekompensata ec HBV Ensefalopati hepatikum grade 1 Susp. Spontaneus bakteri peritonitis Anemia normositik normonkrom Hipoalbuminemia Hiperkalemia 06/12/2013 T : 100/70 N : 88 x/m P : 26 x/m S : 36,5 o C
BB: 42,5 kg LP: 92,5 cm S : Muntah disertai bercak darah warna hitam (+) Sesak (+) Perut Membesar (+) BAB : biasa, kuning BAK : kesan lancar, warna kuning
I. PEMERIKSAAN RADIOLOGI Foto Thorax PA (02 Desember 2013) Corakan bronchovasikuler kedua paru normal, tidak ada proses spesifik maupun tanda-tanda metastasis. Cor : bentuk dan ukuran dalam batas normal Kedua sinus dan diafragma baik Tulang-tulang yang tervisualisasi intak Kesan : Tidak tampak kelainan pada foto ini.
J. PROGNOSIS Ad Functionam : Dubia et Malam Ad Sanationam : Dubia et Malam Ad Vitam : Dubia et Malam CK 26 - L(<190); P(<167) U/l CK-MB 15 - <25 U/L Waktu Bekuan 8.00 - 4-10 menit Waktu Perdarahan 2,30 - 1-7 menit PT INR 14,1 control 10,1 1.1 - 10-14 detik ---- APTT 25,9 control 24,5 - 22.0-30.0 detik GDS 79 - 140 mg/dl Trop T <0,02 - <0,05 Natrium 139 mmol/l 137 136-145 Kalium 5,6 mmol/l 4.9 3.5-5.1 Klorida 106 mmol/l 105 97-111 HbsAG (ICT) Reactive NonReactive Anti HCV NonReactive Non Reactive 17
BAB II PEMBAHASAN
RESUME Seorang perempuan, 46 tahun, datang dengan keluhan perut membesar Keluhan dialami sejak 1 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit, awalnya perut tidak terlalu besar. Namun, lama-kelamaan makin membesar seperti saat ini. Pasien mengeluh nyeri pada seluruh perut yang dialami sejak 1 minggu terakhir disertai rasa kembung. Pasien juga mengeluh cepat merasa kenyang walaupun hanya makan sedikit. Pasien juga mengeluh terjadi penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan yang dialami 1 bulan terakhir. Mata kuning (+) sejak 1 bulan terakhir. Mual (+), muntah (-), nyeri ulu hati (+). Riwayat muntah (+) 1 hari yang lalu. Warna coklat bercampur makanan. Demam (+) sejak 1 minggu terakhir yang sifatnya naik turun dan hilang bila minum obat penurun panas. Menggigil (+), keringat dingin (+), riwayat sering demam (+) dalam 1 bulan terakhir. Pasien juga mengeluh sulit tidur dalam beberapa hari ini. Batuk (-), sesak napas (+) dirasakan sejak perut mulai membesar, sesak bertambah berat di malam hari (-), sesak dipengaruhi aktivitas (+), sesak jika berubah posisi (-), sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca, nyeri dada (-). Buang air kecil lancar dan warna kuning. Buang air besar belum sejak 5 hari yang lalu, riwatar buang air besar warna hitam (-). Riwayat penyakit sebelumnya : Riwayat dirawat di RSI. Faisal 2 minggu yang lalu dengan muntah warna coklat kehitaman selama 3 hari. Riwayat berobat di RS. Gowa 1 minggu yang lalu dengan keluhan yang sama. Riwayat hepatitis (+) waktu kecil. Riwayat transfusi darah tidak pernah 18
Riwayat pemakaian jarum suntik secara bergantian disangkal Riwayat hipertensi tidak pernah Riwayat DM tidak pernah
PADA PEMERIKSAAN FISIS DIDAPATKAN Status Present Sakit sedang/ Composmentis / Gizi kurang Tinggi Badan : 160 cm Berat Badan : 45 kg Berat Badan Koreksi : 33,75 kg IMT : 14,30 Tanda vital: Tekanan darah : 110/60 mmHg Nadi : 88 kali/menit (Reguler, kuat angkat) Pernapasan : 28 kali/menit tipe thoracal Suhu : 38,0 C (Axilla)
Kepala Anemis (+), Ikterus (+) Thorax Inspeksi : simetris, Spider nevi (+) Perkusi : Sonor kiri = kanan Auskultasi : Bunyi pernafasan menurun pada kedua lapangan paru
Abdomen Inspeksi : Cembung, ikut gerak nafas, Venektatis (+) Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal Palpasi : Massa tumor (-), Nyeri tekan (-), Hepar teraba 1 cm BAC permukaan rata, tepi tajam, konsistensi lunak dan Lien teraba Schufner 2 Perkusi : Timpani (+), Ascites (+) Shifting dullnes 19
Pemeriksaan Radiologi Foto thorax PA : Corakan bronchovasikuler kedua paru normal, tidak ada proses spesifik maupun tanda-tanda metastasis. Cor : bentuk dan ukuran dalam batas normal Kedua sinus dan diafragma baik Tulang-tulang yang tervisualisasi intak Kesan : Tidak tampak kelainan pada foto ini.
Sirosis Hati Volume efektif darah menurun Tekanan Intrakapiler dan koefisiensi filtrasi meningkat Pembentukan cairan limfe lebih besar daripada aliran balik
Aktifasi ADH, Sistem Simpatis , RAAS DISKUSI Pasien masuk dengan keluhan perut membesar yang dialami sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. awalnya perut tidak terlalu besar. Namun, lama- kelamaan makin membesar seperti saat ini. Pasien mengeluh nyeri pada seluruh perut yang dialami sejak 1 minggu terakhir disertai rasa kembung. Pasien juga mengeluh cepat merasa kenyang walaupun hanya makan sedikit. Pasien juga mengeluh terjadi penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan yang dialami 1 bulan terakhir. Mata kuning (+) sejak 1 bulan terakhir. Mual (+), muntah (-), nyeri ulu hati (+). Riwayat muntah (+) 1 hari yang lalu. Warna coklat bercampur makanan dan dari hasil pemeriksaan fisis ditemukan Perut membesar, pada saat inspeksi didapatkan perut cembung, perkusi didapatkan pekak meningkat pada daerah samping, tes shifting dullnes yang positif sesuai dengan gambaran Ascites. Ascites adalah penimbunan cairan yang abnormal di dalam peritoneum, ascites dapat disebabkan oleh banyak penyakit, tetapi pada dasarnya penimbunan cairan di rongga peritoneum dapat terjadi oleh 2 mekanisme yaitu, transudasi dan eksudasi. Misalnya ascites pada penyakit sirosis hepatis dan hipertensi porta merupakan salah satu contoh penimbunan cairan yang terjadi melalui mekanisme transudasi.
Hipertensi Porta Terbentuk ASCITES Retensi Air dan Garam 22
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis ditemukan gejala-gejala yang mengarah ke sirosis hepar antara lain: spider nevi, venektasis (vena kolateral pada dinding perut), Ascites, Spleenomegali, Varices Esofagus dan Eritema palmaris. Selain itu dari hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan bahwa pasien juga mengalami hipoalbuminemia (kadar albumin 1,7 g/dl) dan rasio albumin dan globulin yang terbalik (globulin 3,8 g/dl), anemia ringan (8,5 gr/dl), gangguan fungsi hati (SGOT:33 U/L dan SGPT : 98 U/L) APTT memanjang : 14.1 control 10.0 menit, dan HBsAg: Reactive. Dari hasil-hasil tersebut dapat ditegakkan diagnosa pasien yakni sirosis hepatis dekompensata (SHD) dikarenakan gejala klinis sudah jelas terlihat, berbeda dengan sirosis hepatis kompensata dengan gejala klinis yang belum nyata. Kriteria diagnosis sirosis hepatis sendiri dapat ditegakkan berdasarkan kriteria Soebandiri yang dimana harus didapatkan 5 dari 7 gejala klinis, sedangkan pada pasien telah ditemukan ke 7 gelaja tersebut, yakni : 1. Spider Nevi 2. Venektasis 3. Ascites 4. Spleenomegali 5. Varices Esofagus 6. Ratio albumin dan globulin terbalik 7. Eritema palmaris
Terapi pada pasien ini diberikan dengan tujuan mengurangi progresi penyakit, menghindarkan bahan-bahan yang bisa menambah kerusakan hati, pencegahan dan penanganan komplikasi serta dukungan nutrisi. Terapi umum berupa, Istirahat (Tirah Baring), diet hepar, koreksi albumin, untuk penanganan SHD dengan ascites pasien diterapi dengan: 1. Diit rendah garam dan air. Jumlah diit garam yang dianjurkan biasanya sekitar 2 gram per hari dan cairan sekitar 1 liter sehari. 2. Pemberian diuretik Spironolakton dikombinasi dengan furosemide. Kombinasi diuretik spironolakton dan furosemide dapat menurunkan dan menghilangkan edema dan asites pada sebagian besar pasien. Pada pasien juga 23
mengalami Ensefalopati Hepatik sehingga diterapi dengan laktulosa oral dan metronidazol. Laktulosa membantu pasien untuk mengeluarkan amonia sedangkan metronidazol bisa digunakan untuk mengurangi bakteri usus penghasil amonia.
24
BAB III REFERAT
A. PENDAHULUAN Penyakit sirosis hepatis merupakan penyebab kematian terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker (Lesmana, 2004).Diseluruh dunia sirosis hepatis menempati urutan ketujuh penyebab kematian.Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini.Sirosis hepatis merupakan penyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang perawatan dalam.Gejala klinis dari sirosis hepatis sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala sampai dengan gejala yang sangat jelas. Apabila diperhatikan, laporan di negara maju, maka kasus sirosis hepatis yang datang berobat kedokter hanya kira-kira 30% dari seluruh populasi penyakit ini dan lebih dari 30% lainnya ditemukan secara kebetulan ketika berobat , sisanya ditemukan saat otopsi (Sutadi, 2003)
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), pada tahun 2000 sekitar 170 juta umat manusia terinfeksi sirosis hepatis.Angka ini meliputi sekitar 3% dari seluruh populasi manusia di dunia dan setiap tahunnya infeksi baru sirosis hepatis bertambah 3-4 juta orang.Angka prevalensi penyakit sirosis hepatis di Indonesia, secara pasti belum diketahui.Prevalensi penyakit sirosis hepatis pada tahun 2003 di Indonesia berkisar antara 1-2,4%.Dari rata-rata prevalensi (1,7%), diperkirakan lebih dari 7 juta penduduk Indonesia mengidap sirosis hepatis (Anonim, 2008).
Menurut Ali (2004), angka kasus penyakit hati menahun di Indonesia sangat tinggi. Jika tidak segera diobati, penyakit itu dapat berkembang menjadi sirosis atau kanker hati, sekitar 20 juta penduduk Indonesia terserang penyakit hati menahun. Angka ini merupakan perhitungan dari prevalensi penderita dengan infeksi hepatitis B di Indonesia yang berkisar 5-10 persen dan hepatitis C sekitar 2-3 persen. Dalam perjalanan penyakitnya, 20-40 persen dari jumlah penderita penyakit hati menahun itu akan menjadi sirosis hati dalam waktu sekitar 15 tahun, tergantung sudah berapa lama seseorang menderita hepatitis menahun itu. 25
Sirosis hepatis merupakan penyakit yang sering dijumpai di seluruh dunia termasuk di Indonesia, kasus ini lebih banyak ditemukan pada kaum laki-laki dibandingkan kaum wanita dengan perbandingan 2-4 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak antara golongan umur 30-59 tahun dengan puncaknya sekitar 40-49 tahun (Hadi, 2008).
B. ANATOMI HATI Hepar (hati) merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh manusia.Hepar pada manusia terletak pada bagian atas cavum abdominis, di bawah diafragma, di kedua sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan.Beratnya 1200 1600 gram.Permukaan atas terletak bersentuhan di bawah diafragma, permukaan bawah terletak bersentuhan di atas organ-organ abdomen.Hepar difiksasi secara erat oleh tekanan intraabdominal dan dibungkus oleh peritoneum kecuali di daerah posterior-superior yang berdekatan dengan v.cava inferior dan mengadakan kontak langsung dengan diafragma.Bagian yang tidak diliputi oleh peritoneum disebut bare area.Terdapat refleksi peritoneum dari dinding abdomen anterior, diafragma dan organ-organ abdomen ke hepar berupa ligamen.
Macam-macam ligamen: 1. Ligamentum falciformis : Menghubungkan hepar ke dinding anterior abdomen dan terletak di antara umbilicus dan diafragma. 2. Ligamentum teres hepatis = round ligament : Merupakan bagian bawah lig. falciformis ; merupakan sisa-sisa peninggalan v.umbilicalis yg telah menetap. 3. Ligamentum gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenalis : Merupakan bagian dari omentum minus yg terbentang dari curvatura minor lambung dan duodenum sebelah proximal ke hepar. Di dalam ligamentum ini terdapat Aa.hepatica, v.porta dan duct.choledocus communis. Ligamen hepatoduodenale turut membentuk tepi anterior dari Foramen Wislow. 4. Ligamentum Coronaria Anterior kirikanan dan Lig coronaria posterior kiri- kanan: Merupakan refleksi peritoneum terbentang dari diafragma ke hepar. 5. Ligamentum triangularis ki-ka : Merupakan fusi dari ligamentum coronaria 26
anterior dan posterior dan tepi lateral kiri kanan dari hepar. Secara anatomis, organ hepar tereletak di hipochondrium kanan dan epigastrium, dan melebar ke hipokondrium kiri.Hepar dikelilingi oleh cavum toraks dan bahkan pada orang normal tidak dapat dipalpasi (bila teraba berarti ada pembesaran hepar).Permukaan lobus kanan dapat mencapai sela iga 4/ 5 tepat di bawah aerola mammae.Lig falciformis membagi hepar secara topografis bukan scr anatomis yaitu lobus kanan yang besar dan lobus kiri.
Secara Mikroskopis Hepar dibungkus oleh simpai yg tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan elastis yg disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenchym hepar mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari hepar seperti spons yg terdiri dari sel-sel yg disusun di dalam lempengan- lempengan/ plate dimana akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh kapiler yang disebut sinusoid. Sinusoid-sinusoid tersebut berbeda dengan kapiler-kapiler di bagian tubuh yang lain, oleh karena lapisan endotel yang meliputinya terediri dari sel-sel fagosit yg disebut sel Kupfer. Sel Kupfer lebih permeabel yang artinya mudah dilalui oleh sel-sel makro dibandingkan kapiler-kapiler yang lain. Lempengan sel-sel hepar tersebut tebalnya 1 sel dan punya hubungan erat dengan sinusoid. Pada pemantauan selanjutnya nampak parenkim tersusun dalam lobuli-lobuli, ditengah-tengah lobuli terdapat 1 vena sentralis yg merupakan cabang dari vena-vena hepatika (vena yang menyalurkan darah keluar dari hepar).Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis/ TRIAD yaitu traktus portalis yang mengandung cabang-cabang v.porta, A.hepatika, ductus biliaris. Cabang dari vena porta dan A.hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak percabangan Sistem bilier dimulai dari canaliculi biliaris yang halus yg terletak di antara sel-sel hepar dan bahkan turut membentuk dinding sel. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam intralobularis, dibawa ke dalam empedu yang lebih besar, air keluar dari saluran empedu menuju kandung empedu. 27
C. FISIOLOGI HATI Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber energi tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20 25% oksigen darah. Ada beberapa fungsi hati yaitu : 1. Fungsi hati sebagai metabolisme karbohidrat Pembentukan, perubahan dan pemecahan KH, lemak dan protein saling berkaitan 1 sama lain.Hati mengubah pentosa dan heksosa yang diserap dari usus halus menjadi glikogen, mekanisme ini disebut glikogenesis. Glikogen lalu ditimbun di dalam hati kemudian hati akan memecahkan glikogen menjadi glukosa. Proses pemecahan glikogen menjadi glukosa disebut glikogenelisis.Karena proses-proses 28
ini, hati merupakan sumber utama glukosa dalam tubuh, selanjutnya hati mengubah glukosa melalui heksosa monophosphat shunt dan terbentuklah pentosa. Pembentukan pentosa mempunyai beberapa tujuan: Menghasilkan energi, biosintesis dari nukleotida, nucleic acid dan ATP, dan membentuk/ biosintesis senyawa 3 karbon (3C) yaitu piruvic acid (asam piruvat diperlukan dalam siklus krebs). 2. Fungsi hati sebagai metabolisme lemak Hati tidak hanya membentuk/ mensintesis lemak tapi sekaligus mengadakan katabolisis asam lemak, Asam lemak dipecah menjadi beberapa komponen : 1. Senyawa 4 karbon Keton Bodies 2. Senyawa 2 karbon Active Acetate (dipecah menjadi asam lemak dan gliserol) 3. Pembentukan cholesterol 4. Pembentukan dan pemecahan fosfolipid Hati merupakan pembentukan utama, sintesis, esterifikasi dan ekskresi kholesterol.Dimana serum Cholesterol menjadi standar pemeriksaan metabolisme lipid 3. Fungsi hati sebagai metabolisme protein Hati mensintesis banyak macam protein dari asam amino.dengan proses deaminasi, hati juga mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino. Dengan proses transaminasi, hati memproduksi asam amino dari bahan-bahan non nitrogen. Hati merupakan satu-satunya organ yg membentuk plasma albumin dan - globulin dan organ utama bagi produksi urea.Urea merupakan end product metabolisme protein. - globulin selain dibentuk di dalam hati, juga dibentuk di limpa dan sumsum tulang, globulin hanya dibentuk di dalam hati.Albumin mengandung 584 asam amino dengan BM sekitar 66.000. 4. Fungsi hati sehubungan dengan pembekuan darah Hati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi darah, misalnya: membentuk fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX, X. jika benda asing menusuk dan terkena pembuluh darah yang beraksi adalah faktor ekstrinsi, bila ada hubungan dengan katup jantung yang beraksi adalah faktor intrinsik. Fibrin harus isomer biar kuat pembekuannya dan ditambah dengan faktor XIII, sedangkan Vitamin K dibutuhkan untuk pembentukan 29
protrombin dan beberapa faktor koagulasi. 5. Fungsi hati sebagai metabolisme vitamin Semua vitamin disimpan di dalam hati khususnya vitamin A, D, E, dan K 6. Fungsi hati sebagai detoksikasi Hati adalah pusat detoksikasi tubuh, Proses detoksikasi terjadi pada proses oksidasi, reduksi, metilasi, esterifikasi dan konjugasi terhadap berbagai macam bahan seperti zat racun, obat-obatan dan hormon. 7. Fungsi hati sebagai fagositosis dan imunitas Sel kupfer merupakan saringan penting bakteri, pigmen dan berbagai bahan melalui proses fagositosis. Selain itu sel kupfer juga ikut memproduksi - globulin sebagai immune livers mechanism. 8. Fungsi hemodinamik Hati menerima 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal 1500 cc/ menit atau 1000 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam a.hepatica 25% dan di dalam v.porta 75% dari seluruh aliran darah ke hati. Aliran darah ke hepar dipengaruhi oleh faktor mekanis, pengaruh persarafan dan hormonal, aliran ini berubah cepat pada waktu berolahraga, terpapar terik matahari, dan syok.Hepar merupakan organ penting untuk mempertahankan aliran darah.
D. DEFINISI Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari kata Khirros yang berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna pada nodul-nodul yang terbentuk. Pengertian sirosis hati dapat dikatakan sebagai berikut yaitu suatu keadaan disorganisasi yang difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif yang dikelilingi jaringan yang mengalami fibrosis. Secara lengkap Sirosis hati adalah Kemunduran fungsi liver yang permanen yang ditandai dengan perubahan histopatologi. Yaitu kerusakan pada sel-sel hati yang merangsang proses peradangan dan perbaikan sel-sel hati yang mati sehingga menyebabkan terbentuknya jaringan parut. Sel-sel hati yang tidak mati beregenerasi untuk menggantikan sel-sel yang telah mati.Akibatnya, terbentuk sekelompok- sekelompok sel-sel hati baru (regenerative nodules) dalam jaringan parut. 30
E. PREVALENSI Keseluruhan insiden sirosis di Amerika ditemukan 360 per 100.000 penduduk.Penyebabnya terutama penyakit hati alkoholik maupun infeksi virus kronik.Di Indonesia sendiri prevalensi sirosis hati belum ada hanya ada laporan dari beberapa pusat pendidikan saja.Di RS Sardjito Yogyakarta jumlah pasien yang dirawat di bagian Penyakit Dalam dalam kurun waktu 1 tahun berkisar 4,1%.Di Medan dalam kurun waktu 4 tahun dijumpai 819 (4 %) dari seluruh pasien di bagian Penyakit Dalam. Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika dibandingkan dengan kaum wanita sekita 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak antara golongan umur 30 59 tahun dengan puncaknya sekitar 40 49 tahun.
F. ETIOLOGI 1. Alkohol Alkohol adalah suatu penyebab yang paling umum dari cirrhosis, terutama didunia barat.Perkembangan sirosis tergantung pada jumlah dan keteraturan dari konsumsi alkohol.Konsumsi alkohol pada tingkat-tingkat yang tinggi dan kronis dapat melukai sel-sel hati. Tiga puluh persen dari individu-individu yang meminum setiap harinya paling sedikit 8 sampai 16 ounces minuman keras (hard liquor) atau yang sama dengannya selama 15 tahun atau lebih, akan mengembangkan sirosis. Alkohol menyebabkan suatu jajaran dari penyakit-penyakit hati; dari hati yang berlemak bersifat sederhana dan tidak rumit (steatosis), ke hati berlemak yang lebih serius dengan peradangan (steatohepatitis atau alcoholik hepatitis), ke sirosis.Nonalcoholic Fatty liver disease (NAFDL) merujukpadapenyakit hatiyang berspektrum luas, seperti penyakit hati alkoholik (alcoholic liver disease), mencakup dari steatosis sederhana (simple steatosis), ke nonalcoholic Steatohepatitis (NASH), ke sirosis. Semua tingkatan-tingkatan dari NAFLD mempunyai kesamaan akumulasi lemak dalam sel-sel hati. Istilah nonalkoholik digunakan karena NAFLD terjadi pada individu-individu yang tidak mengkonsumsi jumlah alkohol yang berlebihan, namun, dalam banyak aspek, gambaran mikroskopik dari NAFLD adalah memiliki kemiripan dengan gambaran yang dapat terlihat pada penyakit hati yang disebabkan 31
oleh konsumsi alkohol yang berlebihan. NAFLD dikaitkan dengan suatu kondisi yang disebut resistensi insulin, yang pada gilirannya dihubungkan dengan sindrom metabolisme dan diabetes mellitus tipe 2.Kegemukan adalah penyebab yang paling penting dari resistensi insulin, sindrom metabolisme, dan diabetes tipe 2. NAFLD adalah penyakit hati yang paling umum di Amerika dan adalah bertanggung jawab untuk 24% dari semua penyakit hati. 2. Sirosis Kriptogenik, Cryptogenic cirrhosis (sirosis yang disebabkan oleh penyebab-penyebab yang tidak teridentifikasi) adalah suatu sebab yang umum untuk transplantasi hati.Di- istilahkan sirosis kriptogenik (cryptogenic cirrhosis) karena bertahun-tahun para dokter telah tidak mampu untuk menerangkan mengapa sebagian dari pasien terjangkit sirosis.Dipercaya bahwa sirosis kriptogenik disebabkan oleh NASH (nonalcoholic steatohepatitis) yang disebabkan oleh kegemukan, diabetes melitus tipe 2, dan resistensi insulin yang berlangsung lama.Lemak dalam hati dari pasien dengan NASH diperkirakan menghilang dengan timbulnya sirosis, dan ini telah menjadi penyulit para dokter membuat hubungan antara NASH dan sirosis kriptogenik dalam jangka waktu yang lama. Satu petunjuk yang penting bahwa NASH yang berkembang menjadi sirosis kriptogenik adalah ditemukan kejadian yang tinggi dari pasien dengan NASH pada hepar yang baru menjalankan transplantasi hati. Akhirnya, suatu studi dari Perancis menyatakan bahwa pasien- pasien dengan NASH mempunyai tingkat risiko menjadi sirosis hepatis yang serupa dengan pasien-pasien dengan infeksi virus hepatitis C kronis. Bagaimanapun, perkembangan NASH menjadi sirosis diperkirakan lambat dan diagnosis dari sirosis secara khas dibuat pada pasien-pasien dengan umur kurang lebih dari 60 tahun. 3. Hepatitis Virus Yang Kronis Hepatitis Virus adalah suatu kondisi dimana hepatitis B atau hepatitis C virus menginfeksi hati bertahun-tahun. Kebanyakan pasien-pasien dengan hepatitis virus tidak akan mengembangkan hepatitis kronis dan sirosis. Contohnya, mayoritas dari pasien-pasien yang terinfeksi dengan hepatitis A sembuh secara penuh dalam waktu berminggu-minggu, tanpa mengembangkan infeksi yang 32
kronis. Berlawanan dengannya, beberapa pasien-pasien yang terinfeksi dengan virus hepatitis B dan kebanyakan pasien-pasien terinfeksi dengan virus hepatitis C mengembangkan hepatitis yang kronis, yang pada gilirannya menyebabkan kerusakan hati yang progresif dan menjurus pada sirosis, dan adakalanya menjadi kanker hati. 4. Kelainan-Kelainan Genetik Yang Diturunkan/Diwariskan berakibat pada akumulasi unsur-unsur beracun dalam hati yang menjurus pada kerusakan jaringan dan sirosis. Contoh-contoh termasuk akumulasi besi yang abnormal (hemochromatosis) atau tembaga (penyakit Wilson).Pada hemochromatosis, pasien-pasien mewarisi suatu kecenderungan untuk menyerap suatu jumlah besi yang berlebihan dari makanan. Seiring dengan waktu, akumulasi besi pada organ-organ yang berbeda diseluruh tubuh menyebabkan sirosis, arthritis, Kerusakan otot jantung yangmenjurus pada gagal jantung, dan disfungsi (kelainanfungsi) buah pelir yang menyebabkan kehilangan rangsangan seksual. Perawatan ditujukan pada pencegahan kerusakkan pada organ-organ dengan mengeluarkan besi dari tubuh melaui pengeluaran darah.Pada penyakit Wilson, ada suatu kelainan yang diwariskan pada satu dari protein-protein yang mengontrol tembaga dalam tubuh.Melalui waktu yang lama, tembaga berakumulasi dalam hati, mata, dan otak.Sirosis, gemetaran, gangguan-gangguan psikiatris (kejiwaan) dan kesulitan-kesulitan syaraf lainnya terjadi jika kondisi ini tidak dirawat secara dini.Perawatan adalah dengan obat-obat oral yang meningkatkan jumlah tembaga yang dieliminasi dari tubuh didalam urin. 5. Primary biliary cirrhosis (PBC) adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh suatu kelainan dari sistim imun yang ditemukan sebagian besar pada wanita. Kelainan imunitas pada PBC menyebabkan peradangan dan perusakan yang kronis dari pembuluh-pembuluh kecil empedu dalam hati.Pembuluh-pembuluh empedu adalah jalan dalam hati yang dilalui empedu menuju ke usus.Empedu adalah suatu cairan yang dihasilkan oleh hati yang mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk pencernaan dan penyerapan lemak dalam usus, dan juga campuran-campuran lain yang adalah produk-produk sisa, seperti pigmen bilirubin.(Bilirubin dihasilkan dengan 33
mengurai/memecah hemoglobin dari sel-sel darah merah yang tua).Bersama dengan kantong empedu, pembuluh-pembuluh empedu membuat saluran empedu. Pada PBC, kerusakan dari pembuluh-pembuluh kecil empedu menghalangi aliran yang normal dari empedu kedalam usus. Ketika peradangan terus menerus menghancurkan lebih banyak pembuluh-pembuluh empedu, ia juga menyebar untuk menghancurkan sel-sel hati yang berdekatan. Ketika penghancuran dari hepatocytes menerus, jaringan parut (fibrosis) terbentuk dan menyebar keseluruh area kerusakan.Efek-efek yang digabungkan dari peradangan yang progresif, luka parut, dan efek-efek keracunan dari akumulasi produk-produk sisa memuncak menjadi sirosis. 6. Primary Sclerosing Cholangitis (PSC) adalah suatu penyakit yang tidak umum yang seringkali ditemukan pada pasien-pasien dengan radang borok usus besar Pada PSC, pembuluh-pembuluh empedu yang besar diluar hati menjadi meradang, menyempit, dan terhalangi. Rintangan pada aliran empedu menjurus pada infeksi-infeksi pembuluh- pembuluh empedu dan jaundice (kulit yang menguning) dan akhirnya menyebabkan sirosis. Pada beberapa pasien-pasien, luka pada pembuluh- pembuluh empedu (biasanya sebagai suatu akibat dari operasi) juga dapat menyebabkan rintangan dan sirosis pada hati. 7. Hepatitis Autoimun adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh suatu kelainan sistim imun yang ditemukan lebih umum pada wanita-wanita. Aktivitas imun yang abnromal pada hepatitis autoimun menyebabkan peradangan dan penghancuran sel-sel hati (hepatocytes) yang progresif, menjurus akhirnya pada sirosis. 8. Bayi-bayi dapat dilahirkan tanpa pembuluh-pembuluh empedu (biliary atresia) dan akhirnya mengembangkan sirosis. Bayi-bayi lain dilahirkan dengan kekurangan enzim-enzim vital untuk mengontrol gula-gula yang menjurus pada akumulasi gula-gula dan sirosis.Pada kejadian-kejadian yang jarang, ketidakhadiran dari suatu enzim spesifik dapat menyebabkan sirosis dan luka parut pada paru (kekurangan alpha 1 antitrypsin). 9. Lain-lain 34
Penyebab-penyebab sirosis yang lebih tidak umum termasuk reaksi-reaksi yang tidak umum pada beberapa obat-obat dan paparan yang lama pada racun-racun, dan juga gagal jantung kronis (cardiac cirrhosis).Pada bagian-bagian tertentu dari dunia (terutama Afrika bagian utara), infeksi hati dengan suatu parasit (schistosomiasis) adalah penyebab yang paling umum dari penyakit hati dan sirosis.
Sebab-sebab Sirosis dan/atau Penyakit hati kronik Penyakit Infeksi Bruselosis. Toksoplasmosis Ekinokokus, Skistosomiasis Hepatitis Virus (Hep B, Hep C, Hep D, Sitomegalovirus) Penyakit Keturunan dan Metabolik Defisiensi 1 -antitripsin Sindrom Fanconi Penyakit Gaucher Penyakit simpanan glikogen Hemokromatosis Intoleransi fruktosa herediter Penyakit Wilson Obat dan Toksin Alkohol Amiodaron Arsenik Obstruksi bilier Penyakit perlemakan hati non alkoholik Sirosis bilier primer Kolangitis sclerosis primer Penyebab Lain atau Tidak terbukti Penyakit usus inflamasi kronik Fibrosis kistik Pintas jejunoileal Sarkoidosis 35
G. PATOFISIOLOGI Pada sirosis, hubungan antara darah dan sel-sel hati hancur. Meskipun sel-sel hati yang selamat atau dibentuk baru mungkin mampu untuk menghasilkan dan mengeluarkan unsur-unsur dari darah, mereka tidak mempunyai hubungan yang normal dan intim dengan darah, dan ini mengganggu kemampuan sel-sel hati untuk menambah atau mengeluarkan unsur-unsur dari darah. Sebagai tambahan, luka parut dalam hati yang bersirosis menghalangi aliran darah melalui hati dan ke sel-sel hati.Sebagai suatu akibat dari rintangan pada aliran darah melalui hati, darah tersendat pada vena portal, dan tekanan dalam vena portal meningkat, suatu kondisi yang disebut hipertensi portal. Karena rintangan pada aliran dan tekanan-tekanan tinggi dalam vena portal, darah dalam vena portal mencari vena-vena lain untuk mengalir kembali ke jantung, vena-vena dengan tekanan-tekanan yang lebih rendah yang membypass hati. Hati tidak mampu untuk menambah atau mengeluarkan unbsur-unsur dari darah yang membypassnya.Merupakan kombinasi dari jumlah- jumlah sel-sel hati yang dikurangi, kehilangan kontak normal antara banyaknya manifestasi-manifestasi dari sirosis. Hipertensi portal merupakan gabungan antara penurunan aliran darah porta dan peningkatan resistensi vena portal.Hipertensi portal dapat terjadi jika tekanan dalam sistem vena porta meningkat di atas 10-12 mmHg.Nilai normal tergantung dari cara pengukuran, terapi umumnya sekitar 7 mmHg.Peningkatan tekanan vena porta biasanya disebabkan oleh adanya hambatan aliran vena porta atau peningkatan aliran darah ke dalam vena splanikus. Obstruksi aliran darah dalam sistem portal dapat terjadi oleh karena obstruksi vena porta atau cabang-cabang selanjutnya (ekstra hepatik), peningkatan tahanan vaskuler dalam hati yang terjadi dengan atau tanpa pengkerutan (intra hepatik) yang dapat terjadi presinusoid, parasinusoid atau postsinusoid dan obstruksi aliran keluar vena hepatik (supra hepatik). Hipertensi portal adalah sindroma klinik umum yang berhubungan dengan penyakit hati kronik dan dijumpai peningkatan tekanan portal yang patologis.Tekanan portal normal berkisar antara 5-10 mmHg.Hipertensi portal timbul bila terdapat kenaikan tekanan dalam sistem portal yang sifatnya menetap di atas harga normal.Hipertensi portal dapat terjadi ekstra hepatik, intra hepatik, dan supra 36
hepatik. Obstruksi vena porta ekstra hepatik merupakan penyebab 50-70% hipertensi portal pada anak, tetapi dua per tiga kasus tidak spesifik penyebabnya tidak diketahui, sedangkan obstruksi vena porta intra hepatik dan supra hepatik lebih banyak menyerang anak-anak yang berumur kurang dari 5 tahun yang tidak mempunyai riwayat penyakit hati sebelumnya. Penyebab lain sirosis adalah hubungan yang terganggu antara sel-sel hati dan saluran-saluran melalui mana empedu mengalir. Pada sirosis, canaliculi adalah abnormal dan hubungan antara sel-sel hati canaliculi hancur/rusak, tepat seperti hubungan antara sel-sel hati dan darah dalam sinusoid-sinusoid.Sebagai akibatnya, hati tidak mampu menghilangkan unsur-unsur beracun secara normal, dan mereka dapat berakumulasi dalam tubuh.Dalam suatu tingkat yang kecil, pencernaan dalam usus juga berkurang.
37
38
39
H. KLASIFIKASI Berdasarkan morfologi Sherlock membagi Sirosis hati atas 3 jenis, yaitu : 1. Mikronodular Ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, di dalam septa parenkim hati mengandung nodul halus dan kecil yang merata. Sirosis mikronodular besar nodulnya sampai 3 mm, sedangkan sirosis makronodular ada yang berubah menjadi makronodular sehingga dijumpai campuran mikro dan makronodular 2. Makronodular sirosis makronodular ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan bervariasi, mengandung nodul yang besarnya juga bervariasi ada nodul besar didalamnya ada daerah luas dengan parenkim yang masih baik atau terjadi regenerasi parenkim. 3. Campuran (yang memperlihatkan gambaran mikro-dan makronodular) Secara Fungsional Sirosis terbagi atas : 1. Sirosis hati kompensata. Sering disebut dengan Laten Sirosis hati. Pada stadium kompensata ini belum terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya stadium ini ditemukan pada saat pemeriksaan screening. 2. Sirosis hati Dekompensata Dikenal dengan Active Sirosis hati, dan stadium ini Biasanya gejala-gejala sudah jelas, misalnya : ascites, edema dan ikterus
Berdasarkan etiologi: 1. Sirosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis. 2. Sirosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut dari hepatitisvirus akut yang terjadi sebelumnya. 3. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis). Bagian hati yang terlibat terdiri atas ruang portal dan periportal tempat kanalikulus biliaris dari masing-masing lobulus hati bergabung untuk membentuk saluran empedu baru. Dengan demikian akan terjadi pertumbuhan 40
jaringan yang berlebihan terutama terdiri atas saluran empedu yang baru dan tidak berhubungan yang dikelilingi oleh jaringan parut. Klasifikasi sirosis hati menurut Child Pugh : Skor/parameter 1 2 3 Bilirubin(mg %) < 2,0 2 - < 3 > 3,0 Albumin(mg %) > 3,5 2,8 - < 3,5 < 2,8 Protrombin time (Quick %) > 70 40 - < 70 < 40 Asites 0 Min. sedang (+) (++) Banyak (+++) Hepatic Ensephalopathy Tidak ada Stadium 1 & 2 Stdium 3 & 4
Life span Points Class One year survival Two year survival 5-6 A 100% 85% 7-9 B 81% 57% 10-15 C 45% 35%
I. TANDA DAN GEJALA Gejala yang timbul tergantung pada tingkat berat sirosis hati yang terjadi. Sirosis Hati dibagi dalam tiga tingkatan yakni Sirosis Hati yang paling rendah Child A, Child B, hingga pada sirosis hati yang paling berat yakni Child C. Gejala yang biasa dialami penderita sirosis dari yang paling ringan yakni lemah tidak nafsu makan, hingga yang paling berat yakni bengkak pada perut, tungkai, dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan fisik pada tubuh penderita terdapat palmar eritem, spider nevi.
41
Spider angioma-spiderangiomata: lesi vascular yang dikelilingi beberapa vena-vena kecil. Tanda ini seringditemukan di bahu, muka, dan lengan atas. Tanda ini juga bisa ditemukan selama hamil, malnutrisi berat bahkan ditemukan pula pada orang sehat, walau umumnya ukurannya kecil. Eritema Palmaris: warna merah saga pada thenar dan hipothenar telapak tangan. Berkaitan dengan perubahan metabolisme hormone estrogen. Tanda ini tidak spesifik pada sirosis. Perubahan kuku-kuku Muchrche berupa pita putih horizontal dipisahkan dengan warna normal kuku. Mekanisme belum diketahui tapi diperkirakan akibat hipoalbuminemia. Jari gada lebih sering ditemukan pada sirosis bilier Kontraktur dupuytern akibat fibrosis fasia Palmaris menimbulkan kontraktur fleksi jari-jari berkaitan dengan alkoholisme tapi tidak secara spesifik berkaitan dengan sirosis Ginekomastia secara histologis berupa proliferasi benigna jaringan glandula mammae laki-laki, kemungkinan akibat peningkatan androstedion Atrofi testis hipogonadisme menyebabkan impotensi dan infertile. Menonjol pada sirosis alkoholik dan hemokromatosis. Hepatomegali pada awal sirosis, bila hepar sudah mengkerut maka prognosisnya buruk Splenomegali sering ditemukanpada sirosis nonalkoholik, pembesaran ini karena kongesti pulpa merah lien karena hipertensi porta Asites penimbunan cairan dalam rongga peritoneum akibat hipertensi porta dan hipoalbunemia. Caput medusa juga sebagai akibat dari hipertensi porta. Fetor hepatikum, bau nafas yang khas pada pasien sirosis disebabkan peningkatan konsentrasi dimetil sulfid akibat pintasan porto sistemik yang berat. 42
Ikterus, pada kulit dan membrane mukosa akibat bilirubinemia. Bila konsentrasi bilirubin kurang dari 2-3 mg/dl tak terlihat. Warna urin gelap seperti air teh. Asterixis-bilateral tetapi tidak sinkron berupa gerakan mengepak-ngepak dari tangan, dorsofleksi tangan. Tanda-tanda lain yang menyertai: - Demam yang tak tinggi akibat nekrosis hepar - Batu hepar vesika velea akibat hemolysis - Pembesaran kelenjar parotis terutama pada sirosis alkoholik, hal ini akibat sekunder infiltrasi lemak, fibrosis dan edema.
J. DIAGNOSIS Kriteria Soebandiri : Bila terjadi 5 dari 7 : 1. Spider Nevi 2. Venektasis 3. Ascites 4. Spleenomegali 5. Varices Esofagus 6. Ratio albumin dan globulin terbalik 7. Eritema Palmaris Pada stadium kompensasi sempurna kadang-kadang sangat sulit menegakkan diagnosis sirosis hati. Pada proses lanjutan dari kompensasi sempurna mungkin bisa ditegakkan diagnosis dengan bantuan pemeriksaan klinis yang cermat, laboratorium biokimia/serologi, dan pemeriksaan penunjang lainnya. Pada saat ini penegakkan diagnosis sirosis hati terdiri atas pemeriksaan fisis, laboratorium, dan USG. Pada stadium dekompensata diagnosis kadang kala tidak sulit karena gejala dan tanda-tanda klinis sudah tampat dengan adanya komplikasi.
43
Laboratorium dan radiologis SGOT dan SGPT meningkat tapi tidak begitu tinggi. SGOT lebih meningkat daripada SGPT. Alkali fosfatase, meningkat kurang dari 2 sampai 3 kali batas normal atas. Gamma Glutamail Transpeptidase (GGT), konsentrasinya seperti halnya alkali fosfatase pada penyakit hati. Konsentrasi tinggi pada penyakit hati alkoholik kronik, karena alcohol selain menginduksi GGT mekrosomal hepatic, juga bisa menyebabkan bocornya GGT dari hepatosit. Bilirubin, konsentrasinya bisa normal pada sirosis hati kompensata, tapi bisa meningkat pada sirosis yang lanjut. Albumin, sintesisnya terjadi di jaringan hati, konsentrasinya menurun sesuai dengan perburukan sirosis. Globulin, konsentrasinya meningkat pada sirosis. Akibat sekunder dari pintasan, antigen bakteri dari system porta ke jaringan limfoid, selanjutnya menginduksi produksi immunoglobulin. Waktu protrombin, mencerminkan derajat/tingkatan disfungsi sintesis hati, sehingga pada sirosis memanjang. Natrium serum menurun terutama pada sirosis dengan asites, dikaitkan dengan ketidakmampuan eksresi air bebas. Kelainan hematologi anemia, penyebabnya bisa bermacam-macam, anemia normokrom, normositer, hipokrom mikrositer atau hipokrom makrositer. Anemia dengan trombositopenia, leukopenia dan neutropenia akibat splenomegali kongestif berkaitan dengan hipertensi porta sehingga terjadi hipersplenisme. Pemeriksaan radiologis barium meal dapat melihat varises untuk konfirmasi adanya hipertensi porta. USG sudah secara rutin digunakan karena pemeriksaannya non invasive dan mudah digunakan. Pemeriksaan USG meliputi sudut hati, permukaan hati, ukuran, homogenitias, dan adanya massa. Pada sirosis lanjut, hati mengecil dan nodular, permukaan irregular, dan ada peningkatan ekogenitas parenkim 44
hati. Selain itu USG dapat melihat asites, splenomegaly, thrombosis vena porta dan pelebaran vena porta, serta adanya skrining adanya karsinoma hati pada pasien sirosis. Tomografi komputerisasi, informasinya sama dengan USG, tidak rutin digunakan karena biayanya relative mahal. Magnetic resonance imaging, peranannya tidak jelas dalam mendiagnosis sirosis selain mahal bianyanya. Scan/biopsy hati, Mendeteksi infiltrate lemak, fibrosis, kerusakan jaringan hati, Kolesistografi/kolangiografi, Memperlihatkan penyakit duktus empedu yang mungkin sebagai faktor predisposisi. Esofagoskopi, Dapat melihat adanya varises esophagus Portografi Transhepatik perkutaneus, Memperlihatkan sirkulasi system vena portal,
K. KOMPLIKASI 1. Edema dan ascites Ketika sirosis hati menjadi parah, tanda-tanda dikirim ke ginjal-ginjal untuk menahan garam dan air didalam tubuh. Kelebihan garam dan air pertama-tama berakumulasi dalam jaringan dibawah kulit pergelangan- pergelangan kaki dan kaki-kaki karena efek gaya berat ketika berdiri atau duduk. Akumulasi cairan ini disebut edema atau pitting edema. (Pitting edema merujuk pada fakta bahwa menekan sebuah ujung jari dengan kuat pada suatu pergelangan atau kaki dengan edema menyebabkan suatu lekukan pada kulit yang berlangsung untuk beberapa waktu setelah pelepasan dari tekanan. Ketika sirosis memburuk dan lebih banyak garam dan air yang tertahan, cairan juga mungkin berakumulasi dalam rongga perut antara dinding perut dan organ- organ perut.Akumulasi cairan ini (disebut ascites) menyebabkan pembengkakan perut, ketidaknyamanan perut, dan berat badan yang meningkat.
45
2. Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) Cairan dalam rongga perut (ascites) adalah tempat yang sempurna untuk bakteri-bakteri berkembang.Secara normal, rongga perut mengandung suatu jumlah yang sangat kecil cairan yang mampu melawan infeksi dengan baik, dan bakteri-bakteri yang masuk ke perut (biasanya dari usus) dibunuh atau menemukan jalan mereka kedalam vena portal dan ke hati dimana mereka dibunuh.Pada sirosis, cairan yang mengumpul didalam perut tidak mampu untuk melawan infeksi secara normal.Sebagai tambahan, lebih banyak bakteri- bakteri menemukan jalan mereka dari usus kedalam ascites.Oleh karenanya, infeksi didalam perut dan ascites, dirujuk sebagai spontaneous bacterial peritonitis atau SBP, kemungkinan terjadi.SBP adalah suatu komplikasi yang mengancam nyawa.Beberapa pasien-pasien dengan SBP tdak mempunyai gejala-gejala, dimana yang lainnya mempunyai demam, kedinginan, sakit perut dan kelembutan perut, diare, dan memburuknya ascites. 3. Perdarahan dari Varises-Varises Kerongkongan (Oesophageal Varices) Pada sirosis hati, jaringan parut menghalangi aliran darah yang kembali ke jantung dari usus-usus dan meningkatkan tekanan dalam vena portal (hipertensi portal). Ketika tekanan dalam vena portal menjadi cukup tinggi, ia menyebabkan darah mengalir di sekitar hati melalui vena-vena dengan tekanan yang lebih rendah untuk mencapai jantung. Vena-vena yang paling umum yang dilalui darah untuk membypass hati adalah vena-vena yang melapisi bagian bawah dari kerongkongan (esophagus) dan bagian atas dari lambung. Sebagai suatu akibat dari aliran darah yang meningkat dan peningkatan tekanan yang diakibatkannya, vena-vena pada kerongkongan yang lebih bawah dan lambung bagian atas mengembang dan mereka dirujuk sebagai esophageal dan gastric varices; lebih tinggi tekanan portal, lebih besar varices-varices dan lebih mungkin seorang pasien mendapat perdarahan dari varices-varices kedalam kerongkongan (esophagus) atau lambung.
46
Perdarahan juga mungkin terjadi dari varices-varices yang terbentuk dimana saja didalam usus-usus, contohnya, usus besar (kolon), namun ini adalah jarang.Untuk sebab-sebab yang belum diketahui, pasien- pasien yang diopname karena perdarahanyang secara aktif dari varices- varices kerongkongan mempunyai suatu risiko yang tinggi mengembangkan spontaneous bacterial peritonitis. 4. Hepatic encephalopathy Beberapa protein-protein dalam makanan yang terlepas dari pencernaan dan penyerapan digunakan oleh bakteri-bakteri yang secara normal hadir dalam usus.Ketika menggunakan protein untuk tujuan-tujuan mereka sendiri, bakteri-bakteri membuat unsur-unsur yang mereka lepaskan kedalam usus.Unsur-unsur ini kemudian dapat diserap kedalam tubuh.Beberapa dari unsur-unsur ini, contohnya, ammonia, dapat mempunyai efek-efek beracun pada otak.Biasanya, unsur-unsur beracun ini diangkut dari usus didalam vena portal ke hati dimana mereka dikeluarkan dari darah dan di-detoksifikasi (dihilangkan racunnya). Ketika unsur-unsur beracun berakumulasi secara cukup dalam darah, fungsi dari otak terganggu, suatu kondisi yang disebut hepatic encephalopathy.Tidur waktu siang hari daripada pada malam hari (kebalikkan dari pola tidur yang normal) adalah diantara gejala-gejala paling dini dari hepatic encephalopathy.Gejala-gejala lain termasuk sifat lekas marah, ketidakmampuan untuk konsentrasi atau melakukan perhitungan-perhitungan, kehilangan memori, kebingungan, atau tingkat- tingkat kesadaran yang tertekan.Akhirnya, hepatic encephalopathy yang parah/berat menyebabkan koma dan kematian. 5. Hepatorenal syndrome Pasien-pasien dengan sirosis yang memburuk dapat mengembangkan hepatorenal syndrome.Sindrom ini adalah suatu komplikasi yang serius dimana fungsi dari ginjal-ginjal berkurang.Itu adalah suatu persoalan fungsi dalam ginjal-ginjal, yaitu, tidak ada kerusakn fisik pada ginjal-ginjal.Sebagai gantinya, fungsi yang berkurang 47
disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam cara darah mengalir melalui ginjal-ginjalnya. Hepatorenal syndrome didefinisikan sebagai kegagalan yang progresif dari ginjal-ginjal untuk membersihkan unsur-unsur dari darah dan menghasilkan jumlah-jumlah urin yang memadai walaupun beberapa fungsi-fungsi penting lain dari ginjal-ginjal, seperti penahanan garam, dipelihara/dipertahankan. 6. Hepatopulmonary syndrome Beberapa pasien-pasien dengan sirosis yang berlanjut dapat mengembangkan hepatopulmonary syndrome merupakan kejadian yang jarang terjadi.Pasien-pasien ini dapat mengalami kesulitan bernapas karena hormon- hormon tertentu yang dilepas pada sirosis yang telah berlanjut menyebabkan paru-paru berfungsi secara abnormal.Persoalan dasar dalam paru adalah bahwa tidak cukup darah mengalir melalui pembuluh-pembuluh darah kecil dalam paru-paru yang berhubungan dengan alveoli (kantung-kantung udara) dari paru-paru.Darah yang mengalir melalui paru-paru dilangsir sekitar alveoli dan tidak dapat mengambil cukup oksigen dari udara didalam alveoli.Sebagai akibatnya pasien mengalami sesak napas, terutama dengan pengerahan tenaga. 7. Hyperspleenism Limpa (spleen) secara normal bertindak sebagai suatu saringan (filter) untuk mengeluarkan/menghilangkan sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, dan platelet-platelet (partikel-partikel kecil yang penting uktuk pembekuan darah) yang lebih tua.Darah yang mengalir dari limpa bergabung dengan darah dalam vena portal dari usus-usus. Ketika tekanan dalam vena portal naik pada sirosis, ia bertambah menghalangi aliran darah dari limpa. Darah tersendat dan berakumulasi dalam limpa, dan limpa membengkak dalam ukurannya, suatu kondisi yang dirujuk sebagai splenomegaly. Adakalanya, limpa begitu bengkaknya sehingga ia menyebabkan sakit perut. Ketika limpa membesar, ia menyaring keluar lebih banyak dan lebih banyak sel-sel darah dan platelet-platelet hingga jumlah-jumlah mereka dalam darah berkurang. Hypersplenism adalah istilah yang 48
digunakan untuk menggambarkan kondisi ini, dan itu behubungan dengan suatu jumlah sel darah merah yang rendah (anemia), jumlah sel darah putih yang rendah (leucopenia), dan/atau suatu jumlah platelet yang rendah (thrombocytopenia).Anemia dapat menyebabkan kelemahan, leucopenia dapat menjurus pada infeksi-infeksi, dan thrombocytopenia dapat mengganggu pembekuan darah dan berakibat pada perdarahan yang diperpanjang (lama). 8. Kanker Hati (hepatocellular carcinoma) Sirosis yang disebabkan oleh penyebab apa saja meningkatkan risiko kanker hati utama/primer (hepatocellular carcinoma). Suatu kanker hati sekunder adalah satu yang berasal dari mana saja didalam tubuh dan menyebar (metastasis) ke hati.
L. PENATALAKSANAAN Etiologi sirosis mempengaruhi penanganan sirosis.Terapi ditujukan mengurangi progresi penyakit, menghindarkan bahan-bahan yang bisa menambah kerusakan hati, pencegahan dan penanganan komplikasi. Pengobatan Sirosis Hepatis Dekompensata: Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa : 1. Simtomatis 2. Supportif, yaitu : Istirahat yang cukup Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang, misalnya : cukup kalori, protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin c. Pengobatan berdasarkan etiologi 3. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah terjadi komplikasi seperti a. Asites b. Spontaneous bacterial peritonitis c. Hepatorenal syndrome d. Ensefalophaty hepatic 49
Penanganannya sebagai berikut: a. Asites 1. Tirah baring. 2. Diit rendah garam dan air. Jumlah diit garam yang dianjurkan biasanya sekitar 2 gram per hari dan cairan sekitar 1 liter sehari. 3. Pemberian diuretik Spironolakton dengan dosis 100-200 mg sekali sehari. Respon diuretik bisa dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5 kg/hari tanpa adanya edema kaki, 1 kg/hari dengan adanya edema kaki.Bilamana pemberian Spironolakton tidak adekuat bisa dikombinasi dengan furosemide dengan dosis 20-40 mg/hari.Pemberian furosemide bisa ditambah dosisnya bila tidak ada respons, maksimal dosisnya 160 mg/hari.Kombinasi diuretik spironolakton dan furosemide dapat menurunkan dan menghilangkan edema dan asites pada sebagian besar pasien. 4. Parasentesis abdomen dilakukan bila pemakaian diuretik tidak berhasil (asites refrakter). Asites yang sedemikian besar sehingga menimbulkan keluhan nyeri akibat distensi abdomen dan atau kesulitan bernafas karena keterbatasan diafragma, parasentesis dapat dilakukan dalam jumlah lebih dari 5 liter (Large Volume Paracentesis = LVP). Pengobatan lain untuk asites refrakter adalah TIPS (Transjugular Intravenous Portosystemic Shunting) atau transplantasi hati. b. Ensefalopati Hepatik Pada pasien Ensefalopati Hepatik dimulai dengan diit rendah protein dan laktulosa oral. Laktulosa membantu pasien untuk mengeluarkan amonia, sehingga pasien buang air besar dua sampai tiga kali sehari. Neomisin atau metronidazol bisa digunakan untuk mengurangi bakteri usus penghasil amonia. c. Varises Esofagus Kasus ini merupakan kasus emergensi sehingga penentuan etiologi sering dinorduakan, namun yang paling penting adalah penanganannya lebih dulu. Prrinsip penanganan yang utama adalah tindakan Resusitasi sampai keadaan pasien stabil, dalam keadaan ini 50
maka dilakukan : Pasien diistirahatkan dan dipuasakan Pemasangan IVFD berupa garam fisiologis dan kalau perlu transfusi Pemasangan Naso Gastric Tube, hal ini mempunyai banyak sekali kegunaannya yaitu : untuk mengetahui perdarahan, cooling dengan es, pemberian obat-obatan, evaluasi darah Pemberian obat-obatan berupa antasida,ARH2,Antifibrinolitik,Vitamin K, Vasopressin, Octriotide dan Somatostatin Disamping itu diperlukan tindakan-tindakan lain dalam rangka menghentikan perdarahan misalnya Pemasangan Ballon Tamponade dan Tindakan Skleroterapi / Ligasi aatau Oesophageal Transection. d. Peritonitis Bakterial Spontan (SBP) Pasien dengan dugaan peritonitis baktrerial spontan dianjurkan untuk diparasentesis.Kelainan ini sering timbul pada pasien sirosis lanjut dengan sistem imun atau kekebalan yang rendah.Pengobatan SBP dengan memberikan Cephalosporins Generasi III (Cefotaxime), secara parental selama lima hari, atau Qinolon secara oral. Mengingat akan rekurennya tinggi maka untuk Profilaxis dapat diberikan Norfloxacin (400mg/hari) selama 2-3 minggu. e. Hipersplenisme Hipersplenisme biasanya hanya menimbulkan anemia, leukopenia, dan trombositopenia ringan dan biasanya tidak perlu pengobatan.Namun bila anemia sangat hebat, dapat diberikan transfusi atau pengobatan dengan eritopoetin atau epoetin , suatu hormon perangsang produksi sel darah merah. Bila jumlah leukosit sangat menurun, dapat diberikan granulocyte- colony stimulating factor untuk meningkatkan jumlah leukosit. Sampai saat ini belum ada obat yang diakui secara resmi dapat meningkatkan jumlah trombosit.Sebagai tindakan pencegahan, pasien trombositopenia tidak menggunakan NSAID atau aspirin yang dapat mengganggu fungsi trombosit.Bila trombosit sangat rendah ini diikuti perdarahan yang berarti, dianjurkan transfusi trombosit. 51
f. Transplantasi Hati Bila sirosis telah semakin berlanjut, transplantasi hati tampaknya menjadi satu-satunya pilihan pengobatan. Rata-rata 80% pasien yang ditransplantasi hati dapat hidup dalam lima tahun. g. Pengobatan Tambahan Defisiensi zink sering ditemukan pada pasien sirosis, pengobatan dengan zink sulfat dalam dosis 220 mg 2 x per hari per oral, dapat memperbaiki keluhan dispepsia dan merangsang nafsu makan pasien. Pruritus merupakan keluhan yang sering ditemukan, rasa gatal yang ringan dapat diperbaiki dengan pemberian antihistamin.Kolestiramin merupakan obat utama pruritus pada penyakit hati. Pada pasien sirosis dapat mengalami osteoporosis, karena itu penting pemberian suplemen kalsium dan vitamin D. Penambahan nutrisi dalam bentuk suplemen cairan atau bubuk, sangat membantu perbaikan gizi pasien. Latihan teratur, termasuk jalan dan berenang, dianjurkan pada pasien sirosis.
M. PROGNOSIS Prognosis sirosis sangat bervariasi dipengaruhi sejumlah factor, meliputi etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit lain yang menyertai. Klasifikasi Child-Pugh dapat untuk menilai prognosis pasien sirosis yang akan menjalani operasi. Klasifikasi ini terdiri dari Child A, B dan C. Klasifikasi Sirosis hati menurut criteria Child-pugh : Measure 1 point 2 points 3 points Total bilirubin, mol/l (mg/dl) <34 (<2) 34-50 (2-3) >50 (>3) Serum albumin, g/l >35 28-35 <28 PT INR <1.7 1.71-2.30 > 2.30 Ascites None Mild Moderate to Severe Hepatic encephalopathy None Grade I-II (or suppressed with medication) Grade III-IV (or refractory)
52
Life span Points Class One year survival Two year survival 5-6 A 100% 85% 7-9 B 81% 57% 10-15 C 45% 35%
Penilaian prognosis terbaru adalah Model for End Liver Disease (MELD) digunakan untuk pasien sirosis yang akan dilakukan transplantasi hati.
53
DAFTAR PUSTAKA
1. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Keempat. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. 2. In: Hadi S. Buku Gastroenterohepatologi. Edisi ketujuh. Bandung: Penerbit PT Alumni; 2009. 3. Gines, P dkk, Management of Chirrosis and ascites, The New England Journal of Medicine, 2010. 4. Garcia-Tsao, G, Management of varices and Variceal Haemorrhage in Chirrosis,The New England Journal of Medicine, 2010. 5. Lindseth, NG. Gangguan Hati, Kandung Empedu, dan Pankreas. Dalam : Price, AS. Wilson, ML. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta : EGC. 472-85; 2006. 6. In: Kumar V, Cotran S, Robbins L. Buku Ajar Patologi. Edisi ketujuh. Jakarta: EGC; 2007. 7. Daniel, M. Thomas. Harrison : Prinsip-Prinsip Ilmu penyakit dalam Edisi 13 Volume 2. Jakarta : EGC : 799-808; 1999.
54
DAFTAR HADIR PEMBACAAN LAPORAN KASUS DAN REFERAT
Nama : Andi Fajar Apriani Judul : Sirosis Hepatis Decompensata e.c HBV Hari/Tanggal : NO NAMA ALAMAT TANDA TANGAN 1