ISOTERM FREUNLICH
(ISOTERM ADSORBSI FREUNLICH)
Disusun Oleh :
Kelompok I (Satu)
Nama Anggota :
Adi Santoso
Ami Lestari
Asnaria Samosir
Dina Angraini
Kelas
: 2 KIB
Instruktur
NIM
: 196107051988112001
LABORATORIUM TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG
2011
ISOTERM FREUNLICH
(ISOTERM ADSORBSI FREUNLICH)
I.
TUJUAN
-
II.
Erlenmeyer 250 ml
Corong gelas
Buret 50 ml
Labu ukur
Kertas saring
Bola karet
III.
DASAR TEORI
Adsorbsi adalah gejala mengumpulkan molekul-molekul suatu zat
(gas, zair) pada permukaan zat lain (padatan, cair) akibat adanya
kesetimbangan gaya. Zat yang mengadsorbsi disebut adsorben dan zat
yang teradsorbsi disebut adsorbat.
Adsorben umumnya adalah padatan sedangkan adsorbatnya
umumnya adalah padatan sedangkan adsorbatnya adalah caiaran atau gas.
Proses adsorbsi merupakan proses kesetimbangan baik adsorbsi
gas maupun cairan. Contoh proses adsorbsi yang digunakan sehari-hari
udara
pengambilan
uap
air
dengan
silikgel
di laboratorium.
2. Penghilangan zat warna, bau.
3. Penghilangan zat warna pada pabrik gula.
Proses adsorbsi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Konsentrasi, makin besar konsentrasi adsorbat maka jumlah yang
teradsorbsi makin banyak begitu juga luas permukaan kontak.
Makin halus / makin besar luas permukaan kontak maka jumlah
adsorbsi makin banyak.
2. Temperatur, makin besar temperatur maka adsorbi makin kecil karena
proses adsorbsi merupakan proses yang isotermal.
3. Sifat adsorben dan adsorbat.
Proses adsorbsi dibagi menjadi 2 bagian :
a. Proses adsorbsi kimia, yaitu proses adsorbsi yang disertai dengan
reaksi kimia. Pada adsorbsi ini terjadi pembentukan senyawa kimia
dan umumnya terjadi pada adsorbsi yang multi lapisan.
Contoh :
CO2 (g) + NaOH (p) Na2CO3 + H2O
H2O (l) + CaCl2 (p)
Ca(OH)2 + HCl
Efektifitas adsorbsi makin tinggi jika kedua zat adsorbat dan adsorben
mempunyai polaritas yang sama. Beberapa persamaan isotherm adsorbsi :
1. Isoterm adsorbsi Freunlich
2. Isoterm adsorbsi langmulir
3. Isoterm BET (Brunauer, Emmett, Teller)
Add 1. Isoterm Freunlich
1
X
=K C n
m
(cair padat).
(1)
= K P1/n
Vm
( C 1) . P
P
1
=
=
V (Po P) Vm + C
Vm C Po
Dimana :
Po
Vm
IV.
GAMBAR ALAT
(terlampir)
V.
KESELAMATAN KERJA
-
VI.
LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan 5 buah Erlermeyer 50 ml.
2. Memasukkan masing-masing 0,5 gram karbon aktif. Sebelumnya
dipanaskan selama 15 menit.
3. Pada tiap Erlermeyer memasukkan 50 ml asam oksalat atau asam
asetat.
4. Mengocok campuran tersebut selama 10 menit kemudian diamkan
selama 1 jam.
5. Mengocok lagi selama 1 menit tiap 10 menit.
6. Menaring larutan tersebut dengan kertas saring.
7. Mentitrasi filtrate dengan larutan NaOH 0,1 N dan indicator
fenolphtalin sampai terjadi perubahan warna (jumlah fitrat yang
dititrasi sebaiknya tidak sama antara konsentrasi asam tertinggi dan
yang terendah).
Catatan :
-
VII.
DATA PENGAMATAN
No
Konsentrasi
m (gr)
0,5
Awal
1M
0,5
0,8 M
0,5
4
5
Akhir
0,78 M
Log
(X/m)
(X/m)
(gr)
Log C
1,48
2,96
0,47
-0,107
0,58 M
1,45
2,9
0,46
-0,236
0,6 M
0,52 M
0,63
1,26
0,1
-0,283
0,5
0,4 M
0,325 M
0,55
1,1
0,04
-0,488
0,5
0,2 M
0,195 M
0,09
0,18
-0,74
-0,709
VIII. PERHITUNGAN
Pembuatan Larutan
Asam oksalat (C2H2O4) 1m, 250 ml, Bm = 126,03 g/mol
gr = m x v x Bm
= 1m x 0,25 ml x 126,03 g/mol
= 31,5 gr
Pengenceran
1) v1.m1 = v2.m2
2) v1.m1 = v2.m2
50 ml . 0,8 m
1m
v1 =
50 ml . 0,6 m
1m
v1 = 40 ml
v1 = 30 ml
3) v1.m1 = v2.m2
4) v1.m1 = v2.m2
50 ml . 0,4 m
1m
v1 =
v1 = 20 ml
Konsentrasi
1M
50 ml . 0,2 m
1m
v1 = 10 ml
V NaOH
80 ml
Fitrat
49 ml
Perubahan Warna
Merah Muda
0,8 M
58 ml
49 ml
Merah Muda
0,6 M
52 ml
48 ml
Merah Muda
0,4 M
32,5 ml
48 ml
Merah Muda
0,2 M
19,5 ml
48 ml
Merah Muda
Konsentrasi Akhir C
N = n.m
0,1 = 1.m
m = 0,1
-
= v . m analit
78 ml. 0,1 m = 10 ml . m
m
-
= 0,78 m
= v . m analit
58 ml . 0,1 m = 10 ml . m
m
-
= 0,58 ml
= v . m analit
52 ml . 0,1 m = 10 ml . m
m
-
= 0,52 m
= v . m analit
32,5 ml.0,1 m = 10 ml . m
m
-
= 0,325 m
= v . m analit
19,5 ml.0,1 m = 10 ml . m
m
Harga
= 0,195 m
= Awal Akhir
= 6,30 gr 4,81 gr
= 1,48 gr
1
= Awal Akhir
= 5,04 gr 3,58 gr
= 1,45 gr
1
= Awal Akhir
= 3,78 gr 3,14 gr
= 0,63 gr
1
= Awal Akhir
= 2,52 gr 1,96 gr
= 0,55 gr
1
= Awal Akhir
= 1,26 gr 1,17 gr
= 0,09 gr
X2
Log x/m
0,47
Log C
-0,1
XY
-0,047
0,46
-0,236
-0,10856
0,2116
0,1
-0,283
-0,0282
0,01
0,04
-0,488
-0,01952
0,016
-0,74
-0,709
-0,52466
0,5476
x=0,4
y= xy=0,321
-1,812
Slope (m) =
28
( n. xy ). x. y
( n. x 2 ) ( x ) 2
(5.0,32128) ( 0,42.( 1,812 ) )
( 5.0,9917 ) ( 0,42 ) 2
= 0,4950
(x . y ).( xy ) x
=
( n. x ) ( x )
2
Intersep
0,2209
x =0,9917
2
= 0,4039
y = mx + x = 0,4960x 0,4039
log k
= intersep
log k
= -0,4039
log k
= 0,3945
1
n
= slope
1
n
= 0,4950
1
= 0,4950
= 2,0202
(gr)
Awal
Akhir
0,5
IN
5,7 N
17,1
34,2
1,534
57
V.
Penya
ngga
(ml)
48
0,5
0,5 N
1,5 N
4,5
0,954
30
47
0,17
0,5
0,25 N
0,46 N
1,38
2,76
0,440
18,5
48
-0,33
0,5
0,125 N
0,14 N
0,42
0,84
-0,075
11,5
48
-0,85
0,5
0,0625 N
0,05 N
0,5
8,5
48
-1,30
Konsentrasi
x
(gr)
(x/m)
Log
(x/m)
V Titrasi
NaOH (ml)
% x P x 1000
BM
99,7% x 1,05 gr / ml x 1000 ml / l
60,05 gr / ml
= 17,43 M
N = n.M
= 1.17,43
= 17,43 N
V1N1
= V2N2
= 14,34 ml
3. Pengenceran CH3COOH
Log C
0,75
0,5 N ; 50 ml
V1N1
= V2.N2
V1.1 N
= 50 ml x 0,5 N
V1
= 25 ml
0,5 N ; 50 ml
V1.N1
= V2.N2
V1.1 N
= 50 ml x 0,25 N
V1
= 12,5 ml
0,125 N ; 50 ml
V1.N1
= V2.N2
V1.N1
= 50 ml.0,125 N
V1
= 6,25 ml
0,0625 N ; 50 ml
V1.N1
= V2.N2
V1.1 N
= 50 ml.0,0625 N
V1
= 3,125 ml
4. Konsentrasi akhir C
N = n.M
0,1 = 1.M
M = 0,1
a. 1 N ; 50 ml ; V NaOH = 57 ml
V.Ntitran = V.Nanalit
57 ml.0,1 N
= 10 ml.N
= 0,57 N
b. 0,5 N ; 50 ml ; V NaOH = 30 ml
V.Ntitran
= V.Nanalit
30 ml.0,1 N
= 10 ml.N
= 0,3 N
= V.Nanalit
= 0,185 N
= V.Nanalit
= 0,115 N
= V.Nanalit
= 0,085 N
5. a) Harga x
-
Awal
Akhir
= awal akhir
= (3,0025 1,6429) gr
= 1,3596 gr
b) -
Awal
= 1,5012 gr
-
Akhir
= awal akhir
= (1,5012 0,8467) gr
= 0,6545 gr
c) -
Awal
Akhir
= awal akhir
= (0,7506 0,5332) gr
= 0,2174 gr
d) -
Awal
Akhir
= awal akhir
= (0,3753 0,3314) gr
= 0,0439 gr
e) -
Awal
Akhir
= 0,2450 gr
x
= awal akhir
= (0,1876 0,2450) gr
= 0,2450 gr
Log (x/m)
Log C
xy
x2
1,534
0,75
1,1505
2,3531
0,954
0,17
0,1621
0,9101
0,440
-0,33
-0,1452
0,1936
-0,440
-0,85
0,0637
0,0056
-1,30
x = 2,853
y = -1,56
y = 1,2311
x = 3,4624
Slope (m) =
( n.xy (x y)
( n.x 2 (x ) 2
5 (1,2311) ( 2,853).(1,56)
5 (3,4624) ( 2,853) 2
6,1555 ( 4,4506)
17,312 8,1396
10,6061
= 9,1724
= 1,1563
Intersept (c)
(x 2 .y) (xy.x )
=
( n.x 2 ) (x ) 2
= 17,312 8,1396
8,9136
= 9,1724
= -0,9717
y
= mx + c
= 1,1563 x 0,9717
log k = Intersep
log k = -0,9717
k
= 0,1067
1
= slope
n
1
= 1,1563
n
1
= 1,1563
= 0,8648
x(logx/m y(log
)
c)
0.47
-0.1
0.46 -0.236
0.1 -0.283
0.04 -0.488
-0.74 -0.709
x (log
y (log
x/m)
c)
1.534
0.75
0.954
0.17
0.44
-0.33
-0.075
-0.85
0
-1.3
IX.
ANALISIS PERCOBAAN
Dari data pengamatan hasil percobaan kami, dapat dianalisis bahwa
terjadi proses adsorber pada percobaan dengan menggunakan bahan
padatan dari asam oksalat sebagai adsorbat. Konsentrasi yang didapat, 1 M
= 0.78 M, 0.8 M = 0.58 M, 0.6 M = 0.52 M, 0.4 M = 0.325 M, 0.2 M =
0.195 M. Ini menyatakan bahwa makin besar konsentrasi adsorbat maka
jumlah yang teradsorbsi makin banyak. Pada saat mentitrasi fitrat dengan
larutan NaOH dan indicator fenolphtalin terjadi perubahan warna menjadi
merah muda. Hasil intersepet dari persamaan garis sebesar 0,393
sedangkan slope sebesar 0,454, dimana R 2 dari persamaan garis adalah
0,883. Ketidakakuratan data dikarenakan beberapa faktor antara lain
karena barang ketelitian dalam membuat larutan maupun dalam titrasi
fitrat.
X.
KESIMPULAN
Berdasarkan data pengamatan dapat ditarik kesimpulan bahwa
proses adsorben adalah karbon aktif yang digunakan dalam percobaan ini
sedangkan asam oksalat sebagai adsorbat. Dengan hasil konsentrasi diatas
maka dinyatakan bahwa makin besar konsentrasi adsorbat maka jumlah
yang teradsorbsi makin banyak.
XI.
DAFTAR PUSTAKA
Tony Bird Kimia Fisika untuk Universitas P.T. Gramedia, edisi I,
halaman 90 92.
N. Glinka General Chemistry Peace Publisher Moscow, hal. 400-407.
KERTAS SARING
ERLENMEYER
CORONG GELAS
PIPET UKUR
BOLA KARET
LABU UKUR
BURET