Anda di halaman 1dari 7

ASKEP TBC PARU

A. Pengertian
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang hampir
seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi yang paling banyak adalah paru-paru (IPD,
FK, UI).
Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis
dengan gejala yang sangat bervariasi ( Mansjoer , 1999).
Tuberculosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
basilMycobacterium tuberculosis tipe humanus, sejenis kuman berbentuk batang dengan panjang
1-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm. (M.Ardiansyah, 2012)
Penyakit tuberculosis disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis ditularkan
melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien TBC batuk dan percikan ludah yang
mngandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernafas. (Widoyono, 2008)
Tuberculosis adalah suatu infeksi kronik jaringan paru yang disebabkan Mycobacterium
tuberculosae (Herdin, 2009).
TB Paru (Tuberculosis) adalah penyakit menular yang langsung disebabkan oleh kuman
TB (Mycobaterium tuberculosa). Sebagian besar kuman TBC ini menyerang paru, tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lainnya ( Depkes RI, 2011 ).
B.Etiologi
Penyebab penyakit Tuberculosis adalah bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan
Mycobacterium Bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,54 mikron x 0,3-0,6 mikron
dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai
selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat).
Bakteri ini mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat bertahan terhadap pencucian warna
dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut Basil Tahan Asam (BTA), serta tahan
terhadap zat kimia dan fisik. Kuman Tuberculosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin,
bersifat dorman dan aerob.
Bakteri tuberculosis ini mati pada pemanasan 100C selama 5-10 menit atau pada
pemanasan 60C selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-95% selama 15-30 detik. Bakteri ini
tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan),
namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara (Widoyono, 2008).
C.Penularan
Penyakit tuberculosis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosisditularkan
melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien tuberculosis batuk dan percikan ludah yang
mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernafas. Bila penderita batuk, bersin,
atau berbicara saat berhadapan dengan orang lain, basil tuberculosis tersembur dan terhisap ke
dalam paru orang sehat. Masa inkubasinya selama 3-6 bulan.
Risiko terinfeksi berhubungan dengan lama dan kualitas paparan dengan sumber infeksi
dan tidak berhubungan dengan faktor genetik dan faktor pejamu lainnya. Risiko tertinggi
berkembangnya penyakit yaitu pada anak berusia dibawah 3 tahun, risiko rendah pada masa
kanak-kanak, dan meningkat lagi pada masa remaja, dewasa muda, dan usia lanjut. Bakteri
masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan dan bisa menyebar ke bagian tubuh
lain melalui peredaran darah, pembuluh limfe, atau langsung ke organ terdekatnya.
Setiap satu BTA positif akan menularkan kepada 10-15 orang lainnya, sehingga
kemungkinan setiap kontak untuk tertular TBC adalah 17%.hasil studi lainnya melaporkan
bahwa kontak terdekat (misalnya keluarga serumah)akan 2 kali lebih berisiko dibandingkan
kontak biasa(tidak serumah).
Seseorang penderita dengan BTA (+) yang derajat positifnya tinggi berpotensi menularkan
penyakit ini. Sebaliknya, penderita dengan BTA (-) dianggap tidak menularkan. Angka risiko
penularan infeksi TBC di Amerika Serikat adalah sekitar 10/100.000 populasi. Di Indonesia
angka ini sebesar 1-3% yang berarti di antara 100 penduduk terdapat 1-3 warga yang akan
terinfeksi TBC. Setengah dari mereka BTA-nya akan positif (0,5%). (Widoyono, 2008)

D.Manifestasi Klinis
Gejala umum TB paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum,
malaise, gejala flu, demam ringan, nyeri dada, batuk darah.
Keluhan yang dirasakan penderita tuberculosis dapat bermacam-macam atau malah tanpa
keluhan sama sekali. Keluhan yang paling banyak terjadi yaitu :
a. Demam
Serangan demam pertama dapat sembuh kembali, tetapi kadang-kadang panas badan
mencapai 40-41
0
C. Demam biasanya menyerupai demam influenza sehingga penderita biasanya
tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza.
b. Batuk
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk biasanya dialami 4 minggu dan
bahkan berbulan-bulan. Sifat batuk dimulai dari batuk non produktif. Keadaan ini biasanya akan
berlanjut menjadi batuk darah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis terjadi pada kavitas,
tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
c. Sesak napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah meliputi bagian paru-
paru.
d. Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkanpleuritis.
e. Malaise
Tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa
anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (BB menurun), sakit kepala, meriang,
nyeri otot, dan berkeringat malam. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang
timbul secara tidak teratur (Ari Sandi, 2012)
E. Patofisiologi
Port deentri kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi terjadi melalui udara (air borne),
yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan di inhalasi biasanya terdiri atas satu sampai tiga
gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung bertahan di saluran hidung dan cabang besar
bronkus, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, kuman
akan mulai mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak memfagosit bakteri
di tempat ini, namun tidak membunuh organisme tersebut.
Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh
dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat berjalan terus dan
bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah
bening menuju getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu, sehingga membentuk sel tuberkel epiteloit yang dikelilingi oleh
fosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 jam. ( Ardiansyah, 2012).
F.Pemeriksaan Diagnosis
a. Pemeriksaan Rontgen Toraks
Pada hasil pemeriksaan rontgen toraks, sering didapatkan adanya suatu lesi sebelum
ditemukan gejala subjektif awal. Sebelum pemeriksaan fisik, dokter juga menemukan suatu
kelainan paru. Pemeriksaan rontgen toraks ini sangat berguna untuk mengevaluasi hasil
pengobatan, di mana hal ini bergantung pada tipe keterlibatan dan kerentanan bakteri tuberkel
terhadap OAT. Penyembuhan total sering kali terjadi di beberapa area dan ini adalah observasi
yang dapat muncul pada sebuah proses penyembuhan yang lengkap.
b. Pemeriksaan CT-scan
Pemeriksaan CT-scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB inaktif/stabil yang
ditunjukkan dengan adanya gambaran garis-garis fibrotik ireguler, pita parenkimal, klasifikasi
nodul dan adenopati, perubahan kelengkungan berkas bronkhovaskuler, bronkhiektasis, serta
emfisema perisikatrisial. Pemeriksaan CT-scan sangat bermanfaat untuk mendeteksi adanya
pembentukan kavitas dan lebih dapat diandalkan daripada pemeriksaan rontgen biasa.
c. Radiologis TB Paru Milier
TB milier akut diikuti oleh invasi pembuluh darah secara masif/menyeluruh serta
mengakibatkan penyakit akut yang berat dan sering disertai akibat fatal sebelum penggunaan
OAT. Hasil pemeriksaan rontgen toraks bergantung pada ukuran dan jumlah tuberkel milier.
Pada beberapa pasien TB milier, tidak ada lesi yang terlihat pada hasil rontgen toraks, tetapi ada
beberapa kasus dimana bentuk milier klasik berkembang seiring dengan perjalanan penyakitnya.
d. Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis terbaik dari penyakit Tuberculosis diperoleh dengan pemeriksaan mikrobiologi
melalui isolasi bakteri. Untuk membedakan species Mycobacterium yang satu dengan lainnya
harus dilihat sifat koloni, waktu pertumbuhan, sifat biokimia pada berbagai media, perbedaan
kepekaan terhadap OAT dan percobaan, serta perbedaan kepekaan kulit terhadap berbagai jenis
antigen Mycobacterium.
Bahan untuk pemeriksaan isolasi Mycobacterium Tuberculosis adalah sputum pasien,
urine, dan cairan kumbah lambung. Selain itu, ada juga bahan-bahan lain yang dapat digunakan,
yaitu cairan serebrospinal (sum-sum tulang belakang), cairan pleura, jaringan tubuh, feses, dan
swab tenggorokan. Pemeriksaan darah yang dapat menunjang diagnosis Tuberculosis Paru,
walaupun kurang sensitif, adalah pemeriksaan laju endap darah (LED). Adanya peningkatan
LED biasanya disebabkan peningkatan immunoglobulin, terutama IgG dan IgA.
G.Komplikasi
Penyakit tuberculosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut :
a. Komplikasi dini
1) Pleuritis
2) Efusi pleura
3) Empiema
4) Laringitis
Menjalar ke organ lain : Usus
Poncets arthropathy
b. Komplikasi lanjut
1) Obstruksi jalan napas : SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis)
2) Kerusakan parenkim berat : SOPT/Fibrosis paru, kor pulmonal
3) Amiloidosis
4) Karsinoma paru
5) Sindrom gagal napas dewasa (ARDS)
H.Asuhan Keperawatan TB Paru
1. Pengkajian
Data Yang dikaji
A. Aktifitas/istirahat
Kelelahan
Nafas pendek karena kerja
Kesultan tidur pada malam hari, menggigil atau berkeringat
Mimpi buruk
Takhikardi, takipnea/dispnea pada kerja
Kelelahan otot, nyeri , dan sesak

B. Integritas Ego
Adanya / factor stress yang lama
Masalah keuangan, rumah
Perasaan tidak berdaya / tak ada harapan
Menyangkal
Ansetas, ketakutan, mudah terangsang

C. Makanan / Cairan
Kehilangan nafsu makan
Tak dapat mencerna
Penurunan berat badan
Turgor kult buruk, kering/kulit bersisik
Kehilangan otot/hilang lemak sub kutan

D. Kenyamanan
Nyeri dada
Berhati-hati pada daerah yang sakit
Gelisah

E. Pernafasan
Nafas Pendek
Batuk
Peningkatan frekuensi pernafasan
Pengembangn pernafasan tak simetris
Perkusi pekak dan penuruna fremitus
Defiasi trakeal
Bunyi nafas menurun/tak ada secara bilateral atau unilateral
Karakteristik : Hijau /kurulen, Kuning atua bercak darah

F. Keamanan
Adanya kondisi penekanan imun
Test HIV Positif
Demam atau sakit panas akut

G. Interaksi Sosial
Perasaan Isolasi atau penolakan
Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab
Pemeriksaan Diagnostik
1. Kultur Sputum
2. Zeihl-Neelsen
3. Tes Kulit
4. Foto Thorak
5. Histologi
6. Biopsi jarum pada jaringan paru
7. Elektrosit
8. GDA
9. Pemeriksaan fungsi Paru.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivasi ulang ) B.d
- Pertahanan primer tak adekuat , penurunan kerja silia
- Kerusakan jaringan
- Penurunan ketahanan
- Malnutrisi
- Terpapar lngkungan
- Kurang pengetahuan untuk menghindari pemaparan patogen
Kriteria hasil :- Pasien menyatakan pemahaman penyebab / faktor resiko individu
- mengidentifkasi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi
- Menunjukkan teknik , perubahan pola hidup untuk peningkatan lingkungan yang aman
Intervensi :
1. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi
2. Identifikasi orang lain yang beresiko
3. Anjurkan pasien untuk batuk /bersin dan mengeluarkan pada tissue dan menghindari meludah
4. Kaji tindakan kontrol infeksi sementara
5. Awasi suhu sesuai indikasi
6. Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang
7. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat
8. Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara perodik terhadap sputum
9. Dorong memilih makanan seimbang
10. Kolaborasi pemberian antibiotik
11. Laporkan ke departemen kesehatan lokal
2. Bersihan jalan nafas tak efektif B.d
- adanya secret
- Kelemahan , upaya batuk buruk
- Edema tracheal
Kriteria Evaluasi : Pasien menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat
Intervensi :
1. Kaji fungsi pernafasan , kecepatan , irama , dan kedalaman serta penggunaan otot asesoris
2. Catat kemampuan unttuk mengeluarkan mukosa / batuk efekttif
3. Beri posisi semi/fowler
4. Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea
5. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml per hari
6. Kolaboras pemberian oksigen dan obat obatan sesuai dengan indikasi
3. Resiko tinggi / gangguan pertukaran gas B.d
- Penurunan permukaan efektif paru , atelektasis
- Kerusakan membran alveolar kapiler
- Sekret kental , tebal
- Edema bronchial
Kriteria Evaluasi : Pasien menunjukkan perbaikan venilasi dan oksigenasi jaringan adekuat
dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan
Intervensi :
1. Kaji Dipsnea,Takhipnea, menurunnya bunyi nafas ,peningkatan upaya pernafasan ,
terbatasnya ekspansi dinding dada , dan kelemahan
2. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran , catat sianosis dan atau perubahan pada warna kulit
3. Anjurkan bernafas bibr selama ekshalasi
4. Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan atau Bantu aktivitas perawatan diri sesuai
kebutuhan
5. Kolaborasi oksigen
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan B.d
- Kelemahan
- Sering batuk / produksi sputum
- Anorexia
- Ketidakcukupan sumber keuangan
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan BB, menunjukkan perubahan perilaku / pola hidup
untuk meningkatkan / mempertahankan BB yang tepat
Intervensi :
1. Catat status nutrisi pasien pada penerimaan , catat turgor kulit , BB, Integrtas mukosa oral ,
kemampuan menelan , riwayat mual / muntah atau diare
2. Pastikan pola diet biasa pasien
3. Awasi masukan dan pengeluaran dan BB secara periodik
4. Selidiki anorexia , mual , muntah dan catat kemungkinan hhubungan dengan obat
5. Dorong dan berikan periode stirahat sering.
6. Berikan perwatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan.
7. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohodrat.
8. Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah.
9. Kolaborasi ahli diet untuk menentukan komposisi diet.
10. Konsul dengan terapi pernafasan untuk jadual pengobatan 1-2 jam sebelum dan sesudah
makan.
11. Awasi pemeriksaan laboratorium
12. Kolaborasi antipiretik
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan, dan pencegahan
Berhubungan dengan :
- Keterbatasan kognitif
- Tak akurat/lengkap informasi yang ada salah interpretasi informasi
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan pengobatan serta
melakukan perubahan pola hidupdan berpartispasi dalam program pengobatan
Intervensi :
1. Kaji kemampuan psen untuk belajar
2. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat
3. Tekankan pentingnya mempertahankan proten tinggi dan det karbohidrat dan pemasukan
cairan adekuat.
4. Berikan interuksi dan informasi tertuls khusus pada pasien untuk rujukan.
5. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan lama.
6. Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah
7. Tekankan kebutuhan untuk tidak minum alcohol sementara minum INH
8. Rujuk untuk pemeriksaan mata setelah memula dan kemudian tiap bulan selama minum
etambutol
9. Dorongan pasien/ atau orang terdekat untuk menyatakan takut / masalah. Jawab pertanyaan
dengan benar.
10. Dorong untuk tidak merokok
11. Kaji bagaimana TB ditularkan dan bahaya reaktivasi

DAFTAR PUSTAKA ( REFERENSI )

Doengoes Marilynn E ,Rencana Asuhan Keperawatan ,EGC, Jakarta , 2000.
Lynda Juall Carpenito, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan , edisi 2 , EGC, Jakarta
,1999.Mansjoer dkk , Kapita Selekta Kedokteran ,edisi 3 , FK UI , Jakarta 1999.
Price,Sylvia Anderson , Patofisologi : Konsep Klinis Proses Proses penyakit , alih bahasa Peter
Anugrah, edisi 4 , Jakarta , EGC, 1999.
Tucker dkk, Standart Perawatan Pasien , EGC, Jakarta , 1998
M.Ardiansyah.2012.medikal bedah untuk mahasiswa. Diva press. Yogyakarta
Widoyono.2008.penyakit tropis: epidemiologi, penularan, pencegahan dan pemberantasannya.
Erlangga. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai