Anda di halaman 1dari 6

Mei 2003

E D I S I
38
1 Berita Utama
Perkembangan
Restrukturisasi Grup APP
Indonesia
BPPN Tawarkan Aset
Strategis Senilai US$ 2,5
Milyar dan Rp 18,6 Trilyun
Divestasi Saham Bank
Danamon Indonesia Selesai
BPPN Selenggarakan Investor
Forum 2003
Crash Program Properti Eks
Agunan Pinjaman Bank
Hasil Penjualan PPAP II
5 Indikator Utama Bank-
bank BTO
5 Penyelesaian Aset Kredit
Total Aset Kredit Terjual
6 Penerimaan Tunai BPPN
April 2003
Da f t a r I s i
Be r i t a Ut a ma
Perkembangan Restrukturisasi Grup APP Indonesia
Pada tanggal 26 Mei 2003 BPPN mengumumkan perkembangan restrukturisasi hutang Grup
APP Indonesia sebagai kelanjutan dari proses Perjanjian Penyelesaian tanggal 18 Desember
2002, meliputi 6 pokok bagian, antara lain: (1) ringkasan kredit Grup APP Indonesia, (2)
perjanjian penyelesaian tanggal 18 Desember 2002, (3) penyelesaian 152 permasalahan, (4)
APP Oversight Committee (APP-OC) dan convertible bond, (5) permasalahan komersial utama,
dan (6) rencana kerja.
6 pokok bagian ini dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
1. Grup APP Indonesia adalah kelompok usaha swasta dengan perusahaan induk berbasis di
Singapura dan perusahaan operasionalnya berlokasi di Indonesia dan Cina. Dalam hal ini
yang memiliki kewajiban ke BPPN adalah perusahaan operasional Grup APP Indonesia,
yaitu Indah Kiat Pulp & Paper, Tjiwi Kimia, Pindo Deli dan Lontar Papyrus, serta Purinusa
Ekapersada.
Grup ini memiliki total hutang sekitar US$ 6,4 milyar kepada sejumlah kreditor besar di
antaranya BPPN 15,2%, Export Credit Agencies (ECA) 14,1%, Trading Company Jepang
8,3%, serta Pemegang Obligasi dan Perbankan 62,4%. BPPN dalam hal ini adalah Creditor
by default, yang disebabkan oleh kefungsiannya sebagai pihak yang melakukan restrukturisasi
kredit macet yang dialihkan dari sektor perbankan.
2. Berdasarkan Perjanjian Penyelesaian tanggal 18 Desember 2002 telah dicapai kesepakatan
pada butir-butir Settlement Agreement, sebagai acuan penentuan skema global restrukturisasi,
yaitu terdiri dari: (a) financial terms meliputi tenor, EBITDA, tranches, allocation across APP
group, accrued interest, monthly mandatory debt service (MMDS), balance of EBITDA, debt
outstanding, dan (b) non financial terms meliputi pre restructuring escrow account, capital
expenditure (CAPEX), fee manajemen, debt buy back, event of default, cross default, consequences
of default, security, restukturisasi Purinusa Ekapersada, forestry issues, corporate governance,
third party transaction, creditor decision making, dan control period.
53% Kreditur dari seluruh Kreditur Grup APP Indonesia telah memberikan dukungannya
kepada Settlement Agreement, terdiri dari 34% Kreditur yang menandatangani Settlement
Agreement dan 19% Kreditur yang menyerahkan Surat Dukungan termasuk ECA dan Nippon
Export and Investment Insurance (NEXI).
3. BPPN, ECA dan Grup APP Indonesia telah melaksanakan serangkaian pertemuan intensif
untuk menyelesaikan 168 permasalahan. 152 di antaranya telah berhasil diselesaikan,
menyangkut antara lain: budget, revenue account, operating account & debt service account,
CAPEX, debt buy back, excluded debt, existing debt, long stop date, potential event of default,
proof of debt, related party transaction, APP management fee, control period, no winding up, no
litigation, financial statement, undisclosed liabilities, off balance sheet liabilities, detail of indebtedness,
negative pledge, insurance, treasury, dan environmental compliance.
Semua informasi yang terdapat pada laporan ini merupakan informasi awal sebelum diaudit. Penjumlahan total dapat saja tidak sesuai karena proses pembulatan.
Nilai pada bagian restrukturisasi kredit adalah berdasarkan Asset Transfer Kit (ATK). Nilai nominal untuk item-item tertentu telah disederhanakan representasinya
menjadi jutaan atau milyar dengan satu atau dua desimal digit di belakang koma.
Laporan Bulanan BPPN | Edisi 38 | Mei 2003 2
Perkembangan Restrukturisasi Grup APP Indonesia (lanjutan)
4. APP-OC telah disepakati untuk menggantikan APP Trading, dan akan melaksanakan fungsi pengawasan di seluruh manajemen
Grup APP Indonesia, termasuk pengawasan dana di escrow account. APP-OC terdiri dari 3 anggota inti. Hal lain yang juga
disepakati adalah Kreditur berhak menempatkan 2 orang perwakilannya sebagai Komisaris pada tiap Principle Indonesian Operating
Company (PIOC) di Grup APP Indonesia.
Sementara itu, juga telah disepakati skema untuk menggantikan Share in Trust dengan Instants Conversion Mechanism Convertible
Bond.
5. Dalam rangka menyelesaikan permasalahan komersial utama, BPPN, ECA dan Grup APP Indonesia pada tanggal 23 Mei
2003 telah menandatangani sejumlah kesepakatan yang terdiri dari: (a) payment default mechanism, yang mengatur: (i)
diperlukannya persetujuan antara 75% 25% dari Kreditur secara bertahap selama 180 hari, guna menentukan terjadinya
wanprestasi atas pembayaran, dan (ii) diperlukan persetujuan 67% Kreditur untuk melaksanakan konversi menjadi saham, dan
51% untuk melaksanakan eksekusi jaminan, (b) independent commissioners, untuk memastikan tugas dan kewenangan
komisaris yang ditunjuk tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, (c) Tranche C Terms and
Tenor, mengatur jangka waktu Tranche C adalah 12 tahun dan Debitur memiliki opsi untuk perpanjangan selama 3 tahun,
(d) Debt to Equity Conversion, mengatur 50% Tranche A, B, dan C dapat dikonversi menjadi maksimal 51% saham PIOC, (e)
Cash Buffer, mengatur maksimum persediaan dana PIOC sebesar 6 bulan kewajiban pembayaran, (f) Cash Waterfall, yang
mengatur untuk setiap kelebihan dana yang dimiliki, maka 10% akan digunakan untuk melunasi Tranche C dan 90%-nya
untuk debt buy back Tranche A, B dan C.
6. Penentuan Rencana Kerja mengacu kepada 6 permasalahan komersial utama yang telah disepakati, antara lain: (a) BPPN
meminta kepada Grup APP Indonesia untuk menyelesaikan Kupon Obligasi Rupiah dalam waktu dekat dan telah mengajukan
kepada ECA rencana restrukturisasi Obligasi Rupiah, (b) BPPN akan meminta persetujuan kepada KKSK atas restrukturisasi
hutang Grup APP Indonesia dan ECA akan memintanya kepada pimpinan masing-masing, (c) pada awal Juni 2003 sebagai
kelanjutan dari perjanjian penyelesaian tanggal 18 Desember 2002 para pihak akan menandatangani perjanjian notariel, (d)
penasehat hukum akan mempersiapkan Definitive Restructuring Document (DRD) dalam waktu 1 bulan, (e) paling lambat awal
bulan Juli 2003 DRD tersebut telah ditandatangani, (f) BPPN bersama ECA akan segera membahas penunjukan komisaris
pada tiap PIOC, (f) dengan tercapainya kesepakatan ini, BPPN, ECA, dan Grup APP Indonesia berharap kreditur lain akan
turut mendukung skema ini, dan (g) proses verifikasi dan perhitungan hutang Grup APP Indonesia dapat segera dilaksanakan
oleh monitoring accountant yang ditunjuk.
BPPN Tawarkan Aset Strategis Senilai US$ 2,5 Milyar dan Rp 18,6 Trilyun
Pada tanggal 12 Mei 2003 BPPN mengumumkan dimulainya Program Penjualan Aset Strategis tahap I (PPAS I) terdiri antara lain
aset kredit dan kepemilikan saham perusahaan dari 4 obligor strategis, yaitu Texmaco Group, Chandra Asri Group, Bali Nirwana
Resort, dan Pabrik Gula Rajawali III, dengan total portofolio sekitar US$ 2,5 milyar dan Rp 18,6 trilyun.
Keempat obligor tersebut didefinisikan strategis antara lain karena perusahaan-perusahaan tersebut menempati posisi penting
dalam industrinya, berpotensi menghasilkan devisa dalam jumlah yang signifikan, memiliki jumlah kewajiban kepada BPPN di atas
Rp 500 milyar, dan mempekerjakan karyawan dalam jumlah yang cukup besar.
Program penjualan di BPPN selalu berlandaskan prinsip transparansi dan keadilan, dan bertujuan untuk mengoptimalkan
hasil penjualan dan meningkatkan nilai komersial perusahaan. Untuk itu, BPPN berpandangan bahwa investor yang paling ideal
untuk berpartisipasi dalam program ini adalah investor yang telah memiliki pengalaman pada keunikan masing-masing industri,
berkemampuan keuangan yang cukup dan yang dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan, termasuk tetap dapat menyediakan
lapangan kerja bagi karyawannya.
Proses penjualan PPAS dilaksanakan dalam dua tahap. Pada tahap pertama BPPN akan mengundang bidder untuk menyerahkan
penawaran yang bersifat teknis, dalam hal ini menyangkut kualifikasi bidder dan rencana untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Setelah itu, pada tahap kedua, bidder diminta untuk menyerahkan penawaran harga setelah melaksanakan tahap uji tuntas,
dengan waktu yang diberikan, lebih dari satu bulan.
Berita Utama (lanjutan)
Laporan Bulanan BPPN | Edisi 38 | Mei 2003 3
Berita Utama (lanjutan)
Divestasi Saham Bank Danamon Indonesia Selesai
Pada tanggal 21 Mei 2003 BPPN mengumumkan bahwa lembaga ini dan Konsorsium Asia Financial Indonesia (Konsorsium AFI)
telah mencapai kesepakatan mengenai isi perjanjian penjualan (SPA) Bank Danamon Indonesia (BDI), dan telah menandatangani
perjanjian ini di hadapan Notaris. Penyelesaian pembayaran sebagaimana diatur dalam SPA, nantinya masih akan tergantung
kepada hasil fit and proper test Bank Indonesia.
Dalam SPA tersebut diatur aspek-aspek sebagai berikut:
1. Harga penjualan 51% saham BPPN di BDI kepada Konsorsium AFI adalah Rp 1.202 per lembar terdiri dari 2.502.530.220
lembar saham, dengan total penjualan kotor sebesar Rp 3,0 trilyun.
2. Untuk jajaran direksi, selama saham BPPN di BDI sebesar 20% atau lebih, dari total 7 anggota Direksi, BPPN berhak
menempatkan 3 anggota Direksi, termasuk Wakil Presiden Direktur. Tujuan dari komposisi keanggotaan tersebut, adalah
agar BPPN tetap dapat memberikan kontribusi signifikan bagi penentuan arah dan kebijakan operasional perusahaan.
Dalam hal bila kepemilikan saham BPPN di BDI berkisar antara 20% hingga 10%, BPPN berhak untuk menunjuk 2 anggota
pada jajaran Direksi.
3. Untuk jajaran komisaris, selama saham BPPN di BDI sebesar 20% atau lebih, dari total 10 anggota yang duduk di jajaran
Dewan Komisaris, BPPN berhak menunjuk 4 anggota, termasuk Wakil Presiden Komisaris dan 2 Komisaris Independen.
Bila kepemilikan saham BPPN di BDI antara 20% hingga 10%, BPPN berhak menunjuk 2 anggota pada jajaran Dewan
Komisaris, termasuk Wakil Presiden Komisaris dan 1 Komisaris Independen.
4. Atas deviden BDI sampai dengan tanggal 31 Desember 2002, BPPN berhak dan akan mengambil deviden secara tunai
dengan rasio 60% dari laba bersih BDI, atau sebesar Rp 565,3 milyar. Sisa 40% senilai Rp 376,87 milyar akan digunakan BPPN
untuk memperkuat permodalan BDI yang pada gilirannya akan meningkatkan kinerja bank.
5. Konsorsium AFI tidak boleh menjual/mengalihkan sahamnya kepada pihak lain selama 3 tahun (lock up period) terhitung dari
tanggal penyelesaian transaksi.
Ringkasan kronologis proses strategic sales (divestasi saham BDI), antara lain:
1. Proses awal divestasi ini dimulai dengan diumumkannya hal ini kepada publik melalui media massa pada tanggal 31 Desember
2002 dan 6 Januari 2003.
2. Untuk pemasarannya, teaser letter disebarkan kepada 87 calon investor, dan 19 di antaranya menandatangani Confidential
Agreement dan menyerahkan Letter of Interest. Ke-19 investor tersebut selanjutnya dikirimkan Info Memo. Untuk kegiatan
yang sama, pada bulan Februari 2003 BPPN juga melaksanakan road show di Jakarta, Singapura, Hong Kong, dan London.
3. Dari 19 calon investor di atas, 5 di antaranya menyerahkan penawaran awal tidak mengikat pada tanggal 14 Maret 2003,
yaitu Osbourne, Konsorsium AFI, Konsorsium Bhakti Capital dan Bank Mega, Bhakti Asset Management, dan Konsorsium
Bank Artha Graha. 5 calon investor tersebut kemudian dilakukan evaluasi berdasarkan kriteria-kriteria, yaitu (i) kualitas
calon investor, visi strategis BDI, dan (ii) harga penawaran yang tidak mengikat. Setelah melalui proses penyeleksian, 3
calon investor keluar sebagai shortlisted bidders, yaitu Konsorsium AFI, Konsorsium Bhakti Capital dan Bank Mega, dan Konsorsium
Bank Artha Graha.
4. Shortlisted bidders diberikan jangka waktu 5 minggu untuk melakukan proses Uji Tuntas.
5. Atas permintaan ketiga shortlisted bidders untuk melakukan Uji Tuntas dan klarifikasi ke manajemen BDI, BPPN memberikan
tambahan waktu selama satu minggu menjadi tanggal 28 April 2003 untuk penyampaian Penawaran Akhir. BPPN juga
meminta tambahan waktu menjadi tanggal 5 Mei 2003 untuk melaksanakan evaluasi terhadap rencana kerja shortlisted
bidders tersebut.
6. Preferred Bidder, ditentukan berdasarkan evaluasi dua tahapan pada shortlisted bidders, yaitu: (1) Penilaian Absolute Criteria,
dan (2) Penilaian Comparative Criteria.
7. Pada tanggal 5 Mei 2003, BPPN menerima dokumen final bid dari shortlisted bidder dalam proses divestasi ini. Selanjutnya
berdasarkan masukan dari Komite Independen, Tim Evaluasi Internal BPPN dan Konsultan Divestasi yang melakukan
evaluasi terhadap final bid, BPPN menetapkan Konsorsium AFI sebagai preferred bidder.
Laporan Bulanan BPPN | Edisi 38 | Mei 2003 4
BPPN Selenggarakan Investor Forum 2003
Pada tanggal 22 Mei 2003, BPPN menyelenggarakan Investor Forum 2003 untuk mensosialisasikan sejumlah program penjulan
antara lain Program Penjualan Aset Investasi tahap II (PPAI II), Program Penjualan Aset Strategis (PPAS) kepada para investor
yang berminat terhadap aset yang ditawarkan BPPN.
Dengan penyelenggaraan forum seperti ini, BPPN berharap dapat memberikan sebanyak mungkin informasi kepada calon investor,
yang pada gilirannya dapat membantu menyukseskan program penjualan-penjualan tersebut. BPPN dengan tujuan yang hampir
sama dengan program di atas, dalam waktu dekat ini juga akan mengadakan road show ke beberapa negara seperti Malaysia, Korea,
dan Jepang, agar para investor dari negara-negara ini dapat lebih diarahkan perhatiannya pada aset-aset yang akan dijual BPPN.
Crash Program Properti Eks Agunan Pinjaman Bank
Pada tanggal 21 April 2003, BPPN mengumumkan peluncuran Crash Program Properti (CPP) berupa penjualan aset properti
(tanah berikut bangunan) eks agunan/jaminan debitur sebagai jaminan atas pengucuran kredit kepada debitur, sebelum akhirnya
bank-bank tersebut dialihkan ke BPPN untuk pengelolaannya Bank Dalam Penyehatan (BDP).
Program ini dilakukan dalam upaya mengoptimalkan tingkat penyelesaian penanganan aset properti yang ada di BPPN di mana
aset properti tersebut sebelumnya adalah milik debitur yang termasuk dalam kategori UKM (pinjaman di bawah Rp 5 milyar).
Tata cara pelaksanaan (terms of reference) CPP Eks Agunan Pinjaman Bank ini dapat diperoleh pada kantor BPPN centre terdekat
atau diakses pada situs web BPPN di www.bppn.go.id.
Jadual Pelaksanaan CPP sebagai berikut:
Berita Utama (lanjutan)
Pengumuman 21 April 2003
Pendaftaran 21 April 20 Mei 2003
Evaluasi Permohonan 24 April 26 Mei 2003
Surat Persetujuan BPPN 1 28 Mei 2003
Pelunasan Pembayaran 5 Mei 4 Juni 2003
Pengalihan Hak dan Serah Terima 12 Mei 18 Juni 2003
Kegiatan Periode Pelaksanaan
Hasil Penjualan PPAP II
Pada tanggal 21 April 2003, BPPN mengumumkan telah berhasil menyelesaikan program PPAP II setelah ditetapkannya pemenang
atas aset properti yang ditawar-ulang dengan nilai jual sebesar Rp 59,45 milyar.
Dengan demikian, dari program PPAP II, BPPN berhasil menjual 720 unit aset dengan total penerimaan sekitar Rp 647,84 milyar.
Laporan Bulanan BPPN | Edisi 38 | Mei 2003 5
I ndi k a t or Ut a ma Ba nk - ba nk BT O
Januari 2003 Februari 2003 Maret 2003
(%)
Rasio Pilihan
Capital Adequacy Ratio (CAR) 18,20 16,84 16,37
Loan to Deposit Ratio (LDR) 50,89 54,08 56,96
NPL (Kategori 3-5) / Total Loans 12,87 11,88 11,73
Net Interest Margin (NIM) 2,72 3,95 3,16
Return on Assets (RoA) 1,62 1,38 1,60
Return on Equity (RoE) 12,22 12,63 17,42
Catatan: Perhitungan rasio merupakan rata-rata bulanan Bank Danamon, Bank Niaga, dan Bank Permata.
P e ny e l e s a i a n As e t Kr e di t
Total Aset Kredit Terjual
Berdasarkan data per tanggal 1 Mei 2003, dari total aset kredit kelolaan BPPN sebesar Rp 321,1 trilyun dengan 290.604 debitur,
sebanyak 195.670 debitur dengan total nilai sebesar Rp 219,5 trilyun telah terjual, termasuk sebagian kecilnya dengan penyelesaian
tunai, yang memberikan tingkat penyelesaian aset kredit sebesar 68,4%. Penyelesaian aset kredit yang disebut di atas sudah termasuk
penjualan aset kredit PPAK III.
Sementara itu, aset kredit dalam kelolaan BPPN (persediaan) masih tersisa sebanyak 94.934 debitur bernilai Rp 101,6 trilyun,
yang saat ini sudah disiapkan dalam berbagai program penjualan berikutnya, di antaranya program PPAS.
Total Aset Kredit
290.604 debitur
Rp 321,1 trilyun
31,6%
Persediaan
94.934 debitur
Rp 101,6 trilyun
68,4%
Terjual
1)
195.670 debitur
Rp 219,5 trilyun
1)
Termasuk pelunasan tunai.
Laporan Bulanan BPPN | Edisi 38 | Mei 2003 6
Aset Manajemen Kredit (AMK) 15.618 4.690 30%
Aset Manajemen Investasi (AMI) 6.400 560 9%
Restrukturisasi Bank (RB) 4.000
Lain-lain 25 143 572%
Total 26.043 5.393 21%
Penerimaan Tunai 2003
Target Realisasi
April 2003
Sampai dengan tanggal 30 April 2003, total penerimaan tunai BPPN menjadi sebesar Rp 5,4 trilyun. Penerimaan dari Unit Aset
Manajemen Kredit pada bulan ini meningkat sebesar Rp 3,9 trilyun dari bulan sebelumnya menjadi sebesar Rp 4,7 trilyun.
Sementara itu, unit Aset Manajemen Investasi hingga bulan ini membukukan penerimaan sebesar Rp 560 milyar. Untuk RB,
pada bulan ini masih tercatat nihil, berhubung divestasi saham Bank Danamon baru diselesaikan sekitar akhir bulan Mei 2003.
Untuk penerimaan jenis Lain-lainnya yang berasal dari bunga penempatan dana, tercatat adanya peningkatan sekitar Rp 29
milyar menjadi sebesar Rp 143 milyar.
% Realisasi/
Target
Sumber
Dalam bulan ini, BPPN menyetorkan dana sekitar Rp 1,0 trilyun ke Kas Negara. Dengan demikian total akumulasi dana yang
telah disetorkan BPPN ke Kas Negara adalah sebesar Rp 6,9 trilyun atau sekitar 26% pencapaian pada dukungan terhadap fiskal
(APBN 2003).
Dana tersebut terdiri dari tunai sebesar Rp 4,0 trilyun dan obligasi rekap Rp 2,9 trilyun.
P e ne r i ma a n Tuna i BP P N
Dalam milyar Rupiah
Tunai 18.000 4.002 22%
Obligasi 8.000 2.877 36%
Total 26.000 6.879 26%
Setoran APBN 2003
Target Realisasi
% Realisasi/
Target
Sumber
Dalam milyar Rupiah

Anda mungkin juga menyukai