Anda di halaman 1dari 30

ASAM SITRAT SEBAGAI LAPISAN PELINDUNG UNTUK

MENGURANGI LAJU KOROSI PADA LOGAM















ELIS MARYATI



















DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

ABSTRAK


ELIS MARYATI. Asam Sitrat Sebagai Lapisan Pelindung Untuk Mengurangi Laju
Korosi Pada Logam. Dibimbing oleh TUTI SETIAWATI dan SULISTIOSO GIAT
SUKARYO.
Korosi pada logam sangat merugikan. Sehingga, perlu ada suatu cara yang
mudah untuk mengurangi laju korosi pada logam. Penelitian ini bertujuan mengetahui
kemampuan asam sitrat sebagai lapisan pelindung untuk mengurangi laju korosi pada
logam. Konsentrasi asam sitrat yang digunakan adalah 50, 60, dan 70 % dengan lama
pencelupan 30, 60, dan 90 menit. Pengamatan laju korosi dilakukan di lingkungan udara
dan lingkungan air. Di lingkungan udara, laju korosi logam yang dilapisi asam sitrat
lebih rendah jika dibandingkan dengan logam yang tidak dilapisi asam sitrat. Hal
sebaliknya terjadi di lingkungan air. Laju korosi logam yang dilapisi asam sitrat secara
umum meningkat sebanding dengan konsentrasi dan lama pencelupan. Asam sitrat dapat
digunakan sebagai lapisan pelindung untuk mengurangi laju korosi pada logam di
lingkungan udara dengan mekanisme pasivasi, tetapi tidak dapat digunakan di lingkungan
air. Laju korosi di lingkungan air untuk konsentrasi 50, 60, dan 70 % dengan lama
pencelupan untuk setiap konsentrasi 30, 60, dan 90 menit berturut-turut adalah 2.51, 2.69,
2.86, 2.90, 3.37, 3.91, 4.04, 8.15, 10.67, dan 2.84 miliinci per tahun.






























ABSTRACT


ELIS MARYATI. Citric Acid as Protective Layer to Reduce Corrosion Rate on Metals.
Under the direction of TUTI SETIAWATI and SULISTIOSO GIAT SUKARYO.
Corrosion of metals can make an enormous loss. So, there should be an easy
methods to reduce corrosion rate. This research was aimed to know citric acid capability
as protective layer to reduce corrosion rate on metal. Citric acid concentrations used in
this research were 50, 60, and 70 % with 30, 60, and 90 minutes immersion time.
Corrosion rate was observed in air and water environments. In air, citric acid layer
reduced corrosion rate, but in water it was increasing. Citric acid could be used as
protective layer to reduce corrosion rate on metals with passivation mechanism in air
environment, but could not be used in water environment. Corrosion rate of 50, 60, and
70 % citric acid with 30, 60, and 90 minutes immersion time in water were 2.50, 2.69,
2.86, 2.90, 3.37, 3.91, 4.04, 8.15, 10.67, and 2.84 miliinchi per years respectively.



ASAM SITRAT SEBAGAI LAPISAN PELINDUNG UNTUK
MENGURANGI LAJU KOROSI PADA LOGAM














ELIS MARYATI












Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia








DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

Judul : Asam Sitrat Sebagai Lapisan Pelindung Untuk Mengurangi Laju Korosi pada
Logam.
Nama : Elis Maryati
NIM : G01400008









Menyetujui:



Pembimbing I,



Dra. Tuti Setiawati, M. S.
NIP 132053496
Pembimbing II,



Drs. Sulistioso Giat Sukaryo, M. T.
NIP 330003902










Mengetahui:

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor




Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M. S.
NIP 131473999







Tanggal Lulus:






























Seiring sujud syukur pada-Nya
Ku persembahkan karya ini Untuk kedua orang tua
Keluarga tercinta dan yang menyayangiku

PRAKATA


Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga dimudahkan dan diberi kekuatan dalam menyusun
laporan penelitian ini. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah SAW yang
telah memberi teladan mulia menuju jalan yang diridhoi-Nya.
Penelitian ini berjudul Asam Sitrat Sebagai Lapisan Pelindung Untuk Mengurangi
Laju Korosi pada Logam. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Analitik
IPB dan Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN)-BATAN,
kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang dari bulan Juni sampai dengan Desember 2005.
Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Kimia, FMIPA IPB.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dra. Tuti Setiawati, M.S. dan Drs.
Sulistioso Giat Sukaryo, M.T. selaku pembimbing, kepada staff dan karyawan PTBIN-
BATAN terutama Drs. Wagiyo, M.T., Drs. Supardi, M. Ihsan, S.Si, Drs. Bambang
Sugeng, M.T., dan Ari Handayani, BE. Kepada karyawan Puspiptek anggota bus Bogor,
kepada staff dan karyawan Laboratorium Kimia Analitik IPB. Ungkapan terimakasih
juga disampaikan kepada kedua orang tua dan keluarga tercinta atas doa, dukungan dan
pengorbanannya. Kepada rekan-rekan kimia 37, rekan-rekan kimia 38 terutama Amalia,
teman-teman di Az-Zahiroh, dan Istana 17 atas persaudaraannya. Tak lupa kepada rekan-
rekan dari UAD, Undip, Unila, dan UI atas kebersamaannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan penelitian ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan.
Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, Amin.


Bogor, April 2006


Elis Maryati






















RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 13 Mei 1981 dari pasangan Didih
dan Euis Nuryati. Penulis merupakan putri pertama dari empat bersaudara. Penulis
memulai pendidikan formal di SD N Caringin IV pada tahun 1988-1994, dilanjutkan di
SLTP N 2 Cibadak pada tahun 1994-1997 serta SMU N Cisaat pada tahun 1997-2000.
Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai salah satu mahasiswi di Departemen
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor,
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah
Kimia Analitik untuk program studi TPG pada tahun ajaran 2003/2004 dan 2004/2005,
mata kuliah Kimia Analitik untuk program Diploma III FAHUTAN pada tahun ajaran
2004/2005. Penulis juga aktif menjadi anggota Badan Kerohanian Islam Mahasiswa
IPB. Selain itu penulis pernah melaksanakan Praktik Lapangan di Laboratorium
Makanan Olahan Balai Besar Industri Agro, Bogor dari bulan Juli sampai bulan Agustus
2004.
































DAFTAR ISI


Halaman
DAFTAR TABEL.................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. x
PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA
Korosi ............................................................................................................. 1
Pasivasi ........................................................................................................... 2
Teknik Pengukuran Korosi di Lingkungan Air .............................................. 2
Asam Sitrat ..................................................................................................... 3
Analisis Fase.................................................................................................... 3
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ............................................................................................... 4
Metode Penelitian........................................................................................... 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelapisan Dengan Asam Sitrat........................................................................ 5
Analisis Fase................................................................................................... 6
Korosi di Lingkungan Udara .......................................................................... 6
Korosi di Lingkungan Air............................................................................... 7
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan......................................................................................................... 8
Saran............................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 8
LAMPIRAN.............................................................................................................. 9








DAFTAR TABEL


Halaman
1 Tebal lapisan asam sitrat ....................................................................................... 5
2 Laju korosi dalam medium air .............................................................................. 7


DAFTAR GAMBAR

Halaman
1 Plot tafel ............................................................................................................... 2
2 Tahanan polarisasi ............................................................................................... 3
3 Potensiodinamik................................................................................................... 3
4 Sel tiga-elektrode ................................................................................................. 3
5 Struktur asam sitrat .............................................................................................. 3
6 Difraksi sinar-X ................................................................................................... 4
7 Kompleks asam sitrat dengan logam ................................................................... 5
8 Struktur permukaan logam................................................................................... 6
9 Difraktogram logam tanpa lapisan asam sitrat..................................................... 6
10 Difraktogram logam dengan lapisan asam sitrat .................................................. 6
11 Struktur permukaan logam setelah satu bulan ..................................................... 6
12 Logam yang dilapisi asam sitrat setelah pemanasan............................................ 7
13 Potensiodinamik logam tanpa lapisan asam sitrat................................................ 7
14 Potensiodinamik logam dengan lapisan asam sitrat.............................................. 7











DAFTAR LAMPIRAN


Halaman
1 Komposisi dan bobot ekivalen logam.................................................................. 10
2 Densitas logam..................................................................................................... 11
3 Diagram alir penelitian ........................................................................................ 12
4 Kelarutan dan tebal lapisan asam sitrat................................................................ 13
5 Analisis fase menggunakan difraksi sinar-X........................................................ 14
6 Analisis gravimetri termal.................................................................................... 15
7 Perhitungan laju korosi dalam medium air .......................................................... 16
8 Tahanan polarisasi dalam medium air ................................................................. 17
9 Potensiodinamik dalam medium air..................................................................... 19

PENDAHULUAN

Logam merupakan material yang banyak
digunakan dalam menunjang kebutuhan hidup
manusia. Adanya korosi pada logam sangat
merugikan, karena logam menjadi mudah
rusak. Biaya tahunan untuk korosi di
Amerika Serikat saja diperkirakan mencapai
sepuluh miliar dolar (Oxtoby et al. 2001).
Oleh karena itu, perlu ada suatu cara yang
mudah untuk mengurangi laju korosi pada
logam.
Korosi dapat dikurangi dengan berbagai
cara, salah satunya adalah dengan pemberian
lapisan pelindung. Lapisan pelindung yang
dikenakan ke permukaan logam dimaksudkan
baik untuk memisahkan lingkungan dari
logam, maupun mengendalikan lingkungan
mikro pada permukaan logam (Trethewey &
Chamberlain 1991).
Metode yang sangat penting untuk
melindungi logam diperoleh dari fenomena
pasivasi (Oxtoby et al. 2001). Pasivasi adalah
proses ketika logam mampu menahan supaya
tidak terjadi korosi dengan lingkungannya.
Pasivasi juga diartikan sebagai perubahan sifat
permukaan logam dari aktif menjadi kurang
reaktif (ASM 1990).
Metode tradisional pada pasivasi logam
adalah menggunakan asam nitrat (Anonim
2005). Penggunaan asam nitrat berbahaya
bagi lingkungan, sehingga diperlukan bahan
lain yang lebih aman digunakan untuk
pasivasi logam.
Asam sitrat merupakan bahan yang dapat
digunakan sebagai pengganti asam nitrat.
Asam sitrat lebih aman digunakan jika
dibandingkan dengan asam nitrat (Anonim
2005).
Penelitian ini bertujuan mengetahui
kemampuan asam sitrat sebagai lapisan
pelindung dalam mengurangi laju korosi pada
logam di lingkungan udara dan lingkungan
air.
Manfaat penelitian ini adalah agar
mekanisme perlindungan asam sitrat dalam
mengurangi laju korosi pada logam dapat
membantu memperpanjang masa simpan
logam yang siap diproses, terutama pada
industri kecil dan rumah tangga.
Hipotesis penelitian ini adalah pelapisan
logam dengan asam sitrat dapat mengurangi
laju korosi pada logam.


TINJAUAN PUSTAKA

Korosi

Proses korosi

Korosi dapat didefinisikan sebagai proses
rusaknya suatu padatan karena reaksi kimia
atau elektrokimia yang terjadi pada
permukaan padatan tersebut. Pada umumnya
reaksi korosi pada logam adalah reaksi
elektrokimia karena adanya elektron yang
bebas bergerak pada kisi logam (Sulungbudi
& Wuryanto 1996).
Korosi pada logam diartikan sebagai
karat pada logam. Korosi didefinisikan
sebagai kerusakan atau penurunan kualitas
suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan
lingkungan (ASM 1990). Korosi dari
sepotong logam dapat dikatakan sebagai
perubahan dari logam menjadi ion logam atau
kehilangan satu atau lebih elektron dari atom
tunggal. Reaksi korosi suatu logam M biasa
dinyatakan dalam persamaan sederhana
berikut ini:
M M
n+
+ n e
-
logam muatan positif muatan negatif
ion logam elektron

Pada proses korosi, akan terjadi perpindahan
elektron yang akan menyebabkan reaksi
oksidasi dan reduksi (Komarudin 2004).
Salah satu contoh proses korosi adalah
pada reaksi elektrokimia spontan dari besi.
Korosi dapat digambarkan sebagai sel galvani
yang mempunyai hubungan pendek, di
mana beberapa daerah permukaan logam
bertindak sebagai katode dan lainnya sebagai
anode, dan rangkaian listrik dilengkapi oleh
aliran elektron menuju besi itu sendiri. Sel
elektrokimia terbentuk pada bagian logam di
mana terdapat pengotor atau di daerah yang
terkena tekanan. Reaksi pada anode sebagai
berikut:
Fe (s) Fe
2+
(aq) + 2 e
-
Reaksi pada katode bervariasi. Dengan tidak
adanya oksigen, reaksi korosi menjadi:

Fe(s) Fe
2+
(aq) + 2 e
-
(anode)
2 H
2
O (l) + 2 e
-
2 OH
-
(aq) + H
2
(g) (katode)
Fe(s) + 2 H
2
O(l) Fe
2+
(aq) + 2 OH
-
(aq) + H
2
(g)

Namun reaksi ini umumnya lambat, dan tidak
menimbulkan korosi yang serius. Korosi yang



1

2

jauh lebih ekstensif berlangsung jika besi
kontak dengan oksigen dan air. Dalam hal ini
reaksi pada katode adalah:
O
2
(g) + 2 H
3
O
+
(aq) + 2 e
-
3H
2
O(l)

Ion Fe
2+
yang terbentuk secara simultan pada
anode bermigrasi ke katode, selanjutnya
dioksidasi oleh O
2
membentuk karat
(Fe
2
O
3
.xH
2
O) ( Oxtoby et. al. 2001).

Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi

Korosi terjadi karena logam berinteraksi
dengan lingkungannya. Oleh karena itu,
faktor-faktor yang mempengaruhi proses
korosi ditentukan oleh logam itu sendiri
(faktor internal) dan faktor lingkungan tempat
logam itu berada (faktor eksternal).
Faktor-faktor internal. Keragaman
struktur, perlakuan panas, segregasi,
pendinginan, pengerjaan permukaaan, dan
keberadaan kerak adalah faktor yang selalu
ada di dalam logam.
Faktor-faktor eksternal. Fenomena
korosi merupakan interaksi elektrokimia yang
terjadi antara logam dengan lingkungannya.
Lingkungan dalam reaksi elektrokimia ini
berfungsi sebagai elektrolit yang ikut berperan
dalam menentukan kecenderungan terjadinya
korosi. Lingkungan tersebut meliputi udara,
air, dan tanah (Komarudin 2004).

Pasivasi

Pasivasi didefinisikan sebagai hilangnya
reaktifitas kimia bahan dalam kondisi atau
lingkungan tertentu. Perubahan perilaku
kimia logam dan perilaku korosi
memunculkan definisi pasivasi sebagai
berikut:
1 Logam atau paduan yang disusun
dari beberapa logam dianggap pasif
apabila perilaku elektrokimianya
kurang aktif.
2 Logam atau paduan dianggap pasif
jika logam tersebut menahan supaya
tidak terjadi korosi dengan
lingkungannya, secara
termodinamika terdapat energi bebas
yang sangat besar. Energi bebas ini
menurun seiring proses perubahan
dari keadaan logam ke produk korosi
yang sesuai.
Pasivasi umumnya terjadi akibat
pembentukan lapisan pelindung pada antar
muka antara logam dengan elektrolit. Lapisan
ini mencegah kontak langsung antara
permukaaan logam dengan elektrolit
(Komarudin 2004).

Pengukuran Korosi di Lingkungan Air

Karena peristiwa korosi adalah suatu
proses elektrokimia, maka metode
elektrokimia dapat digunakan untuk
mempelajari dan mengukur suatu sistem
korosi (Ihsan et al. 2001). Beberapa teknik
pengukuran korosi adalah:

A Plot tafel

Plot tafel berguna untuk menentukan
kostanta tafel dan arus korosi (I
corr
).
Konstanta tafel anodik ditentukan di daerah
linier anodik dan konstanta tafel katodik di
daerah linier katodik, sedangkan I
corr

didapatkan dari kemiringan (Gambar 1).












Daerah
polarisasi linier
E
Kurva anode
(mV)
I
corr
E
cor
Kurva
katode

Gambar 1 Plot tafel.

B Tahanan polarisasi

Tahanan polarisasi merupakan ketahanan
spesimen terhadap oksidasi selama diberi
potensial luar. Penggunaan tahanan polarisasi
yang paling utama adalah menentukan
kecepatan korosi, namun harus ditentukan
nilai I
corr
dan konstanta tafel dari kurva tafel.
Tahanan polarisasi diperoleh dari rumus
berikut
) )( I 3 . 2 (
R
I
E
C A corr
C A
P
+

= =










Setelah didapatkan I
corr
, maka laju korosi
dapat dihitung dengan persamaan berikut
r
Kerapatan arus (A cm
-2
)
Keterangan:
Rp = tahanan polarisasi
I
corr
= arus korosi
A,C = konstanta tafel anode dan
katode
2.3 = bilangan natural log sepuluh

3
Laju korosi (mpy) =
Ad
BE
x I 13 . 0
corr








Perhitungan bobot ekivalen dan densitas
logam terdapat pada Lampiran 1 dan 2.
Dua kelebihan tahanan polarisasi
dibandingkan teknik lain yaitu pengukuran Rp
dapat dilakukan dengan cepat dan teknik ini
mengenakan spesimen potensial yang lebih
kecil sehingga tidak mengubah permukaan
secara signifikan (Gambar 2).











Gambar 2 Tahanan polarisasi.

C Potensiodinamik

Teknik ini berguna untuk menentukan
karakterisasi daerah aktif dan pasif dari sistem
logam-larutan. Pemberian potensial dilakukan
ke arah anodik sehingga cukup untuk
mengoksidasi. Kurva potensiodinamik
menggambarkan sifat sampel yakni pasif atau
aktif dan dapat diketahui sifat pasivasi terjadi
secara spontan atau perlu dipolarisasi
(Gambar 3).















Gambar 3 Potensiodinamik.
Analisis korosi dalam medium air
menggunakan sel tiga-elektrode. Sel tiga-
elektrode merupakan perangkat laboratorium
yang digunakan untuk penelitian kuantitatif
terhadap sifat-sifat korosi suatu logam (Abdul
& Latief 1996). Sel tiga-elektrode
mempunyai tiga komponen utama, yaitu
elektrode kerja, elektrode pembantu, dan
elektrode acuan ( Gambar 4).
Keterangan:
BE = bobot ekivalen (g ekivalen
-1
)
A = luas permukaan (cm
2
)
d = densitas (g cm
-3
)
0.13 = faktor konversi
Mpy = miliinci per tahun

Elektrode
pembantu
Elektrode
acuan
Elektrode kerja
(spesimen logam)
Larutan uji

E
(mV)
Kerapatan arus (A cm
-2
)
Gambar 4 Sel tiga-elektrode.

Asam Sitrat
E
I Asam sitrat atau asam-2-hidroksi-1,2,3-
propanatrikarboksilat terdapat dalam jumlah
besar pada sistem biologis. Asam sitrat
memiliki berbagai fungsi yang
memungkinkan untuk digunakan dalam
berbagai bidang. Adanya satu gugus hidroksil
dan tiga gugus karboksil memungkinkan
pembentukan molekul kompleks yang dapat
larut pada suatu bahan (Kirk-Othmer 1964).
Asam sitrat merupakan asam organik
lemah yang ditemukan dalam buah jeruk.
Keasaman asam sitrat dihasilkan dari tiga
gugus karboksil (-COOH) yang dapat
melepaskan proton dalam larutan. Jika proton
lepas maka akan terbentuk ion sitrat. Ion
sitrat membentuk garam yang disebut sitrat
dengan beberapa ion logam (Anonim 2005).

COOH
E

HOOC CH
2
C CH
2
COOH

OH
Gambar 5 Struktur asam sitrat.

Asam sitrat mempunyai rumus molekul
C
6
H
8
O
7
dengan bobot molekul 192.13 satuan
massa atom (sma). Adapun tetapan-tetapan
yang berhubungan dengan sifat asam sitrat
adalah sebagai berikut:
Titik leleh : 153
o
C
Suhu dekomposisi : 175

C
termal
Pka
1
: 3.15
Pka
2
: 4.77
(mV)
transpasif
corr
pp
E
p
pasif
Kerapatan arus (A cm
-2
)
E
E
i
pass
aktif

4
Pka
3
: 5.19
H
o
f

: - 1543.8 Kj mol
-1
S

: 252.1 Jmol
-1
K
-1

Densitas : 1.665 x 10
3
kg m
-3

Asam sitrat digunakan dalam logam,
sebagai chemical cleaning, electropickling
dan copperplating. Penggunaan asam sitrat
dalam skala industri antara lain sebagai
pembersih logam, removal karat dan kerak,
dan sebagainya (Kirk-Othmer 1964).
Pasivasi dengan asam sitrat telah
diketahui kegunaannya untuk beberapa jenis
logam (Anonim 2005).

Analisis Fase
Sinar-X yang merupakan radiasi
elektromagnet dengan panjang gelombang
sekitar 100 pm dihasilkan dari penembakan
logam dengan elektron energi tinggi. Elektron
itu mengalami perlambatan saat masuk ke
dalam logam dan menghasilkan radiasi
dengan jarak panjang gelombang kontinu
yang disebut Bremsstrahlung. Pada kontinum
itu, tertumpuk beberapa puncak tajam
berintensitas tinggi. Puncak ini berasal dari
antaraksi antara elektron datang dengan
elektron pada kulit dalam atom. Tumbukan
itu mengeluarkan sebuah elektron, dan
elektron dengan energi lebih tinggi masuk ke
tempat kosong, dengan memancarkan
kelebihan energinya sebagai foton sinar-X
(Atkins 1997).
Derajat perubahan fase atau ketidak
sejajaran adalah sama dengan jarak ABC.
Interferensi konstruktif atau difraksi terjadi
ketika dua gelombang keluar . Hal ini terjadi
ketika jarak ABC = 1 atau 2 atau 3 atau
secara umum ketika n = ABC, dengan n
adalah bilangan bulat. Jarak ABC pada
persamaan tersebut diperoleh dengan
mengukur derajat . Untuk melakukan hal ini,
dapat dilihat pada segi tiga ABO dan
diperoleh d sin = AB atau 2 d sin = ABC.
Sehingga kondisi untuk difraksi adalah n = 2
d sin (Gambar 6).








Gambar 6 Difraksi sinar-X.
BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah baja
tipe JIS G3141 yang diperoleh dari PT
Krakatau Steel, asam sitrat, air destilata, dan
air PAM. Alat-alat yang digunakan adalah alat
pemotong logam, kertas ampelas, mikroskop
optik, peralatan difraksi sinar-X, potensiostat
EG & G model 273 yang dilengkapi model
342 Softcorr Corrosion Measurement
Software, sel tiga-elektrode, peralatan
Thermal Gravimetry Analysis (TGA), dan
peralatan kaca lainnya.

Metode Penelitian

Persiapan sampel

Logam dipotong menggunakan alat
pemotong menjadi bentuk persegi panjang
dengan ukuran 15 x 10 mm dan bulat
dengan diameter 15 mm. Kemudian dipoles
menggunakan kertas ampelas yang memiliki
spesifikasi tingkat kehalusan 60 sampai 800
grit.

Pelapisan dengan asam sitrat

Setelah logam dibersihkan, logam
dicelupkan ke dalam larutan asam sitrat.
Konsentrasi asam sitrat yang digunakan
adalah 50, 60, dan 70 %. Lama pencelupan
adalah 30, 60, dan 90 menit.
Setelah dicelupkan ke dalam larutan asam
sitrat, logam diangkat dan dikeringkan.
Selanjutnya, sampel dianalisis struktur
permukaannya, dianalisis fasenya, dan diamati
laju korosinya. Diagram alir penelitian secara
lengkap terdapat pada Lampiran 3.

Analisis struktur permukaan dan Fase

Pengamatan dengan mikroskop optik
pada permukaan dilakukan sebelum dan
setelah dilapisi dengan asam sitrat.
Mekanisme mikroskop optik adalah jika
berkas cahaya datang dari sumber diteruskan
melalui lensa bikonvek yang dipantulkan oleh
lensa datar menuju lensa-lensa obyektif,
sehingga berkas cahaya jatuh pada permukaan
material. Apabila permukaan material
1
O

A
B
C
D F
d
E
2
3
d
1
2
3
5
tersebut datar, maka pantulan berkas cahaya
menuju lensa okuler melalui lensa-lensa
obyektif. J ika berkas cahaya mengenai batas
butir, maka berkas tersebut dipantulkan ke
segala arah. Dengan demikian batas butir
akan terlihat berupa garis hitam (ASM 1992).
Sedangkan analisis fase dilakukan dengan
metode difraksi sinar-X.

Pengamatan laju korosi
Pengamatan laju korosi dilakukan pada
logam yang tidak dilapisi asam sitrat dan yang
dilapisi asam sitrat. Laju korosi diamati di
lingkungan udara dan lingkungan air.
Untuk melihat laju korosi di lingkungan
udara, logam dibiarkan selama satu bulan,
kemudian permukaannya diamati
menggunakan mikroskop optik. Untuk
melihat pengaruh pemanasan, logam
dipanaskan pada suhu 67
o
C sampai dengan
150
o
C dengan laju pemanasan 10
o
C per menit
menggunakan alat TGA. Setelah dipanaskan,
permukaannya diamati menggunakan
mikroskop optik.
Pengukuran laju korosi di lingkungan air
dilakukan menggunakan sel tiga-elektrode dan
potensiostat dalam medium air PAM.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelapisan Dengan Asam Sitrat

Pada saat logam dicelupkan ke dalam
larutan asam sitrat, ion sitrat akan menempel
pada permukaan logam. Setelah logam
diangkat dari larutan asam sitrat, terdapat
lapisan tipis yang menutupi permukaan logam.
Lapisan ini memisahkan logam dari
lingkungannya (Gambar 7).












Gambar 7 Kompleks asam sitrat dengan
logam.
Konsentrasi dan lama pencelupan sangat
berpengaruh pada lapisan yang terbentuk.
Secara umum, semakin tinggi konsentrasi dan
semakin lama pencelupan, lapisan yang terbentuk
semakin tebal (Tabel 1).

Tabel 1 Tebal lapisan asam sitrat
Sampel Tebal Lapisan (10
-3
mm)
A0 0
A1B1 1.2
A1B2 2.9
A1B3 3.5
A2B1 4.1
A2B2 4.5
A2B3 5.0
A3B1 5.7
A3B2 6.1
A3B3 2.2
Keterangan :
A0 =tanpa pelapisan
A1B1=dicelup dalam50 % asamsitrat selama 30 menit
A1B2=dicelup dalam50 % asamsitrat selama 60 menit
A1B3=dicelup dalam50 % asamsitrat selama 90 menit
A2B1=dicelup dalam60 % asamsitrat selama 30 menit
A2B2=dicelup dalam60 % asamsitrat selama 60 menit
A2B3=dicelup dalam60 % asamsitrat selama 90 menit
A3B1=dicelup dalam70 % asamsitrat selama 30 menit
A3B2=dicelup dalam70 % asamsitrat selama 60 menit
A3B3=dicelup dalam70 % asamsitrat selama 90 menit

Pengamatan pada permukaan logam
menggunakan mikroskop optik memperlihatkan
hal yang sama. Lapisan yang terbentuk pada
konsentrasi 50 % lebih tipis jika dibandingkan
dengan konsentrasi 60 %. Sementara itu, lapisan
yang terbentuk pada konsentrasi 70 %
memperlihatkan adanya pengendapan molekul
asam sitrat pada permukaan logam. J ika
disesuaikan dengan kelarutan asam sitrat dalam
air pada suhu kamar (Lampiran 4), konsentrasi 70
% merupakan larutan lewat jenuh. Semakin lama
pencelupan dalam konsentrasi 70 %, endapan
molekul asam sitrat semakin banyak (Gambar 8).
Berdasarkan hal ini, disarankan untuk
menggunakan asam sitrat 60 % dan lama
pencelupan 90 menit.
p
e
r
m
u
k
a
a
n
l
o
g
a
m
Fe
2+
Fe
2+
Fe
2+
Fe
2+
C
O
C H H
C O
C
C
O
O
H H
C
O
O
O


H

A0 A1B1

A1B2 A1B3

6

A2B1 A2B2


A2B3 A3B1

A3B2 A3B3

Gambar 8 Struktur permukaan logam.

Analisis Fase

Analisis menggunakan difraksi sinar-X
memperlihatkan bahwa adanya lapisan asam sitrat
menurunkan intensitas sinar yang diserap oleh
logam. Pada logam yang tidak dilapisi, sinar yang
diserap oleh logam lebih banyak. Sehingga
intensitasnya tinggi (Gambar 9). Sedangkan pada
logam yang dilapisi asam sitrat, sinar yang diserap
oleh logam lebih sedikit, sehingga intensitasnya
lebih rendah (Gambar 10). Akan tetapi lapisan
tersebut tidak mempengaruhi komposisi logam
yang bersangkutan. Hal ini dapat dilihat dari
puncak pada difraktogram. Puncak-puncak ini
adalah fase logam dengan matriks dominan unsur
Fe yang merupakan komposisi terbesar dalam
sampel (Lampiran 5).











Gambar 9 Difraktogram logam
tanpa lapisan asam sitrat.








I
n
t
e
n
s
i
t
a
s





Gambar 10 Difraktogram logam
dengan lapisan asam sitrat.
2


Korosi di Lingkungan Udara

Korosi hanya sedikit terjadi jika ada sesuatu
yang menjadi penghalang atau perintang antara
logam dan lingkungannya (Trethewey &
Chamberlain 1991). Di lingkungan udara, logam
yang dilapisi asam sitrat lebih sukar terkorosi jika
dibandingkan dengan logam yang tidak dilapisi
asam sitrat (Gambar 11), bagian yang berwarna
gelap adalah bagian yang terkorosi. Asam sitrat
bereaksi dengan logam membentuk film pasif,
yaitu film pada permukaan logam setebal 30
yang mengandung sejumlah besar hidroksida atau
oksida yang menghindarkan logam kontak dengan
lingkungannya. Hal ini menunjukkan bahwa
setelah dilapisi asam sitrat, permukaan logam
bersifat kurang reaktif atau perilaku
elektrokimianya kurang aktif.


a b
Gambar 11 Struktur permukaan logam setelah
satu bulan.
I
n
t
e
n
s
i
t
a
s

a tanpa lapisan asam sitrat
b dengan lapisan asam sitrat

Analisis menggunakan TGA
menunjukkan bahwa laju korosi tidak terdeteksi
dengan jelas. Perubahan massa pada berbagai
suhu, baik untuk logam tanpa perlakuan maupun
yang telah dilapisi asam sitrat tidak stabil
(Lampiran 6). Hal ini terjadi karena alat tersebut
kurang sensitif untuk pengukuran pada suhu 67-
150C dan baru sensitif pada
2 (derajat)

7
suhu di atas suhu tersebut. Namun demikian,
pengaruh pemanasan dapat dilihat pada
struktur permukaan logam.
Pemanasan pada suhu 67-150C
menyebabkan lapisan di permukaan logam
pecah (Gambar 12). Hal ini menunjukkan
bahwa lapisan mudah pecah pada suhu
tersebut. Pecahnya lapisan ini dapat memicu
terjadinya reaksi korosi. Sehingga, dianjurkan
untuk menyimpan logam yang telah dilapisi
asam sitrat di dalam ruangan atau di
lingkungan udara yang tidak terlalu panas.



Gambar 12 Logam yang dilapisi asam sitrat
setelah pemanasan.


Korosi di Lingkungan Air

Laju korosi akan meningkat apabila
terjadi kontak antara logam yang telah dilapisi
asam sitrat dengan air. Dari teknik tahanan
polarisasi secara umum dapat dilihat bahwa
semakin besar konsentrasi dan semakin lama
waktu pencelupan, laju korosinya meningkat
(Tabel 2 ).

Tabel 2 Laju korosi dalam medium air
Sampel Laju korosi ( mpy)
A0 2.51
A1B1 2.69
A1B2 2.86
A1B3 2.90
A2B1 3.37
A2B2 3.91
A2B3 4.04
A3B1 8.15
A3B2 10.67
A3B3 2.84

Dari kurva potensiodinamik dapat dilihat
bahwa semakin besar konsentrasi dan semakin
lama pencelupan, kerapatan arus yang
dihasilkan semakin positif. Proses pasivasi
secara umum tidak terlihat nyata. Karena
hampir tidak terjadi penurunan arus setelah reaksi
oksidasi terjadi (Gambar 13 dan 14).
Kerapatan arus menyatakan banyaknya arus
yang mengalir per satuan luas. Semakin positif
kerapatan arus semakin banyak elektron yang
dialirkan. Dengan kata lain, semakin positif
kerapatan arus, laju korosinya semakin tinggi.
Meningkatnya laju korosi ini terjadi karena
pada saat logam yang telah dilapisi kontak dengan
air, lapisan di permukaan logam larut kembali
dalam air. Anion dari asam sitrat tersebar di
permukaan logam. Anion ini mengubah
kehantaran elektrolit menjadi semakin besar.
Pengecualian terjadi pada konsentrasi 70 %
dengan lama pencelupan 90 menit. Pada
konsentrasi 70 %, larutan asam sitrat yang
terbentuk merupakan larutan lewat jenuh.
Endapan molekul asam sitrat pada konsentrasi 70
% dengan lama pencelupan 90 menit semakin
banyak. Ketika logam yang bersangkutan
diangkat dan dikeringkan, molekul asam sitrat di
permukaannya mudah terlepas, sehingga lapisan
yang terbentuk seolah-olah lebih tipis dan laju
korosinya lebih kecil. Contoh perhitungan laju
korosi, kurva tahanan polarisasi, dan kurva
potensiodinamik terdapat pada Lampiran 7, 8, dan
9.


Kerapatan arus (A cm
-2
)
E
(mV)
Gambar 13 Potensiodinamik logam tanpa
lapisan asam sitrat.


E
(mV)
Kerapatan arus (A cm
-2
)
Gambar 14 Potensiodinamik logam dengan
lapisan asam sitrat.
8
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Asam sitrat dapat digunakan sebagai
lapisan pelindung untuk mengurangi laju
korosi pada logam di lingkungan udara dengan
mekanisme pasivasi, tetapi tidak dapat
digunakan di lingkungan air. Ketebalan
lapisan yang terbaik diperoleh pada
konsentrasi 60%.
Laju korosi logam di lingkungan air
meningkat seiring meningkatnya konsentrasi
dan lama pencelupan. Laju korosi untuk A0,
A1B1, A1B2, A1B3, A2B1, A2B2, A2B3,
A3B1, A3B2, dan A3B3 berturut turut adalah
2.51, 2.69, 2.86, 2.90, 3.37, 3.91, 4.04, 8.15,
10.67, dan 2.84 mpy.


Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah
agar dilakukan pencelupan asam sitrat lebih
dari 90 menit. Selain itu perlu dilakukan
pengukuran laju korosi secara kuantitatif di
lingkungan udara dengan variasi konsentrasi,
waktu, dan suhu.
Logam yang telah dilapisi asam sitrat
diharapkan disimpan di tempat kering dan
tidak terlalu panas.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Latief. 1996. Struktur dan Sifat
Logam. Serpong: Pusat Penelitian Sains
Materi-BATAN.
[Anonim]. 2005. Citric Acid. Artikel.
http://ull.chemistry.uakron.edu/erd/chemic
als 1/7/6308.html. [30 Mei 2005].
[Anonim]. Passivation. Artikel.
http://www.machinizing.com [10 J uni
2005].
[ASM] American Society for Metals. 1990.
Corrosion. Vol 13. Ed ke-9. Ohio: ASM
International;(ASM Handbook).
[ASM] American Society for Metals. 1992.
Metalloghraphy and Microstructure. Vol
9. Ohio: ASM International;(ASM
Handbook).
Atkins PW. 1999. Kimia Fisika J ilid 2. Ed
ke-4. J akarta: Erlangga.
Ihsan et al. 2001. Korosi. Di dalam:Peran
Elektrosintesis Dalam Ilmu Bahan.
Prosiding Seminar Nasional
Elektrokimia;Serpong, 10 J uni 2001.
Serpong:P3IB-BATAN. hlm 190-195.
Kirk-Othmer. 1964. Encyclopedia of Chemical
Technology. Vol 5. Ed ke-2. New York: John
Wiley & Sons,Inc.
Komarudin. 2004. analisis Korosi Pada Baja SS
400 C dengan Fasa Martensit Serta Fasa
Campuran Martensit dan Austenit [skripsi].
Padang: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Andalas.
Oxtoby et al. 2001. Prinsip-prinsip Kimia
Modern J ilid 1. Ed ke-4. J akarta: Erlangga.
Sulungbudi G, Wuryanto. 1996. Korosi Bahan
Logam dan Nonlogam. Serpong: Pusat
Penelitian Sains Materi-BATAN.
Trethewey KR, Chamberlain J . 1991. Korosi
Untuk Mahasiswa dan Rekayasawan.
J akarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Winholz M et al. 1976. The Merck Index An
Encyclopedia of Chemical and Drugs. Ed ke-
9. Rahway, N. J ., USA: Merck & Co., INC.

9























LAMPIRAN
10
Lampiran 1 Komposisi dan bobot ekivalen logam

Unsur Komposisi (%) Massa atom ( sma) Bilangan oksidasi
Fe 99.4600 55.85 3
Mn 0.2700 54.94 7
C 0.0500 12.01 4
Al 0.0450 26.98 3
Cu 0.0420 63.55 2
Si 0.0380 28.09 4
Ni 0.0220 58.69 3
Mo 0.0200 95.94 6
Cr 0.0190 52.00 6
Ti 0.0100 47.88 4
V 0.0070 50.94 5
N 0.0041 14.01 5
P 0.0040 30.97 5
S 0.0030 32.07 6
Nb 0.0010 92.91 5


BE = Massa atom (sma) X % Atom Logam
Bilangan Oksidasi

BE =
[ ] 9946 . 0
3
85 . 55
x
+ ( )

4
10 5
4
01 . 12
x x +
( ) [ ]
3
10 7 . 2
7
94 . 54
x x + ( ) [ ]
5
10 3
6
07 . 32

x x +
( [ ]
5
10 1 . 4
5
01 . 14

x x
) + ( [ ]
4
10 2 . 2
3
69 . 58
)

x x + [ ]
5
10
5
91 . 92

x + ( ) [ ]
4
10 2
6
94 . 95

x x +
(

4
10 8 . 3
4
09 . 28
x x ) + (

5
10 4
5
97 . 30
x x ) + (

4
10 5 . 4
3
98 . 26
x x ) + ( )

4
10 9 . 1
6
00 . 52
x x +
(

4
10 2 . 4
2
55 . 63
x x ) + (

5
10 7
5
94 . 50
x x ) +

4
10
4
88 . 47
x

BE = 18.52 + (1.50x10
-3
) + 0.02 + (1.6x10
-4
) + (1.15x10
-4
) + (4.30x10
-3
)
+ (1.86x10
4
)+(3.20x10
-3
) + (2.67x10
-3
) + (2.48x10
-4
) + (4.05x10
-3
)
+ (1.65x1
3
) + 0.01 +(7.13x10
-4
) + (1.20x10
-3
)

BE = 18.57 g ekivalen-1

11
Lampiran 2 Densitas logam

ulangan Mp (g) Mp+s (g) Mp+a (g) Mp+a+s (g) Ma (g) air (g/cm
3
) Mas (g) Vas (cm
3
) Vs (cm
3
) Ms (g) sampel (g/cm
3
)
1 12.2327 12.6816 22.5459 22.9414 10.3132 1.03132 10.2598 9.9482 0.0518 0.4489 8.666
2 12.2328 12.6816 22.5461 22.9415 10.3133 1.03133 10.2599 9.9482 0.0518 0.4488 8.6641
3 12.2328 12.6816 22.5461 22.9416 10.3133 1.03133 10.26 9.9483 0.0517 0.4488 8.6809
rerata 8.6703

Keterangan:
Mp = massa piknometer = densitas
Mp
+
s = massa piknometer + sampel Mas = massa air sisa
Mp
+
a = massa piknometer + air Vas = volume air sisa
Mp
+
a
+
s = massa piknometer + air +sampel Vs = volume sampel
Ma = massa air Ms = massa sampel
Contoh Perhitungan :
Volume Piknometer = 10 cm
3
Vas = Mas sampel = Ms
air Vs
Ma = Mp+a - Mp = 10.2598 g = 0.4489 g
= 22.5459 g 12.2327 g 1.03132 g/cm
3
0.0518 cm
3
= 10.3132 g = 9.9482 cm
3
= 8.6660 gcm
-3

air = Ma Vs = Volume air Vas
Volume Air = 10 cm
3
9.9482 cm
3
= 10.3132 g = 0.0518 cm
3
10 cm
3
= 1.03132 g/cm
3
Ms = Mp
+
s - Mp
= 12.6816 g 12.2327 g
Mas = Mp
+
a
+
s Mp
+
s = 0.4489 g
= 22.9414 g 12.6816 g
=10.2598 g
12
Lampiran 3 Diagram alir penelitian













































logam
Dicelup dalam larutan asam sitrat
konsentrasi 50, 60, dan 70 %
selama 30, 60, dan 90 menit
Analisis korosi
dibersihkan
Dipoles 60-800 grit
Dipotong berbentuk bulat diameter
15 mm
Dipotong berbentuk persegi panjang
berukuran 15 x 10 mm
Analisis fase Analisis struktur
permukaan

Tanpa perlakuan











13
Lampiran 4 Kelarutan asam sitrat dan tebal lapisan asam sitrat

Kelarutan asam sitrat dalam air
Suhu (

C) Kelarutan (%)
10 54.0
20 59.2
30 64.3
40 68.6
50 70.9
60 73.5
70 76.2
80 78.8
90 81.4
100 84.0
* Winholz M et al. 1976

Tebal lapisan asam sitrat
Sampel Bobot sebelum Bobot setelah Panjang Lebar Tinggi Tebal lapisan
pelapisan (g) pelapisan (g) (mm) (mm) (mm) (10
-3
mm)
A1B1 1.2394 1.2409 15 10 0.953 1.2
A1B2 1.3458 1.3498 15 10 1.035 2.9
A1B3 1.2571 1.2621 15 10 0.967 3.5
A2B1 1.2828 1.2876 15 10 0.986 4.1
A2B2 1.2340 1.2389 15 9 1.054 4.5
A2B3 1.3309 1.3369 15 10 1.023 5.0
A3B1 1.3225 1.3300 15 10 1.017 5.7
A3B2 1.2541 1.2616 15 10 0.964 6.1
A3B3 1.2668 1.2695 15 10 0.974 2.2

Contoh perhitungan
= m = m
V Luas alas x tinggi
Tinggi = m
Luas alas x

Tinggi sebelum pelapisan = bobot sebelum pelapisan
Luas alas x

= 1.2394 g = 0.9530 mm
1.5 cm
2
x 8.67 g cm
-3

Tinggi setelah pelapisan = bobot setelah pelapisan
Luas alas x

= 1.2409 g = 0.9542 mm
1.5 cm
2
x 8.67 g cm
-3

Tinggi lapisan asam sitrat = tinggi setelah pelapisan tinggi sebelum pelapisan

= 0.9542 mm - 0.9530 mm
= 1.2 x 10
-3
mm
14
Lampiran 6 Analisis gravimetri termal



-12
-10
-8
-6
-4
-2
0
2
0 20 40 60 80 100 120 140 160





P
e
r
u
b
a
h
a
n

m
a
s
s
a

(
m
g
)



blanko

sampel







Suhu (

C)





15
Lampiran 7 Perhitungan laju korosi dalam medium air

sampel Icorr (A cm
-2
) Laju korosi (mpy)
A0 9.01 2.51
A1B1 9.67 2.69
A1B2 10.26 2.86
A1B3 10.41 2.9
A2B1 12.12 3.37
A2B2 14.03 3.91
A2B3 14.5 4.04
A3B1 29.25 8.15
A3B2 38.31 10.67
A3B3 10.22 2.84

Contoh Perhitungan

Diketahui : Bobot Ekivalen = 18.57 g ekivalen
-1
Luas area (A) = 1 cm
2
Densitas (d) = 8.67 g cm
-3

Laju Korosi (mpy) = 0.13 x Icorr x BE
A x d
= 0.13 x 9.01 x 18.57
1 x 8.67
= 0.13 x 9.01 x 18.57
8.67
= 2.51






16
Lampiran 8 Tahanan polarisasi dalam medium air


E
(mV)
E
(mV)
Kerapatan Arus (A cm
-2
) Kerapatan Arus (A cm
-2
)
A0 A1B1

E
(mV)
E
(mV)
Kerapatan Arus (A cm
-2
) Kerapatan Arus (Acm
-2
)
A1B2 A1B3


E
(mV)
E
(mV)
Kerapatan Arus (A cm
-2
) Kerapatan Arus (A cm
-2
)
A2B1 A2B2




17
lanjutan


E
(mV)
E
(mV)
Kerapatan Arus (A cm
-2
)
Kerapatan Arus (A cm
-2
)
A2B3 A3B1

E
(mV)
E
(mV)
Kerapatan Arus (A cm
-2
)
Kerapatan Arus (A cm
-2
)
A3B2
A3B3




18
Lampiran 9 Potensiodinamik dalam medium air



E
(mV)
E
(mV)
Kerapatan Arus (A cm
-2
)
Kerapatan Arus (A cm
-2
)
A1B1
A0

E
(mV)
E
(mV)
Kerapatan Arus (A cm
-2
) Kerapatan Arus (A cm
-2
)
A1B2 A1B3

E
(mV)
E
(mV)
Kerapatan Arus (A cm
-2
) Kerapatan Arus (A cm
-2
)
A2B1 A2B2
19
lanjutan



E
(mV)
E
(mV)
Kerapatan Arus (A cm
-2
) Kerapatan Arus (A cm
-2
)
A3B1 A2B3

E
(mV)
E
(mV)
Kerapatan Arus (A cm
-2
) Kerapatan Arus (A cm
-2
)
A3B3 A3B2

Anda mungkin juga menyukai