Anda di halaman 1dari 3

Kajian Sosial-Ekonomi Kereta Api di Pulau Jawa

October 6, 2012 - Produk - Tagged: ekonomi, jalan, jalan tol, jawa, kereta api, linkungan,
pembangunan, pussosekling, sosial - no comments
Pembangunan jalan tol dan jalan kereta api memerlukan kesinambungan dari segi kebijakan
dalam jangka panjang saling mendukung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
transportasi lokal maupun antar wilayah. Jaringan jalan tol harus sinergi dengan keberadaan
jalan kereta api yang semakin menurun perhatiannya.
Perhatian sinergi dan pembangunan jalan tol maupun kereta api harus dilihat dari berbagai aspek
antara lain aspek keberlanjutan, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan untuk jangka panjang.
Berbagai studi diperlukan untuk mengantisipasi ketepatan program pembangunan.
Keungggulan kajian ini adalah :
1. Mencermati ketepatan kebijakan pembangunan jalan tol maupun kereta api.
2. Analisis holistik dari aspek peningkatan jumlah penduduk dan penggunaan lahan.
3. Analisis penggunaan lahan di pulau Jawa dalam jangka panjang.
4. Menyadarkan bahwa lahan di pulau Jawa tingkat kesuburan irigasi teknis sangat tinggi
makin terdesak.
5. Memahami faktor pencemaran yang dominan dari 2 moda transportasi.
6. Biaya investasi maupun biaya pemeliharaan yang efisien.
7. Memperlajari penurunan penumpang kereta api yang sejajar dengan jalan tol.
Kajian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi, dan
Lingkungan (Pussosekling) Kementerian Pekerjaan Umum (PU) ini terbagi menjadi 3 dimensi,
yakni :
1. Dimensi Sosial
(a) Potensi dampak sosial pengembangan jalan tol akan lebih besar pada aspek penggunaan
lahan untuk jalan tol maupun tekanan penduduk yang harus mencari lahan disisi jalan tol akibat
terkena pembebasan lahan.
(b) Konversi lahan menjadi hal sangat dominan dalam pembangunan jalan tol; hal ini menekan
para pemilik maupun pengarap lahan irigasi walaupun mendapatkan ganti rugi yang memadai.
Tekanan sejenis amatlah minim pada kasus penyediaan lahan untuk jalur kereta api.
(c) Secara sosial mengembangkan jaringan jalan KA akan lebih menguntungkan dibandingkan
mengembangkan jalan tol, khususnya di pulau Jawa; hal ini disebabkan pertimbangan atas
kebutuhan transportasi massal yang akomodatif.
(d) Image kereta yang kurang baik di mata masyarakat akibat (i) kapabilitas manajemen yang
kurang memadai dalam pelayanan serta (ii) tingkat kecelakaan KA yang tinggi di tanah air.
2. Dimensi Ekonomi
(a) Permintaan terhadap angkutan penumpang dan barang masih cukup tinggi baik untuk jalan
tol maupun KA. Terdapat pula pola kebutuhan angkutan yang tergantung pada waktu; khusus
untuk antar kota, arus penumpang relatif padat pada akhir/awal minggu, bulan dan pada hari-hari
libur/raya keagamaan.
(b) Pembangunan jalan secara signifikan menciptakan manfaat bagi masyarakat pengguna
jalan, masyarakat bisnis, serta pelaku kegiatan yang mempunyai keterkaitan yang cukup tinggi
dengan sektor ini.
(c) Penentuan harga biaya perjalanan berdasarkan W.T.P. untuk menggunakan jaringan jalan
tol menunjukkan bahwa biaya untuk jarak dekat tidak menjadi masalah namun bisa jadi terlalu
mahal jika perjalanan dilakukan secara individual dan melalui seluruh ruas tol.
(d) Keterkaitan antar sektor untuk jaringan jalan-raya terindikasi di sepanjang jaringan jalan ;
keterkaitan antar sektor pada angkuatan KA hanya terdapat di sentra-sentra tertentu, terutama di
stasiun besar.
(e) Investasi di jalan KA maupun jalan raya akan menyebabkan output perekonomian tumbuh
meningkat dari besarnya investasi yang dilakukan, sehingga perlu diimplementasikan sebuah
sistem transportasi terpadu di masing-masing wilayah sesuai dengan karakteristik lingkungan,
budaya dan perekonomiannya.
(f) Kebijakan Pemerintah lebih condong pada pengembangan jalan tol daripada jalan KA. Jalan
tol trans-Jawa didukung penuh Pemerintah, sebaliknya pengembangan jalur KA terhambat
akibat minim dukungan kebijakan pendanaan, investasi maupun kemudahan keterlibatan swasta.
(g) Kebijakan pengembangan jalan tol saat ini belum bersinergi dengan pengembangan jalan
KA; dampak negatif bagi KA berupa penurunan angkutan penumpang.
(h) Sinergisitas antara jalan tol dan jalur KA dapat dilaksanakan mempertimbangkan
segmentasi jarak ideal dari kedua moda tersebut, segmentasi penumpang dan barang,
mewujudkan sistem transportasi terpadu, mempertimbangkan rencana pengembangan wilayah
dan sistem transportasi di tingkat pulau, propinsi dan kabupaten/kota.
3. Dimensi Lingkungan
(a) Pembangunan jalan tol juga ditengarai menjadi salah satu sektor pemicu percepatan
konversi lahan.
(b) Pengembangan jalan tol yang berbanding lurus dengan peningkatan jumlah kendaraan
menjadi isu penting terkait kenaikan harga bahan bakar dunia yang berasosiasi dengan gerakan
hemat energi serta upaya reduksi pencemaran udara kendaraan bermotor.
(c) Kereta api memiliki beberapa kelebihan dalam hal penggunaan bahan bakar, tingkat
pencemaran, tingkat kecelakaan, daya tampung dan kebutuhan lahan; walaupun demikian,
aksesibilitas KA relatif rendah, karena membutuhkan infrastruktur khusus.

Anda mungkin juga menyukai