LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH ASPEK HPT
Pengujian Patogen Penyakit Benih
Disusun Oleh: Nama : Guindahnawaningtyas S.A. NIM : 115040201111247 Kelompok : Senin, 15.05-16.45 Asisten : Mbak Diajeng
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih merupakan tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman. Dengan kata lain, benih merupakan asal muasal dari suatu kehidupan. Untuk itu, benih perlu diperhatikan kesehatan dan mutunya agar tanaman yang dihasilkan juga sehat. Benih yang bermutu yakni benih yang mencerminkan keseragaman, murni dan diketahui nama varietas dan asal usulnya, daya tumbuh tinggi, dan tidak terinfeksi oleh hama atau penyakit. Benih yang tidak sehat dapat terkena penyakit yang disebabkan oleh patogen. Patogen dapat tinggal dan menyerang bagian-bagian benih tertentu, seperti kulit, kotiledon, dan embrio. Penyakit pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal, dapat disebabkan karena terseran pada masa pertanaman atau karena penanganan pasca panen yang kurang baik. Patogen penyakit perlu dipelajari dan dipahami dengan baik agar dapat mengatasi atau bahkan mencegah serangan patogen pada benih yang akan menjadi calon tanaman nantinya. 1.2 Tujuan Tujuan dari dilaksanakannya Praktikum Teknologi Produsi Benih Aspek HPT Pengujian Patogen Penyakit Benih, adalah: untuk mengetahui dan memahami definisi penyakit benih dan untuk mengetahui dan memahami macam- macam penyakit benih 1.3 Manfaat Dengan dilaksankannya Praktikum Teknologi Produksi Benih Aspek HPT Pengujian Patogen Penyakit Benih adalah dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang penyakit pada benih sehingga praktikan dapat meminimalisir serangan penyakit pada benih.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Penyakit Benih Seed pathology may be defined as the study of seedborne disease and pathogens. It includes studies on the mechanisms of infection, seed transmission, the role of seedborne inocula in disease development, techniques for the detection of seedborne pathogens and nonpathogens, seed certification standards, deterioration due to storage fungi, mycotoxins, and mycotoxicoses, and control of seedborne inocula (Nameth, 1998). Patologi benih dapat didefinisikan sebagai studi penyakit terbawa benih dan patogen. Ini mencakup studi pada mekanisme infeksi, transmisi benih, peran benih ditanggung inokulum dalam perkembangan penyakit, teknik untuk mendeteksi benih patogen dan non patogen, standar sertifikasi benih, kerusakan karena jamur penyimpanan, mikotoksin, dan mycotoxicoses, dan pengendalian inokulum. A seed disease is any abnormal condition that alters the appearance or function of a seed. It is a physiological process that affects some or all seed functions and may reduce the quality and/or quantity of the plant (Mueller et. al, 2010). Penyakit benih adalah kondisi abnormal yang berbagai alter penampilan atau fungsi dari benih. Ini adalah proses fisiologis yang mempengaruhi fungsi sebagian atau seluruh benih dan dapat mengurangi kualitas dan / atau kuantitas tanaman. Seed Pathology is microorganisms carried in the seed lots as well as the seeds are harvested, processed and then stored (Widajati, E., 2013). Penyakit benih adalah mikroorganisme yang terbawa serta di dalam lot benih sewaktu benih dipanen, diolah dan kemudian disimpan. 2.2 Macam-Macam Penyakit Benih Penyakit benih dapat disebabkan karena jamur, bakteri, virus, dan mikoplasma, seperti Alternaria brassicae, SMV, dan lainnya (Dwima, R., 2010). Menurut Kartasapoetra, A. (2003) terdapatnya patogen dalam biji/benih dapat dibedakan menjadi:
No Macam-Macam Penyakit Benih Contoh gambar 1 Tercampur dengan biji (Admixed). Anguina tritici
2 Melekat pada permukaan hiji (Adherent) Helminthosporium sp.;
Alternaria sp.;
3 Tertanam dalam biji (Embedded). Cercospora sp
Septoria sp.
4 Embrionie seed born, dimana inokulum dan patogen berada dalam embrio virus
Kacang biji-bijian, kedelai tertentu, diserang oleh berbagai penyakit banyak yang terbawa benih. Sinclair (1977) menyatakan bahwa setidaknya ada 66 jamur, 6 bakteri dan virus 8 ditemukan terkait dengan biji kedelai. Terbawa benih mikro-organisme ini memiliki efek buruk pada benih kedelai. Mereka dapat mengurangi perkecambahan benih atau kecambah muncul atau menyebabkan hawar, bintik-bintik daun dan penyakit lainnya pada tanaman dewasa. Beberapa mikro-organisme yang ditemukan terkait dengan benih kedelai di Amerika Serikat termasuk Cercospora kikuchii, Colletotrichum dematium f.s.p. truncata, Corynespora cassiicola, phaseolorum Diaporthe, Macrophomina phaseolina, Myrothecium roridum, Peronospora manshurica dan Pseudomonas glycinea.
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Waktu : Senin, 22 Mei 2014 Tempat : Laboratorium HPT lt.2, FP, UB 3.2 Alat dan Bahan Alat : Cawan petri : tempat isolasi patogen benih Pinset : untuk mengambil benih Kertas buram : media isolasi patogen Gunting : memotong kertas buram Plastik wrap : menutup cawan petri Mikroskop : mengamati patogen secara mikroskopis Bahan : Benih kedelai sehat : bahan pengamatan Benih kacang hijau kadaluarsa : bahan pengamatan Alkohol : sterilisasi cawan petri Air : melembabkan media kertas 3.3 Cara Kerja Menyiapkan alat dan bahan
Menyiapkan 4 buah cawan petri
Mengisi dua cawan petri dengan air untuk merendam benih
Merendam benih pada cawan petri berisi air selama 10 menit
Mensterilkan dua cawan petri dengan alkohol
Memotong kertas buram dan meletakkan pada cawan petri masing-masing 4 lembar dan melembabkannya dengan air
Meletakkan benih yang telah direndam pada 2 cawan terpisah, masing-masing 10 benih
Tutup dengan penutup petri dan plastik wrap hingga rapat dan kedap udara
Melakukan pengamatan selama satu minggu dan dokumentasi
Melakukan pengamatan mikroskopis dengan mikroskop
Dokumentasi hasil pengamatan 3.4 Analisa Perlakuan Pada praktikum penyakit benih ini, alat-alat yang digunakan adalah cawan petri, pinset, kertas buram, gunting, plastik wrap, dan mikroskop, sedangkan bahan yang digunakan adalah benih kacang hijau kadaluarsa dan benih kedelai sehat, alkohol, dan air. Benih kacang hijau sehat dan benih kedelai kadaluarsa dipakai sebagai perbandingan apakah ada perbedaan hasil pengamatan antara serangan penyakit terhadap benih sehat atau benih kadaluarsa. Langkah awal yang dilakukan adalah menyiapkan cawan petri yang sudah berisi air untuk merendam benih kedelai sehat dan benih kacang hijau kadaluarsa, masing-masing 10 benih selama 10 menit. Perendaman ini bertujuan untuk imbibisi agar air dapat masuk ke dalam dinding sel benih sehingga merangsang perkecambahan. Setelah itu, masing-masing benih sebanyak 10 benih kedelai kadaluarsa dan 10 benih kacang hijau sehat diletakkan pada 2 cawan petri yang sudah disterilkan dengan alkohol dan pada bagian atas cawan petri dilapisi kertas buram yang sudah dilembabkan dengan air. Kemudian cawan petri ditutup rapat dengan penutup cawan dan dilapisi dengan plastik wrap hingga kedap udara. Lalu dilakukan pengamatan terhadap benih setelah seminggu praktikum dan mengambil dokumentasi.
IV. HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perlakuan Pathogen yang Ditemukan Dokumentasi Keterangan Benih Kacang Hijau Sehat
Jamur
Makroskopis
Benih kacang hijau sehat menunjukkan pertumbuhan yang sehat pula. Tidak terdapat gejala dan kontaminasi pathogen penyakit baik jamur, bakteri, ataupun virus. Benih Kedelai Kadaluarsa Jamur Makroskopis
Benih kedelai kadaluarsa terkontaminasi jamur. Terlihat adanya hifa berwarna putih di sekitar permukaan benih dan bintik- bintik hitam.
4.2 Pembahasan Praktikum Dari hasil praktikum pathogen penyakit benih, setelah benih kacang hijau sehat dan kedelai kadaluarsa dibiarkan tumbuh dalam cawan petri selama seminggu, Hanya kedelai kadaluarsa yang terserang penyakit akibat pathogen jamur.. Hal ini terlihat pada benih kedelai kadaluarsa terdapat hifa jamur berwarna putih di sekitar permukaan benih dan terdapat bintik-bintik hitam. Sedangkan benih kacang hijau sehat tumbuh optimal dan tidak terjadi kontaminasi pathogen penyakit apapun. Menurut Kasno (2004) dalam Noveriza, R. (2008), salah satu faktor yang menyebabkan benih terkontaminasi jamur adalah karena faktor genetik dan lingkungan. Benih yang baik dan dari varietas yang baik umumnya akan tahan terhadap kontaminasi jamur selama penyimpanan. Selain itu, penanganan pasca panen juga mempengaruhi penyimpanan benih. Penanganan setelah panen, seperti umur panen yang tepat, pengeringan dan penyimpanan pada kondisi yang bagus, dan manipulasi lingkungan penyimpanan yang baik (mengatur kelembaban rendah) dapat mencegah terjadinya kontaminasi penyakit dalam hal ini kontaminasi jamur pada benih. Hal ini berarti, benih kacang hijau sehat merupakan produk benih unggul yang tahan akan serangan pathogen penyakit. Sedangkan benih kedelai kadaluarsa merupakan benih yang sudah rusak atau tidak layak produksi. Kerusakan dikarenakan faktor lingkungan yang tidak cocok selama penyimpanan benih. Selain itu faktor genetik dari benih kedelai sendiri yang sudah masuk masa kadaluarsa menyebabkan kadar air benih menurun yang menyababkan benih mudah terkontaminasi pathogen penyakit seperti jamur. Keberadaan cendawan pada benih sangat berhubungan dengan faktor lingkungan seperti kadar air benih, suhu dan kelembaban ruang simpan, serta periode penyimpanan (Justice dan Bass, 2002 dalam Ominski, 1994). Cendawan yang tumbuh pada kadar air benih tinggi diantaranya adalah Aspergillus sp. Jamur Aspergillus sp. kemungkinan adalah salah satu jamur menyerang benih kedelai kadaluarsa. Jamur Aspergillus sp. dapat tumbuh pada kisaran kadar air benih 13- 18 % dengan kelembaban relatif 65 - 90 % (Ominski, 1994). Cendawan benih tidak akan tumbuh apabila kadar air benih di bawah kadar air minimum. Oleh karena itu kadar air benih berpengaruh terhadap daya tahan benih terhadap serangan cendawan. Tumbuhnya jamur pada benih-benih yang disimpan dapat mengakibatkan penurunan daya kecambah bahan, perubahan warna bahan, kenaikan suhu dan kelembaban di dalam bahan, perubahan susunan kimia di dalam bahan dan produksi dan akumulasi mikotoksin di dalam bahan (Sutjiati dan Saenong, 2002 dalam Budiarti dkk., 2013). 4.3 Pembahasan Soal Dalam pengamatan terhadap penyimpanan benih yang kami lakukan tidak dilakukan pengamatan dengan mikroskopis namun secara makroskopis, namun tetap saja terlihat baik pada benih kedelai kadaluarsa terdapat patogen yang tampak. Pathogen tersebut berupa jamur ditandai dengan adanya benang-benang hifa berwarna putih pada benih kedelai sehat dan terlihat bintik-bintik hitam. Jika dibandingkan dengan kelompok lain, yaitu, kelompok kelas B, patogen jamur menyerang baik benih kedelai sehat maupun benih kacang hijau kadaluarsa. Pada benih kedelai dan kacang hijau terdapat benang-benang hifa berwarna putih dan adanya bintik-bintik hitan pada benih. Hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan yang tidak optimal bagi benih kedelai untuk tumbuh atau benih kedelai sehat terjangkit patogen penyakit benih yang berasal dari udara (air borne). Dari hasil pengamatan, patogen ini merupakan patogen dari jamur yang menyebabkan penyakit benih. Jamur tersebut dapat masuk dan menginfeksi ke bagian dalam benih sehingga mempengaruhi proses biokimia dan fisiologis benih selama proses penyimpanan, perkecambahan, dan secara tidak langsung akan menghambat perkecambahan, dapat mengubah warna benih dan nutrisi dari benih tersebut. Jamur yang terdapat pada benih ada karena pada proses pengolahan benih pasca panen yang kurang baik, di samping itu tempat penyimpanan yang tidak steril juga menyebabkan munculnya patogen. Kontaminasi jamur ini dapat dicegah dengan penanganan pasca panen dan lingkungan yang baik atau pemberian fungisida untuk mencegah munculnya jamur.
V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pada hasil pengamatan praktikum penyakit benih, didapatkan hasil bahwa benih kedelai kadaluarsa terjangkit patogen penyebab penyakit benih dari golongan jamur. Gejala ditunjukkan dengan adanya benang-benang hifa berwarna putih dan bintik-bintik hitam pada benih kedelai kadaluarsa. Hal ini terjadi dikarenakan 2 faktor yaitu, faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik dari benih kedelai kadaluarsa menjadikan benih kedelai kadaluarsa lebih rentan terhadap patogen penyakit benih. kemunduran faktor genetik menyebabkan kelembaban yang tinggi oada benih, sehingga patogen jamur dapat tumbuh. Adanya patogen jamur juga disebabkan karena penanganan pasca panen dan lingkungan tumbuh yang kurang mendukung dan tidak steril. 5.2 Kritik dan Saran Mohon diberi waktu yang lebih banyak lagi dalam pengumpulan laporan dan penempelan format jangan mendadak. Terimaksih
DAFTAR PUSTAKA Budiarti, dkk. 2013. Kontaminasi Fungi Aspergillus sp. pada Biji Jagung Ditempat Penyimpanan dengan Kadar Air yang Berbeda. Yogyakarta: Jurnal Balai Pengkajian Teknologi Petanian Yogyakarta. Dwima, R. 2010. Penyakit Benih. Bogor: Jurnal Balitbang Sereal. Kartasapoetra, A. 2003. Teknologi benih. Jakarta: PT. Rinika Cipta. Mueller, et al. 2010. Soybean Diseases. Iowa: Iowa State Universit Extension Nameth, S.T. 1998. Priorities in Seed Pathology Research. Columbus: Journal of Department of Plant Pathology, The Ohio State University Noveriza, R. 2008. Kontaminasi Cendawan dan Mikotoksin pada Tumbuhan Obat. Bogor: Jurnal Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Vol. 7 No. 1. Ominski, K.H., R.R. Marquardt, R.N. Sinha dan D. Abramson. 1994. Ecological Aspects of Growth and Mycotoxin Production by Storage Fungi in J.d. Miller and H.l Trenholm. (eds). Mycotoxins In Grain: Compounds Other than Aflatoxin. Eagan, Minnesota. Sinclair, lB. (1977) dalam Nik, W.Z. 1980. Seed-borne Fungi of soybean (Glycine max (L.) Merril)and their control. Fakulti Pertanian, Malaysia, Universiti Pertanian Malaysia, Serdang, Selangor Widajati, E. 2013. Hama dan Penyakit Benih. Bogor: IPB
perkecambahan pada benih pepaya juga dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan suhu dimana kulit benih pada tanaman pepaya juga kemungkinan besar berpengaruh sebagai filter cahaya