Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kakao berasal dari Benua Amerika pada bagian yang mempunyai iklim tropis.
Sangat sulit untuk mengetahui negara bagian mana tepatnya tanaman ini berasal, karena
tanaman ini telah tersebar secara luas semenjak penduduk daerah itu masih hidup
mengembara. Tanaman ini mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 15! oleh orang
Spanyol melalui Sula"esi #$all. 1%&%' dan kakao mulai dibudidayakan secara luas
sejak tahun 1%(!. )engembangan kakao di Indonesia tersebar di beberapa "ilayah, dan
yang termasuk propinsi sentra produksi kakao adalah )ropinsi Sula"esi Selatan,
Sula"esi Tenggara, Sula"esi Tengah, *ampung dan )ropinsi Bali. +alam agribisnis
kakao ada beberapa kendala yang dihadapi, khususnya dalam peningkatan produkti,itas
dan kualitas yang dihasilkan antara lain adalah masih mempergunakan teknologi
tradisional dengan bahan tanaman yang tidak berasal dari klon atau biji yang terpilih
dan dengan budidaya yang kurang memadai, serta serangan organisme pengganggu
tanaman #-)T' berupa hama dan penyakit.
Selain permasalahan tersebut, dalam era globalisasi de"asa ini terdapat tuntutan
terhadap produk yang dihasilkan harus memenuhi kualitas yang tinggi dan proses
produksi akrab lingkungan. .akta di lapang menunjukkan bah"a pengendalian hama di
tingkat produsen saat ini masih terbatas pada penggunaan pestisida saja, sementara
tuntutan konsumen mengarah kepada persyaratan lingkungan yang diakui oleh /T-
#ISO 14000' dan Codex Alimentarius #adanya ambang batas maksimum kandungan 0at
tambahan, logam berat, residu pestisida dan bahan pencemar lainnya'. Artinya, apabila
kakao Indonesia ingin bersaing di pasar global maka mau tak mau persyaratan tersebut
harus dipenuhi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang dibahas dalam
makalah ini adalah agribisnis kakao secara keseluruhan di sula"esi tenggara.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kakao
Kakao #Theobroma cacao' merupakan tumbuhan ber"ujud pohon yang berasal
dari Amerika Selatan. +ari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal
sebagai cokelat. Kakao merupakan tumbuhan tahunan #perennial' berbentuk pohon, di
alam dapat mencapai ketinggian 1!m. 1eskipun demikian, dalam pembudidayaan
tingginya dibuat tidak lebih dari 5m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. $al
ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produkti2.
Bunga kakao, sebagaimana anggota Sterculiaceae lainnya, tumbuh langsung dari
batang #cauliflorous'. Bunga sempurna berukuran kecil #diameter maksimum 3cm',
tunggal, namun nampak terangkai karena sering sejumlah bunga muncul dari satu titik
tunas. )enyerbukan bunga dilakukan oleh serangga #terutama lalat kecil #midge'
Forcipomyia, semut bersayap, a2id, dan beberapa lebah Trigona' yang biasanya terjadi
pada malam hari
1
. Bunga siap diserbuki dalam jangka "aktu beberapa hari. Kakao
secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem inkompatibilitas4
sendiri #lihat penyerbukan'. /alaupun demikian, beberapa ,arietas kakao mampu
melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan jenis komoditi dengan nilai jual yang
lebih tinggi.
Buah tumbuh dari bunga yang diserbuki. 5kuran buah jauh lebih besar dari
bunganya, dan berbentuk bulat hingga memanjang. Buah terdiri dari 5 daun buah dan
memiliki ruang dan di dalamnya terdapat biji. /arna buah berubah4ubah. Se"aktu
muda ber"arna hijau hingga ungu. Apabila masak kulit luar buah biasanya ber"arna
kuning. Biji terangkai pada plasenta yang tumbuh dari pangkal buah, di bagian dalam.
Biji dilindungi oleh salut biji #aril' lunak ber"arna putih. +alam istilah pertanian
disebut pulp. 6ndospermia biji mengandung lemak dengan kadar yang cukup tinggi.
+alam pengolahan pascapanen, pulp di2ermentasi selama tiga hari lalu biji dikeringkan
di ba"ah sinar matahari.
+elapan negara penghasil kakao terbesar adalah #data tahun panen 7!!5' adalah
)antai 8ading #39:', 8hana #1%:', Indonesia #13:, sebagian besar kakao curah',
;igeria #5:', Brasil #5:', Kamerun #5:', 6kuador #&:', 1alaysia #1:' dan ;egara4
negara lain menghasilkan %: sisanya.
Kakao sebagai komoditas perdagangan biasanya dibedakan menjadi dua
kelompok besar< aao mulia #=edel cacao=' dan aao curah #=bulk cacao='. +i
Indonesia, kakao mulia dihasilkan oleh beberapa perkebunan tua di >a"a. ?arietas
penghasil kakao mulia berasal dari pemuliaan yang dilakukan pada masa kolonial
Belanda, dan dikenal dari namanya yang bera"alan =+@= #misalnya +@439'. Singkatan
ini diambil dari singkatan nama perkebunan tempat dilakukannya seleksi #+jati
@oenggo, di daerah 5ngaran, >a"a Tengah'. ?arietas kakao mulia berpenyerbukan
sendiri. Sebagian besar daerah produsen kakao di Indonesia menghasilkan kakao curah.
Kakao curah berasal dari ,arietas4,arietas yang self!incompatible. Kualitas kakao curah
biasanya rendah, meskipun produksinya lebih tinggi. Bukan rasa yang diutamakan
tetapi biasanya kandungan lemaknya.
B. Agrobisnis Kakao
Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup
penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,
sumber pendapatan dan de,isa negara. +isamping itu kakao juga berperan dalam
mendorong pengembangan "ilayah dan pengembangan agroindustri. )ada tahun 7!!7,
perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi
sekitar %!! ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Ka"asan Timur
Indonesia #KTI' serta memberikan sumbangan de,isa terbesar ke tiga sub sektor
perkebunan setelah karet dan kelapa sa"it dengan nilai sebesar 5S A (!1 juta.
)erkebunan kakao Indonesia mengalami perkembangan pesat sejak a"al tahun
1%9!4an dan pada tahun 7!!7, areal perkebunan kakao Indonesia tercatat seluas %1&.!51
ha dimana sebagian besar #9(,&:' dikelola oleh rakyat dan selebihnya ,!: perkebunan
besar negara serta ,(: perkebunan besar s"asta. >enis tanaman kakao yang diusahakan
sebagian besar adalah jenis kakao lindak dengan sentra produksi utama adalah Sula"esi
Selatan, Sula"esi Tenggara dan Sula"esi Tengah. +isamping itu juga diusahakan jenis
kakao mulia oleh perkebunan besar negara di >a"a Timur dan >a"a Tengah.

Keberhasilan perluasan areal tersebut telah memberikan hasil nyata bagi
peningkatan pangsa pasar kakao Indonesia di kancah perkakaoan dunia. Indonesia
berhasil menempatkan diri sebagai produsen kakao terbesar kedua dunia setelah )antai
8ading #Cote d"I#oire' pada tahun 7!!7, "alaupun kembali tergeser ke posisi ketiga
oleh 8hana pada tahun 7!!3. Tergesernya posisi Indonesia tersebut salah satunya
disebabkan oleh makin mengganasnya serangan hama )BK. +i samping itu, perkakaoan
Indonesia dihadapkan pada beberapa permasalahan antara lain< mutu produk yang
masih rendah dan masih belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao. $al ini
menjadi suatu tantangan sekaligus peluang bagi para in,estor untuk mengembangkan
usaha dan meraih nilai tambah yang lebih besar dari agribisnis kakao.
Indonesia sebenarnya berpotensi untuk menjadi produsen utama kakao dunia,
apabila berbagai permasalahan utama yang dihadapi perkebunan kakao dapat diatasi
dan agribisnis kakao dikembangkan dan dikelola secara baik. Indonesia masih memiliki
lahan potensial yang cukup besar untuk pengembangan kakao yaitu lebih dari ,7 juta
ha terutama di Irian >aya, Kalimantan Timur, Sula"esi Tangah 1aluku dan Sula"esi
Tenggara. +isamping itu kebun yang telah di bangun masih berpeluang untuk
ditingkatkan produkti,itasnya karena produkti,itas rata4rata saat ini kurang dari 5!:
potensinya. +i sisi lain situasi perkakaoan dunia beberapa tahun terakhir sering
mengalami de2isit, sehingga harga kakao dunia stabil pada tingkat yang tinggi. Kondisi
ini merupakan suatu peluang yang baik untuk segera diman2aatkan. 5paya peningkatan
produksi kakao mempunyai arti yang stratigis karena pasar ekspor biji kakao Indonesia
masih sangat terbuka dan pasar domestik masih belum tergarap.
+engan kondisi harga kakao dunia yang relati2 stabil dan cukup tinggi maka
perluasan areal perkebunan kakao Indonesia diperkirakan akan terus berlanjut dan hal
ini perlu mendapat dukungan agar kebun yang berhasil dibangun dapat memberikan
produkti,itas yang tinggi. 1elalui berbagai upaya perbaikan dan perluasan maka areal
perkebunan kakao Indonesia pada tahun 7!1! diperkirakan mencapai 1,1 juta ha dan
diharapkan mampu menghasilkan produksi (3! ribu tonBtahun biji kakao. )ada tahun
7!75, sasaran untuk menjadi produsen utama kakao dunia bisa menjadi kenyataan
karena pada tahun tersebut total areal perkebunan kakao Indonesia diperkirakan
mencapai 1,35 juta ha dan mampu menghasilkan 1,3 juta tonBtahun biji kakao.
5ntuk mencapai sasaran produksi tersebut diperlukan in,estasi sebesar @p 1,(7
triliun dan dukungan berbagai kebijakan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusi2.
+ana in,estasi tersebut sebagian besar bersumber dari masyarakat karena
pengembangan kakao selama ini umumnya dilakukan secara s"adaya oleh petani. +ana
pemerintah diharapkan dapat berperan dalam memberikan pelayanan yang baik dan
dukungan 2asilitas yang tidak bisa ditanggulangi petani seperti biaya penyuluhan dan
bimbingan, pembangunan sarana dan prasaran jalan dan telekomunikasi, dukungan
gerakan pengendalian hama )BK secara nasional, dukungan untuk kegiatan penelitian
dan pengembangan industri hilir.
Beberapa kebijakan pemerintah yang sangat dibutuhkan dalam pengembangan
agribisnis kakao 5 sampai 7! tahun ke depan antara lain< )enghapusan )); dan
berbagai pungutan, akti2 mengatasi hambatan ekspor dan melakukan lobi untuk
menghapuskan potangan harga, mendukung upaya pengendalian hama )BK dan
perbaikan mutu produksi serta menyediakan 2asilitas pendukungnya secara memadai.
. Potensi Kakao !i Sula"esi #enggara
Sektor perkebunan merupakan andalan bagi pemerintah Sula"esi Tenggara dan
tanaman perkebunan yang potensial serta paling banyak ditanam oleh masyarakat
adalah tanaman kakao. Areal tanaman perkebunan kakao meningkat terus, karena
adanya kebijakan dari pemda setempat yang memasukkan tanaman kakao sebagai
tanaman prioritas yang dipacu. +isamping peningkatan areal tanam, peningkatan
produksi juga dapat dipacu melalui peningkatan produkti,itas. )eningkatan
produkti,itas ini sudah dilakukan pemerintah daerah dengan memberikan berbagai
pelatihan. $al ini juga dilakukan oleh lembaga s"adaya masyarakat, perusahaan s"asta,
maupun bantuan dari luar negeri. Adanya berbagai program peningkatan kakao, bagi
petani merupakan langkah nyata untuk ikut memajukan agribisnis kakao. $al ini
tergambarkan dari keseriusan dalam mengikuti semua program yang ada, bahkan petani
yang kebetulan tidak dapat ikut dalam program pelatihan tersebut akan mencari
in2ormasi ke petani peserta. Selain adanya kebijakan dari berbagai pihak tersebut, dari
segi lahan pun masih cukup tersedia. Saat ini di )ropinsi Sula"esi Tenggara masih
terdapat potensi lahan yang belum diusahakan, yaitu sekitar 37% ribu hektar lebih, dan
lahan yang terluas ada di Kabupaten Kendari yaitu hampir 5! persen dari luas lahan
yang ada atau seluas 13%.%( ribu hektar. Sejak tahun 1%%! hingga 7!!7 menurut data
statistik perkebunan Sula"esi Tenggara, areal kakao meningkat terus dari 5%.13( $a
pada tahun 1%%! menjadi 17(.5&( $a pada tahun 7!!7.
+alam pengertian lain untuk setiap tahunnya rata4rata luas areal tanaman kakao
seluas %3.3! $a, dan rata4rata pertumbuhan &,13 persen setiap tahunnya. Sejalan
dengan meningkatnya luas areal kakao, produksi komoditas ini juga menunjukkan
kenaikan yang cukup tinggi, yaitu sekitar %,9 persen pertahun selama 1%%!47!!7. >ika
pada tahun 1%%! produksi yang dicapai baru sekitar 73.5( ton, maka 17 tahun
kemudian meningkat sangat pesat mencapai %3.%!! ribu ton, dengan rata4rata produksi
pertahunnya sebesar (.&1! ton. Ini berarti respon petani terhadap perkembangan kakao
sangat positi2, "alaupun ada berbagai kendala yang dihadapi. +ari segi produkti,itas
tanaman kakao sangat ber,ariasi, produkti,itas paling tinggi terjadi pada tahun 1%%3
#1.115,!7 kgBha' dan yang terendah pada tahun 1%% #9%1,73 kgBha'. )rodukti,itas rata4
rata kakao di )ropinsi Sula"esi Tenggara, sebesar %,!1 kgBha, lebih tinggi
dibandingkan produkti,itas kakao nasional, yaitu sebesar %5!,%! kgBha.
Salah satu sentra penghasil kakao di Sula"esi Tenggara adalah Kabupaten Kolaka
dengan kecamatan sentra yang paling banyak menghasilkan biji kakao adalah
Kecamatan *adongi. *uas areal kakao di Kabupaten Kolaka pada kurun "aktu lima
tahun belakangan ini memperlihatkan terjadinya penambahan luas sebesar ,31 persen
pertahun atau rata4rata areal tanamnya (1.(( haBtahun. )eningkatan ini juga terjadi
pada produksinya, yaitu dari 5%.9%% ton pada tahun 1%%9 menjadi (&.1& ton pada tahun
7!!7.
)erkembangan harga kakao di propinsi ini sangat ber2luktuati2, baik di tingkat
petani, maupun di tingkat pedagang pengumpul dan pedagang antar pulau #Tabel 3'.
)atokan harga setiap le,el tata niaga semuanya mengacu kepada harga yang berlaku di
Ka"asan Industri 1akasar #KI1A' yang ada di )ropinsi Sula"esi Selatan. Sudah
menjadi rahasia umum, apabila ada penurunan harga di KI1A maka semua pemain di
rantai tata niaga ini akan mengikutinya serta in2ormasi tersebut akan cepat sampai ke
tangan petani. Sebaliknya, apabila ada kenaikan harga, maka in2ormasi itu sampai ke
tangan petani tidak secepat bila terjadi penurunan harga.
+engan minimnya data yang terkumpul, diperoleh harga rata4rata perkilogram
kakao pada Tahun 7!!7 di Sula"esi Tenggara adalah @p. %.175,!! #petani', @p.
1!.&99,!! #pedagang pengumpul' dan @p. 17.!3,!! #pedagang antar pulau'.
Sedangkan harga rata4rata perkilogram kakao di Kabupaten Kolaka sedikit lebih mahal
dibandingkan harga rataCrata propinsi, yaitu < @p. 1!.(5!,!! #petani', @p. 1.5%7,!!
#pedagang pengumpul' dan @p 17.75!,!! #pedagang antar pulau'. +alam tahun 7!!3
harga kakao tertinggi terjadi di bulan September, -ktober dan ;o,ember. $al ini
disebabkan oleh produksi yang rendah, sementara musim puncak yang terjadi selama ini
antara bulan 1ei hingga Agustus.
D. As$ek Pemasaran Kakao
+alam satu tahun terakhir ini, semua petani yang ada di lokasi penelitian tidak
melakukan 2ermentasi dalam menjual biji kakao. $al ini dikarenakan tidak adanya
erbedaan harga antara kakao yang di2ermentasi dengan yang tidak di2ermentasi atau
lebih umum dengan sebutan asalan. Sementara itu untuk melakukan 2ermentasi petani
harus menyimpan dalam peti selama & C hari dan setiap harinya mesti diperhatikan
kandungan airnya dan menurut petani pekerjaan ini termasuk melelahkan. Tetapi pada
tahun 7!!1 harga biji kakao yang di2ermentasi lebih tinggi berkisar antara @p. 3!! C
5!! per kilonya dibandingkan biji yang tidak di2ermentasi.
Ada perbedaan perilaku penjualan antara desa yang dekat dengan pasar kecamatan
#+esa *adongi' dengan desa yang jauh dari pasar kecamatan #+esa @araaB)ange4
pange'. )etani responden di +esa *adonge menjual hasil biji kakaonya kepada
pedagang pengumpul yang umumnya langsung datang ke rumah petani dan pedagang
tersebut bebas menjual kepada siapa saja. .enomena yang menarik dapat dilihat pada
responden di lokasi yang jauh dari pasar kecamatan #+esa @araa', yaitu cara yang
dilakukan oleh pedagang pengumpul dalam mempertahankan eksistensinya membeli
kakao di tingkat petani. /alaupun para petani tersebut bebas menjual ke pedagang
pengumpul tersebut, tetapi dari segi jumlah sebenarnya pedagang pengumpul yang
mencari kakao di desa ini jumlahnya tetap. )ernah ada pedagang pengumpul lainnya
yang ingin mencari biji kakao di desa ini, tetapi hal ini tidak berlangsung lama.
)edagang pengumpul baru tersebut berani membeli dengan harga yang lebih tinggi,
sehingga para petani banyak menjual kepadanya. +engan melihat kondisi tersebut
menyebabkan para pedagang pengumpul yang lama bersatu dan membuat kesepakatan
untuk mencegah pedagang pengumpul baru tersebut, caranya dengan mencegat di
tengah jalan dan memberikan sedikit ancaman.
5ntuk +esa )ange4pange, petani responden menjual langsung ke pedagang
pengumpul yang sudah menjadi langganan. Kata langganan ini disebabkan oleh kondisi
petani yang mengantungkan segala keperluan rumah tangga dan budidaya kakaonya
kepada pedagang pengumpul tersebut dan pembayarannya dilakukan setiap kali panen
dalam bentuk biji kakao. Selain menjual biji kakao, petani dikenakan juga bunga,
seperti pada pinjaman beras ada bunga sebesar @p. 5!! perkilo #harga tunai @p. 175.!!!
dan harga kredit @p. 1(5.!!!'. 5rea @p. 3!! per kilo #harga tunai @p. (!.!!! dan kredit
@p. 95.!!!', S) 3 dan KD* dengan bunga sebesar @p. (!! per kilo >angka "aktu
pinjaman rata4rata selama 9 bulan dan pinjaman ini tentunya sesuai dengan luas kakao
yang mereka miliki. Bagi petani yang sudah terikat dengan satu pedagang pengumpul
mereka tidak boleh meminjam atau menjual ke pedagang pengumpul lainnya.
BAB III
PENU#UP
A. Kesim$ulan
1. Secara umum perkembangan produksi kakao di )ropinsi Sula"esi Tenggara
menunjukkan peningkatan, hal ini direpresentasikan dari peningkatan luas tanam
&,13 persen pertahun dan peningkatan produksi %,9 persen pertahun.
7. +i lokasi penelitian serangan hama dan penyakit kakao yang menonjol pada tahun
7!!3 adalah busuk buah. $al ini secara signi2ikan dapat mengurangi produksi
hingga &!45! persen.
3. Tidak ada akti,itas pasca panen, karena tidak ada perbedaan harga antara biji kakao
yang di2ermentasi dengan yang tidak di2ermentasi.
&. Biji kakao petani umumnya masuk ke Ka"asan Industri 1akassar #KI1A' melalui
padagang bakul, pedagang pengumpul dan pedagang antar pulau. )etani yang dekat
ke pasar kecamatan relati2 lebih bebas menjual biji kakao dibandingkan petani yang
lokasinya jauh dari pasar kecamatan. )edagang pengumpul yang beroperasi di desa
yang jauh dari pasar kecamatan lebih bersi2at oligopoli untuk mempertahankan
kelancaran pasokan bahan baku dari petani.
5. 1arjin pemasaran yang diterima oleh pedagang bakul sekitar @p 3!!,!! C @p
5!!,!! per kilogram, pedagang pengumpul sekitar @p 5!!,!! C @p (!!,!!
perkilogram dan pedagang antar pulau sekitar @p 1.5!!,!! C @p 7.!!!,!! per
kilogram. ;amun demikian resiko yang ditanggung oleh pedagang antar pulau lebih
besar dibanding resiko yang ditanggung oleh bakul dan pedagang pengumpul.
B. Saran
1. )enanganan serangan hama dan penyakit perlu lebih ditingkatkan mengingat
dampak yang ditimbulkan dari serangan tersebut sangat mempengaruhi produksi dan
kualitas kakao yang dihasilkan. 5ntuk itu perlu dilakukan penyuluhan oleh dinas
terkait secara intensi2 mengenai penanganan serangan hama dan penyakit.
7. +alam rangka peningkatan kualitas biji kakao, maka penanganan pasca panen perlu
mendapatkan perhatian lebih serius oleh pemerintah. $al ini antara lain dapat
dilakukan dengan cara memasukkan materi penanganan pasca panen dalam
program4program pelatihan kakao di tingkat petani.
3. )erlu ditinjau lagi mengenai penerapan )ajak )ertambahan ;ilai #));' yang
dikenakan atas pembelian kakao, karena banyak pengusaha yang memindahkan
pabriknya ke 1alaysia yang tidak menerapkan pajak namun tetap menggunakan
bahan baku kakao Indonesia.
DA%#AR PUS#AKA
+ahl, +ale D. 1%%(. $aret and %rice Analysis& The Agricultural Industries. 1c8ra"4$ill.
+irektorat >enderal )erkebunan. 7!!!. Statisti %erebunan Indonesia 1''( ) *000.
+epartemen )ertanian. >akarta.
Kompas. 7!!3. Industri +aao $inta %%, 10 %ersen -ihapus. )p. 7%, Tanggal 7( >uni
7!!3. >akarta.
*aporan Akhir S*4)$T )etani 1urni& 7!!7. %rofil Colat. +inas )erkebunan dan
$ortikultura Sula"esi Tenggara. Kantor /ilayah +epartemen )erdagangan
Sula"esi 5tara.
)rasetyo B, Agustian A, Sis"anto, $astuti.S.S, dan Setyanto.A. 7!!7. Studi %endasaran.
$onitoring dan /#aluasi %engendalian 0ama Terpadu %ada Tanaman +aao.
Badan )enelitian dan )engembangan )ertanian. Bagian )royek )enelitian dan
)engembangan $ama Terpadu Tanaman )erkebunan. >akarta.
Siregar, Tumpal $.S, Slamet @. dan *aeli ;. 1%%7. 1udidaya %engolahan dan %emasaran
Coelat. )enebar S"adaya. >akarta.
@oesmanto, >oko. 1%%1. +aao. +a2ian Sosial /onomi. Aditya 1edia. Eogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai